Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

URINE

Nama : Ulfa Rahma Utami

NIM : P1337420615028

Kelompok :7

Asisten : Partiyani Hidayah

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2016
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Biokimia dengan judul “Urine” disusun oleh :

Nama : Ulfa Rahma Utami


NIM : P1337420615028
Kelompok : VII
Jurusan : Keperawatan Semarang

Telah diperiksa dengan teliti oleh asisten dan dinyatakan telah


memenuhi syarat pada tanggal .

Asisten Praktikum Praktikan

Partiyani Hidayah Ulfa Rahma Utami


NIM. 24020113120048 NIM. P1337420615028

Dosen Pembimbing

Drs. M. Anwar Djaelani, M.Kes


NIP. 196211231988101001
ACARA V
URINE

I. Tujuan
Mampu mengidentifikasi urine dan menganalisa zat-zat normal maupun tidak
normal dalam urine.
II. Tinjauan Pustaka
2.1.Urine
Urine atau air seni atau air kecing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses urinalisasi. Ekskresi urine diperlukan untuk menjaga homeostasis
cairan tubuh. Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urine sangat
penting, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi
urine (Ali, 2008).
Urine adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan
sulfur, garam-garam anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya berwarna
kekuning-kuningan, meskipun secara normal banyak variasinya. Mempunyai
bau yang khas untuk spesies yang berbeda. Jumlah urine yang diekskresikan
tiap harinya bervariasi tergantung pada pakan, konsumsi air, temperatur
lingkungan, musim dan faktor-faktor lainnya (Ganong, 2003).
2.2.Proses Pembentukkan Urine Manusia
Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk kedalam
ginjal dengan melalui glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai
Bowman, berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada
tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali sisa-sisa zat yang sudah
disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus
berlanjut ke ureter (Syaifuddin, 2003).
Menurut Syaifuddin (2003), ada 3 tahap pembentukan urine yaitu :
1. Proses Filtrasi
Proses ini terjadi di glomerulus, proses filtrasi terjadi karena
permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen sehingga terjadi
penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian
cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
Bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat,
dan lain-lain yang diteruskan ke tubulus ginjal.
2. Proses Reabsorbsi
Fungsi utama tubulus proksimal adalah reabsorbsi yaitu proses
dikembalikannya air bersama dengan glukosa, asam amino, asam urat dan
protein yang berhasil menembus filter glomerulus ke aliran darah. Tubulus
proksimal juga mengembalikan elektrolit, natrium, klorida dan bikarbonat.
Simpai Henle mereabsorbsi air dan natrium. Tubulus distal secara halus
mengatur konsentrasi ion-ion natrium, kalium, bikarbonat, fosfat dan
hidrogen.
3. Proses Sekresi
