Anda di halaman 1dari 45

1

TATA TERTIB PRAKTIKUM PADA LABORATORIUM BIOKIMIA

Mahasiswa diharuskan :

1. Mempelajari acara praktikum dan menyusun rencana kerja sebelum melakukan

praktikum demi kelancaran dan kecepatan kerja selama praktikum

2. Setiap praktikum akan diawali dengan pre test dengan materi acara yang akan

dipraktikumkan pada hari tersebut.

3. Datang di laboratorium 15 menit sebelum praktikum dimulai, dengan membawa :

a. Jas laboratorium

b. Kain serbet yang bersih

c. Lembaran rencana kerja.

d. Pipet tetes.

4. Berpakaian sopan, bersepatu.selalu menjaga kebersihan, ketertiban dan

ketenangan selama jalannya praktikum

5. Praktikan dilarang makan, minum dan merokok di ruang laboratorium.

6. Memperhatikan petunjuk-petunjuk dari asisten, tidak boleh melakukan

pekerjaan-pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan praktikum

7. Memberitahukan pada asisten apabila terjadi kekurangan alat praktikum yang

harus disediakan oleh laboratorium

8. Hindarkan kecerobohan untuk menjaga terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki

9. Mencatat semua hasil pengamatan selama praktikum dan membuat laporan

sementara yang harus disetujui pembimbing setelah selesai praktek

10. Menyerahkan laporan resmi dari setiap acara praktikum yang telah dilakukan,

laporan resmi diserahkan selambat-selambatnya 7 hari (sebagai syarat untuk

mengikuti acar praktek selanjutnya)

11. Membersihkan semua alat yang telah dipakai sebelum meninggalkan laboratorium

dan bertanggung jawab apabila ada alat yang hilang atau rusak

12. Mengikuti semua acara praktikum dan harus memberitahukan kepada asisten

secara tertulis apabila terpaksa tidak dapat mengikuti salah satu acara

praktikum dan menunjukkan surat keterangan dokter.

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
2

TEST / PENGUJIAN PENCERNAAN

A. FUNGSI SALIVA MULUT

Daya Amilolitik saliva

1. Kumurlah mula-mula dengan air bersih, kemudian dengan 20 ml 0,2 % NaCl.

2. Kumuran tersebut ditampung dalam sebuah labu, gojok dam saringlah (Saliva

encer)

3. Isiah 3 buah tabung reaksi yang tersedia dengan 5 ml saliva encer tersebut.

4. Tabung pertama (1) didihlah lalu dinginkan segera dan tambahkan ke dalamnya 5

ml 1 % amilum.

5. Tabung kedua (2) diberi 5 ml HCL encer kemuadian 5 ml amilum 1 %.

6. Yang ketiga (3) ditambahkan 5 ml amilum 1 %.

7. Ketiga tabung dipanaskan melalui penangas dengan suhu 37o celcius.

8. Ujilah tiap menit sekali dengan setetes cairan tabung nomor 3 dengan larutan yod.

Jika pengujian diatas tida lagi menunjukkan reaksi positif, hentikan perlakuan

diatas dan kerjakan uji Benedict. Bila positif lakukan uji Osazon terhadap ketiga

tabung diatas.

9. Catat hasil pengujiannya.

B. PENCERNAAN DALAM LAMBUNG.

Hidrolisis protein oleh pepsin

1. Tiga buah tabung reaksi diisi masing-masing dengan 1 ml larutan pepsin.

2. Tambahkan ke dalam tabung nomor satu (satu) 1 ml HCL 0,4 % dan 2 potong fibrin

karman (fibrin yang diberi warna karmen).

3. Tabung nomor 2 ditambah dengan 1ml air dan 2 potong fibrin karman.

4. Tabung nomor tiga, didihkan selama 1 menit, segera dinginkan, lalu tambahkan

dengan 1 ml HCL 0,4 % dan 2 potong fibrin karmen.

5. Ketiga tabung panaskan dengan penangas suhu 37o celcius.

6. Catatlah hasil pengamatan pada ketiga tabung reaksi.

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
3

C. PENCERNAAN OLEH PANKREAS.

1. HIDROLISIS PROTEIN.

1. Kedalam tiga tabung reaksi masing-masing dituangkan :

 Tabung 1 : 1 ml ekstrak pankres netral, 2 tetes Na2Co3 2 % dan 2 potong

kongo merah fibrin.

 Tabung 2 : sama dengan (1) ditambah dengan 2 tetes larutan empedu.

 Tabung 3 : diisi dengan 1 ml air, 2 tetes Na2 CO3 dan 2 potong kongo merah

fibrin.

2. Ketiga tabung panaskan dengan penangas suhu 37o celcius.

3. Warna merah berarti terjadi pencernaan.

2. HIDROLISIS AMILUM.

1. Campurkan 5 ml larutan amilum dengan 1 ml ekstrak pankreas netral.

2. Inkubasikan pada suhu 37o celcius.

3. Ujilah perubahannya dengan yod dan lakukan pengujian benedict.

3. Hidrolisis Lemak.

1. Kedalam tiga tabung reaksi masing-masing dituangkan :

 Tabung 1 : 2 ml air susu dan 1 ml ekstrak pankreas netral.

 Tabung 2 : sama dengan (1) ditambah dengan 2 tetes larutan empedu.

 Tabung 3 : diisi dengan 2 ml air susu dan 1 ml air,

2. Masing-masing tabung ditambahkan 4 tetes Fenol merah dan Na2 CO3 sampai

larutan menjadi merah.

3. Inkubasikan pada suhu 37o celcius.

4. Amati perubahan warna dari merah menjadi kuning.

FUNGSI EMPEDU

1. Percobaan Penurunan Tegangan muka oleh garam kholat.

1. Isilah dua tabung reaksi masing-masing dengan air dan larutan empedu encer.

2. Taburkan serbuk belerang di atas permukaan cairan.

3. Amati keadaan serbuk itu.

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
4

2. Percobaan Oliver

1. Asamkan 3 ml larutan empedu dengan 2 tetes asetat glasial, kemudian saringlah

hingga jernih.

2. Tambahkan larutan pepton sama banyak, yang sebelumnya telah diasamkan dengan

asam asetat dan saring sampai jernih.

3. Catatlah timbulnya kekeruhan (reaksi antara protein dan asam kholat).

3. Pigmen-pigmen empedu (Fouchet)

1. Kedalam tabung erlenmeyer dimasukkan 15 ml larutan empedu, kemudian

dimasak.

2. Tambahkan 2 tetes larutan MgSO4 jenuh dan 5 ml NaCl 10%, masak lagi dan

biarkan terbentuknya endapan, selanjutnya disaring.

3. Tetesilah endapan pada kertas saring itu dengan 1-2 tetes pereaksi Fouchet.

4. Catatlah warna (hijau) yang timbul pada endapan itu.

4. Pigmen-pigmen empedu (Gmelin)

1. Kedalam tabung reaksi yang telah berisi dengan 3 ml HNO3 pekat dituangkan 1

ml larutan empedu encer (hati-hati mealui dinding tabung) sehingga terjadi 2

lapisan.

2. Catatlah warna yang timbul pada bidang batas lapisan tadi.

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
5

PENENTUAN KADAR GLUKOSA URINE

(METODE BENEDICT)

Prinsip

Reagensia benedict kuantitatif yang mengandung CuSO4 dalam larutan alkali

dapatdireduksi oleh glukosa. Cu2O yang terbentuk bereaksi dengan KCNS

membentuk presipitat (kekeruhan) berwarna putih dari cup rous thiocyanate dan

mencegah terbentuknya endapan yang berwarna merah atau kuning,bila seluruh

CuSO4 telah direduksi, larutan yang berwarna biru akan menjadi tidak berwarna.

Reagensia

1. Reagen Benedict kuantitatif.

2. Na2CO3 kristal.

Pengenceran :

Bila perlu urine dapat diencerkan, bila dibutuhkan antara 5-15 ml untuk mereduksi 10

ml reagen benedict. Caranya yaitu mula-mula 5,0 ml reagen benedict kuantitatif

Ditambahkan 8 tetes urin dan dipanaskan sampai mendidih lalu dinginkan :

 Bila terjadi presipitat hijau  encerkan 1 : 2

 Bila terjadi presipitat kuning  encerkan 1 : 5

 Bila terjadi presipitat merah bata  encerkan 1 : 10

Prosedur

1. Pipet 10,0 ml reagen benedict kuantitatif, masukkan ke dalam labu ukur 100,00 ml

2. Tambahkan 20 ml aquadest dan 5 gram Na2CO3 kristal serta sedikit pecahan

porselin.

