Kelompok 2.5 :
Yessica (41150081)
DASAR TEORI
ENZIM
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan urut-
urutan yang teratur, enzim mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan
molekul nutrient, reaksi yang menyimpan dan mengubah energi kimiawi, dan yang
membuat makromolekul sel dari prekursor sederhana. Selain sangat efisien, enzim
juga merupakan katalis yang sangat efektif. Enzim bersifat spesifik baik bagi tipe
reaksi yang dikatalisis maupun satu substrat atau sekelompok kecil substrat yang
berhubungan.
SALIVA
EMPEDU
Salah satu dari berbagai fungsi hati adalah menyekresi empedu, normalnya
antara 600 dan 1.000ml/hari. Empedu melakukan dua fungsi penting.
1
Pertama, empedu memainkan peran penting dalam pencernaan dan absorpsi
lemak, bukan karena enzim dalam empedu yang menyebabkan pencernaan lemak,
tetapi karena asam empedu yang menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena
asam empedu dalam empedu melakukan dua hal :
Kedua, empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengekskresi beberapa produk
buangan yang penting dari darah. Hal ini terutama meliputi bilirubin, suatu produk
akhir penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol.
2
BAB 2
PERSIAPAN PRAKTIKUM
I. Enzim
A. Alat dan Bahan:
o Amilum 1% o Iodium
o Tepung kedelai o Fenol merah
o Saliva saring o Larutan HCl
o Tabung reaksi o Asam cuka
o Waterbath/penangas o Larutan ureum
o Kertas saring o Aquades
o Bongkahan es o Pengaduk kaca
B. Cara Kerja
1) Percobaan Amilase
1. Siapkan 3 seri tabung reaksi (A, B, C), dengan masing-masing seri
berisi 4 tabung sebagai berikut
3 mL amilum 3 mL amilum
1% matang segar
1 2 3 4
3 mL saliva
saring dan 3
mL HCl 3 mL H2O
2. Vortex setiap tabung dari semua seri sampai larutan tercampur rata
3. Letakkan tabung-tabung seri A di suhu ruangan, seri B di icebox, dan
seri C di waterbath 37oC
4. Setiap tabung dari semua seri diambil 1 tetes dan diteteskan pada
droplet. Teteskan setiap tetes larutan tersebut dengan iodium. Lihat
perubahan warna 1 tetes iodium
1 tetes larutan pada setiap
tetes larutan
3
5. Lakukan ini setiap 10 menit.
2) Percobaan Urease
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi sebagai berikut
2 mL larutan 2 mL larutan
ureum aquades
A B
4. Panaskan 3
sampai 5 menit
A B
5.
A B
Tambahkan
sepucuk sendok
tepung kedelai
4
6. Kocok.
7. Diamkan beberapa menit. Lihat perubahan yang terjadi.
II. Saliva
A. Alat dan Bahan
o Saliva o H2SO4 pekat
o Larutan biuret o Tabung reaksi
o Larutan molisch o pH meter
o Asam asetat encer o Pipet ukur
o Kertas saring o Pipet tetes
B. Cara Kerja
III. Empedu
A. Alat dan Bahan
o Larutan empedu encer o Tabung reaksi
o Larutan asam nitrat (HNO3) pekat o Pipet volumetrik
o Larutan sukrosa 5% o Air suling
o Asam sulfat (H2SO4) dalam beuret o Minyak goreng
5
B. Cara Kerja
1) Uji Gmelin
Miringkan Jangan sampai
Sediakan 1
tabung, alirkan kedua larutan
tabung reaksi,
hati-hati 3 mL bercampur.
masukkan 3
larutan Amati warna-
mL HNO3
empedu encer warna yang
pekat
melalui terbentuk pada
dinding tabung perbatasan
dengan pipet
2) Uji Pettenkofer
Tambahkan Miringkan Amati
Sediakan 1
5 tetes tabung, cincin yang
tabung
larutan dengan hati- terbentuk
reaksi,
sukrosa 5% hati alirkan 3 antara
masukkan
mL asam kedua
5 mL
sulfat pekat lapisan
larutan
melalui
empedu
dinding
encer
3) Uji emulgator
Pada tabung Tambahkan 1
Sediakan 2
A masukkan 3 tetes minyak
tabung reaksi
mL aquades pada setiap
(labeli dengan
dan tabung B tabung.
A dan B)
masukkan 3 Kemudian,
mL larutan kocok tabung
empedu encer & amati
perubahannya
6
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
I. Percobaan Amilase
7
III. Percobaan Saliva
Diberi
Diberi
Tabung Warna Awal Uji Biuret Uji Molisch Asam
H2SO4
Asetat
A Bening Ungu - - -
Ada
endapan,
Putih keruh susuan
dan warna dari
B Bening - terdapat atas ke -
endapan bawah :
hitam putih, cincin
ungu, cincin
coklat, hijau
Terbentuk
C Bening - - - endapan
protein
D bening - - - -
pH saliva : 8
IV. Percobaan Gmelin
Sebelum ditetesi
No. Nama Tabung Setelah ditetesi minyak
minyak
1 A Bening Minyak tidak larut
2 B Hijau Minyak teremulsi
8
BAB IV
PEMBAHASAN
I. Percobaan Amilase
9
Percobaan yang kami lakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap
kerja enzim tidak menunjukkan hasil yang sesuai teori, karena menurut teori
seharusnya tabung seri A dan C yang diletakkan pada suhu kamar dan
waterbath 37oC mengalami perubahan warna mendekati iodium dengan lebih
cepat, terutama tabung pada seri C karena enzim bekerja optimum pada suhu
37oC Namun pada percobaan kami, tabung pada seri B yang diletakkan pada
icebox juga mengalami perubahan warna mendekati warna iodium dalam waktu
yang sama. Padahal berdasarkan teori, enzim tidak dapat bekerja pada suhu
yang terlalu dingin. Hal ini disebabkan karena pada saat penambahan HCl pada
tabung nomor 1 dan 3 yang seharusnya sebanyak 1 tetes, kami menambahkan
HCl sebanyak 3 tetes, maka reaksi yang terjadi pada tabung 1 seri A dan B
juga mengalami perubahan warna menjadi sama dengan iodium lebih cepat
(waktunya sama dengan tabung 1 seri C).
10
pada tepung kedelai berhasil bereaksi dengan ureum, yaitu enzim ini
menghidrolisis ureum sehingga menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dan
senyawa amoniak (NH3). Senyawa amoniak disini bersifat basa, maka dari itu
warna dari larutan ureum berubah kembali menjadi merah muda, yang
menunjukkan bahwa larutan kembali bersifat basa.
Reaksinya sebagai berikut:
CO(NH2)2 + H2O + enzim urease 2NH3 + CO2
Uji Biuret bertujuan untuk melihat ada tidaknya protein dalam saliva yang
diuji, uji Biuret memiliki hasil reaksi positif apabila larutan berwarna ungu ketika
ditambahkan larutan biuret. Hasil uji biuret yang kami lakukan dalam praktikum
menunjukkan hasil positif yang berarti sampel saliva yang diuji mengandung
protein. Hal tersebut terbukti dari warna ungu yang terbentuk pada larutan.
Pada Uji Molisch yang dilakukan pada tabung dengan label B dalam
percobaan kami menggunakan larutan molisch serta larutan H2SO4 pekat. Uji
ini dapat dibuktikan berdasarkan pembentukan furfural atau turunan-turunan
dari karbohidrat yang didehidrasi oleh asam pekat. Asam pekat yang digunakan
dalam percobaan kami adalah asam sulfat pekat (H2SO4). Reaksi pembentukan
furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu
senyawa. Furfural atau derivatnya dapat membentuk senyawa berwarna
apabila direaksikan dengan α-naftol/molisch. Berdasarkan teori, furfural apabila
ditambahkan asam sulfat pekat akan membentuk dua lapisan zat cair. Pada
batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi
kondensasi antara furfural dengan α-naftol/molisch. Percobaan yang kami
lakukan sudah sesuai dengan teori, karena pada tabung B terbentuk furfural
ketika saliva ditetesi molisch. Setelah itu, terbentuk pula 2 lapisan zat cair yang
dipisahkan oleh cincin ungu di tengahnya setelah larutan ditambahkan dengan
asam sulfat pekat. Hasil percobaan kami tersebut menunjukkan bahwa dalam
sampel saliva terdapat karbohidrat. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya
cincin berwarna ungu pada tabung.
Tabung yang diberi label C, yaitu saliva yang ditambahkan asam asetat
merupakan percobaan yang bertujuan untuk membuktikan bahwa di dalam
saliva terdapat zat yang bernama musin. Musin dalam saliva berguna sebagai
11
bahan dari mucus, yang berfungsi untuk melumasi makanan saat dicerna
dalam mulut. Penambahan asam asetat encer dalam percobaan ini akan
membentuk endapan putih yang bentuknya amorf atau tidak terlalu jelas.
Endapan putih itulah yang menunjukkan keberadaan dari musin dalam saliva.
Asam asetat dalam hal ini berfungsi untuk mengendapkan musin. Penambahan
asam akan mendenaturasi protein dalam musin sehingga strukturnya menjadi
tidak larut dan mengendap.
V. Percobaan Pettenkofer
Uji emulgator yang sudah kami lakukan bertujuan untuk membuktikan fungsi
empedu sebagai emulgator yang dapat dilihat dari hasil penetesan minyak,
yaitu emulsi dari minyak yang diteteskan pada empedu encer tersebut. Emulsi
adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri dari paling
sedikit dua fase
12
sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lain. Garam empedu bersifat
digestif dan memperlancar kerja enzim lipase dalam memecah lemak.
Garam empedu sebagai emulgator berfungsi untuk memecah partikel-
partikel lemak yang besar menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Hal ini
merupakan salah satu fungsi empedu yang berkaitan dengan sistem
pencernaan, yaitu untuk memecah lemak menjadi lebih sederhana supaya
bisa diserap oleh tubuh.
Pada tabung label A, dapat dilihat bahwa lemak tidak dapat larut di
dalam aquades. Hal ini sesuai dengan teori, karena berdasarkan teori,
aquades bersifat polar sedangkan lemak bersifat nonpolar. Sehingga lemak
tidak dapat larut di dalam aquades. Apabila suatu larutan bersifat polar,
maka supaya bisa larut pelarutnya juga harus polar. Hal ini berdasarkan
teori juga berlaku bagi larutan dan pelarut nonpolar.
13
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, kesimpulan yang dapat
diambil antara lain:
14
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Hall, J. E. (2014). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology (12th ed.).
USA: Saunders.
15