Anda di halaman 1dari 12

PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

BAGIAN BIOKIMIA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
PRAKTIKUM I
ENZIM PADA AIR LIUR

TEORI
Air liur disekresi oleh 3 pasang kelenjar air liur yaitu parotis,submaxilaris dan sublingualis. Air liur terdiri
dari kira-kira 99,5% air, dan kira-kira 0,5% benda-benda padat. Dua per tiga dari benda-benda padat tadi terdiri dari
bahan-bahan organik, terutama ptialin dan musin. Benda-benda padat lainnya adalah ion-ion anorganik seperti: SO 4-
2,
PO4-3, HCO3-1, Cl-, Ca2+, Mg2+, Na1+, K1+. Musin dalam air liur berfungsi sebagai pelicin dalam rongga mulut dan
membasahi makanan waktu dikunyah dan memudahkan ditelan.
Air liur juga merupakan tempat ekskresi beberapa obat tertentu seperti alkohol dan morfin. pH air liur
biasanya sedikit asam, kira-kira 6,8. Air liur mengandung ptialin yaitu enzim amilase. Enzim ini menjadi tidak aktif
pada pH 4 atau lebih rendah. Ptialin memecah pati menjadi dektrin-dektrin dan maltosa. Larutan pati bila diberi
tetesan iodium akan menimbulkan warna biru tua; warna biru ini khas untuk pati.

HIDROLISA PATI REAKSI IODIUM


 
pati biru
 
pati yang larut biru
 
amilodexterin + maltosa biru
 
eritrodekstrin + maltosa merah
 
akroodekstrin + maltosa tak berwarna
 
maltosa tak berwarna

Jika hidrolisa dilakukan dengan enzim amilase maka sebagai hasil akhir akan terbentuk maltosa. Tetapi bila
hidrolisa dilakukan dengan asam terbentuk glukosa.

Cara mengumpulkan air liur


 Bersihkan mulut dengan air terlebih dahulu
 Kulumlah sepotong lilin untuk merangsang pengeluaran air liur (rangsangan mekanis )
 Kumpulkan kira-kira 10 ml air liur dalam beaker glass.

1. Menentukan pH air liur dengan indikator


Cara kerja:
 Ambil 3 tetes air liur, lalu tambahkan 1 tetes indikator pada masing-masing air liur yang berlainan
 Cocokkan warna yang terjadi dengan daftar perubahan warna dari masing-masing indikator.
 Hitunglah pH air liur.
INDIKATOR pH RANGE PERUBAHAN WARNA
Lakmus 4,5 – 8,3 Merah- biru
pH Universal 1-14 Kuning - merah

1. Hidrolisa pati ( strach ) oleh air liur (ptyalin )

TEORI
Ptyalin adalah suatu amilase air liur. Ptyalin dapat menghidrolisa polisakarida seperti pati dan glikogen
menjadi sakarida yang lebih sederhana misalnya disakarida (maltosa).Pati kalau dihidrolisa dengan amilase
maka hasil akhirnya adalah maltose, sedangkan kalau hidrolisa dilakukan dengan asam kuat maka hasil
akhirnya adalah glukosa. Pati dengan larutan iodium akan memberikan warna biru. Ikatan antara pati
dengan iodium ini belum diketahui, dan ikatan tersebut secara fisika, sehingga bila dipanaskan warna biru
akan hilang dan warna timbul lagi bila larutan menjadi dingin.

CARA KERJA
 Masukkan 10 ml larutan pati 1% ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 5 tetes air liur.
 Sesegera mungkin tabung reaksi ini dimasukkan ke dalam water bath suhu 37OC
 Secara bersamaan siapkan pula piring reaksi yang diisi dengan larutan iodium 0,01 M masing -
masing 2 tetes.
 Setelah 1 menit, ambil 1 tetes larutan dalam tabung reaksi yang dimasukkan dalam water bath, lalu
masukkan ke dalam larutan iodium 0,01M dalam piring reaksi. Catat warna yang terjadi.
 Ulangi percobaan tadi tiap – tiap 1 menit sampai larutan iodium tidak menimbulkan warna
( berwarna kuning muda ) dengan larutan dalam tabung reaksi ( titik akromatik ).
 Catat waktunya ( menit keberapa ).
 Setelah tercapai titik akromatik, larutan dalam tabung reaksi di test dengan test Benedict
 Catatlah apakah reduksi telah terjadi.

Test Benedict
TEORI
Larutan Benedict mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Larutan Benedict
( tembaga alkalis ) ini akan direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas
membentuk endapan kuproksida yang berwarna merah bata.Tidak semua karbohidrat memberi reaksi
positif, sukrosa memberi reaksi negatif demikian pula larutan kanji.
CARA KERJA
 Masukkan 2,5 ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi.
 Tambahkan 4 tetes larutan yang akan diperiksa Campur dengan baik.
 Didihkan selama 3 menit, kemudian dinginkan.
 Catat warna endapan yang terjadi.

3. Pengaruh Temperatur terhadap kerja ptyalin.

TEORI
Kerja suatu enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, pH, konsentrasi substrat,
konsentrasi enzim, konsentrasi hasil reaksi, konsentrasi garam anorganik,adanya aktivator dan
inhibitor.
CARA KERJA
 Siapkan 4 tabung reaksi, kemudian masing-masing tabung reaksi diisi 5 ml larutan pati 1%.
 Sesegera mungkin :
 Tabung I dimasukkan kedalam air es
 Tabung II diletakkan dalam temperatur kamar.
 Tabung III dimasukkan kedalam penangas air 37oC
 Tabung IV dimasukkan kedalam penangans air mendidih.
 Tunggu selama 5 menit
 Ditambahkan 2 tetes air liur tetap pada posisinya.
 Campur dengan baik
 Kemudian tiap-tiap tabung kita test dengan 2 tetes larutan iodium 0,01 M.
 Catat warna yang terjadi.

4. Pengaruh pH terhadap kerja ptyalin

Teori :
Ptyalin menjadi tidak aktif pada pH 4 atau lebih kecil lagi.
Cara kerja:
 Isilah 3 buah tabung reaksi masing-masing dengan:
a. 2 ml HCl 0,4 % mempunyai pH 1
b. 2 ml aquadest mempunyai pH.7
c. 2 ml Na2CO3 1 % mempunyai pH 9.
 Ke dalam setiap tabung reaksi tambahkan 2 ml larutan pati 1%
 Masukkan kedalam penangas air 37oC selama 15 menit
 Ditambah 8 tetes air liur. Campur dengan baik , sesegera mungkin
 Angkat dan bagilah setiap isi tabung reaksi menjadi 2 bagian.
 Pada bagian I tambahkan 2 tetes larutan iodium 0,01 M.
 Catat warnanya.
 Pada bagian II lakukan test Benedict.
 Catat apakah terjadi endapan dan bagaimana warnanya.Terangkan hasilnya.
PRAKTIKUM II
PENENTUAN KADAR HAEMOGLOBIN DALAM DARAH
DENGAN METODA Cyanmet-Hb
TEORI :
Saat ini cara penentuan yang dianggap paling tepat adalah dengan metode Hemoglobin Sianida
(Rekomendasi oleh assosiasi Jerman dan Assosiasi Ropas untuk Hematologi). Penetapan Sahli dengan Hematin HCl
tidak dipakai lagi sebab kemungkinan kesalahan sangat besar.

PRINSIP :
Hb dioksidasi menjadi Met-Hb dengan K-ferrisianida (Potassium Hexasianoferrat III). Hemoglobin
kemudian direaksikan dengan K-Sianida membentuk Hemoglobin Sianide (Cyanmet Hb), dapat diukur secara
Spektrofotometrik.

ALAT – ALAT :
 Spektrofotometri atau fotometer atau kolorimeter
 Mikropipet
 Pipet volume 5 ml

REAGEN :
Larutan pereaksi yang mengandung :
Larutan Hexacyanoferat 200 mg
Potassium Cyanide 50 mg
Potassium dihidrogen phospate 140 mg
Detergen Solutions
Larutan standard Hemoglobin Cyanide

CARA KERJA :
1. Masukkan dengan pipet ke dalam tabung reaksi :
Larutan pereaksi 5 ml
Darah sebanyak 20 µl (menggunakan mikropipet)
2. Setelah mengosongkan pipet otomatis, cucilah pipet tersebut dengan cara memasukan dan
mengeluarkan larutan pereaksi yang terdapat di dalam tabung reaksi.
3. Campurkan hingga homogen, dengan cara mengaduk larutan menggunakan batang pengaduk. Tunggu
minimal 3 menit. Kemudian ukur absorbance sampel tersebut pada panjang gelombang 540 nm.
4. Bandingkan dengan absorbance larutan dari blanko.

PERHITUNGAN
Tanpa pengukuran standard jika filter Hg 546 nm
CHb = A x 36,6 gr Hb/dl
= A x 22,8 m mol/L

dimana :
CHb = Konsentrasi Hb
A = Absorbance

Harga normal g Hb / dl m mol /L

Laki - laki 12 - 18 8,7 - 11,2


Perempuan 12 - 16 7,5 - 10,0
Neonatus 16 - 25 10,0 - 15,5
Infants 10 - 15 6,2 - 9,3
Small Children 11 - 14 6,8 - 8,7
Older Children 12 - 16 7,5 - 10 ,0

SPESIFIKASI
Hemoglobin, Oxyhemoglobin, Carboxyhemoglobin dan Methemoglobin semuanya dikonversikan
menjadi hemoglobin cyanide, kecuali Verdo-globin dan Sulfhemoglobin.

CATATAN:
Karena mengandung cyanide, maka larutan pereaksi beracun. Diingatkan jangan menggunakan mulut, serta
pakailah buret, pipet otomatis atau gelas ukur untuk mengukur volume dari larutan tersebut.

PENAFSIRAN
 Hb menurun dalam keadaan anemia
 Hb meningkat pada polyglobulinemia dan polisitemia dan kelainan endokrin.
 Hb meningkat nyata pada dehidrasi.
PRAKTIKUM III
GLUKOSA DARAH
Teori :
Penetapan kadar gula/glukosa darah merupakan salah satu pemeriksaan kimia darah yang paling sering
dilakukan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan terhadap darah, plasma atau serum.
Bermacam - macam cara yang digunakan dalam penetapan kadar glukosa darah, baik secara makro (dengan
menggunakan darah vena), maupun secara mikro (memakai darah kapiler ).

Cara yang sering digunakan pada dasarnya dapat dibedakan dalam beberapa golongan antara lain:
1. Penetapan kolorimetri berdasarkan sifat mereduksi dari glukosa, misalnya metode Follin-Wu dan Somogy-
Nelson.
2. Penetapan dengan cara titrasi berdasarkan sifat mereduksi glukosa (Iodometri), misalnya metode
Hagendorm-Jensen.dan Somogyi-Schaffer-Hartmann.
3. Pembentukan kompleks berwarna oleh glukosa dengan suatu zat, misalnya metode O-
Toluidin.
4. Reaksi enzim dengan menggunakan glukosa oksidase, H2O2 yang terbentuk akan mengoksidasi zat
kromogen seperti O-dianisidin (CH3.C6H3.(NH2 )2 ).

Metode - metode penetapan glukosa yang sering digunakan ialah :


1. Folin-Wu
2. O-Toluidin
3. Somogyi, titrasi
4. Somogyi-Nelson
5. Enzim glukosa oksidase
6. Test toleransi glukosa.

Penafsiran
Penting sekali bahwa pemeriksaan dilakukan segera setelah pengambilan darah, sebab aktifitas glikolitik
yang terdapat pada darah menyebabkan berkurangnya kadar glukosa dengan berlalunya waktu.
Jika dipakai anti koagulan harus berhati - hati, penggunaan garam oksalat yang berlebihan misalnya dapat
memberikan hasil yang lebih rendah dari keadaan yang sebenarnya. Natrium Florida, disamping berguna sebagai
antikoagulan juga dapat dipakai sebagai pengawet.
Penetapan yang berdasarkan atas reaksi reduksi merupakan cara yang tidak spesifik. Darah mengandung
banyak zat yang berdaya reduksi selain glukosa yang disebut saccharoid sehingga menyebabkan hasil yang
diperoleh lebih tinggi dari yang sebenarnya. Reaksi enzimatik dengan glukosa oksidase dapat memberi hasil yang
sebenarnya, tetapi harus diingat pula zat-zat yang dapat menghambat aktivitas enzim ini.
Deproteinisasi menurut Somogyi hasilnya lebih rendah dari Folin-Wu, oleh karena disini sebagian besar
saccharoid dapat disingkirkan. Hasil yang mendekati sebenarnya diperoleh dengan metode O-Toluidin dan yang
paling mendekati ialah dengan glukosa oksidase. Dengan demikian dalam menilai hasil pemeriksaan hendaklah
diperhatikan metode yang dipergunakan.
Darah kapiler yang bersifat arterial dalam keadaan puasa mempunyai kadar glukosa menyerupai darah vena.
Pemeriksaan sehabis makan, misalnya pada test toleransi glukosa akan memberikan hasil yang lebih tinggi bila
digunakan darah kapiler daripada darah vena. Pada Diabetes Mellitus yang berat akan dijumpai keadaan yang
sebaliknya.
Perbedaan antara hasil pemeriksaan terhadap darah tidak berarti oleh karena glukosa dapat dengan bebas
berdifusi melalui dinding sel darah merah, kecuali pada cara pemeriksaan dimana turut serta reduksi saccharoid
yang terutama terdapat dalam sel darah merah.
Kadar normal glukosa darah setelah puasa dengan metode Folin-Wu berkisar antara 80-120 mg%, dengan
glukosa oksidase 60-100 mg%.
Hiperglikemia terdapat pada penyakit : Diabetes Mellitus, Hipertiroidisme, Nefritis berat,

beberapa gangguan hati dan penyakit pankreas.


Hipoglikemia terjadi pada penyakit : hiperinsulinisme, penyakit Addison, hipopituitarime,

kretinisme dan mixedema.

PENETAPAN KADAR GLUKOSA DARAH METHODE O-TOLUIDIN


Teori:
Protein darah diendapkan dengan asam trikloroasetat. Glukosa berkonjugasi dengan O-Toluidin dalam asam asetat
panas membentuk senyawa biru-hijau. Dengan cara ini dapat ditetapkan kadar glukosa yang lebih tepat dalam suatu
larutan. Galaktosa akan memberikan reaksi yang sama dan dapat mengganggu pemeriksaan.

Pereaksi :
- Asam trikloroasetat ( TCA ) 10%
- O-Toluidin dalam asetat glasial.
- Standard glukosa 1 mg/ml.
Cara kerja :
2. Sediakan 4 tabung centrifuge ( 1,2,3,4 ) masukkan dengan pipet volumetrik ke dalam tabung
1). 0,1 ml darah / serum
2). 0,1 ml darah / serum
3). 0,1 ml larutan standard
4). 0,1 ml aquadest
2. Tambahkan pada ke empat tabung 1,0 ml TCA 10%
3. Pusinglah tabung 1 dan 2 (darah/serum) selama 5 menit
4. Ambillah dari tabung 1,2,3 dan 4 masing-masing 0,5 ml larutan dan campur di dalam tabung reaksi dengan
2,0 ml larutan O-Toluidin.
5. Panaskan ke-empat tabung reaksi tersebut pada penangas air mendidih tepat selama 8 menit.
Dinginkan segera dibawah kran.
6. Setelah kira-kira 20 menit, lakukan pembacaan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm

Perhitungan :
Kadar glukosa darah (mg%) = RU X 100
RS 1
Keterangan :
Ru = Absorbsi dari sample
Rs = Absorbsi dari standar
PRAKTIKUM IV
ANALISA GIGI

Susunan Gigi:
Anatomi gigi dapat dilihat pada gambar berikut:

Teori :
Baik enamel, dentin maupun cementum merupakan jaringan yang mengalami kalsifikasi.
Ketiga gigi tadi mengandung bahan-bahan organic dan anorganik. Di bagian tengah gigi terdapat
masa organic yang lunak, tidak mengalami kalsifikasi, juga mengandung pembuluh darah dan
saraf. Bagian tadi dinamakan pulpa.
Susunan enamel dan dentin ditunjukkan pada table berikut :

Berat kering
Unsur-unsur
Enamel Dentin
Kalsium 35.8 26.5
Magnesium 1.27 0.79
Natrium 0.25 0.19
Kalium 0.05 0.07
Fosfor 17.4 12.7
CO2 (dari karbonat) 2.97 3.06
Chlor 0.3 0
Fluor 0.0112 0.0204
Besi 0.0218 0.0072
Bahan organik 1 25
Dari Hawk, Oser, Summerson: Practical Physiological Chemistry, edisi 12. Blakiston, 1947

Bahan anorganik enamel dan dentin sama dengan tulang, terutama terdiri dari garam-
garam hidroksi-apatit. Rumusnya sebagai berikut: Ca(OH)2 3Ca(PO4) atau Ca10(OH)2(PO4)6
Kreatin merupakan unsure organic utama pada enamel. Di samping itu terdapat juga
dalam jumlah kecil kolesterol dan fosfolipid. Di dalam dentin terdapat kolagen dan elastin
bersama-sama dengan glikoprotein dan lipid enamel. Unsur organic utama pada cementum
adalah kolagen. Pada dentin dan sedikit dalam enamel terdapat sitrat.

Pereaksi :
 Asam nitrat encer
 Amonium hidroksida Amonium tiosianat
 Perak nitrat
 Asam klorida
 Pereaksi molibdat
 Urea
 Barium klorida
 Asam asetat
 Amonium oksalat
 Ferosulfat
 Amonium karbonat
 Amonium klorida
 Dinatrium dihidrogen fosfat
 Kalium ferosianida
 Kertas saring
 Lakmus

Cara Kerja :
1. Masukkanlah sebuah gigi dalam 25ml asam nitrat encer dan dibiarkan (simpan) sampai
pada praktikum berikutnya
2. Saringlah larutan yang mengandung gigi tadi dan ke dalam filtrate tambahkanlah
ammonium hidroksida sampai bersifat alkali (periksa dengan lakmus atau indicator
universal). Endapan putih menunjukkan adanya fosfat. Garam fosfat apa yang
mengendap?
3. Saringlah endapan. Endapan pada kertas saring jangan dibuang, karena akan diperiksa
pada bagian endapan.
4. Lakukanlah pemeriksaan lebih lanjut terhadap filtrate (air saringan) dan presipitat
(endapan pada kertas saring).
(1) Filtrat (air saringan)
 Chlorida
Ambillah sebagian filtrate (2ml) dan asamkan dengan asam nitrat
sebanyak 1ml kemudian tambahkan perak nitrat 1 ml endapan AgCl
menunjukkan adanya klorida
 Sulfat
Sisa filtrate asamkan dengan 1ml larutan asam chlorida 2% dan kemudian
tambahkan 2ml larutan barium chloride 2%. Endapan putih halus
menyatakan adanya sulfat.

(2) Presipitat (endapan)


A. Tambahkanlah 5ml asam asetat encer 2% pada presipitat yang ada di atas kertas
saring dan lakukan tes terhadap filtrate untuk :
(1). Kalsium
Tambahkan 1ml larutan ammonium oksalat 5% ke dalam 10 tetes filtrate,
biarkan beberapa saat. Endapan putih menyatakan adanya kalsium.

(2). Fosfat
Ke dalam 1ml filtrate tambahkan 1ml larutan urea 10% dan tambahkan 10
ml pereaksi molibdat special. Campur dan kemudian tambahkan 1ml
larutan ferosulfat special. Warna biru yang timbul dan apabila dibiarkan
menjadi biru tua menunjukkan adanya ortofosfat. Perhatikan : sesudah
penambahan molibdat larutan harus bersifat asam.

(3). Magnesium
Sisa larutan dipanaskan sampai mendidih dan tambahkanlah 2ml
ammonium karbonat atau ammonium chloride 2% pelan-pelan ke dalam
larutan yang masih panas sampai terbentuk endapan. Saringlah, endapan
yang terbentuk adalah kalsium karbonat (CaCO3) atau kalsium chloride
(CaCl2). MgCO3 tidak mengendap karena adanya NH4Cl. K edalam
filtrate tambahkanlah dinatrium-dihidrogen-fosfat 25 ml dan buatlah alkali
dengan menambahkan ammonia. Perhatikan endapan ammonium-
magnesium –fosfat, apabila terdapat magnesium

B. Pada presipitat di atas kertas saring yang tidak larut dalam asam asetat
tambahkanlah sedikit asam chloride encer dan lakukanlah terhadap filtrate tadi tes
untuk :
(1). Besi
 Dengan menambahkan 1ml larutan ammonium tiosianat 5%.
Warna merah yang timbul menunjukkan adanya besi.
 Atau dengan menambahkan 1ml larutan kalium ferosianida 1%,
endapan biru atau hijau menunjukkan adanya besi.

Hasil Praktikum:

No. Unsur Hasil percobaan Kesimpulan( +/-


)
1 Fosfat
2 Chlorida
3 Sulfat
4 Kalsium
5 Fosfat
6 Magnesium
7 Besi

Anda mungkin juga menyukai