3. Labu ukur dipanaskan (diatas hot plate stirer)

4. Urin yang diperiksa (bilaperlu telah diencerkan) dimasukkan ke dalam buret untuk

titran.

5. Mula-mula teteskan urin dari buret secara cepat sampai terbentuk presipitat

berwarna putih. Kemudian tetesan diperlambat dengan interval 10 detik ( labu

ukur tetap dipanaskan sambil digojok).

6. Titrasi dihentikan bila warna biru tepat hilang, lalu dicatat jumlah urine yang

dipakai.

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
6

Perhitungan :

Misalkan dibutuhkan X ml urine untuk titrasi dengan pengenceran 1 : a ( jika tidak

diencerkan, maka a=1)

0,02 x 100 2a
------------- x a = ------- = ……. gram %
= X X

Contoh :Miasal dibutuhkan 12.8 ml urin dengan pengenceran 1 : 5

2a 2x5
------------- = ------- = 0.78 gram %
X 12.8

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
7

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DARAH

(METODE HOGENDOREN-JENSEN)

Prinsip :
Protein darah diendapkan dahulu dengan Zink Hidroxida (Zn(OH)2) agar tidak

mengganggu, lalu disaring. Glukosa mereduksi kalium ferricianida membentuk

ferrocyanida, dan kelebihan kalium ferricianida ditentukan secara yodometri.

Reaksi

ZnSO4 + 2 NaOh ---------------- Zn (OH)2 + Na2SO4

(Zn(OH2) yang terbentukakan mengendapkan protein agar tidakmenggangu)

Penambahan K3Fe(CN)6 secara berlebihan :

K3Fe(CN)6 ------ K4Fe(CN)6


Glukosa

2 K3Fe(CN)6 + 2 KI -- 2 K4Fe(CN)6 + I2

2 K4Fe(CN)6 + 3 ZnSO4 - K2Zn2Fe(CN) + 3 K2SO4

I2 + 2Na2S2O3 -- 2NaI + Na2S4O6

Reagensia

1. NaOH 0,1 N

2. ZnSO4 0,45%

3. K3Fe(CN)6 0,005 N

4. KI 20 %

5. K2Cr2O7 0,005 N

6. Asam asetat 3 %.

7. Amilum 1 %.

8. Na-thio Sulphate 0,005 N.

9. HCL 6 N

10. Plasma darah.

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
8

Prosedur :

1. Pipet 1 ml NaOH 0,1 N, masukkan ke dalam tabung reaksi.

2. Tambahkan 5 ml ZnSO4 0,45% dan kocok sampai rata.

3. Tambahkan 1,0 ml plasma (yang telah diencerkan 10x).

4. Masukkan tabung reaksi tersebut kedalam penangas air mendidih selama 4

menit.

5. Dinginkan, dan saring. Filtratnya ditampung dalam erlenmeyer.

6. Tambahkan 2 ml alkali Kalium Ferricyanida kedalam erlemeyer tersebut.

7. Panaskan ke dalam penangas air selama 15 menit.

8. Dinginkan dan tambah 3 ml KI 20 %.

9. Tambahkan 2 ml asam asetat.

10. Tambahkan 1 ml amilum 1 %.

11. Titrasi dengan Na-tio samapi terjadi perubahan warna. Titrasi sampel = s ml.

12. Buat blangko dengan prosedur yang sama, kecuali nomor 3 diganti dengan

aquades. Misal titrasi terhadap blangko = b ml.

13. Lakukan standarisasi Larutan Na-tio 0,005 N dengan larutan K2Cr2O7 0,005 N.

Perhitungan : Mgrek Na-tio = mgrek kalium bikromat.

V1. N1 = V2 . N2.

N Na-tio = 0,00y N.

( b ml – s ml ) . 0.00y
-------------------------- = Z ml
0,005 N

Selanjutnya kadar glukosanya di baca pada tabel

Misal : Z ml = 0.44 ml, maka kadar glukosanya adalah 282 mg % per 100 ml.

Bila sampel yang dipakai plasma, maka harus dihitung dalam darah dahulu. Sebab

tabel glukosa tersebut untuk sampel darah.

Misal hasil perhitungan sampel = 0.242 ml

Maka ml glukosa dalam darah adalah (karena tiap 100 ml darah mengadung 55

plasma), maka perhitungannya sbb :

100 ml
-------- x 0.242 = 0.44 ml  lihat tabel, sehingga kadar glukosda darah = 282 mg %.
55 ml

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
9

TABEL GLUKOSA DARAH


ml Na2S2O3 0,005 N used and mg Glukosa percent per 100 ml
blood

ml 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09
0.0 385 382 379 376 373 370 367 364 361 358
0.1 355 352 350 340 345 343 341 338 336 333
0.2 331 329 327 325 323 321 318 316 314 312
0.3 310 308 306 304 302 300 298 296 294 292
0.4 290 288 286 284 282 280 278 276 274 272
0.5 270 268 266 264 262 260 259 257 255 253
0.6 251 249 247 245 243 241 240 238 236 234
0.7 232 230 228 226 224 222 221 219 217 215
0.8 213 211 209 208 206 204 202 200 199 197
0.9 195 193 191 190 188 186 184 182 181 179
1.0 177 175 173 172 170 168 166 164 163 161
1.1 159 157 155 154 153 150 148 146 145 143
1.2 141 139 138 136 134 132 131 129 127 125
1.3 124 122 120 119 117 115 113 111 110 108
1.4 106 104 102 101 99 97 95 93 92 90
1.5 88 86 84 83 81 79 77 75 74 72
1.6 70 68 66 65 63 61 59 57 56 54
1.7 52 50 48 47 45 43 41 39 38 36
1.8 19 15 14 12 10 8 7 5 3 2

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
10

GLUKOSA URIN

Prinsip
CuSO4 alkalis dalam suasana panas direduksi dengan glukosa. Warna biru hilang

karena CuSO4 berubah menjadi Cu2O. Ini dapat mengganggu titik akhir titrasi. Untuk

mencegah gangguan tersebut perlu ditambahkan kalium ferro sianida yang mengikat

Cu2O menjadi ikatan komplek yang larut (coklat).

Reaksi Alkali, panas

CuSO4 ------------------------ Cu2O


Glukosa mereduksi

Cu2O + K4Fe(CN)6 ---------- senyawa komplek warna coklat

Reagen

1. Glukosa 0.5 %

2. Campuran urin : gukosa 0.5 % (perbandingan 2 : 1)

3. Larutan CuSO4 (35 gr CuSO4 + 5 ml H2SO4 pekat per-liter)

4. kalium ferro sianida (K4Fe(CN)6) 5 %

5. Larutan Signette ( 150 K-Na –Tartrat + 90 gr NaOH perliter) sebagai pembuat

alkalis.

Prosedur

1. Pipet 10.0 ml CuSO4 masukkan dalam Erlenmeyer

2. Tambahkan 10 ml larutan Signette.

3. Tambahkan 5 ml kalium ferro sianida (K4Fe(CN)6) 5 %

4. Panaskan sampai mendidih dan dalam keadaan mendidih dititrasi dengan larutan

glukosa 0.5 %. Pada saat titrasi terjadi perubahan warna biru  hijau  kuning.

Pada saat warna kuning titrasi dilakukan tetes demi tetes sampai warna coklat.

5. Buat campuran urin : glukosa 0.5 (2 : 1)

6. Buat campuran seperti nomor 1 s/d 3.

7. Panaskan sampai mendidih dan titrasi dengan campuran urin glukosa sampai titik

akhir titrasi no.4.

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
11

Perhitungan :

Misal :

Hasil titrasi glukosa 0.5 % = 8.93 ml.

Hasil titrasi campuran urin : glukosa 0.5 % = 11.75 ml.

Cara I :
0.5 gr
Berat glukosa dalam glukosa 0.5 % = ------- x 8.93 ml = 0.04465 gr
100

Berat glukosa dalam campuran urin adalah : 1/3 x 11.75 ml =

1/3 x 11.75 x 0.5 gr


-------------------------- = 0.01958
100 ml

Volume urin yang dipakai adalah = 2/3 x 11.75 ml = 7.833 ml

Kadar glukosa dalam urin =

Berat glukosa dalam glukosa 0.5 % - berat glukosa dalam campuran 0.04465 – 0.01958
----------------------------------------------------------------------- x 100 % = ------------------------x 100 =0.3201 %
Volume urin saja (2/3 x 11.75 ml) 7.833

Cara II

Kadar glukosa dalam campuran urin glukosa = kadar glukosa dalam 0.5 %

N1 x V2 = N2 x V2
0.5 x 8.93 ml
N1 X 11.75 ml = 0.5 % x 8.93 ml  N1 = ----------------- = 0.38 %
11.75 ml

Perbandingan urin : glukosa 0.5 % = 2.1


Kadar glukosa dalam urin glukosa = kadar glukosa dalam urin + kadar gula dalam glukosa 0.5 %

0.38 % = 2/3 . x + 1/3 . 0.5 %

0.38 % = 2.x + 0.5 %


3

3 x 0.38 % = 2.x + 0.5 %

2x = 1.14 % - 0.5 %

x = 1.14 % - 0.5 % = 0.32 %


2

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
12

PEMISAHAN PROTEIN PLASMA

Dasar
Plasma darah mengandung albumin, fibrinogen dan bermacam-macam globulin.

Globulin beta dan alfa mengandung lipoprotein-lipoprotein, sedangkan aktivitas

imunologis dipusatkan pada globulin gama. Ammonium sulfat mungkin merupakan

garam terbaik, untuk pemisahan protein pada umumnya. Kelarutannya yang tinggi dan

tidak bereaksi. Metode tersebut tidak dapat digunakan jika kemudian kadar

proteinnya akan ditentukan dengan metode Kjeldahl atau biuret dan Folin-Lowry.

Untuk maksud tersebut sebagai gantinya dapat digunakan natrium sulfat atau

natrium sulfit.

Protein plasma Mengendap pada kadar akhir Kadar (g/100 ml)


Na2 SO3 Dalam plasma orang normal
Fibrinogen 12% 0,2 – 0,4
Globulin alfa 15% 0,6 – 1,2
Globulin beta 20% 0,6 – 1,3
Globulin gama 20% 0,6 – 1,5
Albumin Jenuh 3,5 – 4,5
Total 6,0 – 7,5

Pengendapan pada suhu kamar lebih efektif dengan natrium sulfit, maka garam ini

digunakan dalam percobaan. Pengendapan dengan garam bukan merupakan cara

terbaik untuk penentuan berbagai protein plasma, karena banyaknya tergantung pada

keadaan lingkungan mengerjakannya, derajat keasaman (pH), suhu, pengocokan, umur

larutan garam, kecepatan penambahan garam dan waktu kontaknya protein dengan

larutan garam semuanya berpengaruh pada derajat pengendapan. Oleh karena itu

ada baiknya membandingkan hasil-hasil dari kelompok lain dengan hasil Saudara.

Untuk menguji efisiensi metode pengendapan untuk memisahkan protein plasma

dapat dikerjakan elektroforesis. Penambahan metanol pada plasma menyebabkan

pengendapan globulin-globulin, dan cara ini dapat dibandingkan dengan pemisahan

albumin dan globulin dengan pengendapan garam.

Bahan :

1. Larutan Natrium Sulfit 12,6 g/100 ml

2. Larutan Natrium Sulfit 15,8 g/100 ml

3. Larutan Natrium Sulfit 21 g/100 ml

4. Plasma darah manusia

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
13

Cara Kerja :

1. 0,5 ml plasma ditambah 9,5 ml larutan Na Sulfit, dicampur dengan baik dan

biarkan 10-15 menit pada suhu kamar.

2. Gunakan Na Sulfit dengan tiga macam kadar tersebut dan kumpulkan endapan-

endapan dengan sentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit.

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
14

PENENTUAN KADAR PROTEIN SERUM

Prinsip :

Senyawa-senyawa Nitrogen yang terdapat dalam plasma didestruksi (dicerna)

dengan H2SO4 pekat menjadi amonium sulfat ((NH 4)2SO4). Amonium sulfat yang

terbentuk dalam proses destilasi akan dipanaskan dengan NaOH pekat, dan amonia

yang terjadi disuling di dalam sejumlah asam borat berlebihan dengan normalitas

tertentu. Untuk mengetahui jumlah asam borat yang menangkap amonia maka

dititrasi dengan H2SO4 standar (Normalitasnya ditentukan secara standarisasi acidi-

alkalimetri)

Prosedur Kerja :

A. Tahap Destruksi

1. Pipet 2,0 ml serum tepat, masukkan ke dalam labu kjeldahl

2. Tambahkan ke dalamnya 1 g K2SO4, 40 mg HgO, dan 2 ml H2SO4 pekat

3. Lakukan destruksi (di dalam lemari asam) sampai jernih. Kemudian dinginkan

4. Tambahkan 2 ml aquades dan panaskan lagi

B. Tahap Destilasi

1. Pipet 10,0 ml asam borat 2% (larutan penangkap), masukkan dalam erlenmeyer

dan tambahkan 3 tetes indikator mix (warnanya berubah kuning kecoklatan)

2. Pasang erlenmeyer tersebut hingga ujung pipa destilasi (kondensor) tercelup ke

dalam larutan penangkap

3. Masukkan destroat (hasil destruksi) ke dalam wadah sampel, bilasi dengan

aquades sebanyak 3 kali masing-masing dengan 1,5 ml /pembilasan

4. Masukkan dalam wadah sampel NaOH-Na tio 8-10 ml. Tambahkan indikator PP

5. Panaskan generator uap. Warna larutan penangkap berubah biru. Tunggu sekitar

10 menit.

6. Untuk memastikan akhir dari proses destilasi maka larutan penangkap dilepas dulu

dan periksa pH tetesan yang keluar dari ujung pipa destilasi menggunakan kertas

pH stick. Bila masih basa belum selesai dan bila sudah netral berarti selesai

7. Ambil larutan penangkap, bilasi ujung pipa destilasi dengan aquades

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
15

C. Tahap Titrasi

1. Titrasi larutan penangkap dengan H 2SO4 standar 0,1 N sampai warna biru tepat

hilang

2. Catat hasil titrasi

Perhitungan :

1 N asam 1 liter  14,008 gram Nitrogen

1 N asam 1 ml  0,014008 gram Nitrogen

Kadar Nitrogen serum dalam 100 ml =

ml titrasi H2SO4 X Normalitas H2SO4 X 100 = Y gr


2

Kadar Protein serum dalam 100 ml =


Y x 6,25 = ………… g / dl

Nilai normal protein serum = 6,0 - 8,4 g / dl

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
16

PENENTUAN KADAR PROTEIN URINE

Prinsip :

Senyawa-senyawa Nitrogen yang terdapat dalam urine didestruksi (dicerna) dengan

H2SO4 pekat menjadi amonium sulfat ((NH 4)2SO4). Amonium sulfat yang terbentuk

dalam proses destilasi akan dipanaskan dengan NaOH pekat, dan amonia yang terjadi

disuling di dalam sejumlah asam borat berlebihan dengan normalitas tertentu. Untuk

mengetahui jumlah asam borat yang menangkap amonia maka dititrasi dengan H 2SO4

standar (Normalitasnya ditentukan secara standarisasi acidi-alkalimetri)

Prosedur Kerja :

A. Tahap Destruksi

1. Pipet 0,2 ml urine tepat, masukkan ke dalam labu kjeldahl

2. Tambahkan ke dalamnya 1 g K2SO4, 40 mg HgO, dan 2 ml H2SO4 pekat

3. Lakukan destruksi (di dalam lemari asam) sampai jernih. Kemudian dinginkan

4. Tambahkan 2 ml aquades dan panaskan lagi

B. Tahap Destilasi

1. Pipet 10,0 ml asam borat 2% (larutan penangkap), masukkan dalam

erlenmeyer dan tambahkan 3 tetes indikator mix (warnanya berubah kuning

kecoklatan)

2. Pasang erlenmeyer tersebut hingga ujung pipa destilasi (kondensor) tercelup

ke dalam larutan penangkap

3. Masukkan destroat (hasil destruksi) ke dalam wadah sampel, bilasi dengan

aquades sebanyak 3 kali masing-masing dengan 1,5 ml /pembilasan

4. Masukkan dalam wadah sampel NaOH-Na tio 8-10 ml. Tambahkan indikator PP

5. Panaskan generator uap. Warna larutan penangkap berubah biru. Tunggu

sekitar 10 menit.

6. Untuk memastikan akhir dari proses destilasi maka larutan penangkap dilepas

dulu dan periksa pH tetesan yang keluar dari ujung pipa destilasi

menggunakan kertas pH stick. Bila masih basa belum selesai dan bilai sudah

netral berarti selesai

7. Ambil larutan penangkap, bilasi ujung pipa destilasi dengan aquades

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
17

C. Tahap Titrasi

1. Titrasi larutan penangkap dengan H2SO4 standar 0,1 N sampai warna biru

tepat hilang

2. Catat hasil titrasi

Perhitungan :

1 N asam 1 liter  14,008 gram Nitrogen

1 N asam 1 ml  0,014008 gram Nitrogen

Kadar Nitrogen urin dalam sehari =

ml titrasi H2SO4 x Normalitas H2SO4 x 1500 = Y gr


0,2

Kadar protein urin sehari = Y x 6,25

Nilai normal protein urin = 10 – 20 g per hari

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
18

PENENTUAN KADAR KREATININ URINE

Prinsip :

Kreatinin dengan asam pikrat alkalis membentuk kreatinin pikrat yang berwarna

merah. Intensitas warna merah menunjukkan kadar kreatinin. Intensitas warna

merah dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm

Bahan/Reagen :

1. Sampel urin

2. Pikrat alkalis  NaOH 10% dicampur dengan asam pikrat 1% dengan perbandingan

5:1

3. Stok standar kreatinin 1 gr / 500 ml

Prosedur kerja :

1. Pipet tepat 1,0 ml urine, encerkan sampai 100 ml

2. Pipet 2,0 ml larutan urin encer untuk pembacaan spektro

3. Pembuatan larutan WS

 Nilai normal kreatinin urine 1 – 2 g per hari (rata-rata urine sehari = 1500 ml)

atau rata-ratanya 1,5 g per hari

 1,5 g / 1500 ml  1500 mg / 1500 ml  1 mg / ml  1000 g / ml

 1,0 ml urin diencerkan menjadi 100 ml  kadarnya 1000 g / 100 ml

 yang digunakan untuk pembacaan spektro 2,0 ml  kadarnya 2/100 X 1000 g =

20 g

 supaya nilainya jatuh di tengah-tengah antara WS1 – WS5 maka dibagi dengan

2,5  hasilnya 8 g (digunakan sebagai kadar WS1)

 stok standar kreatinin yang tersedia kadarnya 1 g / 500 ml  1000 mg / 500 ml

 2000 g / ml, maka untuk membuat larutan WS dengan kadar 8 g / ml

larutan stok standar harus diencerkan dulu

4. Urutan penambahan reagen adalah sebagai berikut :

Reagen Blangko WS1 WS2 WS3 WS4 WS5 Sp1 Sp2


Larutan sampel - - - - - - 2,0 2,0
Larutan WS - 1 2 3 4 5 - -
Pikrat alkalis 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Aquadest 10,0 9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 8,0 8,0
Absorbansi
Kadar kreatinin

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
19

Perhitungan kadar kreatinin :

a. Berdasarkan grafik hubungan absorbansi dengan kadar larutan WS grafik

b. Berdasarkan rumus :

Kadar kreatinin urin dalam 2,0 ml larutan urin encer =

Rata-rata absorbansi sampel x Rata-rata kadar larutan WS1-5 = Y

Rata-rata absorbansi larutan WS1-5

Kadar kreatinin urin dalam 100 ml larutan urin encer  1,0 ml urin = Y x 100/2 = A

Kadar kreatinin urin sehari = A x 1500

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
20

PENENTUAN KADAR KREATININ PLASMA

Prinsip :

Protein plasma dihilangkan terlebih dahulu. Kreatinin dengan asam pikrat alkalis

membentuk kreatinin pikrat yang berwarna merah. Intensitas warna merah

menunjukkan kadar kreatinin. Intensitas warna merah dibaca pada

spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm

Bahan/Reagen :

1. Sampel plasma

2. Na Wolframat

3. H2SO4 6 N

4. Pikrat alkalis  NaOH 10% dicampur dengan asam pikrat 1% dengan

perbandingan 5 : 1

5. Stok standar kreatinin 1 gr / 500 ml

Prosedur kerja :

1. Pipet tepat 5,0 ml plasma, masukkan dalam labu volum 50 ml

2. Tambahkan 2,5 ml Na wolframat, 2,5 ml H 2SO4 6 N dan aquadest sampai tanda

batas

3. Saring dengan kertas saring

4. Pipet 10,0 ml larutan plasma encer untuk pembacaan spektro

5. Pembuatan larutan WS

 Nilai normal kreatinin plasma 0,7 – 1,4 mg/100 ml atau rata-ratanya 1,1 mg

 1,1 mg / 100 ml  1100 g / 100 ml  11 g / ml

 5,0 ml plasma diencerkan menjadi 50 ml  kadarnya 55 g / 50 ml

 yang digunakan untuk pembacaan spektro 10,0 ml  kadarnya 10/50 X 55 g =

11 g

 supaya nilainya jatuh di tengah-tengah antara WS1 – WS5 maka dibagi

dengan 2,5  hasilnya lebih kurang 4 g (digunakan sebagai kadar WS1)

 stok standar kreatinin yang tersedia kadarnya 1 g / 500 ml  1000 mg / 500

ml  2000 g / ml, maka untuk membuat larutan WS dengan kadar 4 g / ml

larutan stok standar harus diencerkan dulu

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
21

5. Urutan penambahan reagen adalah sebagai berikut :

Reagen Blangko WS1 WS2 WS3 WS4 WS5 Sp1 Sp2


Larutan sampel - - - - - - 10,0 10,0
Larutan WS - 1 2 3 4 5 - -
Pikrat alkalis 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Aquadest 10,0 9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 - -
Absorbansi
Kadar kreatinin

6. Perhitungan kadar kreatinin :

a. Berdasarkan grafik hubungan absorbansi dengan kadar larutan WS grafik

b. Berdasarkan rumus :

Kadar kreatinin dalam 10,0 ml larutan plasma encer =

Rata-rata absorbansi sampel X rata-rata kadar larutan WS = Y


Rata-rata absorbansi larutan WS

Kadar kreatinin dalam 50,0 ml larutan plasma encer  5,0 ml plasma =Y x 50/10 = A

Kadar kreatinin plasma dalam 100 ml = A x 100/5

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
22

ANALISA BIOKIMIA LIPID

 Lipid / lipoid, ialah senyawa-senyawa yang tidak larut dalam air, namun larut

dalam zat pelarut lemak, yaitu alkohol, benzen, chloroform, eter.

 Termasuk kelompok lipid, ialah senyawa-senyawa sebagai berikut:

1) Lemak Netral

 senyawa gliserol dengan asam lemak. Lemak netral mengandung 1 molekul gliserol

dan 3 mol asam lemak.

2) Lipid Majemuk

 senyawa asam lemak, gliserol atau senyawa yang bertautan, base mengandung N

dan sering gugus fosfat. Fosfolipid-fosfolipid (fosfotid) mengandung lesiti, 1

mol gliserol, 2 ml asam lemak dan 1 mol kolin. Serebrosid-serebrosid

mengandung galaktose, asam-asam lemak dan base N, tanpa gliserol dan tanpa

fosfat.

3) Lemak hidrolisat

 yang terjadi oleh hidrolisis lemak, gliserol, asam lemak, dan sabun (lemak). Sabun

ialah garam-garam asam lemak yang terjadi oleh hidrolisis (menyabun) lemak-

lemak dalam lingkungan alkalis.

4) Bahan-bahan yang larut dalam zat pelarut lemak.

 Termasuk disini sterol-sterol (steroid), kolesterol, hormon kelamin, dan hormon

korteks supra-renalis. Kolesterol terdapat dalam plasma, sebagian sebagai

ester asam-asam lemak (kolesteride).

Dalam darah terdapat lipid terutama sebagai lipoprotein, yaitu lipid yang terjadi

pada protein globulin.

Klasifikasi Lipid, menurut Bloor, yaitu:

1) Lipid Sederhana

 Yaitu ester asam lemak dengan alkohol berupa gliserol, membentuk

triasilgliserol atau alkohol monohidrat yang lebih tinggi membentuk lilin.

2) Lipid Gabungan

 Yaitu selain ester asam lemak dengan alkohol masih terdapat komponen

lainnya seperti fosfat (fosfolipid); karbohidrat (glikolipid); sulfat (sulfolipid);

amino (aminolipid); dan protein (lipoprotein).

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
23

3) Produk Lipid

 Yaitu komponen produk hidrolisis kedua golongan lipid tersebut di atas.

KOLESTEROL (3-OH-5,6-Kolesten)

 Tidak dijumpai dalam jaringan tanaman, hanya dalam jaringan hewan dan manusia.

 Jaringan yang mampu mensintesis kolesterol antara lain di: hati, korteks adrenal,

usus, testes, kulit, aorta. Sintesis kolesterol berlangsung di bagian sitosol dan

mikrosom sel jaringan.

 Kolesterol yang disintesis merupakan bagian terbesar dari kolesterol di dalam

tubuh, sedangkan sebagian kecil saja kolesterol berasal dari kolesterol yang

terdapat dalam makanan.

 Kolesterol hanya dapat disintesis didalam tubuh hewan dan manusia, dan tidak

dapat disintesis di dalam tanaman, sehingga sumber kolesterol dalam makanan

adalah makanan yang berasal dari hewan (daging, hati, otak, dan kuning telur).

 Kolesterol diekskresi dari tubuh, melalui:

a) Empedu sebagai asam empedu yang dikeluarkan ke lumen usus halus

b) Empedu sebagai sterol netral yang dikeluarkan ke lumen usu halus

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
24

PENENTUAN KADAR KOLESTEROL TOTAL

A. METODE LIEBERMANN-BURCHARD

Dasar:

Kolesterol dengan asam cuka anhidrid dan asam sulfat pekat akan membentuk

senyawa berwarna biru-hijau, kemungkinan ada reaksi esterifikasi gugus

hidroksi pada posisi 3 maupun penyusunan kembali dalam molekul.

Instensitas warna dibaca dengan OD (absorbansi) 630 nm, koefisien variansi

2,5 %

Reagan

1) Reagan Lieberman-Burchard

a. 150 ml Asam Cuka Glasial + 300 ml Asam Cuka Anhidrit + 50 ml Asam

Sulfat, selama pencampuran didinginkan di dalam bake es!!!

b. Tambahkan 10 gram Natrium Sulfat Anhidrous; dibirkan dalam suhu

kamar.

2) Larutan Standart Kolesterol (sama yang digunakan pada Zlatkis-Zak)

Prosedur Kerja Penentuan Kolesterol Metode Liberman Burchard


Tabung Reaksi
N
Nama Bahan Sampel (ml) Std 1 Std 2 Std 3
o Blangko
1 2 (ml) (ml) (ml)
1 Plasma / Serum - 0,1 0,1 - - -
2 H2O 0,1 ml - - - - -
3 Lar. Standart :
Std 1  100 mg/dl - - - 0,1 - -
Std 2  200 mg/dl - - - - 0,1 -
Std 3  400 mg/dl - - - - - 0,1
4 Lar Liberman 5,0 ml 5,0 ml 5,0 ml 5 ,0ml 5,0 ml 5,0 ml
Burhard
Dimasukkan dalam Waterbard 250C selama 25 ~ 30 menit
( terbentuk warna biru-hijau)
OD 630 nm 0,00

B. ZLATKIS DAN ZAK (di Modifikasi)

 Nilai Normal : 180~280 mg%

 Sampel darah yang diuji: Serum (plasma darah tanpa anti koagulan), atau Plasma

(dengan antikoagulan: Li-Heparin, EDTA, dsb). Sebaiknya sample diambil dari

praktikan yang puasa

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
25

Dasar:

Kolesterol dengan ferichloride dalam campuran cuka-es dan asam sulfat akan

memberikan warna ungu, instensitas warna merupakan ukuran jumlah kolesterol. OD

560 nm

Bahan:

1) Larutan ferichloride-cuka es

a. Larutan ferichloride 10%  10 gr FeCl dalam 100 ml H2O

b. 0,5 ml lar. FeCl3 10% dalam 100 ml CH3COOH es

2) H2SO4 pekat (pa)

3) Larutan Kolesterol standart ( Kolesterol-cuka es)

a. 100 mg %

b. 200 mg %

c. 400 mg %
Prosedur Penentuan Kolesterol Metode Zlatkis-Zak

Tabung Reaksi
N
Nama Bahan Sampel
o Blangko Std 1 Std 2 Std 3
1 2
1 Plasma / Serum - 0,1 ml 0,1 ml - - -
2 H2O 0,1 ml - - - - -
3 Lar. Standart :
Std 1  100 mg/dl - - - 0,1 ml - -
Std 2  200 mg/dl - - - - 0,1 ml -
Std 3  400 mg/dl - - - - - 0,1 ml
4 Lar FeCl3 - CH3COOH 6,0 ml 6,0 ml 6,0 ml 6,0 ml 6,0 ml 6,0 ml
5 H2SO4 pa 96% 4,0 ml 4,0 ml 4,0 ml 4,0 ml 4,0 ml 4,0 ml
Setelah 10 menit dari penambahan H2SO4 (setelah dingin) baru kemudian dibaca:
OD 560 nm 0,000 0, … 0, … 0, … 0, … 0, …

Catatan:

1) penambahan lar FeCl3-Cuka es dilakukan setelah No 1 sd no 3 selesai.

2) penambahan H2SO4 dilakukan setelah penambahan lar FeCl3

3) setiap kali penambahan Reagan selalu dihomogenkan.

PENENTUAN LIPID DALAM SERUM ATAU PLASMA

 Kadar Lipid Normal: 500~800 mg%

 Sampel darah yang diuji: Serum (plasma darah tanpa anti koagulan), atau Plasma

(dengan antikoagulan: Li-Heparin, EDTA, dsb). Sebaiknya sample diambil dari

praktikan yang puasa.

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
26

Dasar Penentuan Kadar Lipid Total:

1) Serum diawa-proteinasi dengan alcohol absolute bebas lemak  Lipid akan

terlarut pada alcohol.

2) Filtrat (yang mengandung lipid) diuapkan, sisa penguapan diekstraksi dengan

Petroleum-eter (PE).

3) Petroleum-eter diuapkan, sisanya ditimbang

4) Lipid Total: Kolesterol, Trigliserida, free fad acid (FFA), dan fosfolipid

Bahan:

1) Catatan: seluruh alat gelas, pipet semua bebas lemak.

2) Alkohol bebas lemak  diperoleh dengan menyuling dua kali etanol 96%.

3) Petroleum Eter bebas lemak ( titik didih 400 ~ 600 C)  sda.

Prosedur:

1) Sediakan Labu Volume 100 ml berisi ± 70 ml Alkohol; kemudian masukkan 5 ml

Serum dan digojog (dihomogenkan) dengan baik kemudian setelah didiamkan 10

menit tambahkan Alkohol sampai batas marka.

2) Larutan Serum-alkohol disaring; filtrate dipipet 80 ml dimasukkan dalam cawan

porselin dikeringkan hati-hati dengan penangas air. Catatan:

80 ml
X 5 ml serum = 4 ml Serum
100 ml

Catatan: Cawan porselin, cruss, gelas, atau alat gelas yang akan dipakai untuk

tempat menguapkan harus sudah diketahui berat awalnya terlebih dahulu !!!

3) Sisa yang tertinggal dilarutkan / dibilas dengan Petroleum Eter, setiap kali

sebentar ditempatkan pada penanggas air mendidih.

4) Larutan disaring dalam botol timbang kecil yang sudah ditimbang, sesudah corong

dibilas dengan PE, cairan dalam botol timbang diupkan pada penanggas air.

Kemudian botoltimbang ditmpatkan dalam eksikator untuk mendinginkan dan

ditimbang.

5) Perbedaan penimbangan sebelum dan sesudah penentuan memberikan jumlah

lipid. Dengan dikalikan 25, kadar lemak diperoleh dalam mg%

Catatan: angka 25 dari 100 ml / 4 ml

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
27

PENENTUAN LIPID, LIPID FOSFOR, KADAR KOLESTEROL TOTAL, KADAR

KOLESTEROL BEBAS DALAM PLASMA ATAU SERUM

1) Penentuan Lipid

 Nilai normal : 500 sd 800 mg%

 Cara Pengambilan darah :

Serum atau plasma heparin, utamanya pada perut kosong

 Dasar

Serum diawa-proteinasi dengan alkohol  lipid-lipid larut. Filtrat diuapkan, sisa

penguapan diekstraksi dengan petroleum-eter (PE); sesudah PE diuapkan

sisanya ditimbang. Yang ditentukan disini kadar lipid total, dengan pengertian

bahwa yang ditimbang sebenarnya semua bahan yang larut dalam zat untuk

ekstraksi.

 Bahan & Alat

a) Alkohol bebas lemak ( diperoleh dengan menyuling dua kali etanol 96% )

b) Petroleum-eter bebas lemak ( titik didih 40 sd 60 0C ), diperoleh dengan

menyuling dua kali PE.

c) Alat gelas yang digunakan seluruhnya bebas lemak ( pipet 5 ml, labu ukur 100

ml, corong gelas, cawan porselin, botol timbang kecil ); penangas air,

eksikator

 Perhitungan

Perbedaan penimbangan sebelum dan sesudah penentuan memberikan jumlah

lipid, dengan dikalikan 25, kadar lemak diperoleh dalam mg%.

2) Penentuan Lipid Fosfor

 Nilai normal : 7 sd 12 mg% fosfor

 Cara Pengambilan darah :

Serum atau plasma heparin

 Dasar

Lipid yang terikat fosfor diekstraksi dari plasma dengan campuran alkohol-eter

 Protein-protein mengendap  ekstrak dikeringuapkan, dan diperabukan

dengan H2SO4 pekat. Fosfat larut sebagai ion fosfat, dengan bantuan reaksi

molibden biru untuk fosfor dalam plasma, jumlah fosfor dapat ditentukan

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
28

secara kolorimetris (660 sd 720 nm; dibaca setelah 10 menit dari penambahan

fero-asam molibdat).

 Bahan & Alat

a) Campuran alkohol-eter menurut Bloor,

 campuran 75 bagian etanol 96% dengan 25 bagian dietil eter.

b) H2SO4 p.a. 96 % (pekat)

c) H2O2 (Perhidrol)

d) NaOH 40 % (10 N)

e) Larutan fenolftalein alkoholis 1 %

f) Larutan Asam molibdat.

 50 gr (NH4)8MO7O24.4H2O), dilarutkan dalam 500 ml H2SO4 10 N.

g) Larutan fero-asam molibdat (dibuat selalu)

 10 ml larutan As.Molibdat (lar: f) + 90 ml H 2O yang mengandung Mohr

(FeSO4)NH4O2SO4.6H2O

h) Larutan standar, yang mengandung 0,5 mg P / ml

 2,196 g K2HPO4 anhidrous p.a. / 1 liter air suling

 Sebelum digunakan diencerkan 1:100 & 1:200 dengan H 2O

 Perhitungan

Dengan metode di atas standar P 0,5 mg/ml,

 Pengenceran 1:100 sesuai dengan kadar fosfolipid dalam plasma aslinya

sebesar 15 mg %

 Dan pengenceran 1:200 sesuai dengan 7,5 mg %

 Pada kurva tera kadar fosfolipid plasma dapat langsung dibaca

3) Penentuan Kadar Kolesterol Total, menurut Zlatkis dan Zak (modifikasi)

 Nilai normal : 180 sd 280 mg%

 Cara Pengambilan darah : Serum atau plasma heparin

 Dasar

Kolesterol dengan ferichloride-cuka es dan H 2SO4  memberikan warna

merah-ungu. Intensitas warna merupakan ukuran jumlah kolesterol. Dapat

ditentukan secara kolorimetrik (560 nm), pembacaan segera setelah

penambahan H2SO4 .

 Bahan & Alat

a) Larutan ferichloride-cuka es

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
29

 0,5 ml larutan ferichloride (10% Fe) dengan 100 ml cuka-es pro-analisis

 Larutan Fe 10% dapat diperoleh dari 20 gr FeCl 3 p.a. dalam 50 ml H20.

b) H2SO4 p.a. 96 % (pekat)

c) Larutan kolesterol standar-cuka es, 200 mg% dan 400 mg%. Dibuat dengan

dipanasi dalam cuka es p.a. dan disimpan dalam botol coklat.

 Perhitungan

Dibuat garis tera dengan bantuan larutan standar kolesterol yang mengandung

200 dan 400 mg%

4) Penentuan Kadar Kolesterol Total, dengan bantuan reaksi Libermann-

Burchard

 Nilai normal : 180 sd 280 mg%

 Cara Pengambilan darah : Serum atau plasma heparin

 Dasar

 Plasma diawa-proteinasi dengan bantuan alkohol, kalau perlu alkohol sampai

50 % diganti dengan eter.

 Pada proses ini kolesterol dan ester kolesterol diekstraksi. Jumlah

kolesterol ditentukan kolorimetris dengan menerapkan reaksi Libermann-

Burchard dan dibandingkan dengan larutan standar kolesterol yang

diketahui. (620 nm), Pembacaan setelah 30 menit dari penambahan

Chloroform.

 Kolesterol dengan Asam Cuka anhidrit dan H 2SO4 pekat  membentuk

senyawa berwarna biru-hijau (dari hasil reaksi esterifikasi gugus hidroksi

pada posisi 3 maupun penyusun kembali dalam molekul )

 Bahan & Alat

a) Alkohol 96 % p.a.

b) Eter

c) Chloroform

d) Asam cuka anhidride

e) H2SO4 p.a. 96 % (pekat)

f) Larutan kolesterol standar dalam chloroform 10 mg% dan 20 mg%. disimpan

dalam botol coklat.

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
30

 Perhitungan

 Andaikan untuk penentuan plasma diperoleh ekstingsi a dan standar 20 mg%

ekstensi b, maka plasma mengandung kolesterol total a/b x 200 mg%

Catatan:

 Bila ekstrak plasma memberikan ekstengsi terlalu tinggi, dapat diencerkan

dengan campuran 5 bagian Chloroform 2 bagian Anhidride cuka dan 0,1

bagian H2SO4 p.a. 96 % (pekat)

 Ekstrak harus sampai tepat menguap kering saja, karena bila tidak akan

terjadi kehilangan-kehilangan.

5) Penentuan Kadar Kolesterol bebas, menurut: Brown, Zlatkis, Zak, dan Boyle .

 Nilai normal :  40 % dari jumlah total kolesterol

 Cara Pengambilan darah : Serum atau plasma heparin

 Dasar

Kolesterol total diekstraksi dari serum dengan bantuan campuran alkohol-

aseton. Kolesterol bebas diendapkan dengan digitonin, bersama-sama dengan

pembentukan endapan aluminiumhidrokside. Endapan dicuci dengan alkohol yang

mengandung HCl.

Pada proses ini aluminiumhidrokside larut. Dengan bantuan reaksi warna yang

diberikan untuk penentuan total kolesterol dengan ferichloride dalam cuka es

dan as. Sulfat, jumlah kolesterol dalam endapan ditentukan.

 Bahan & Alat

a) Campuran alkohol absolut-aseton (1:1)

b) Larutan digitonin 0,5 %, 500 mg digitonin / 100 ml ( Alkohol : H 2O = 1 : 1 )

c) Larutan Aluminiumchloride 5 % (5 gr AlCl3.6H2O / 95 H2O)

d) Amonium pekat

e) Alkohol 50 %

f) HCl 6N ( 10 ml HCl pekat diencerkan menjadi 20 ml )

g) Asam cuka pekat

h) Larutan ferichloride-cuka es (0,5 lar. ferikloride dengan 100 ml cuka es p.a.)

i) Larutan kolesterol standar 100 ml% (pelarut alkohol)

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
31

 Perhitungan

Dikonstruksi kurve tera dengan berturut-turut 0,5 ml, 0,1 ml, dan larutan

kolesterol standart 100 mg%, diperlakukan sama seperti untuk plasma, kecuali

bahwa ke dalam labu 10 ml sewaktu ekstraksi ditambahkan 0,5 ml air suling

sebelum dipenuhi. Pada kurva ini kolesterol bebas serum dibaca langsung.

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
32

PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM DARAH

DASAR :

Pada serum atau plasma ditambahkan amonium oksalat, kalsium diendapkan sebagai

kalsium oksalat. Kalsium oksalat dilarutkan dengan H 2SO4 encer, asam oksalat yang

dibebaskan dititrasi dengan larutan kalium permanganat encer.

BAHAN :

1. Larutan amonium oksalat 4 % dalam akuades.

2. Larutan asam sulfat encer (1+4)

3. Larutan KMnO4 0,01 N dalam keadaan baru, karena bersifat labil.

4. Termometer

5. Kertas saring

CARA KERJA :

1. Siapkan tabung sentrifus ujung lancip bebas calsium.

2. Masukkan berturut-turut 2,0 ml serum/plasma, 2 ml akuades, dan 1 ml

amonium oksalat.

3. Tabung digojog sampai homogen, lalu didiamkan selama 1 (satu jam).

4. Tabung disentrifus selama 10 menit, kemudian dengan hati-hati supernatan

dibuang disaring dengan kertas saring.

5. Endapan pada tabung sentrifus diencer dengan 10 ml asam sulfat encer panas

dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kertas saring juga dimasukkan kedalam

erlenmeyer.

6. Tambahkan 10 ml akuades pada erlenmeyer dan dipanaskan sampai (70 – 80) o

C.

7. Titrasi dengan KMnO4 0,01 N, sampai warna merah jambu menetap.

8. Ulangi cara kerja di atas untuk Blanko, dengan mengganti plasma dengan

akuades

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
33

PERHITUNGAN :

Jika tirasi untuk sampel adalah “a” dan titrasi untuk blanko adalah “b”, maka kadar

kalsium pada penentuan di atas adalah :

( a – b ) X Normalitas KMnO4 X 0,2 mg


------------------------
0,01

Catatan :

- Setiap kebutuhan KMnO4 0,01 N setara dengan 0,2 mg kalsium


- Setiap 100 ml darah mengandung 55 ml plasma

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
34

PEMERIKSAAN URINE

Pemeriksaan urine akan memberikan gambaran tentang ada tidaknya penyakit di

dalam ginjal, saluran pembuangannya, dan dapat memperoleh data penting tentang

penyakit-penyakit yang terdapat ditempat lain dalam tubuh kita. Hasil-hasil

pemeriksaan urine akan mempunyai arti apabila diketahui periode atau waktu urine

tersebut diambil.

1. Untuk pemeriksaan rutin urine, bila mungkin digunakan urine agi, keuntungannya

ialah :

a. Tidak ada kekeruhan yang mengganggu karena perubahan kimia karena

bakteri.

b. Tidak ada oksidasi, sehingga beberapa bahan akan lebih mudah dan lebih

cepat ditentukan.

c. Kadar spontan maksimal, sehingga penetapan berat jenis mempunyai makna

untuk menilai fungsi ginjal.

d. Tidak ada pengaruh perubahan siang hari.

2. Dalam kasus tertentu, urine diambil pada siang hari, hal ini dilakukan pada kasus-

kasus tertentu.

a. Albuminuria ortostatis : harus dibandingkan kadar protein urin pagi sebelum

bangun dengan urin sesudah bangun.

b. Pada pengaturan diet diabetes, urin dikumpulkan 3-4 bagian selama 24 jam

3. Untuk semua penetapan kuantitatif, urine dikumpulkan dalam 24 jam, dan sampel

diambil dari kumpulan itu.

CARA MENGAMBIL URINE :

Untuk pemeriksaan, urine diambil dengan cara urine yang dikeluarkan awal dibuang,

dan baru diambil bagian tengah dan akhir.

ANALISA URINE KUALITATIF

1. WARNA

Zat warna normal urine berasal dari metabolisme endogen yang ditunjukkan

zat warna darah empedu. Urine segar yang normal mempunyai warna sitrun

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
35

sampai warna kuning batu ambar. Dapat dikatakan bahwa warna urine

tergantung pada kadar zat yang terlarut didalamnya. Warna gelap berhubungan

dengan berat jenis yang tinggi, sedangkan warna terang berhungan dengan

berat jenis yang rendah.

Pada fungsi ginjal yang terganggu, warna urine menjadi lebih muda kecuali

dalam urine terdapat banyak benda-benda padat. Urin asam biasanya berwarna

gelap dari pada urine basa. Tetapi urine basa yang mengandung fenol atau

alkapton akan menjadi gelap bila didiamkan diudara terbuka.

Bahan-bahan abnormal yang dapat dijumpai dalam urine adalah sebagai berikut :

a. Darah dan zat warna

Adanya hematuria, warna urine menjadi merah sampai coklat, karena adanya

butir-butir darah. Hemoglobinuria karena adanya zat warna darah yang

terlarut. Pada kasus hematuria, urin tidak tembus cahaya, sedangkan dalam

kasus hemoglobinuria, urine menjadi tembus cahaya.

b. Urobilin

Urin yang mengandung urobilin akan berwarna kayu mahoni.

c. Bilirubin

Urine akan berwarna kuning sampai coklat tua dan sesudah digojog terlihat

buaih berwarna kuning yang tahan lama. Sesudah disimpan lama urin akan

menjadi hijau coklat sampai hijau., karena bilirubin teroksidasi menjadi

biliverdin.

d. Porfirin

Adanya porfirin maka urine akan berwarna merah anggur. Bila ada

porfirinogen maka warna urin normal, tetapi setelah didiamkan dengan

pengaruh cahaya dan udara lambat laun menjadi gelap.

Cara Kerja :

1. Siapkan urine segar kedalam tabung reaksi.

2. Segera amati warna dari urine tersebut.

3. Catat warna dari urine yang Saudara amati.

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
36

2. KEJERNIHAN

Urine normal segar terlihat jernih tembus terang penuh. Urine segar jernih

dapat menjadi keruh oleh pendinginan karena endapan urat, perubahan derajat

keasaman oleh endapan fosfat, alkalis karena adanya bakteri.

Jika urine keruh, maka :

a. Bila kekeruhan dapat melewati filter, maka menunjukkan adanya bakteri.

Dalam urine segar keadaan ini patologis.

b. Urin keruh dan alkalis

Bila kekeruhan menghilang dengan penambahan asam cuka 6% maka :

- tanpa adanya gas menunjukkan adanya posfat

- terbentuk gas menunjukkan adanya karbonat

Bila hilang dengan penambahan HCl, maka menunjukkan adanya kalsium

oksalat.

c. Urin keruh dan asam

Kekeruhan hilang setelah dipanaskan, maka menunjukkan adanya asam urat,

garam urat. Bila kekeruhan tidak hilang dengan pemanasan dan juga tidak

hilang dengan penambahan alkalis maka menunjukkan adanya bahan organik,

seperti : nanah, epitel, dan sebagainya. Kekeruhan menghilang setelah

ditambah eter menunjukkan adanya butir-butir lemak.

Cara Kerja :

1. Masukkan urine segar kedalam beker glass 100 ml sampai ¾ penuh

2. Dengan menggunakan kertas yang dilubang, kemudian beker glass disorot

dengan lampu senter.

3. Amati dan catat hasilnya.

3. BAU

Urin normal mempunyai bau khas. Dalam keadaan patologis urine segar dapat

berbau menyimpang dari biasanya, yaitu urin pekat dan baunya keras (bau amoniak).

Bila bau seperti buah-buahan maka menunjukkan adanya diabetes. Bila urine segar

baunya busuk maka urine tercampur feses (fistel vesica urinaria-kolon).

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
37

Cara Kerja :

1. Masukkan urine segar kedalam beker glass secukupnya.

2. Kemudian segera dicium baunya.

3. Catat hasilnya.

4. DERAJAT KEASAMAN

Untuk mengukur derajat keasaman dapat digunakan kertas lakmus yang

mempunyai daerah perubahan warna antara pH 5,4 (merah) dan pH 7,8 (biru).

Perubahan lambat menjadi merah menunjukkan bahwa urine bersifat asam lemah,

bila perubahan merah menjadi cepat, maka urine bersifat asam kuat. Pada penentuan

tadi urine yang digunakan adalah urine segar, karena setelah dibiarkan lama urine

cenderung bersifat basa.

Cara Kerja :

1. Masukkan urine segar kedalam beker glass secukupnya.

2. Celupkan kertas lakmus sampai sepertiga bagian.

3. Amati perubahan warnanya.

4. Catat hasilnya.

5. BERAT JENIS

Penetapan berat jenis urin pagi sangat membantu menaksir fungsi ginjal. Bila

berat jenisnya diatas 1,020, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada gangguan

fungsi ginjal.

Cara Kerja :

1. Timbang 25,0 ml urine

2. Catat hasilnya

3. Hitung berat urine dalam 1000,0 ml

4. Buat kesimpulannya

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
38

PENENTUAN Fe SERUM DAN KAPASITAS IKAT Fe TIDAK JENUH

Penentuan Fe Serum

Dasar :

 Fe yang terikat pada globulin akan dilepaskan apabila senyawa tersebut

diinkubasi dalam keadan asam lemah.

 Fe yang sudah terlepas akan direduksi oleh senyawa pereduksi ( Hidroquinon)

 Fe terreduksi berkombinasi dengan Orthophenantrolin akan membentuk

senyawa kompleks berwarna merah.

 Intensitas warna dibaca dengan Spektrofotometer. OD 500 nm

Larutan

1) HCl 0,35 N  30 ml HCl pekat dalam 1000 ml Aquadest

2) Larutan Asam Trichloroasetat 20 %  20 gram As. Trichloroasetat / 100 ml

3) Larutan K-Asetat 50%  50 gram K-Asetat / 100 ml

4) Larutan Hidroquinon 1 %  1 gram / 100 ml atau 10 mg / ml atau 50 mg / 5 ml

Catatn: larutan harus selalu dibuat baru saat akan digunakan.

5) Larutan Orthophenantrolin-HCl 0,1%  100 mg Orthophenantrolin / 100 ml

6) Larutan Fe standar: 1 mg Fe/100 ml ~ 0,01 mg Fe/ml

Prosedur:

1) 1 ml Serum dlm tabung reaksi + 1 ml H2O + 1 ml HCl 0,35 N  dicampur &

didiamkan pd suhu ruang ± 1 jam.

2) Kemudian : Tambahkan 1 ml Lar. As. Trichloro As. Asetat,  dicampur &

didiamkan pd suhu ruang ± 15 menit.

3) Sentrifus pada 2000 RPM selama 15 menit

4) 2 ml Supernataan dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian berturut-

turut:

a. 3 ml  H2O

b. 0,25 ml  Lar. K-Asetat 50 %

c. 0,15 ml  lar. Hidroquinon 1 %

d. 0,5 ml  lar. Orthophenantrolin 1 %

5) Diamkan 20 menit, baru kemudian dibaca serapannya pd OD 500 nm

6) Blangko: 0,0 ml, 0,5 ml, 1,5 ml, 2.

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
39

Prosedur pembuatan Working Standard (WS):

Normal Fe-serum:

 Laki-laki : 37 ~ 148 µg/dl   0,37 ~ 1,48 µg/ml

 Permpuan : 59 ~ 158 µg/dl   0,59 ~ 1,58 µg/ml

Stock Standard Fe:

Konsentrasi 1 mg/ml atau 1000 µg/ml  dibuat 1 µg/ml

1 ml Serum  4 ml (setara 1 µg/ml)  diambil 2 ml (2/4 x 1 µg/ml = 0,5

µg/ml),
0,5 µg/ml x 2/5 = 1/5 µg/ml atau 0,2 µg/ml; jadi dari Stock 1 µg/ml dibuat 6 WS, sbb:
WS Konsentrasi Volume OD 500

WS 0 2 ml H2O 0 µg/ml 2 ml 0,000

WS 1 2 ml x 0,2 µg/ml 0,4 µg/ml 2 ml


WS 2 2 ml x 0,4 µg/ml 0,8 µg/ml 2 ml
WS 3 2 ml x 0,6 µg/ml 1,2 µg/ml 2 ml
WS 4 2 ml x 0,8 µg/ml 1,6 µg/ml 2 ml
WS 5 2 ml x 1 µg/ml 2 µg/ml 2 ml
Atau, dibuat 4 WS

WS Konsentrasi + H2O Volume OD 500

WS 0 2 ml H2O 0 µg/ml - 2 ml 0,000

WS 1 0,5 ml x 1 µg/ml 0,5 µg/ml 1,5 ml 2 ml

WS 2 1,5 ml x 1 µg/ml 1,5 µg/ml 0,5 ml 2 ml

WS 3 2 ml x 1 µg/ml 2 µg/ml - 2 ml

Kemudian dilanjutkan 2 ml Volume diatas dimasukkan kedalam tabung reaksi,

kemudian berturut-turut, ditambahkan:

a. 3 ml  H2O

b. 0,25 ml  Lar. K-Asetat 50 %

c. 0,15 ml  lar. Hidroquinon 1 %

d. 0,5 ml  lar. Orthophenantrolin 1 %

Diamkan 20 menit, baru kemudian dibaca serapannya pd OD 500 nm

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
40

PENENTUAN KADAR HAEMOGLOBIN (Hb)

Metode Penentuan Kadar Hb, antara lain:

1) Metode Talquist

 prinsip kadar Hb ditentukan dengan menggunakan Haemoglobin Scale dalam

prosentase (%). Darah diambil dengan pipet sahli (0,02 ml) ditetes pada kertas

saring Haemoglobin Scale, ditunggu beberapa detik sampai kering, kemudian

dicocokkan pada warna di Haemoglobin Scale. Metode ini tidak akurat.

2) Metode Sahli

 banyak di lakukan di seluruh pelayanan medis di Indonesia. Disini darah di

larutkan pada larutan HCl standart akan terbentuk hematin ( hematin asam).

Prosedur darah diambil dengan pipet sahli dan dimasukkan pada tabung

Haemometer Sahli, kemudian tetes dengan HCl Standard sedikit demi sedikit

sampai warna sama dengan warna standart di Haemometer Sahli. Kadar Hb

terbaca dengan melihat sekala yang terdapat pada Haemometer.

Kelemahan Metode Sahli: alat tidak dapat dikalibrasi dan tidak semua jenis

Haemoglobin diubah menjadi hematin asam, seperti: karboksi-Hb,

Methemoglobin, dan Sulfhemoglobin.

3) Metode Cyanmethemoglobin

 Prinsip: darah dicampur dengan larutan Diluen-Drabkin. Ferrisianida akan

mengoksidasi Hemoglobin menjadi Met-Hb. Met-Hb akan berikatan dengan

Sianida menjadi Cyanmeth-Hb. Cyanmeth-Hb akan mengabsorbsi sinar pada 540

nm. Catatan: Sulfhemoglobin tidak bisa dioksidasi dengan metode ini.

 Larutan drabkin, dalam 1 Liter berisi:

 Na-bikarbonat (NaHCO3) 1 gr

 K-cyanida (KCN) 0,05 gr

 K-ferricyanida (K3Fe(CN)6) 0,2 gr

Larutan ini disimpan dalam botol berwarna gelap dan di lemari es/suhu dingin,

Reagan rusak bila sudah tampak adanya endapan.

 Prosedur: 5 ml larutan drabkin + 0,02 ml darah  Homogenkan dan diamkan ±

10 menit (waktu terbentuknya Cyanmeth-Hb)  kemudian dibaca dengan

Spektrofotometer dengan OD 540 nm. Jangan lupa di buat blngko (5 ml

drabkin). Hasil yang diperoleh dikalikan 36,8

 Hb Laki-laki: 13,5 ~ 18 dan Wanita 11,5 ~ 16,5 g/dl

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
41

DAFTAR PUSTAKA

1) Anonimus, A. Manual of Laboratory Techniques. Nutrition Reasearch

Laboratories. Indian Council of Medical Research. Tarnaka, Hyderabad, India

2) Dawiesah (1988), Penentuan Nutrient dalam Jaringan dan Plasma Tubuh , Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,

Yogyakarta

3) Gorter, E. en De Graaf, W.C. (1955). Klinische Diagnostiek, 7 druk, Deel I.H.E.

Stenfert Kroese N.V. Leiden.

4) Harper, H.A. (1979), The Blood, Lymph, & Cerebrospinal Fluid. Dalam Harper A.

Rodwell.V.M. Maver. P.A. Review of Physiological Chemistry; 17 th Ed. Lange

Medical Publications. Maruzen Asia (Pte) Ltd.

5) Metode otto Schales dari Standard methods of clinical chemistry. Vol. II,

Americans Association of Chemists-Academic Press 1958, dalam: Manual of

Laboratory Techniques, Nutr. Res. Labs, Indian Council of Medical Resc.

Hyderabad, India

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
42

Laporan Sementara Kelompok Praktikum Biokimia

A. Acara :

B. Hari / Tanggal ;

C. Kelompok :

D. Anggota kelompok yang hadir :

1. ………………………………………

2. ……………………………………..

3. ………………………………………

4. ………………………………………

5. ……………………………………….

E. Acara : …………………………………………………….

F. Tujuan Acara : ……………………………………………

G. Diagram Prosedur pelaksanaan :

H. Hasil (Tabel Pengamatan)

Mengetahui dan Mengesahkan


Dosen Pembimbing praktek

( ………………………………………. )

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
43

Laporan Resmi Kelompok Praktikum Biokimia


A. Acara :

B. Hari / Tanggal ;

C. Kelompok :

D. Anggota kelompok yang hadir :

1. ………………………………………

2. ……………………………………..

3. ………………………………………

4. ………………………………………

5. ……………………………………….

E. Acara : …………………………………………………….

F. Tujuan Acara : ……………………………………………

G. Diagram Prosedur pelaksanaan :

H. Hasil (Tabel Pengamatan)

I.Reaksi

J. Tinjauan Teori

K. Pembahasan

L. Kesimpulan

Mengetahui dan Mengesahkan Notulis


Dosen Pembimbing praktek

( ---------------------------------) ( ----------------------------------- )

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
44

( ………………………………………. ) ( ……………………………………………………………. )

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc
45

/conversion/tmp/scratch/393191908.doc

Anda mungkin juga menyukai