Proses ini adalah proses penyerapan urine sisa dari filtrasi dan
reabsorbsi. Proses penyerapan urine ini terjadi pada tubulus dan diteruskan
ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
III. Metode Praktikum
3.1.Alat
1. Tabung reaksi
2. Penjepit tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pemanas spiritus
5. Rak tabung reaksi
6. Batang pengaduk
7. Korek api
8. Kamera handphone
9. Label
3.2.Bahan
1. Urine normal
2. Urine abnormal
3. Aquades
4. Fenol merah
5. Larutan cuka 2%
6. Tepung kedelai
7. Reagen Folin
8. Larutan Na2CO3 20% dan 2%
9. Larutan asam pikrat jenuh
10. Larutan NaOH 10%
11. Indikator PP
12. Reagen Benedict
13. Larutan HNO3 pekat
14. Larutan AgNO3
15. Larutan NH4OH
3.3.Cara Kerja
3.3.1. Pemecahan Urea oleh Enzim Urease
1. Menyiapkan 2 buah tabung reaksi.
2. Meneteskan 2 cc urine normal kedalam tabung I dan 2 cc
aquades kedalam tabung II.
3. Menambahkan 1 tetes fenol merah ke masing-masing tabung.
4. Menambahkan cuka hingga larutan berwarna kuning.
5. Memanaskan kedua tabung reaksi dengan pemanas spiritus
sampai mendidih.
6. Menambahkan tepung kedelai pada kedua tabung reaksi.
7. Mengkocok larutan uji, kemudian mengamati hasil yang
diperoleh.
3.3.2. Reaksi Folin untuk Asam Urat
1. Menyiapkan 1 buah tabung reaksi.
2. Meneteskan 3 cc urine normal.
3. Menambahkan 2 cc reagen Folin dan 2cc Na2CO3 20%.
4. Mengamati hasil yang diperoleh.
3.3.3. Reaksi Jaffe untuk Kreatinin
1. Menyiapkan 3 buah tabung reaksi.
2. Meneteskan 1 cc asam pikrat dan 1 cc NaOH 30% pada salah
satu tabung, membagi larutan kedalam 2 tabung reaksi lain.
3. Menambahkan 1 cc urine normal pada tabung I dan 3 cc
aquades pada tabung II
4. Mengamati hasil yang diperoleh.
3.3.4. Terjadinya Gas NH2
1. Menyiapkan 1 buah tabung reaksi.
2. Meneteskan 2 cc urine normal.
3. Menambahkan 1 tetes indikator PP dan Na2CO3 hingga larutan
berwarna merah muda.
4. Menyiapkan batang pengaduk yang sudah dicelupkan kedalam
indikator PP.
5. Memanaskan larutan uji bersama batang pengaduk yang
diletakkan pada mulut tabung menggunakan pemanas spiritus
hingga berubah warna.
6. Mengamati hasil yang diperoleh.
3.3.5. Reaksi Benedict untuk Glukosa dalam Urine
1. Menyiapkan 3 buah tabung reaksi.
2. Mengisi tabung I dengan 5 cc aquades, tabung II dengan 3 cc
urine normal dan tabung III dengan 3 cc urine abnormal.
3. Menambahkan 1 cc Benedict pada masing-masing tabung.
4. Memanaskan ketiga tabung reaksi.
5. Mengamati hasil yang diperoleh.
3.3.6. Membuktikan Adanya Klorida
1. Menyiapkan 1 buah tabung reaksi.
2. Meneteskan 0,5 ml urine yang diasamkan dengan beberapa
tetes HNO3 pekat.
3. Menambahkan AgNO3 sebanyak 8 tetes.
4. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
5. Menambahkan NH4OH sampai endapan hilang.
IV. Hasil Praktikum
No Percobaan Hasil Ket
1 Pemecahan Urea oleh Sebelum
Enzim Urease Tabung I (urine + fenol +
Tabung I Tabung II cuka + dipanaskan) berwarna
2 cc urine 2 cc aquades kuning pekat.
1 tetes fenol merah

Cuka, sampai kuning

Dipanaskan

Tepung kedelai

Kocok, amati

Tabung II (aquades + fenol +


cuka + dipanaskan) berwarna
kuning bening.

Sesudah
Tabung I ditetesi 20 tetes cuka
berwarna kuning kemerahan
keruh, tepung kedelai larut.
Tabung II ditetesi 6 tetes cuka
berwarna kuning keruh, ada Positif
endapan, tepung kedelai tidak
larut.

2 Reaksi Folin untuk Asam Sebelum


Urat Urine berwarna kuning
3 cc urine bening.

2 cc reagen Folin

2 cc Na2CO3 20%

Amati

Sesudah
Setelah ditetesi reagen Folin Positif
berwarna hijau tua pekat.
Setelah ditambah Na2CO3
berwarna biru kehitaman.

3 Reaksi Jaffe untuk Sebelum


Kreatinin Asam pikrat berwarna kuning.
1 cc asam pikrat

1 cc NaOH 30%

Tabung I Tabung
II

1 cc urine 3 cc
aquades

Sesudah
Setelah ditambah NaOH
berwarna kuning pekat.

Tabung I ditambah urine Positif


berwarna orange kemerahan.

Tabung II ditambah aquades


berwarna kuning.
4 Terjadinya Gas NH2 Sebelum
2 cc urine Urine berwarna kuning bening
dan setelah ditambah indikator
1 tetes indikator PP PP warna tetap.
Dengan Na2CO3 2%
(hingga berwarna merah
muda)

Dipanaskan

Batang pengaduk
(dicelupkan larutan PP)
diletakkan pada mulut
tabung
Sesudah
Amati Ditambah 8 tetes Na2CO3 2% Positif
berwarna merah muda.
Batang pengaduk semula
warna merah muda pekat
menjadi merah muda terang.

5 Uji Benedict untuk Glukosa Sebelum


Tabung I 5 cc aquades Tabung I aquades berwarna
Tabung II 3 cc urine normal putih bening.
Tabung III 3 cc urine Tabung II urine normal
abnormal berwarna kuning bening.
Tabung III urine abnormal
1 cc Benedict berwarna kuning keputihan.

Dipanaskan
Amati

Sesudah
Tabung I (aquades +
Benedict) berwarna biru
bening.
Tabung II (urine normal + Tabung I
Benedict) berwarna biru Positif tidak
kecoklatan. mengandung
Tabung III (urine abnormal + glukosa.
Benedict) berwarna biru Tabung II
keruh. Positif tidak
mengandung
glukosa.
Tabung III
Positif
mengandung
glukosa.

Sesudah pembakaran
Tabung I warna tetap.
Tabung II berwarna cokelat,
ada endapan putih.

Tabung III berwarna merah


bata dan ada endapan merah
bata.
6 Membuktikan Adanya Sebelum
Klorida Urine ditambah HNO3
0,5 ml urine diasamkan berwarna kuning bening
dengan beberapa tetes (tetap)
HNO3 pekat

