Anda di halaman 1dari 16

ENZIM, SALIVA, DAN EMPEDU

OLEH : KELOMPOK 2

MIKHA JHONATAN 41140034

ANASTASIA YUNITA 41140038

I GEDE NANDA G. G. 41140042

AQUILA MEGA E. N. 41140049

AGUNG SATRIO 41140045

TUBEL OCTO SEMLI 41140053

SEARINO M. P. S. 41140057

JANETTE H. 41140062
STEFANUS EDU A. 41140100

BAB I
DASAR TEORI

1.1 ENZIM

Enzim adalah polimer biologis yang berfungsi sebagai katalis dalam reaksi-reaksi
biokimia. Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan sebagian besar enzim dapat diperoleh
dengan ekstraksi dari jaringan tanpa merusak fungsinya. Enzim yang mengatalis suatu
senyawa menjadi senyawa lain dapat meningkatkan laju reaksi setidaknya 10 6 dibanding
dengan yang tidak di katalis.Selain sangat efisien,enzim juga merupakan katalis yang
sangat selektif.

Untuk menghilangkan ambiguitas,International Union of Biochemists (IUB)


menciptakan suatu sistem terpadu tata nama enzim. Yaitu,setiap enzim memiliki nama dan
kode khusus yang menunjukan tipe reaksi yang di katalis dan substrat yang terlibat. Enzim
dikelompokan kedalam 6 kelas:

 Oksidoreduktase : kelompok enzim yang mengerjakan reaksi oksidasi dan


reduksi.
 Transferase : kelompok enzim yang berperan dalam reaksi pemindahan
suatu
gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain.
 Hidrolase : kelompok enzim yang berperan dalam suatu reaksi hidrolisis.
 Lipase : kelompok enzim yang mengatalisis reaksi adisi atau
pemecahan
ikatan rangkap.
 Isomerase : kelompok enzim yang mengatalisis perubahan konformasi
molekul (isomerisasi).
 Ligase : kelompok enzim yang mengatalisis pembentukan ikatan
kovalen.

(Harper, 2012 : 61-62)

Enzim dapat meningkatkan laju reaksi yang luar biasa tanpa pembentukan produk

1
samping dan molekul berfungsi dalam larutan encer pada keadaan biasa (fisiologis)
tekanan, suhu dan pH normal.Dengan kata lain faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim
adalah suhu, pH, konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat.

1.2 SALIVA

Saliva adalah sekret yang dikeluarkan oleh glandula salivarius yang kandungannya
adalah 99,5 % H2O dan komponen lain. Saliva berfungsi sebagai pelumas makanan
sehingga membuatnya menjadi lebih lunak. Saliva berwarna sedikit keruh dan kental
karena sebagian diproduksi oleh kelenjar mukosa di cavum oris.
Kelenjar saliva yang utama adalah glandula parotid, glandula sublingualis, glandula
submandibularis, dan beberapa kelenjar bukalis yang kecil.Kelenjar saliva terutama
dikontrol oleh sinyal saraf parasimpatis sepanjang jalan dari nukleus salivatorius superior
dan inferior pada batang otak. (Fisiologi Guyton, 2014:840)

1.3 EMPEDU

Empedu adalah cairan pahit yang di sekresikan oleh hati. Empedu selalu
diekskresikan oleh hati, tetapi saat belum digunakan empedu disimpan di kantung empedu.

Empedu melakukan dua fungsi penting. Pertama, empedu memainkan peran penting
dalam pencernaan dan absorbsi lemak,bukan karena enzim dalam empedu yang
menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena asam empedu. Kedua, empedu bekerja
sebagai suatu alat untuk mengekskresi beberapa produk buangan yang penting dari darah,
meliputi bilirubin, suatu produk akhir penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol.
(Guyton, 2014:848)

2
BAB II
PERSIAPAN PRAKTIKUM
A. Enzim
Alat dan bahan :

a. Amilum 1% f. Kertas saring m. Larutan ureum


segar g. Bongkahan es n. Asam cuka
b. Amilum 1% h. Tabung reaksi o. Aquades
matang i. Vortex p. Pengaduk kaca
c. Saliva saring j. Tepung kedelai q. Pipet
d. Iodium k. Fenol merah r. droplet
e. Waterbath l. Larutan HCl

1. Percobaan Amilase

Cara kerja :

Membuat 3 seri tabung Memasukan 3 ml Memasukan 3 ml saliva


A, B, C dengan larutan amilum 1% saring dan HCl 0.1 M
masing-masing seri matang pada tabung 1 pada tabung 1 dan 3 dan
terdiri dari 4 tabung 1, dan 2 dan 3 ml larutan 3 ml saliva saring saja
2, 3, 4. amilum 1% segar pada (tanpa HCl 0.1 M) pada
tabung 3 dan 4. tabung 2 dan 4.

Meletakan tabung seri Menetesi dengan Tiap tabung di ambil 1


A di suhu kamar, seri B iodium. Mengamati dan tetes, lalu meneteskan
di bongkahan es, dan mencatat perubahan pada droplet.
seri C di waterbath warna saat 0 menit
37˚C.

Setiap 10 menit, Menetesi dengan Terjadi perubahan warna


masing – masing iodium. Mengamati menjadi kuning
tabung di ambil 1 tetes, dan mencatat perubahan kecoklatan pada salah
lalu meneteskan pada warna setiap 10 menit satu perlakuan.

3
droplet.

4
2. Percobaan Urease

Cara Kerja :

Menyiapkan dua buah Meneteskan 1 tetes fenoI Menambahkan 2% asam


tabung, masing- masing red ke daIam setiap cuka sampai warnanya
diisi dengan 2 cc Iarutan tabung tepat kuning
ureum dan 2 cc aquades

Mendiamkan seIama 10 Menambahkan sedikit Memanaskan di waterbath


menit dan mencatat yang tepung kedeIai pada bersuhu 60°C
terjadi setiap tabung kemudian
dikocok

B. Saliva
Alat dan bahan :

a. Saliva f. H2SO4 pekat


b. Larutan biuret g. Tabung reaksi
c. Larutan molisch h. Kertas pH
d. Asam asetat encer i. Pipet ukur
e. Kertas saring j. Pipet tetes

Cara kerja :

Mengukur pH saliva Memasukan 2 ml saliva Memasukan 2 ml saliva, 5


sebagai pH awal. dan 5 tetes larutan biuret. tetes larutan biuret, dan 2
Menyiapkan tabung A Campur perlahan, amati. ml H2SO4. Campur
dan B perlahan, amati.

Mencampurkan Menambahkan 2 tetes Menyaring sisa saliva, dan


dengan menggunakan asam asetat encer. Memasukkan 2 ml ke
vortex. Perhatikan tabung reaksi.
endapan

C. Empedu
1. Uji Gmelin
Alat dan bahan :

5
a. Larutan empedu encer c. Tabung reaksi
b. Larutan HNO3 pekat d. Pipet volumetrik

2. Uji Pettenkofer
Alat dan bahan :

a. Larutan sukrosa 5% c. Tabung reaksi


b. Asam sulfat d. Pipet volumetrik
c. Pipet tetes

Cara kerja :

Memasukkan 5 ml Memiringkan tabung Terbentuk 2 lapisan cairan.


larutan empedu encer reaksi lalu mengalirkan 3 Mengamati cincin yang
dan 5 tetes larutan ml asam sulfat pekat terbentuk pada perbatasan
sukrosa ke dalam tabung melalui dinding tabung. antar kedua lapisan.
reaksi

3. Fungsi Empedu sebagai emulgator


Alat dan bahan :

a. Larutan empedu encer c. Tabung reaksi


b. Minyak goreng d. Air suling

Cara kerja :

Tabung reaksi A dan B. Kedua tabung di Mengocoknya.


memasukan 3 ml tambahkan minyak 1 Mengamati perubahan
aquades ke dalam tabung tetes. yang terjadi sepeti
A. terbentuknya emulsi
Memasukkan 3 ml
empedu encer ke tabung
B.

6
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
A. Enzim
1. Percobaan Amilase

SERI PERUBAHAN WARNA SETELAH DITETES IODIUM


TABUNG 0 MENIT 10 MENIT (1) 10 MENIT (2) 10 MENIT (3)
A1 Coklat Coklat Coklat Coklat
kemerahan kemerahan kemerahan kemerahan
A2 Biru tua Biru tua Biru tua Biru tua
A3 Coklat Kuning Coklat Coklat
kekuningan kecoklatan kehitaman
A4 Kuning Kuning Kuning Coklat
kecoklatan kehijauan kehitaman kemerahan
B1 Coklat Coklat Coklat Coklat
kemerahan kemerahan kemerahan kemerahan
B2 Biru tua Biru tua Biru tua Biru tua
B3 Coklat Coklat Coklat Coklat
kemerahan kemerahan kemerahan kemerahan
B4 Coklat Coklat Kuning Kuning
kemerahan kemerahan kehijauan keemasan
C1 Coklat Coklat Coklat Coklat
kemerahan kemerahan kemerahan kemerahan
C2 Biru tua Biru tua Biru tua Biru tua
C3 Coklat Coklat Coklat Bening keruh
kekuningan kebiruan kebiruan
C4 Kuning Kuning - -
kecoklatan

2. Percobaan Urease

Penambahan Perubahan Warna


2cc Ureum 2cc aquades
1. 1 tetes Fenol Red
a. SebeIum dikocok Cincin ungu Agak keemasan
b. SeteIah dikocok Pink Kuning
2. 2 tetes Asam cuka kuning Kuning
2%
3. Bubuk kedelai
a. Saat ditambahkan & Orange kecoklatan Kekuningan dan ada
setelah pengocokan dan ada endapan endapan coklat

7
coklat
b. Setelah 5 menit cokIat – orange- Kekuningan dan ada
didiamkan pink endapan cokIat
c. Setelah 10 menit Pink dan ada Kuning keemasan dan ada
didiamkan endapan cokIat endapan cokIat

B. Saliva

UJI YANG DILAKUKAN PERUBAHAN YANG TERJADI


UJI BIURET Terjadi perubahan warna menjadi ungu
UJI MOLISCH a. Penetesan 5 tetes molisch warnanya putih dan ada
endapan abu – abu.
b. Penambahan 2 ml H2SO4 menghasilkan gradasi warna
putih, ungu, hijau
UJI ASAM ASETAT Di aduk di vortex hingga terlihat endapan bening
keputihan pada larutan yang dilihat dengan latar gelap.

C. Empedu

UJI YANG DILAKUKAN PERUBAHAN YANG TERJADI


UJI GMELIN Terdapat 3 susunan warna, susunan teratas terdapat
warna hijau tua (larutan empedu ), ditengah terdapat
cicin berwarna biru tua , dan bagian bawah berwarna
putih atau bening (larutan HNO3) .
UJI PETTENKOFER a. Ketika empedu encer di beri 5 tetes sukrosa tidak
terjadi perubahan warna yang signifikan
b. Penambahan asam sulfat pekat 3 ml menghasilkan
perubahan yaitu terbentuknya cincin berwarna ungu
diantara dua lapisan (empedu + sukrosa dan asam sulfat
pekat)
UJI FUNGSI EMPEDU Setelah ditetesi minyak, kedua cairan (aquades &
SEBAGAI EMULGATOR empedu) awalnya masih terpisah dengan minyak.
Setelah divortex, kedua zat memberikan hasil yang
berbeda. Pada empedu minyak bisa bercampur
(teremulsi) dengan empedu, sedangkan pada aquades
minyak tidak bisa menyatu.

BAB IV

8
PEMBAHASAN
A. Enzim

1. Percobaan Amilase

Enzim merupakan suatu senyawa organik yang disusun oleh protein yang dalam
peristiwa bertindak sebagai katalisator. Katalisator ini adalah zat yang mampu
mempercepat reaksi kimia akan tetapi zat itu sendiri tidak ikut beraksi. Berdasarkan
hasil pengamatan kami, ketika larutan saliva yang telah disaring dan amilum
dicampurkan maka akan menghasilkan larutan bening. Pada praktikum ini dilakukan 3
perlakuan untuk masing – masing seri tabung, yaitu diletakkan pada suhu kamar,
bongkahan es, dan waterbath 37˚C.

Pada keseluruhan perlakuan yang dilakukan, ada tabung yang tidak


mengalami perubahan warna ketika ditetesi iodium yaitu seri tabung 2 yang
tersusun dari H2O, amilum 1% matang dan tanpa HCl. Hal tersebut dikarenakan
pada amilum matang telah mengalami pemanasan sebelumnya sehingga amilum
matang memiliki titik akromatik yang lebih cepat di banding amilum segar. Oleh
karena itu, amilum matang lebih cepat juga mengalami hidrolisis, karena
amilase disini mampu mengatalisis hidrolisis amilum yang kemudian nantinya
akan menghasilkan dekstrin.

Tabung yang paling cepat mengalami perubahan warna ialah tabung B4


yang diletakkan pada waterbath 37˚C yang mengandung amilum segar, H2O dan
tanpa HCl. Hal ini bisa terjadi karena pada suhu 370C, setelah larutan saliva
encer dan amilum diampurkan, maka akan menghasilkan warna yang bening.
Kemudian setelah itu diberikan beberapa tetes iodine akan menghasilkan warna
kuning. Hal ini mengidentifikasi bahwa amilum dapat dipecahkan oleh enzim
amilase (dalam saliva encer). Oleh karena itu, ketika diteteskan oleh iodine tidak
dihasilkan warna ungu kehitaman. Reaksi hidrolisis amilum ini berlangsung
dengan bantuan katalisator yang berupa enzim amilase yang terkandung dalam
saliva. Pada suhu 370C (suhu optimum) enzim amilase dapat bekerja dengan
sempurna. Suhu optimum adalah suhu yang paling tepat bagi suatu reaksi
dengan menggunakan enzim tertentu. Suhu optimum merupakan suhu yang
menyebabkan terjadinya reaksi kimia dengan kecepatan maksimal.
Keberadaan HCl dalam beberapa tabung pada percobaan ini membuat tidak terjadi
perubahan warna saat ditetesi oleh iodium. Ini menandakan bahwa enzim yang terdapat
dalam saliva tersebut tidak aktif atau bahkan rusak.

9
2. Uji Urease

Pada percobaan kaIi ini kami akan membandingkan 2 buah Iarutan yang
berbeda yakni ureum dan aquades, namun kedua Iarutan ini diperIakukan
dengan perIakuan yang sama. Dari perIakuan akan diamati keberadaan dan
mekanisme kerja enzim serta pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim.
Berikut penjeIasan dari setiap perIakuan.

DaIam percobaan Urease kami menyiapkan dua buah tabung yakni


tabung A yang berisi 2 cc Iarutan ureum dan tabung B yang berisi 2 cc aquades.
Kemudian masing- masing tabung diberi 1 tetes fenoI red sebagai indikator
asam - basa. FenoI red memiiki range pH 6,0- 8,4. Enzim Urease akan bekerja
dengan optimaI pada pH 7,4. Saat penambahan fenoI red terjadi perubahan
warna pada tabung A menjadi warna pink dan pada tabung B menjadi warna
kuning. Perubahan warna tersebut menandakan pH pada tabung A cenderung
basa dan pH pada tabung B netraI. Untuk menyamakan pH masing- masing
Iarutan ditetesi dengan 2 tetes asam cuka (CH3COOH), fungsi penambahan
asam cuka (CH3COOH) untuk memberi suasana asam sehingga warna Iarutan
pada tabung A dan B menjadi kuning. SeteIah keadaan pH pada kedua iarutan
sama, tahap seIanjutnya adaIah pemanasan masing- masing Iarutan pada suhu
60°C. Ketika dipanaskan tidak terjadi perubahan warna pada kedua tabung
(warnanya tetap kuning). Fungsi pemanasan untuk mencapai suhu optimaI
enzim urease, sehingga enzim tersebut dapat bekerja secara optimaI pada proses
pemecahan ureum. LaIu didinginkan di aliran air Iedeng.

Kemudian masing- masing Iarutan diberi sedikit tepung kedeIai. Fungsi


tepung kedeiai adaIah sebagai sumber enzim urease. Pada saat penambahan
kedeIai dan seteIah pengocokan terIihat perubahan warna pada tabung A
menjadi oranye- kecokIatan dan ada endapan kecokIatan yakni endapan bubuk
kedeIai, sedangkan pada tabung B menjadi kekuningan dan ada endapan
kecoklatan bubuk kedeIai. Pada 5 menit diamati terjadi perubahan warna pada
tabung A menjadi cokIat-oranye- pink dan ada endapan kecokIatan bubuk
kedeIai, sedangkan pada tabung B menjadi kuning keemasan dan ada endapan
kecoklatan bubuk kedelai. Pada 10 menit diamati terjadi perubahan pada tabung
A menjadi pink dan ada endapan kecoklatan bubuk kedelai, sedangkan pada
tabung B menjadi kuning keemasan dan ada endapan kecoklatan bubuk kedelai.
Perubahan tersebut dapat terjadi karena tepung kedelai mengandung enzim
urease yang bereaksi dengan ureum, sehingga terjadi reaksi enzimatik, yaitu
hidrolisis urea dalam urine oleh urease yang terdapat pada tepung kedelai.
Reaksinya:

10
││

H2N───C───NH3 + H2O → CO2 + 2NH3

B. Saliva

1. Uji Biuret

Uji biuret pada air liur merupakan uji warna yang dilakukan untuk mengetahui
adanya protein dalam air liur.Pada uji biuret ini,saliva yang di beri 5 tetes biuret
berubah warna menjadi ungu yang mengindikasikan bahwa di dalam saliva terdapat
protein.. Kandungan protein di dalam saliva: amilase, isozim, mukus.

2. Uji Molisch

Uji Molisch adalah uji yang paling umum untuk menyatakan ada atau tidaknya
karbohidrat karena memberikan uji positif (cincin ungu) kepada semua karbohidrat
yang lebih besar daripada tetrosa. Penambahan 5 tetes molisch pada 2 ml saliva adanya
warna putih dan endapan abu-abu dan di tambahkan H 2SO4 ( secara perlahan melalui
dinding tabung ) menghasilkan gradasi warna yaitu putih-ungu-hijau.Adanya cincin
ungu menunjukkan reaksi positif yang berarti didalam air liur terkandung karbohidrat.
H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis glukosa (heksosa) menjadi hidroksimetil fufural
atau arabinosa (pentosa) yang akan diubah menjadi furufura.

Prinsip uji Molisch ialah berdasarkan pembentukan furfural atau


turunan-turunan dari karbohidrat yang didehidrasi oleh asam anorganik pekat.
Karbohidrat oleh asam anorganik pekat (H2SO4) akan dihidrolisis menjadi
monosakarida. Dehidrasi monosakarida jenis pentosa oleh asam sulfat pekat
menjadi furfural dan golongan heksosa menghasilkan hidroksimetilfurfural.
Pereaksi Molisch terdiri atas larutan 5% α-naftol dan alkohol 95%. Apabila
pereaksi ini ditambahkan pada larutan yang mengandung karbohidrat kemudian
ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Batas antara
kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi antara
furfural dengan α-naftol.

3. Uji Asam Asetat

Terjadi endapan bening keputihan pada larutan yang dilihat dengan latar gelap.
Hal ini terjadi karena adanya koagulasi dari melekul-molekul yang berupa protein
(misalnya enzim amilase) yang terkandung pada air liur. Dimana protein pada
penambahan asam akan menyebabkan terjadinya koagulasi.

11
C. Empedu

1. Uji Gmelin

Berdasarkan hasil pengamatan, yang terjadi saat pengujian gmelin adalah


terdapat 3 susunan warna yang terdapat pada pengujian gmelin susunan teratas
terdapat warna hijau tua (larutan empedu ), ditengah terdapat cicin berwarna
biru tua , dan bagian bawah berwarna putih atau bening (larutan HNO 3) .
terbentuknya cicin membuktikan adanya gmelin pada empedu , empedu terdiri
dalam banyak pigmen – pigmen dan carian empedu yang berwarna hijau tua
yang berasal dari bilirubin yang merupakan pigmen empedu. Bilirubin ini
terbentuk dari penguraian hemoglobin, asam-asam empedu, dan kolesterol dan
pemberian asam fungsinya oksidasi pigmen , maka dapat berubah warna ,karena
pigmen teroksidasi menjadi turunan yang berwarna yang ditandai adanya banyak
fase yang terbentuk dari berbagai warna - warna

2. Uji Pettenkofer

Pada uji pettenkofer, larutan sukrosa dengan H2SO4 (asam sufat pekat)
maka terbentuk gula heksosa yang kemudian membentuk suatu senyawa
hidroksimetilfurfural . Dan karena adanya cairan empedu akan terbentuk suatu
cincin ungu. Di dalam empedu, asam-asam empedu seperti asam kholat atau
asam kenodeosikolat terutama sebagai garamnya, merupakan turunan senyawa
aromatik kompleks. Asam empedu dengan furfural (dihasilkan dari dehidrasi
karbohidrat oleh asam sulfat pekat) akan berkondensasi membentuk senyawa
kompleks berwarna.

a. Pada heksosa
H-CH2OH-HCOH-HCOH-HCOH-HCOH-C=O + H2SO4 = 5-hidroksimetil
furfural α-naftol
b. Cincin yang terbentuk
O ║ ║ __SO3H H2C─ ─────C───── ─OH Cincin ungu senyawa
kompleks

3. Fungsi empedu sebagai emulgator

Hasil percobaan menunjukkan bahwa empedu memang memiliki kemampuan


untuk mengemulsikan lemak. Hal ini terlihat dari emulsi yang terbentuk di empedu.
Penyerapan ini sendiri disebabkan oleh struktur garam empedu yang dapat menarik
globulus lemak besar menjadi lebih kecil lagi.

12
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum ini, dapat kami simpulkan bahwa :

1. Enzim amilase memiliki mekanisme kerja yaitu sebagai katalis hidrolisis


amilum
2. Enzim amilase dapat bekerja optimal pada suhu 37˚C.
3. Enzim amilase dapat bekerja optimal pada Ph sekitar 6.8 – 7
4. Empedu memiliki sifat pengemulsi lemak
5. Suhu mempengaruhi kerja enzim urease, suhu optimal untuk kerja enzim urease
adalah 60°C
6. pH mempengaruhi kerja enzim urease, pH optimal untuk kerja enzim urease
adalah 7,4.
7. Reaksi positif (warna ungu) pada percobaan menunjukkan bahwa air liur
mengandung karbohidrat.
8. Pada empedu terdapat pigmen berwarna hijau tua yang berasal dari bilirubin.
9. Di dalam empedu terdapat asam-asam empedu. Asam empedu dengan furfural
akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna.
10. Didalam saliva dapat ditemukan adanya karbohidrat.
11. protein pada penambahan asam akan menyebabkan terjadinya koagulasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, F.M. Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12.
Jakarta: EGC

Sherwood, Lauralee. (2007). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem (Edisi 6). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwel VW. 2011. Biokimia harper. 27th Ed.
Jakarta: EGC.

Dorland, W. A. Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28, Jakarta:
EGC

Ganong, W.F. 2010. Review of Medical Physiology,Ganong’s. 23rd edition. New York:
The McGraw-Hill Companies.Inc

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai