Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Biokimia

Enzim, Saliva, dan Empedu

Kelompok 2.5 :

Henry Evandore (41150013)

Yemima Kenia A (41150019)

Mia F Tamara (41150020)

I Made Fajar S H (41150079)

Yessica (41150081)

Alferio Yugo S (41150082)

Jane P D Rumere (41150083)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA


BAB 1

DASAR TEORI

ENZIM

Enzim adalah polimer biologis yang mengatalisis reaksi kimia yang


memungkinkan berlangsungnya kehidupan seperti yang kita kenal. Dan kebanyakan
enzim adalah protein, pengecualian yang penting mencakup RNA ribosom dan
beberapa molekul RNA pemutusan-diri (self-cleaving) dan penjalinan-diri (self-
splicing) yang secara kolektif disebut ribozim.

Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan urut-
urutan yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan
molekul nutrient, reaksi yang menyimpan dan mengubah energi kimiawi, dan yang
membuat makromolekul sel dari prekursor sederhana. Selain sangat efisien, enzim
juga merupakan katalis yang sangat efektif. Enzim bersifat spesifik baik bagi tipe
reaksi yang dikatalisis maupun satu substrat atau sekelompok kecil substrat yang
berhubungan.

Di antara sejumlah enzim yang berpartisipasi di dalam metabolisme, terdapat


sekelompok khusus yang dikenal sebagai enzim pengatur, yang dapat mengenali
berbagai isyarat metabolik dan mengubah kecepatan katalitiknya sesuai dengan
isyarat yang diterima. Melalui aktivitasnya, sistem enzim terkoordinasi dengan baik,
menghasilkan suatu hubungan yang harmonis di antara sejumlah aktivitas metabolik
yang berbeda, yang diperlukan untuk menunjang kehidupan.

SALIVA

Saliva mengandung sekresi serosa dan mucus. Saliva merupakan sekresi


yang dihasilkan oleh 3 pasang kelenjar liur utama yang terletak diluar rongga mulut
yaitu, kelenjar parotis, submandibularis, sublingualis; selain itu, juga ada beberapa
kelenjar bukalis yang kecil. Saliva mengandung 99,5% air dan0,5% elektrolit dan
protein.

Saliva menyekresi dua jenis protein yang utama :

1. Sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu ∝-amilase), yang merupakan


enzim untuk mencernakan karbohidrat, dan
2. Sekresi mukus yang mengandung musin untuk pelumasan dan perlindungan
permukaan.

EMPEDU

Salah satu dari berbagai fungsi hati adalah menyekresi empedu, normalnya
antara 600 dan 1.000ml/hari. Empedu melakukan dua fungsi penting.

1
Pertama, empedu memainkan peran penting dalam pencernaan dan absorpsi
lemak, bukan karena enzim dalam empedu yang menyebabkan pencernaan lemak,
tetapi karena asam empedu yang menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena
asam empedu dalam empedu melakukan dua hal :

1. Mereka membantu mengemulsi partikel-partikel lemak yang besar dalam


makanan menjadi banyak partikel kecil, permukaan pertikel tersebut dapat
diserang oleh enzim lipase yang disekresikan dalam getah pankreas, dan
2. Mereka membantu absorpsi produk akhir lemak yang telah dicerna melalui
membran mukosa intestinal.

Kedua, empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengekskresi beberapa produk
buangan yang penting dari darah. Hal ini terutama meliputi bilirubin, suatu produk
akhir penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol.

2
BAB 2

PERSIAPAN PRAKTIKUM

I. Enzim
A. Alat dan Bahan:

o Amilum 1% o Iodium
o Tepung kedelai o Fenol merah
o Saliva saring o Larutan HCl
o Tabung reaksi o Asam cuka
o Waterbath/penangas o Larutan ureum
o Kertas saring o Aquades
o Bongkahan es o Pengaduk kaca
B. Cara Kerja
1) Percobaan Amilase
1. Siapkan 3 seri tabung reaksi (A, B, C), dengan masing-masing seri
berisi 4 tabung sebagai berikut
3 mL amilum 3 mL amilum
1% matang segar

1 2 3 4

3 mL saliva
saring dan 3
mL HCl 3 mL H2O

2. Vortex setiap tabung dari semua seri sampai larutan tercampur rata
3. Letakkan tabung-tabung seri A di suhu ruangan, seri B di icebox, dan
seri C di waterbath 37oC
4. Setiap tabung dari semua seri diambil 1 tetes dan diteteskan pada
droplet. Teteskan setiap tetes larutan tersebut dengan iodium. Lihat
perubahan warna 1 tetes iodium
1 tetes larutan pada setiap
tetes larutan

3
5. Lakukan ini setiap 10 menit.
2) Percobaan Urease
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi sebagai berikut

2 mL larutan 2 mL larutan
ureum aquades

A B

Tambah 1 tetes fenol


merah
2. Campurkan dengan cara dikocok
3.
Teteskan asam
asetat 2% sampai
warna merah hilang

4. Panaskan 3
sampai 5 menit
A B

Penangas (suhu 60oC)

5.

A B

Tambahkan
sepucuk sendok
tepung kedelai
4
6. Kocok.
7. Diamkan beberapa menit. Lihat perubahan yang terjadi.

II. Saliva
A. Alat dan Bahan
o Saliva o H2SO4 pekat
o Larutan biuret o Tabung reaksi
o Larutan molisch o pH meter
o Asam asetat encer o Pipet ukur
o Kertas saring o Pipet tetes
B. Cara Kerja

SA: menambahkan 5 tetes


Mengukur pH biuret, campur dan
saliva sebagai mengamati perubahan
pH awal
SB:
Tambah 2 mL
menambahkan 5
H2SO4 pekat
tetes larutan
melalui dinding
Menyiapkan 4 molisch, campur
tabung reaksi perlahan
(SA,SB, SC dan SC: menambahkan asam asetat
SD) masukkan 2 encer 2-5 tetes kemudian di
mL saliva saring vortex

SD: tanpa diperlakuan


hanya sebagai
pembanding

III. Empedu
A. Alat dan Bahan
o Larutan empedu encer o Tabung reaksi
o Larutan asam nitrat (HNO3) pekat o Pipet volumetrik
o Larutan sukrosa 5% o Air suling
o Asam sulfat (H2SO4) dalam beuret o Minyak goreng

5
B. Cara Kerja
1) Uji Gmelin
Miringkan Jangan sampai
Sediakan 1
tabung, alirkan kedua larutan
tabung reaksi,
hati-hati 3 mL bercampur.
masukkan 3
larutan Amati warna-
mL HNO3
empedu encer warna yang
pekat
melalui terbentuk pada
dinding tabung perbatasan
dengan pipet

2) Uji Pettenkofer
Tambahkan Miringkan Amati
Sediakan 1
5 tetes tabung, cincin yang
tabung
larutan dengan hati- terbentuk
reaksi,
sukrosa 5% hati alirkan 3 antara
masukkan
mL asam kedua
5 mL
sulfat pekat lapisan
larutan
melalui
empedu
dinding
encer

3) Uji emulgator
Pada tabung Tambahkan 1
Sediakan 2
A masukkan 3 tetes minyak
tabung reaksi
mL aquades pada setiap
(labeli dengan
dan tabung B tabung.
A dan B)
masukkan 3 Kemudian,
mL larutan kocok tabung
empedu encer & amati
perubahannya

6
BAB III
HASIL PRAKTIKUM

I. Percobaan Amilase

Nama Warna Tetesan


No.
Tabung Menit ke-0 Menit ke-10 Menit ke-20
Kuning
1 A1 Kuning kebiruan Kuning iodium
kebiruan
2 A2 Biru kehitaman Biru Biru
3 A3 Kuning bintik biru Kuning gelap Kuning bintik biru
4 A4 Biru kehitaman Biru Biru
Kuning bintik
5 B1 Kuning bintik biru Kuning iodium
biru
6 B2 Biru kehitaman Kuning gelap Biru
7 B3 Kuning bintik biru Kuning gelap Kuning bintik biru
Biru
Biru pinggiran
8 B4 Biru pinggiran kuning pinggiran
kuning
kuning
Kuning bintik
k C1 Kuning bintik biru Kuning iodium
biru
10 C2 Biru kehitaman Biru Biru
Kuning
11 C3 Biru kehitaman Kuning bintik biru
kebiruan
Kuning Biru pinggiran
12 C4 Biru kehitaman
kebiruan kuning

II. Percobaan Urease

Larutan Fenol merah Asam cuka Tepung kedelai Endapan

A (Ureum) Merah muda Kuning Merah muda Ada

B (Aquades) Kuning Kuning Kuning Ada

7
III. Percobaan Saliva

Diberi
Diberi
Tabung Warna Awal Uji Biuret Uji Molisch Asam
H2SO4
Asetat
A Bening Ungu - - -
Ada
endapan,
Putih keruh susuan
dan warna dari
B Bening - terdapat atas ke -
endapan bawah :
hitam putih, cincin
ungu, cincin
coklat, hijau
Terbentuk
C Bening - - - endapan
protein
D bening - - - -
pH saliva : 8
IV. Percobaan Gmelin

Larutan Warna awal Setelah dialiri larutan empedu encer


HNO3 Bening Terbentuk warna (mulai dari atas ke
bawah) : hijau-biru-ungu-kuning
kecoklatan-bening (pada dasar
tabung)
V. Percobaan Pettenkofer

Larutan Warna awal Setelah ditetesi Setelah dialiri 3ml H2SO4


sukrosa (5 tetes) (melalui dinding tabung)
Empedu Hijau muda Warna belum Terbentuk warna seperti
encer berubah (hijau cincin ungu di antara warna
muda) hijau dan kuning
kecoklatan (pada dasar
tabung berwarna bening)
VI. Percobaan Emulgator

Sebelum ditetesi
No. Nama Tabung Setelah ditetesi minyak
minyak
1 A Bening Minyak tidak larut
2 B Hijau Minyak teremulsi

8
BAB IV

PEMBAHASAN

I. Percobaan Amilase

Percobaan amilase yang sudah kami lakukan berusaha mengetahui


pengaruh dari suhu dan pH dalam kaitannya dengan kerja dan aktivitas enzim.
Berdasarkan teori, enzim hanya dapat bekerja pada substrat apabila suhu dari
medium enzim tersebut optimal, yaitu 37oC (suhu tubuh). Pada suhu di bawah
37oC enzim menjadi inaktif, sedangkan pada suhu di atas 37 oC enzim akan
mengalami denaturasi sehingga kehilangan sifat enzimatisnya. Setiap enzim
memiliki pH optimal yang khas dan bervariasi. Dalam hal ini, pH yang optimal
bagi enzim amilase berdasarkan teori berkisar antara 6,8-7 (netral). Namun,
ada lagi yang dapat mempengaruhi aktivitas enzim, yaitu kofaktor (zat dari
bahan organik yang berperan mempercepat reaksi).

Berdasarkan hasil percobaan, dapat dilihat bahwa tabung nomor 1 dalam


setiap seri mengalami perubahan warna paling cepat yang mendekati warna
kuning iodium, yaitu menandakan bahwa enzim amilase sudah berhasil
memecah amilum. Hal ini dikarenakan tabung nomor 1 pada setiap seri
dicampurkan dengan amilum matang, saliva saring, dan HCl. Amilum yang
matang sudah terhidrolisis, sehingga mudah bagi enzim amilase untuk bekerja
pada amilum tersebut. Saliva saring mengandung enzim amilase yang
berfungsi memecah amilum menjadi lebih sederhana. HCl pada tabung-tabung
dengan label 1 dalam percobaan ini berperan untuk menyumbang Cl- sebagai
kofaktor yang dapat mempercepat reaksi enzimatis. Oleh karena itu, tabung-
tabung yang memiliki label 1 perubahan warnanya mendekati iodium lebih
cepat, sesuai dengan teori.

Tabung dengan nomor 1 dan 3 dari setiap seri terlihat mengalami


perubahan warna mendekati warna iodium dengan lebih cepat karena tabung
nomor 1 dan 3 menggunakan saliva saring yang mengandung enzim amilase
yang berguna untuk memecah amilum. Namun, tabung nomor 1 lebih cepat
daripada tabung nomor 3 karena tabung nomor 3 menggunakan amilum segar
yang ikatan kimianya belom terhidrolisis, sehingga masih agak sulit bagi enzim
amilase untuk bekerja memecah amilum segar tersebut.

Tabung dengan nomor 2 dan 4 menghasilkan warna yang biru setelah


ditetesi iodium karena pada tabung tersebut tidak ditambahkan saliva saring,
namun ditambahkan dengan H2O, sehingga H2O berikatan dengan larutan
iodium dan menghasilkan warna yang biru.

9
Percobaan yang kami lakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap
kerja enzim tidak menunjukkan hasil yang sesuai teori, karena menurut teori
seharusnya tabung seri A dan C yang diletakkan pada suhu kamar dan
waterbath 37oC mengalami perubahan warna mendekati iodium dengan lebih
cepat, terutama tabung pada seri C karena enzim bekerja optimum pada suhu
37oC Namun pada percobaan kami, tabung pada seri B yang diletakkan pada
icebox juga mengalami perubahan warna mendekati warna iodium dalam waktu
yang sama. Padahal berdasarkan teori, enzim tidak dapat bekerja pada suhu
yang terlalu dingin. Hal ini disebabkan karena pada saat penambahan HCl pada
tabung nomor 1 dan 3 yang seharusnya sebanyak 1 tetes, kami menambahkan
HCl sebanyak 3 tetes, maka reaksi yang terjadi pada tabung 1 seri A dan B
juga mengalami perubahan warna menjadi sama dengan iodium lebih cepat
(waktunya sama dengan tabung 1 seri C).

II. Percobaan Urease

Percobaan urease yang kami lakukan ini bertujuan untuk mengetahui


keberadaan enzim urease dalam tepung kedelai. Enzim urease adalah

Pada tahap awal masing-masing tabung reaksi A (Ureum) dan B


(Aquades) ditetesi 1 tetes fenol merah, dimana fenol merah berperan sebagai
indikator asam basa. Setelah masing-masing tabung dicampur dengan fenol
merah, hasil perubahan warna menunjukkan bahwa pada tabung reaksi A
berwarna merah muda dan tabung reaksi B berwarna kuning. Indikator fenol
red akan menunjukkan warna kuning dalam suasana yang asam dan warna
merah pada suasana yang basa. Penambahan fenol red ini menunjukkan
bahwa larutan ureum bersifat basa (merah muda), sedangkan larutan aquades
bersifat asam (kuning).
Kemudian pada tabung reaksi A ditambahkan 2% asam cuka setetes
demi setetes dan dicampur hingga warna larutan yang tadinya merah muda
berubah warna menjadi kuning, dengan tujuan supaya larutan ureum bisa
menjadi semakin asam. Setelah warna larutan ureum sudah menjadi kuning,
hentikan tetesan asam cuka. Warna kuning menunjukkan bahwa larutan ureum
sudah bersifat asam.

Setelah itu, kedua tabung dipanaskan di penangas dengan suhu 60ºC.


Pemanasan ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan suhu yang optimum
bagi enzim urease untuk bekerja. Hal ini disebabkan karena berdasarkan teori,
enzim urease dapat bekerja dengan optimum pada suhu 60ºC. Apabila suhu
lebih tinggi dari itu, enzim urease akan mengalami denaturasi.

Setelah penambahan tepung kedelai, terlihat pada tabung A berubah


warna menjadi merah muda. Perubahan ini disebabkan karena enzim urease

10
pada tepung kedelai berhasil bereaksi dengan ureum, yaitu enzim ini
menghidrolisis ureum sehingga menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dan
senyawa amoniak (NH3). Senyawa amoniak disini bersifat basa, maka dari itu
warna dari larutan ureum berubah kembali menjadi merah muda, yang
menunjukkan bahwa larutan kembali bersifat basa.
Reaksinya sebagai berikut:
CO(NH2)2 + H2O + enzim urease 2NH3 + CO2

Sementara pada tabung B yang berisi aquades tidak terjadi perubahan


warna apa-apa karena larutan aquades tidak mengandung ureum yang dapat
bereaksi dengan enzim urease pada tepung kedelai. Maka dari itu, tidak terjadi
reaksi apa-apa pada tabung B.

III. Percobaan Saliva

Uji Biuret bertujuan untuk melihat ada tidaknya protein dalam saliva yang
diuji, uji Biuret memiliki hasil reaksi positif apabila larutan berwarna ungu ketika
ditambahkan larutan biuret. Hasil uji biuret yang kami lakukan dalam praktikum
menunjukkan hasil positif yang berarti sampel saliva yang diuji mengandung
protein. Hal tersebut terbukti dari warna ungu yang terbentuk pada larutan.

Pada Uji Molisch yang dilakukan pada tabung dengan label B dalam
percobaan kami menggunakan larutan molisch serta larutan H2SO4 pekat. Uji
ini dapat dibuktikan berdasarkan pembentukan furfural atau turunan-turunan
dari karbohidrat yang didehidrasi oleh asam pekat. Asam pekat yang digunakan
dalam percobaan kami adalah asam sulfat pekat (H2SO4). Reaksi pembentukan
furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu
senyawa. Furfural atau derivatnya dapat membentuk senyawa berwarna
apabila direaksikan dengan α-naftol/molisch. Berdasarkan teori, furfural apabila
ditambahkan asam sulfat pekat akan membentuk dua lapisan zat cair. Pada
batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi
kondensasi antara furfural dengan α-naftol/molisch. Percobaan yang kami
lakukan sudah sesuai dengan teori, karena pada tabung B terbentuk furfural
ketika saliva ditetesi molisch. Setelah itu, terbentuk pula 2 lapisan zat cair yang
dipisahkan oleh cincin ungu di tengahnya setelah larutan ditambahkan dengan
asam sulfat pekat. Hasil percobaan kami tersebut menunjukkan bahwa dalam
sampel saliva terdapat karbohidrat. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya
cincin berwarna ungu pada tabung.

Tabung yang diberi label C, yaitu saliva yang ditambahkan asam asetat
merupakan percobaan yang bertujuan untuk membuktikan bahwa di dalam
saliva terdapat zat yang bernama musin. Musin dalam saliva berguna sebagai

11
bahan dari mucus, yang berfungsi untuk melumasi makanan saat dicerna
dalam mulut. Penambahan asam asetat encer dalam percobaan ini akan
membentuk endapan putih yang bentuknya amorf atau tidak terlalu jelas.
Endapan putih itulah yang menunjukkan keberadaan dari musin dalam saliva.
Asam asetat dalam hal ini berfungsi untuk mengendapkan musin. Penambahan
asam akan mendenaturasi protein dalam musin sehingga strukturnya menjadi
tidak larut dan mengendap.

IV. Percobaan Gmelin

Uji gemelin digunakan untuk menguji dan mengetahui keberadaan pigmen


empedu setelah dilakukan penambahan HNO3 yang kemudian akan
memunculkan defraksi warna. Prinsip uji gemelin adalah reaksi antara bilirubin
dengan HNO3 yang menghasilkan warna serupa antara larutan dengan
konsentrasi HNO3, bila digunakan HNO3 pekat maka warna akan menjadi
merah muda. Zat warna pada empedu akan mengalami oksidasi setelah
ditambahkan HNO3, zat warna empedu sendiri didapat dari pemecahan
hemoglobin pada eritrosit. Warna pada bilirubin meliputi warna kuning dan
ungu, sedangkan warna pada biliverdin adalah hijau. Pada percobaan di
dapatkan warna hijau di bagian paling atas, kemudian di bawahnya muncul
warna biru, kemudian warna ungu dan di lanjutkan dengan warna kuning
kecoklatan. Pada bagian paling dasar larutan, larutan berwarna kuning. Warna
kuning pada larutan menandakan adanya reaksi antara bilirubin dengan HNO 3.

V. Percobaan Pettenkofer

Tujuan dari uji pettenkofer adalah untuk membuktikan adanya kandungan


garam dan asam empedu yang ada di larutan empedu encer. Prinsip dalam uji
pettenkofer adalah garam pada empedu akan di asamkan oleh H 2SO4 dan
kondensasi heksosa dari sukrosa bereaksi dengan asam empedu yang
kemudian akan memunculkan warna ungu di antara dua lapisan yang
terbentuk. Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan warna cicin ungu di antara
warna hijau dan kuning kecoklatan, pada dasar tabung didapatkan warna
bening. Munculnya warna seperti cincin ungu ini menandakan adanya
kondensasi heksosa dari sukrosa yang bereaksi dengan asam empedu.

VI. Percobaan Emulgator

Uji emulgator yang sudah kami lakukan bertujuan untuk membuktikan fungsi
empedu sebagai emulgator yang dapat dilihat dari hasil penetesan minyak,
yaitu emulsi dari minyak yang diteteskan pada empedu encer tersebut. Emulsi
adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri dari paling
sedikit dua fase

12
sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lain. Garam empedu bersifat
digestif dan memperlancar kerja enzim lipase dalam memecah lemak.
Garam empedu sebagai emulgator berfungsi untuk memecah partikel-
partikel lemak yang besar menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Hal ini
merupakan salah satu fungsi empedu yang berkaitan dengan sistem
pencernaan, yaitu untuk memecah lemak menjadi lebih sederhana supaya
bisa diserap oleh tubuh.

Pada tabung label A, dapat dilihat bahwa lemak tidak dapat larut di
dalam aquades. Hal ini sesuai dengan teori, karena berdasarkan teori,
aquades bersifat polar sedangkan lemak bersifat nonpolar. Sehingga lemak
tidak dapat larut di dalam aquades. Apabila suatu larutan bersifat polar,
maka supaya bisa larut pelarutnya juga harus polar. Hal ini berdasarkan
teori juga berlaku bagi larutan dan pelarut nonpolar.

Pada tabung B, dapat dilihat bahwa lemak teremulsi di dalam empedu


encer. Hasil percobaan ini membuktikan bahwa larutan empedu dapat
mengemulsi lemak. Hasil ini sudah sesuai teori karena berdasarkan teori,
empedu mengandung garam empedu yang berfungsi untuk melarutkan
lemak supaya dapat dicerna dalam tubuh.

13
BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, kesimpulan yang dapat
diambil antara lain:

1. Percobaan amilase: aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu, pH, dan


kofaktor.
2. Percobaan urease: terdapat enzim urease pada tepung kedelai,
dibuktikan dengan warna merah setelah penambahan tepung kedelai
pada larutan ureum.
3. Percobaan biuret: terdapat protein dalam saliva, dibuktikan dengan
warna ungu yang muncul setelah penetesan biuret.
4. Percobaan molisch: terdapat karbohidrat dalam saliva, dibuktikan
dengan adanya cincin ungu diantara 2 lapisan warna setelah larutan
diberi H2SO4.
5. Percobaan saliva+asam asetat: terdapat musin dalam saliva, dibuktikan
dengan munculnya endapan putih setelah larutan ditetesi asam asetat.
6. Percobaan gmelin: terdapat pigmen empedu dalam cairan empedu,
dibuktikan dengan adanya cincin biru violet setelah penambahan larutan
empedu pada larutan.
7. Percobaan pettenkofer: terdapat asam empedu dalam cairan empedu,
dibuktikan dengan adanya cincin ungu setelah penambahan H2SO4
pada larutan.
8. Percobaan emulgator: Larutan empedu memiliki sifat emulgator (dapat
mengemulsi lemak), dibuktikan dengan minyak yang teremulsi menjadi
partikel-partikel kecil pada larutan empedu.

14
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Rodwell, V. W. (2015). Harper’s Illustrated Biochemistry (30th ed.). New York:


Mc-Graw Hill.

Tortora, G. J. (2014). Principles of Anatomy and Physiology (14th ed.). USA:


Wiley.

Sherwood, L. (2013). Human Physiology from Cells to Systems (8th ed.).


Canada: Cengage Learning.

Hall, J. E. (2014). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology (12th ed.).
USA: Saunders.

Sunarya, Y. (2013). Kimia Dasar 2 (2 th ed.). Bandung: CV Yrama Widya.

15

Anda mungkin juga menyukai