AgNO3 8 tetes

Amati perubahan warna

NH4OH sampai endapan


hilang

Sesudah
Larutan berwarna putih keruh
Positif
dan ada endapan putih.
V. Pembahasan
Acara V Urine dilakukan pada hari Senin, 9 Mei 2016 pukul 10.00-selesai
bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika Fakultas Sains dan
Matematika Universitas Diponegoro Semarang. Praktikum urine memiliki tujuan
mampu mengidentifikasi urine dan menganalisa zat-zat normal maupun tidak
normal dalam urine. Alat dan bahan yang digunakan yaitu tabung reaksi, rak
tabung, pipet tetes, pemanas spiritus, batang pengaduk, korek api, kamera
handphone untuk dokumentasi, label, urine normal, urine abnormal, aquades,
fenol merah, larutan cuka 2%, tepung kedelai, reagen Folin, larutan Na2CO3 20%
dan 2%, larutan asam pikrat jenuh, larutan NaOH 10%, indikator PP, reagen
Benedict, larutan HNO3 pekat, larutan AgNO3 dan larutan NH4OH. Adapun
pembahasan pada masing-masing pada praktikum urine adalah sebagai berikut :
5.1.Pemecahan Urea oleh Enzim Urease
Menurut Widmann (2005), ureum adalah suatu molekul kecil yang
mudah mendifusi ke dalam cairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya dipekatkan
dalam urine dan diekskresi. Jika dalam tubuh terjadi keseimbangan nitrogen,
maka ekskresi ureum kira-kira 25 mg/hari. Menurut Victor (1999) ureum
merupakan produk akhir dari metabolisme nitrogen yang penting pada
manusia, yang disintesa dari ammonia, karbon dioksida dan nitrogen amida
aspartat. Menurut Baron (1995), hampir seluruh urea dibentuk di dalam hati,
dari katabolisme asam-asam amino dan merupakan produk ekskresi
metabolisme protein yang sama. Konsentrasi urea dalam plasma terutama
menggambarkan keseimbangan antara pembentukan urea dan katabolisme
protein serta ekskresi urea oleh ginjal.
Penentuan urea menurut Khairi (2005) berdasarkan reaksi antara urea
dengan urease membentuk ammonium hidroksida (NH4OH). Senyawa tersebut
di dalam air akan terhidrolisis menjadi ion ammonium dan ion hidroksida.
Senyawa NH4OH yang terdapat dalam larutan akan membentuk keseimbangan
pada permukaan membran. Hal ini disebabkan oleh proses homogenasi dalam
larutan untuk mencapai keseimbangan dan selanjutnya dapat dijadikan dasar
penentuan kuantitas urea dalam sampel.
Tujuan uji ini yaitu untuk mendeteksi adanya urea di dalam urine.
Perlakuan dalam uji ini yaitu pada tabung I urin 2 cc dan tabung II 2 cc
aquades ditetesi 1 tetes fenol merah dan cuka sampai berwarna kuning.
Keduanya dipanaskan kemudian ditambahkan tepung kedelai selanjutnya
dikocok dan diamati. Dalam uji ini urine sebagai sumber urea, tepung kedelai
sebagai sumber urease (enzim pengurai urea dalam urine) dan fenol sebagai
indikator pH bersifat asam.
Hasil yang diperoleh yaitu setelah larutan uji dipanaskan dan diberi
tepung kedelai, pada tabung I larutan menjadi keruh dan tepung kedelai larut.
Sedangkan pada tabung II terdapat endapan tepung kedelai yang tidak larut
dalam larutan.
Menurut Tiko (2012), urea dalam urine (CO(NH2)2) dengan urease
akan berubah menjadi ammonium karbonat (NH4)2CO3, ammonium karbonat
oleh air akan dihidrolisis menjadi H2CO3 + 2NH4OH. Kemudian bila kedua
zat tersebut dipanaskan akan terbentuk 3 macam gas yaitu CO2, NH3 dan uap
(H2O). Hal ini menunjukkan bahwa di dalam urine terdapat urea sehingga uji
ini positif.
5.2.Reaksi Folin untuk Asam Urat
Tujuan uji ini yaitu mendeteksi adanya asam urat dalam urine dengan
menggunakan reagen Folin. Perlakuannya yaitu 3 cc urine ditetesi 2 cc reagen
Folin dan 2 cc Na2CO3 20%. Fungsi dari reagen Folin yaitu memberi suasana
alkalis dan Na2CO3 berfungsi sebagai pelarut.
Hasil pada uji ini yaitu saat urine ditetesi reagen Folin warnanya
berubah menjadi hijau tua pekat. Kemudian ditetesi Na2CO3 menjadi warna
biru kehitaman pekat.
5.3.Reaksi Jaffe untuk Kreatinin
Menurut Guyton (2010), kreatinin merupakan hasil metabolisme dari
kreatin dalam otot. Kreatinin berupa anhibrida dan merupakan suatu
konstituen konstan urine manusia. Normalnya ia akan diekskresikan 1-1,8
gram/hari pada orang dewasa. Pada ginjal, kreatinin akan difiltrasi tetapi tidak
mengalami reabsorbsi. Dengan melihat kreatinin ini kita dapat mengetahui
tingkat fungsional ginjal.
Tujuan uji ini yaitu mendeteksi adanya kreatinin pada urine dengan
melihat zat kreatinin-pikrat. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu 1 cc asam
pikrat ditambah 1 cc larutan NaOH 30% kemudian dibagi kedalam 2 tabung
sama rata dimana tabung I ditambah 1 cc urine dan tabung II ditambah 3 cc
aquades. Fungsi dari masing-masing bahan dalam uji ini yaitu urine sebagai
sumber kreatinin, aquades sebagai pengencer dan blanko, asam pikrat
berfungsi untuk membentuk kreatinin pikrat dan larutan NaOH 30% dapat
mengionisasi asam pikrat.

