Mahasiswa diharuskan :
2. Setiap praktikum akan diawali dengan pre test dengan materi acara yang akan
a. Jas laboratorium
d. Pipet tetes.
10. Menyerahkan laporan resmi dari setiap acara praktikum yang telah dilakukan,
11. Membersihkan semua alat yang telah dipakai sebelum meninggalkan laboratorium
dan bertanggung jawab apabila ada alat yang hilang atau rusak
12. Mengikuti semua acara praktikum dan harus memberitahukan kepada asisten
secara tertulis apabila terpaksa tidak dapat mengikuti salah satu acara
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
2
2. Kumuran tersebut ditampung dalam sebuah labu, gojok dam saringlah (Saliva
encer)
3. Isiah 3 buah tabung reaksi yang tersedia dengan 5 ml saliva encer tersebut.
4. Tabung pertama (1) didihlah lalu dinginkan segera dan tambahkan ke dalamnya 5
ml 1 % amilum.
8. Ujilah tiap menit sekali dengan setetes cairan tabung nomor 3 dengan larutan yod.
Jika pengujian diatas tida lagi menunjukkan reaksi positif, hentikan perlakuan
diatas dan kerjakan uji Benedict. Bila positif lakukan uji Osazon terhadap ketiga
tabung diatas.
2. Tambahkan ke dalam tabung nomor satu (satu) 1 ml HCL 0,4 % dan 2 potong fibrin
3. Tabung nomor 2 ditambah dengan 1ml air dan 2 potong fibrin karman.
4. Tabung nomor tiga, didihkan selama 1 menit, segera dinginkan, lalu tambahkan
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
3
1. HIDROLISIS PROTEIN.
Tabung 3 : diisi dengan 1 ml air, 2 tetes Na2 CO3 dan 2 potong kongo merah
fibrin.
2. HIDROLISIS AMILUM.
3. Hidrolisis Lemak.
2. Masing-masing tabung ditambahkan 4 tetes Fenol merah dan Na2 CO3 sampai
FUNGSI EMPEDU
1. Isilah dua tabung reaksi masing-masing dengan air dan larutan empedu encer.
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
4
2. Percobaan Oliver
hingga jernih.
2. Tambahkan larutan pepton sama banyak, yang sebelumnya telah diasamkan dengan
dimasak.
2. Tambahkan 2 tetes larutan MgSO4 jenuh dan 5 ml NaCl 10%, masak lagi dan
3. Tetesilah endapan pada kertas saring itu dengan 1-2 tetes pereaksi Fouchet.
1. Kedalam tabung reaksi yang telah berisi dengan 3 ml HNO3 pekat dituangkan 1
lapisan.
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
5
(METODE BENEDICT)
Prinsip
membentuk presipitat (kekeruhan) berwarna putih dari cup rous thiocyanate dan
CuSO4 telah direduksi, larutan yang berwarna biru akan menjadi tidak berwarna.
Reagensia
2. Na2CO3 kristal.
Pengenceran :
Bila perlu urine dapat diencerkan, bila dibutuhkan antara 5-15 ml untuk mereduksi 10
Prosedur
1. Pipet 10,0 ml reagen benedict kuantitatif, masukkan ke dalam labu ukur 100,00 ml
porselin.
4. Urin yang diperiksa (bilaperlu telah diencerkan) dimasukkan ke dalam buret untuk
titran.
5. Mula-mula teteskan urin dari buret secara cepat sampai terbentuk presipitat
6. Titrasi dihentikan bila warna biru tepat hilang, lalu dicatat jumlah urine yang
dipakai.
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
6
Perhitungan :
0,02 x 100 2a
------------- x a = ------- = ……. gram %
= X X
2a 2x5
------------- = ------- = 0.78 gram %
X 12.8
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
7
(METODE HOGENDOREN-JENSEN)
Prinsip :
Protein darah diendapkan dahulu dengan Zink Hidroxida (Zn(OH)2) agar tidak
Reaksi
Reagensia
1. NaOH 0,1 N
2. ZnSO4 0,45%
3. K3Fe(CN)6 0,005 N
4. KI 20 %
5. K2Cr2O7 0,005 N
6. Asam asetat 3 %.
7. Amilum 1 %.
9. HCL 6 N
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
8
Prosedur :
menit.
11. Titrasi dengan Na-tio samapi terjadi perubahan warna. Titrasi sampel = s ml.
12. Buat blangko dengan prosedur yang sama, kecuali nomor 3 diganti dengan
13. Lakukan standarisasi Larutan Na-tio 0,005 N dengan larutan K2Cr2O7 0,005 N.
V1. N1 = V2 . N2.
N Na-tio = 0,00y N.
( b ml – s ml ) . 0.00y
-------------------------- = Z ml
0,005 N
Misal : Z ml = 0.44 ml, maka kadar glukosanya adalah 282 mg % per 100 ml.
Bila sampel yang dipakai plasma, maka harus dihitung dalam darah dahulu. Sebab
Maka ml glukosa dalam darah adalah (karena tiap 100 ml darah mengadung 55
100 ml
-------- x 0.242 = 0.44 ml lihat tabel, sehingga kadar glukosda darah = 282 mg %.
55 ml
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
9
ml 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09
0.0 385 382 379 376 373 370 367 364 361 358
0.1 355 352 350 340 345 343 341 338 336 333
0.2 331 329 327 325 323 321 318 316 314 312
0.3 310 308 306 304 302 300 298 296 294 292
0.4 290 288 286 284 282 280 278 276 274 272
0.5 270 268 266 264 262 260 259 257 255 253
0.6 251 249 247 245 243 241 240 238 236 234
0.7 232 230 228 226 224 222 221 219 217 215
0.8 213 211 209 208 206 204 202 200 199 197
0.9 195 193 191 190 188 186 184 182 181 179
1.0 177 175 173 172 170 168 166 164 163 161
1.1 159 157 155 154 153 150 148 146 145 143
1.2 141 139 138 136 134 132 131 129 127 125
1.3 124 122 120 119 117 115 113 111 110 108
1.4 106 104 102 101 99 97 95 93 92 90
1.5 88 86 84 83 81 79 77 75 74 72
1.6 70 68 66 65 63 61 59 57 56 54
1.7 52 50 48 47 45 43 41 39 38 36
1.8 19 15 14 12 10 8 7 5 3 2
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
10
GLUKOSA URIN
Prinsip
CuSO4 alkalis dalam suasana panas direduksi dengan glukosa. Warna biru hilang
karena CuSO4 berubah menjadi Cu2O. Ini dapat mengganggu titik akhir titrasi. Untuk
mencegah gangguan tersebut perlu ditambahkan kalium ferro sianida yang mengikat
Reagen
1. Glukosa 0.5 %
alkalis.
Prosedur
4. Panaskan sampai mendidih dan dalam keadaan mendidih dititrasi dengan larutan
glukosa 0.5 %. Pada saat titrasi terjadi perubahan warna biru hijau kuning.
Pada saat warna kuning titrasi dilakukan tetes demi tetes sampai warna coklat.
7. Panaskan sampai mendidih dan titrasi dengan campuran urin glukosa sampai titik
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
11
Perhitungan :
Misal :
Cara I :
0.5 gr
Berat glukosa dalam glukosa 0.5 % = ------- x 8.93 ml = 0.04465 gr
100
Berat glukosa dalam glukosa 0.5 % - berat glukosa dalam campuran 0.04465 – 0.01958
----------------------------------------------------------------------- x 100 % = ------------------------x 100 =0.3201 %
Volume urin saja (2/3 x 11.75 ml) 7.833
Cara II
Kadar glukosa dalam campuran urin glukosa = kadar glukosa dalam 0.5 %
N1 x V2 = N2 x V2
0.5 x 8.93 ml
N1 X 11.75 ml = 0.5 % x 8.93 ml N1 = ----------------- = 0.38 %
11.75 ml
2x = 1.14 % - 0.5 %
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
12
Dasar
Plasma darah mengandung albumin, fibrinogen dan bermacam-macam globulin.
garam terbaik, untuk pemisahan protein pada umumnya. Kelarutannya yang tinggi dan
tidak bereaksi. Metode tersebut tidak dapat digunakan jika kemudian kadar
proteinnya akan ditentukan dengan metode Kjeldahl atau biuret dan Folin-Lowry.
Untuk maksud tersebut sebagai gantinya dapat digunakan natrium sulfat atau
natrium sulfit.
Pengendapan pada suhu kamar lebih efektif dengan natrium sulfit, maka garam ini
terbaik untuk penentuan berbagai protein plasma, karena banyaknya tergantung pada
larutan garam, kecepatan penambahan garam dan waktu kontaknya protein dengan
larutan garam semuanya berpengaruh pada derajat pengendapan. Oleh karena itu
ada baiknya membandingkan hasil-hasil dari kelompok lain dengan hasil Saudara.
Bahan :
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
13
Cara Kerja :
1. 0,5 ml plasma ditambah 9,5 ml larutan Na Sulfit, dicampur dengan baik dan
2. Gunakan Na Sulfit dengan tiga macam kadar tersebut dan kumpulkan endapan-
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
14
Prinsip :
dengan H2SO4 pekat menjadi amonium sulfat ((NH 4)2SO4). Amonium sulfat yang
terbentuk dalam proses destilasi akan dipanaskan dengan NaOH pekat, dan amonia
yang terjadi disuling di dalam sejumlah asam borat berlebihan dengan normalitas
tertentu. Untuk mengetahui jumlah asam borat yang menangkap amonia maka
alkalimetri)
Prosedur Kerja :
A. Tahap Destruksi
3. Lakukan destruksi (di dalam lemari asam) sampai jernih. Kemudian dinginkan
B. Tahap Destilasi
4. Masukkan dalam wadah sampel NaOH-Na tio 8-10 ml. Tambahkan indikator PP
5. Panaskan generator uap. Warna larutan penangkap berubah biru. Tunggu sekitar
10 menit.
6. Untuk memastikan akhir dari proses destilasi maka larutan penangkap dilepas dulu
dan periksa pH tetesan yang keluar dari ujung pipa destilasi menggunakan kertas
pH stick. Bila masih basa belum selesai dan bila sudah netral berarti selesai
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
15
C. Tahap Titrasi
1. Titrasi larutan penangkap dengan H 2SO4 standar 0,1 N sampai warna biru tepat
hilang
Perhitungan :
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
16
Prinsip :
H2SO4 pekat menjadi amonium sulfat ((NH 4)2SO4). Amonium sulfat yang terbentuk
dalam proses destilasi akan dipanaskan dengan NaOH pekat, dan amonia yang terjadi
disuling di dalam sejumlah asam borat berlebihan dengan normalitas tertentu. Untuk
mengetahui jumlah asam borat yang menangkap amonia maka dititrasi dengan H 2SO4
Prosedur Kerja :
A. Tahap Destruksi
3. Lakukan destruksi (di dalam lemari asam) sampai jernih. Kemudian dinginkan
B. Tahap Destilasi
kecoklatan)
4. Masukkan dalam wadah sampel NaOH-Na tio 8-10 ml. Tambahkan indikator PP
sekitar 10 menit.
6. Untuk memastikan akhir dari proses destilasi maka larutan penangkap dilepas
dulu dan periksa pH tetesan yang keluar dari ujung pipa destilasi
menggunakan kertas pH stick. Bila masih basa belum selesai dan bilai sudah
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
17
C. Tahap Titrasi
1. Titrasi larutan penangkap dengan H2SO4 standar 0,1 N sampai warna biru
tepat hilang
Perhitungan :
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
18
Prinsip :
Kreatinin dengan asam pikrat alkalis membentuk kreatinin pikrat yang berwarna
Bahan/Reagen :
1. Sampel urin
2. Pikrat alkalis NaOH 10% dicampur dengan asam pikrat 1% dengan perbandingan
5:1
Prosedur kerja :
3. Pembuatan larutan WS
Nilai normal kreatinin urine 1 – 2 g per hari (rata-rata urine sehari = 1500 ml)
20 g
supaya nilainya jatuh di tengah-tengah antara WS1 – WS5 maka dibagi dengan
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
19
b. Berdasarkan rumus :
Kadar kreatinin urin dalam 100 ml larutan urin encer 1,0 ml urin = Y x 100/2 = A
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
20
Prinsip :
Protein plasma dihilangkan terlebih dahulu. Kreatinin dengan asam pikrat alkalis
Bahan/Reagen :
1. Sampel plasma
2. Na Wolframat
3. H2SO4 6 N
perbandingan 5 : 1
Prosedur kerja :
batas
5. Pembuatan larutan WS
Nilai normal kreatinin plasma 0,7 – 1,4 mg/100 ml atau rata-ratanya 1,1 mg
11 g
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
21
b. Berdasarkan rumus :
Kadar kreatinin dalam 50,0 ml larutan plasma encer 5,0 ml plasma =Y x 50/10 = A
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
22
Lipid / lipoid, ialah senyawa-senyawa yang tidak larut dalam air, namun larut
1) Lemak Netral
senyawa gliserol dengan asam lemak. Lemak netral mengandung 1 molekul gliserol
2) Lipid Majemuk
senyawa asam lemak, gliserol atau senyawa yang bertautan, base mengandung N
mengandung galaktose, asam-asam lemak dan base N, tanpa gliserol dan tanpa
fosfat.
3) Lemak hidrolisat
yang terjadi oleh hidrolisis lemak, gliserol, asam lemak, dan sabun (lemak). Sabun
ialah garam-garam asam lemak yang terjadi oleh hidrolisis (menyabun) lemak-
Dalam darah terdapat lipid terutama sebagai lipoprotein, yaitu lipid yang terjadi
1) Lipid Sederhana
2) Lipid Gabungan
Yaitu selain ester asam lemak dengan alkohol masih terdapat komponen
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
23
3) Produk Lipid
KOLESTEROL (3-OH-5,6-Kolesten)
Tidak dijumpai dalam jaringan tanaman, hanya dalam jaringan hewan dan manusia.
Jaringan yang mampu mensintesis kolesterol antara lain di: hati, korteks adrenal,
usus, testes, kulit, aorta. Sintesis kolesterol berlangsung di bagian sitosol dan
tubuh, sedangkan sebagian kecil saja kolesterol berasal dari kolesterol yang
Kolesterol hanya dapat disintesis didalam tubuh hewan dan manusia, dan tidak
adalah makanan yang berasal dari hewan (daging, hati, otak, dan kuning telur).
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
24
A. METODE LIEBERMANN-BURCHARD
Dasar:
Kolesterol dengan asam cuka anhidrid dan asam sulfat pekat akan membentuk
2,5 %
Reagan
1) Reagan Lieberman-Burchard
kamar.
Sampel darah yang diuji: Serum (plasma darah tanpa anti koagulan), atau Plasma
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
25
Dasar:
Kolesterol dengan ferichloride dalam campuran cuka-es dan asam sulfat akan
560 nm
Bahan:
1) Larutan ferichloride-cuka es
a. 100 mg %
b. 200 mg %
c. 400 mg %
Prosedur Penentuan Kolesterol Metode Zlatkis-Zak
Tabung Reaksi
N
Nama Bahan Sampel
o Blangko Std 1 Std 2 Std 3
1 2
1 Plasma / Serum - 0,1 ml 0,1 ml - - -
2 H2O 0,1 ml - - - - -
3 Lar. Standart :
Std 1 100 mg/dl - - - 0,1 ml - -
Std 2 200 mg/dl - - - - 0,1 ml -
Std 3 400 mg/dl - - - - - 0,1 ml
4 Lar FeCl3 - CH3COOH 6,0 ml 6,0 ml 6,0 ml 6,0 ml 6,0 ml 6,0 ml
5 H2SO4 pa 96% 4,0 ml 4,0 ml 4,0 ml 4,0 ml 4,0 ml 4,0 ml
Setelah 10 menit dari penambahan H2SO4 (setelah dingin) baru kemudian dibaca:
OD 560 nm 0,000 0, … 0, … 0, … 0, … 0, …
Catatan:
Sampel darah yang diuji: Serum (plasma darah tanpa anti koagulan), atau Plasma
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
26
Petroleum-eter (PE).
4) Lipid Total: Kolesterol, Trigliserida, free fad acid (FFA), dan fosfolipid
Bahan:
2) Alkohol bebas lemak diperoleh dengan menyuling dua kali etanol 96%.
Prosedur:
80 ml
X 5 ml serum = 4 ml Serum
100 ml
Catatan: Cawan porselin, cruss, gelas, atau alat gelas yang akan dipakai untuk
tempat menguapkan harus sudah diketahui berat awalnya terlebih dahulu !!!
3) Sisa yang tertinggal dilarutkan / dibilas dengan Petroleum Eter, setiap kali
4) Larutan disaring dalam botol timbang kecil yang sudah ditimbang, sesudah corong
dibilas dengan PE, cairan dalam botol timbang diupkan pada penanggas air.
ditimbang.
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
27
1) Penentuan Lipid
Dasar
sisanya ditimbang. Yang ditentukan disini kadar lipid total, dengan pengertian
bahwa yang ditimbang sebenarnya semua bahan yang larut dalam zat untuk
ekstraksi.
a) Alkohol bebas lemak ( diperoleh dengan menyuling dua kali etanol 96% )
c) Alat gelas yang digunakan seluruhnya bebas lemak ( pipet 5 ml, labu ukur 100
ml, corong gelas, cawan porselin, botol timbang kecil ); penangas air,
eksikator
Perhitungan
Dasar
Lipid yang terikat fosfor diekstraksi dari plasma dengan campuran alkohol-eter
dengan H2SO4 pekat. Fosfat larut sebagai ion fosfat, dengan bantuan reaksi
molibden biru untuk fosfor dalam plasma, jumlah fosfor dapat ditentukan
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
28
secara kolorimetris (660 sd 720 nm; dibaca setelah 10 menit dari penambahan
fero-asam molibdat).
c) H2O2 (Perhidrol)
d) NaOH 40 % (10 N)
(FeSO4)NH4O2SO4.6H2O
Perhitungan
sebesar 15 mg %
Dasar
penambahan H2SO4 .
a) Larutan ferichloride-cuka es
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
29
c) Larutan kolesterol standar-cuka es, 200 mg% dan 400 mg%. Dibuat dengan
Perhitungan
Dibuat garis tera dengan bantuan larutan standar kolesterol yang mengandung
Burchard
Dasar
Chloroform.
a) Alkohol 96 % p.a.
b) Eter
c) Chloroform
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
30
Perhitungan
Catatan:
Ekstrak harus sampai tepat menguap kering saja, karena bila tidak akan
terjadi kehilangan-kehilangan.
5) Penentuan Kadar Kolesterol bebas, menurut: Brown, Zlatkis, Zak, dan Boyle .
Dasar
mengandung HCl.
Pada proses ini aluminiumhidrokside larut. Dengan bantuan reaksi warna yang
d) Amonium pekat
e) Alkohol 50 %
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
31
Perhitungan
Dikonstruksi kurve tera dengan berturut-turut 0,5 ml, 0,1 ml, dan larutan
kolesterol standart 100 mg%, diperlakukan sama seperti untuk plasma, kecuali
sebelum dipenuhi. Pada kurva ini kolesterol bebas serum dibaca langsung.
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
32
DASAR :
Pada serum atau plasma ditambahkan amonium oksalat, kalsium diendapkan sebagai
kalsium oksalat. Kalsium oksalat dilarutkan dengan H 2SO4 encer, asam oksalat yang
BAHAN :
4. Termometer
5. Kertas saring
CARA KERJA :
amonium oksalat.
5. Endapan pada tabung sentrifus diencer dengan 10 ml asam sulfat encer panas
erlenmeyer.
C.
8. Ulangi cara kerja di atas untuk Blanko, dengan mengganti plasma dengan
akuades
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
33
PERHITUNGAN :
Jika tirasi untuk sampel adalah “a” dan titrasi untuk blanko adalah “b”, maka kadar
Catatan :
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
34
PEMERIKSAAN URINE
dalam ginjal, saluran pembuangannya, dan dapat memperoleh data penting tentang
pemeriksaan urine akan mempunyai arti apabila diketahui periode atau waktu urine
tersebut diambil.
1. Untuk pemeriksaan rutin urine, bila mungkin digunakan urine agi, keuntungannya
ialah :
bakteri.
b. Tidak ada oksidasi, sehingga beberapa bahan akan lebih mudah dan lebih
cepat ditentukan.
2. Dalam kasus tertentu, urine diambil pada siang hari, hal ini dilakukan pada kasus-
kasus tertentu.
b. Pada pengaturan diet diabetes, urin dikumpulkan 3-4 bagian selama 24 jam
3. Untuk semua penetapan kuantitatif, urine dikumpulkan dalam 24 jam, dan sampel
Untuk pemeriksaan, urine diambil dengan cara urine yang dikeluarkan awal dibuang,
1. WARNA
Zat warna normal urine berasal dari metabolisme endogen yang ditunjukkan
zat warna darah empedu. Urine segar yang normal mempunyai warna sitrun
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
35
sampai warna kuning batu ambar. Dapat dikatakan bahwa warna urine
tergantung pada kadar zat yang terlarut didalamnya. Warna gelap berhubungan
dengan berat jenis yang tinggi, sedangkan warna terang berhungan dengan
Pada fungsi ginjal yang terganggu, warna urine menjadi lebih muda kecuali
dalam urine terdapat banyak benda-benda padat. Urin asam biasanya berwarna
gelap dari pada urine basa. Tetapi urine basa yang mengandung fenol atau
Bahan-bahan abnormal yang dapat dijumpai dalam urine adalah sebagai berikut :
Adanya hematuria, warna urine menjadi merah sampai coklat, karena adanya
terlarut. Pada kasus hematuria, urin tidak tembus cahaya, sedangkan dalam
b. Urobilin
c. Bilirubin
Urine akan berwarna kuning sampai coklat tua dan sesudah digojog terlihat
buaih berwarna kuning yang tahan lama. Sesudah disimpan lama urin akan
biliverdin.
d. Porfirin
Adanya porfirin maka urine akan berwarna merah anggur. Bila ada
Cara Kerja :
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
36
2. KEJERNIHAN
Urine normal segar terlihat jernih tembus terang penuh. Urine segar jernih
dapat menjadi keruh oleh pendinginan karena endapan urat, perubahan derajat
oksalat.
garam urat. Bila kekeruhan tidak hilang dengan pemanasan dan juga tidak
Cara Kerja :
3. BAU
Urin normal mempunyai bau khas. Dalam keadaan patologis urine segar dapat
berbau menyimpang dari biasanya, yaitu urin pekat dan baunya keras (bau amoniak).
Bila bau seperti buah-buahan maka menunjukkan adanya diabetes. Bila urine segar
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
37
Cara Kerja :
3. Catat hasilnya.
4. DERAJAT KEASAMAN
mempunyai daerah perubahan warna antara pH 5,4 (merah) dan pH 7,8 (biru).
Perubahan lambat menjadi merah menunjukkan bahwa urine bersifat asam lemah,
bila perubahan merah menjadi cepat, maka urine bersifat asam kuat. Pada penentuan
tadi urine yang digunakan adalah urine segar, karena setelah dibiarkan lama urine
Cara Kerja :
4. Catat hasilnya.
5. BERAT JENIS
Penetapan berat jenis urin pagi sangat membantu menaksir fungsi ginjal. Bila
berat jenisnya diatas 1,020, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada gangguan
fungsi ginjal.
Cara Kerja :
2. Catat hasilnya
4. Buat kesimpulannya
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
38
Penentuan Fe Serum
Dasar :
Larutan
Prosedur:
turut:
a. 3 ml H2O
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
39
Normal Fe-serum:
µg/ml),
0,5 µg/ml x 2/5 = 1/5 µg/ml atau 0,2 µg/ml; jadi dari Stock 1 µg/ml dibuat 6 WS, sbb:
WS Konsentrasi Volume OD 500
WS 3 2 ml x 1 µg/ml 2 µg/ml - 2 ml
a. 3 ml H2O
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
40
1) Metode Talquist
prosentase (%). Darah diambil dengan pipet sahli (0,02 ml) ditetes pada kertas
2) Metode Sahli
larutkan pada larutan HCl standart akan terbentuk hematin ( hematin asam).
Prosedur darah diambil dengan pipet sahli dan dimasukkan pada tabung
Haemometer Sahli, kemudian tetes dengan HCl Standard sedikit demi sedikit
Kelemahan Metode Sahli: alat tidak dapat dikalibrasi dan tidak semua jenis
3) Metode Cyanmethemoglobin
Na-bikarbonat (NaHCO3) 1 gr
Larutan ini disimpan dalam botol berwarna gelap dan di lemari es/suhu dingin,
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
41
DAFTAR PUSTAKA
2) Dawiesah (1988), Penentuan Nutrient dalam Jaringan dan Plasma Tubuh , Pusat
Yogyakarta
4) Harper, H.A. (1979), The Blood, Lymph, & Cerebrospinal Fluid. Dalam Harper A.
5) Metode otto Schales dari Standard methods of clinical chemistry. Vol. II,
Hyderabad, India
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
42
A. Acara :
B. Hari / Tanggal ;
C. Kelompok :
1. ………………………………………
2. ……………………………………..
3. ………………………………………
4. ………………………………………
5. ……………………………………….
E. Acara : …………………………………………………….
( ………………………………………. )
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
43
B. Hari / Tanggal ;
C. Kelompok :
1. ………………………………………
2. ……………………………………..
3. ………………………………………
4. ………………………………………
5. ……………………………………….
E. Acara : …………………………………………………….
I.Reaksi
J. Tinjauan Teori
K. Pembahasan
L. Kesimpulan
( ---------------------------------) ( ----------------------------------- )
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
44
( ………………………………………. ) ( ……………………………………………………………. )
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
45
/conversion/tmp/scratch/393191908.doc