(Tiko, 2012)

Hasil yang diperoleh yaitu saat urine ditambahkan dengan NaOH,


larutan berwarna kuning pekat. Pada tabung I ketika larutan ditambahkan
urine warnanya berubah menjadi orange kemerahan dan tabung II ketika
larutan ditambahkan aquades warnanya berubah menjadi kuning. Menurut
Tiko (2012), hal ini disebabkan karena asam pikrat oleh NaOH akan di
ionisasi menjadi H+ dan pikrat yang berwarna orange. Kemudian oleh kreatin
pikrat akan diikat membentuk kreatinin pikrat yang berwarna orange
kemerahan. Apabila ditambah aquades (sebagai pengencer) warna campuran
akan menjadi kuning. Hasil dalam uji ini positif sesuai dengan Guyton (2010)
bahwa di dalam urine terdapat kreatinin yang merupakan hasil metabolisme
kreatin dalam otot.
5.4.Terjadinya Gas NH3
Menurut Tiko (2012), ammonia merupakan hasil utama kedua
pemecahan protein yang mengandung nitrogen. Ammonia berfungsi sebagai
pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. Ammonia dalam urine dari 2,5-
4,5% nitrogen dan rata-rata produksinya 0,7 gram/hari. Dalam urine selain
terkandung urea juga terdapat garam ammonium. Pemecahan garam
ammonium nantinya akan melepas gas NH3. Ammonia ini dihasilkan oleh
aktivitas bakteri sehingga pada urine baru tidak diketemukan ammonia.
Tujuan uji ini yaitu untuk mengetahui dalam urine mengandung
ammonium yang dilihat dari pembebasan gas NH3. Fungsi masing-masing
bahan yaitu urine sebagai sumber ammonium, Na2CO3 dapat memberikan
suasana basa dan memecah garam ammonium, indikator PP (phenolptalin)
sebagai indikator pH dan untuk mengetahui adanya gas NH3.
Perlakuan pada uji ini yaitu 2 cc urine ditambah 1 tetes indikator PP
dan ditambah Na2CO3 2% sebanyak 8 tetes berubah warna menjadi merah
muda kemudian dipanaskan bersama batang pengaduk yang sudah dicelupkan
kedalam larutan indikator PP diletakkan di mulut tabung.

(Tiko, 2012)
Hasil yang didapat yaitu ketika larutan uji dipanaskan bersama batang
pengaduk, warna indikator PP di batang pengaduk berubah warna menjadi
seperti warna larutan yang dipanaskan. Perubahan warna pada batang
pengaduk yaitu yang semula berwarna merah muda pekat kemudian menjadi
merah muda terang. Menurut Tiko (2012), reaksi ini merupakan reaksi yang
berurutan. Dimulai dari garam ammonium oleh Na2CO3 akan dibentuk
ammonium karbonat (NH4)2CO3 dan senyawa pengikat Na. Kemudian
ammonium karbonat akan di ionisasi menjadi NH4+ dan CO32-. Oleh air NH4+
akan dibentuk NH4OH dan ion H+. Kemudian NH4OH akan dipecah menjadi
NH3 yang merupakan gas yang bersifat basa berupa gas dan air. Lalu
dilakukan pencelupan batang pengaduk ke mulut tabung yang sebelumnya
sudah dicelupkan di indikator PP. Pada akhirnya terbentuk gradasi warna pink
hingga merah (menunjukkan pH basa) akibat dari uap NH3 sehingga hasil uji
positif.
5.5.Reaksi Benedict untuk Glukosa dalam Urine
Menurut Askandar (2006), prinsip percobaan ini didasari pada
mereduksi logam dalam suasana alkalis. Dimana pada percobaan digunakan
larutan Benedict yang mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium
sitrat yang digunakan untuk mendeteksi adanya glukosa. Larutan alkali dari
tembaga direduksi oleh gula yang mengandung gugus aldehid atau keton
bebas dengan membentuk kupro oksida berwarna. Pada suasana basa terjadi
transformasi isomerik. Reduksi ion Cu2+ dari CuSO4 oleh gula pereduksi akan
berlangsung dengan cepat dan membentuk Cu2O yang merupakan endapan
merah bata. Terbentuknya endapan dipengaruhi dengan besar kecilnya
konsentrasi gula yang terkandung dalam urin dan larutan glukosa. Dimana
semakin besar konsentrasinya maka endapan semakin banyak dan warna
larutan juga semakin pekat dan keruh. Untuk penderita diabetes dapat
ditentukan dengan uji Benedict dengan menganalisa perubahan warna dan
terbentuknya endapan yang dapat ditentukan tipenya berdasarkan tabel
penafsiran.
Perlakuan uji Benedict yaitu tabung I berisi 5 cc aquades, tabung II
berisi 3 cc urine normal, tabung III berisi 3 cc urine abnormal. Masing-masing
tabung ditetesi 1 cc Benedict dan kemudian dipanaskan, amati hasilnya.
Fungsi dari masing-masing bahan yaitu reagen Benedict sebagai pereaksi
untuk menguji adanya gula reduksi atau glukosa dalam sampel dimana
hasilnya dapat diamati secara semi kuantitatif, sampel urine normal dan urine
abnormal merupakan sampel yang diuji keberadaan glukosa didalamnya.
Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi antara reagen Benedict
dengan gula pereduksi dan pendinginan dilakukan untuk memudahkan
pengamatan warna dan endapan.
Hasilnya yaitu pada tabung I yang berisi aquades positif tidak
mengandung glukosa karena pada larutan berwarna biru bening. Pada tabung
II yang berisi urine normal juga positif tidak mengandung glukosa ditunjukkan
dengan larutan berwarna cokelat dan terdapat endapan putih. Sedangkan pada
tabung III yang berisi urine abnormal positif mengandung glukosa karena
larutan berwarna merah bata dan terdapat endapan berwarna merah bata. Hal
ini menandakan pada tabung III merupakan urine penderita penyakit DM.
Menurut Askandar (2006), tingginya kadar glukosa dalam urine ini disebut
glikosuria dan merupakan gejala yang umum dijumpai pada penderita diabetes
mellitus.
5.6.Membuktikan Adanya Klorida
Uji ini bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya klorida di dalam
urine. Dengan perlakuan 0,5 ml urine diasamkan dengan beberapa tetes HNO3
pekat kemudian ditambah 8 tetes AgNO3, amati perubahan warnanya.
Kemudian diteteskan NH4OH sampai endapan hilang. Fungsi ditambahkan
HNO3 yaitu untuk mencegah pengendapan urat oleh AgNO3
Hasil yang didapat yaitu saat larutan ditetesi AgNO3 sebanyak 8 tetes
warnanya menjadi abu-abu dan terdapat endapan putih. Kemudian larutan
ditetesi NH4OH sebanyak 40 tetes warna menjadi putih keruh dan ada endapan
putih.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum tentang urine dapat disimpulkan bahwa hasil
praktikum uji urine sesuai dengan literatur. Zat-zat normal yang terkandung dalam
urine yaitu mengandung urea, asam urat, kreatinin, gas NH3 dan klorida.
Sedangkan zat-zat abnormal yang terkandung dalam urine yaitu adanya glukosa
dalam urine. Adanya glukosa dalam urine menandakan bahwa seseorang
mengalami penyakit Diabetes Mellitus.
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W. F.2003.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong Edisi 22.Jakarta:EGC.


Ali, Iqbal.2008.Urinalisis (Analisis Kemih).http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalis-
analisis-kemih/.Diakses tanggal 14 Mei 2016.
Widmann, Frances K.2005.Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan
Laboratorium.Jakarta:EGC.
Tiko.2012.Urine Qualitative.http://quraninmyheart.wordpress.com/2012/12/09/urine-
qualitative/. Diakses tanggal 14 Mei 2016.
Askandar, Tjokroprawiro.2006.Hidup Sehat dan Bahagia bersama Diabetes
Mellitus.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Guyton, Arthur C dan John E. Hall.2010.Fisiologi Kedokteran Edisi 23.Jakarta:EGC.
Baron, D.N.1995.Patologi Klinik.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai