Anda di halaman 1dari 16

KARBOHIDRAT

OLEH : KELOMPOK 2.2

MIKHA JHONATHAN 41140034

ANASTASIA YUNITA 41140038

I GEDE NANDA G. G. 41140042

JONATHAN AARON 41140043

DOROTEA CARISSA 41140047

AQUILA MEGA E. N. 41140049

SEARINO M. P. S. 41140057

I BAGAS PRADIPTA 41140058

JANETTE H. 41140062
BAB I
DASAR TEORI

Karbohidrat merupakan sumber energi dari diet manusia yang sangat berharga.Di
negara-negara Barat, lebih dari 40% asupan energi dari diet sehari-hari berasal dari
karbohidrat.Bahkan di negara-negara berkembang hal ini jauh lebih tinggi.Fungsi
karbohidrat adalah sumber energi yang tidak tergantikan bagi tubuh, dan khususnya bagi
jaringan sistem saraf pusat. Kandungan energi di dalam karbohidrat diperkirakan sebesar
3,75 kkal/g. Selain itu, karbohidrat juga berperan sebagai unsur di dalam struktur bakteri,
tanaman, dan hewan.Selain itu, karbohidrat juga berperan dalam penyerapan vitamin dan
mineral.Fungsi lain karbohidrat yang sudah diketahui bersama adalah memberi cita rasa
manis ke dalam makanan.

(Asuhan Gizi Klinik 2011 : 3 - 4)

Karbohidrat tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan; senyawa ini memiliki peran
struktural dan metabolik yang penting.pada tumbuhan, glukosa disintesis dari karbon
dioksida dan air melalui fotosintesis dan disimpan sebagai pati (starch) atau digunakan
untuk menyintesis selulosa dinding sel tumbuhan. Pada hewan, glukosa dapat disintesis dari
asam amino dan komponen lemak lewat proses yang disebut glukoneogenesis.(Harper
2012 : 149)

Seperti namanya, karbohidrat disintesis dari karbon dioksida dan air dari fotosintesis
makanan. Karbohidrat sendiri adalah turunan aldehida atau keton dari alkohol polihidrat.
Karbohidrat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi lebih


sederhana. Monosakarida ini dapat diklasifikasikan sebagai triosa, tetrosa, pentosa,
heksosa, atau heptosa, bergantung pada jumlah atom karbon yang menyusunnya.
2. Disakarida adalah produk hasil kondensasi dua unit monosakarida, contohnya laktosa,
maltosa, sukrosa, dan trehalosa.
3. Oligosakarida adalah produk kondensasi tiga sampai sepuluh monosakarida. Sebagian
besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia.
4. Polisakarida adalah produk kondensasi lebih dari sepuluh monosakarida, contohnya
pati dan dekstrin yang mungkin merupakan polimer linier atau bercabang. Polisakarida
kadang-kadang diklasifikasikan sebagai heksosan atau pentosan tergantung pada
identitas monosakarida pembentuknya.

1
(Harper 2012 : 149)

Glukosa merupakan komponen monosakarida yang paling penting dalam pembentukan


energi dalam bentuk ATP. Glukosa adalah bahan dasar glikolisis. Glikolisis merupakan rute
utama metabolisme glukosa dan juga jalur utama untuk metabolisme fruktosa, galaktosa,
dan karbohidrat lain yang berasal dari makanan. Kemampuan glikolisis untuk
menghasilkan ATP tanpa oksigen merupakan hal yang sangat penting karena hal ini
memungkinkan otot rangka bekerja keras ketika pasokan oksigen terbatas; dan
memungkinkan jaringan dapat tetap hidup dalam kondisi anoksia.

Umumnya, jumlah karbohidrat minimum yang kita butuhkan setiap hari adalah 100 g
[380 kkal (1590kJ)]. Jika kebutuhan minimum ini tidak terpenuhi maka akan terjadi
pemecahan protein tubuh yang luar biasa,bersamaan dengan kehilangan garam dan air yang
cukup bermakna. (Asuhan Gizi Klinik 2011 : 4-5)

2
BAB II
PERSIAPAN PRAKTIKUM
Bahan:

a. Napthol h. Selliwanof n. Larutan iodine


b. Larutan glukosa Reagent o. Larutan gummi
c. Larutan Na2CO3 i. Larutan sukrosa arabicum
d. H2SO4 j. Tymol biru
e. Reagen benedict k. HCl
f. Larutan fruktosa l. Larutan starch
g. Larutan pentosa m. HCl 3N

Cara kerja :

1. Molisch Test

Memasukkan 2ml Mengaduk biasa. Mengamati perubahan


larutan glukosa + 2 Menambahkan 2ml adanya cincin violet
tetes napthol 10%. H2SO4 pekat

2. Benedict Test

Memasukan 2 ml Memanaskan di Mengamati reaksi +


reagen benedict + 5 bunsen. + 1 : hijau
tetes larutan glukosa. + 2 : kuning
+ 3: orange
+4 : merah bata
Dan ada endapan merah
bata.

3. Selliwanof Test

3
Memasukan 5 ml Memanaskan di bunsen Mengamati reaksi + :
selliwanof reagen + 1 selama 1 menit. warna merah
ml larutan fruktosa

4. Touber Test

Memasukan 0,5 ml Memanaskan di Mendinginkan di air


touber reagen + 1 tetes penangan air selama 1 mengalir.Mengamati
larutan pentosa menit. reaksi + : warna merah
anggur.

5. Hidrolisis Sukrosa

Memasukan 5 ml sukrosa + 2 Membagi 2 tabung. Memberi kedua


tetes tymol biru + 5 tetes HCL Tabung I a : di didihkan tabung Na2CO3
encer (sampai larutan berwarna 30 menit 2% sampai
pink) Tabung I a : tidak di biru.
didihkan

Memanaskan di atas bunsen. Tabung I b : Menyiapkan 2


Mengamati. ditambahkan 5 tetes tabung yang di
larutan tabung I a. isi 2 ml reagen
Tabung II b : benedict
ditambahkan 5 tetes
larutan tabung II a.

6. Hidrolisis Starch

Memasukan 10 ml Mendidihkan dipenangas Melakukan


larutan starch + 3 ml air. Tiap 3 menit mengambil hingga warna
HCl 3N. 1 tetes larutan tesrsebut + 1 menjadi sama
Vortex. tetes iodine diletakan di dengan iodine
porselin plate

4
Mengamati perubahan Melakukan uji benedict Mendinginkan
pada air mengalir.

7. Hidrolisis Gummi Arabicum

Menambahkan 4 ml Memanaskan di penangan Menambahkan


larutan gummi arabicum selama 2 menit. Lalu NaOH 40%
+ 4 ml larutan gummi dinginkan dibawah air sampai lakmus
arabicum mengalir. merah menjadi
biru (alkali)

Tabung II : touber test + Tabung I : Larutan benedict Menyiapkan 2


dididihkan 1 menit + dipanaskan 1 menit tabung.

5
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
1. Molisch Test
Terjadi perubahan warna menjadi hijau terdapat cincin ungu dan bagian
atasnya putih keruh.

2. Benedict Test
Benedict + larutan glukosa = biru, setelah dipanaskan = terbentuk endapan
orange yang menunjukkan positif 3 terhadap uji benedict

3. Selliwanof Test
Terjadi perubahan warna menjadi merah ketika dipanaskan.

4. Touber Test
Terjadi perubahan warna menjadi merah anggur.

5. Hidrolisis Sukrosa
a. Tabung I b (reagen benedict + 5 tetes larutan tabung I yang
dipenangas) : terdapat endapan orange +3
b. Tabung II b (reagen benedict + 5 tetes larutan tabung II yang tidak
dipenangas) : reaksi negatif

6. Hidrolisis Starch
Ketika dipanaskan dan diamati tiap 3 menit ditetes iodine :
3 Menit 6 Menit 9 Menit 12 Menit 15 Menit
Hitam Hijau Agak kuning Kuning lebih Kuning
kekuningan terang mulai keemasan
mendekati (sama seperti
warna iodin iodine)

Ketika uji benedict (reagen benedict + hasil larutan starch + dipanaskan)


terjadi reaksi negatif.

7. Hidrolisis Gummi Arabicum

Perlakuan Hasil Pengamatan

4 ml larutan gummi arabicum + 1 Tidak ada perubahan warna atau secara


ml HCl pekat fisik

6
Didihkan tabung dalam penangas Tidak ada perubahan warna atau secara
air selama 2 menit lalu fisik
didinginkan dengan air mengalir
Tambahkan NaOH 40% sehingga Perubahan kertas lakmus merah menjadi
menjadi alkali biru
Tes Benedict terhadap larutan Hasil negatif (larutan tetap berwarna biru)

Tes Touber terhadap larutan Hasil negatif (tidak terjadi warna merah
anggur)

7
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Molisch Test

Dari percobaan yang telah dilaksanakan glukosa telah bereaksi


dengan pereaksi molish(α-naftol) setelah dihidrolisis asam sulfat pekat. α-
naftol dalam alkohol yang akan bereaksi dengan furfural membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh daya dehidrasi asam
sulfat pekat terhadap karbohidrat dan akan membentuk cincin berwarna ungu
pada larutan glukosa tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa uji molisch sangat
spesifik untuk membuktikan adanya karbohidrat. Tujuan ditambahkannya
asam sulfat pekat adalah untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida agar
menghasilkan furfural. Hasil reaksi yang positif menunjukkan bahwa larutan
yang diuji mengandung karbohidrat, sedangkan hasil reaksi yang negatif
menunjukkan bahwa larutan yang diuji tidak mengandung karbohidrat.
Terbentuknya cincin ungu menyatakan reaksi positif, pada percobaan yang
memberikan reaksi positif adalah glukosa.

2. Benedict Test

Dari percobaan yang telah dilaksanakan, glukosa yang diuji dengan


reagen benedict merupakan golongan monosakarida dan membuat larutan
memiliki endapan orange yaitu positif 3 terhadap uji benedict. Dari percobaan
ini kita bisa melihat adanya reaksi reagen benedict dengan glukosa yang
merupakan gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang memiliki gugus
karbonil bebas berupa gugus aldehid atau gugus keton yang bisa mereduksi
ion logam yang memiliki muatan. Seluruh gula golongan monosakarida
seperti glukosa, galaktosa dan fruktosa merupakan gula pereduksi sedangkan
golongan disakarida maltosa dan laktosa saja yang merupakan gula pereduksi
hal ini karena maltosa tersusun dari glukosa dan glukosa yang sama sama

8
meiliki gugus aldehid sehingga memiliki gugus karbonil yang bebas dan
laktosa tersusun dari glukosa dan galaktosa yang sama sama masih memiliki
gugus aldehid sedangkan sukrosa tersusun dari glukosa yang memiliki gugus
aldehid dan fruktosa yang memiliki gugus ketosa, oleh karena ada dua jenis
gugus yang berbeda maka gugus aldehid dan gugus keton berikatan kuat
sehingga sukrosa tidak memiliki gugus karbonil yang bebas. Dalam uji
Benedict ini ada 2 indikator suatu sampel mengandung gula pereduksi atau
tidak yang pertama dengan terbentuknya endapan merah bata artinya sampel
tersebut mengandung gula monosakarida pereduksi sedangkan apabila yang
terbentuk adalah warna biru kehijauan ini artinya sampel mengandung gula
disakarida pereduksi. Fungsi pemanasan pada uji Benedict yaitu untuk
mempercepat reaksi waktu pemanasan hanya 5 menit karena pemanasan ini
berlangsung dalam kedaan basa yang berasal dari reagen Benedict dimana
dalam suasana basa karbohidrat lebih cepat terhidrolisis. Larutan Benedict
terdiri dari Natrium sitrat, natrium karbonat dan cupri asetat. Adanya natrium
sitrat dan natrium karbonat menyebabkan larutan Benedict bersifat basa
lemah

Reaksi benedict

O O
|| [o] ||
R — C — H + Cu2+ OH- R — C — OH + Cu2O ↓ (merah bata)

3. Selliwanof Test

percobaan selliwanof bertujuan menguji golongan aldosa mengalami


suatu reaksi , sedangkan ketosa mengalami proses dehidrasi untuk
membentuk 4-hidroksi metil furfural yang kemudian mengalami kondensasi
dengan resorsinol, dan akan mengalami kondensasi membentuk senyawa
kompleks berwarna merah orange atau uji yang spesifik dalam
mengindentifikasi gula ketoheksosa. Pereaksi Selliwanof terdiri dari 0,5%
resorsinol dan HCl pekat. Pemanasan pada bahan uji yang telah diberi
pereaksi Selliwanof adalah untuk mempercepat laju reaksi ketika dehidrasi
dan kondensasi pembentukan senyawa kompleks berwarna. Reaksi positif
yaitu larutan berwarna merah.

4. Touber Test

Uji tauber adalah reaksi positif terhadap pentosa. Reagen tauber


terdiri dari larutan 4% benzidin dalam asam asetat glacial. Reaksi pentosa
dihidrolisis oleh asam asetat glacial menjadi furfural. Furfural yang terbentuk

9
akan bereaksi dengan 4% benzidin membentuk kompleks senyawa berwarna
merah anggur. Arabinosa termasuk pentosa (aldopentosa) sehingga memberi
reaksi positif terhadap reagen Tauber. Aromatic amines sangat mudah
dioksidasi dalam kondisi asam. Penambahan monosakarida pada touber test
menghasilkan warna merah melalui oksidasi.

5. Hidrolisis Sukrosa

Pada percobaan kali ini bertujuan untuk menghidrolisi sukrosa.


Sukrosa merupakan disakarida yang dapat di hidrolisis oleh larutan asam
dalam air sehingga terurai menjadi 2 monosakarida. Pertama- tama kami
memasukkan 5ml sukrosa ke dalam tabung reaksi. Kemudian kami
menambahkan Tymol biru sebanyak 2 tetes, sehingga terbentuk larutan
bening dan kehijauan dibagian permukaan. Tujuan dari diberikannya Tymol
biru adalah sebagai indikator pH, ketika pH 1,2- 2,3 warnanya bertransisi dari
merah ke kuning dan pada pH 8.0- 9.6 warnanya akan bertransisi dari kuning
ke biru. Setelah itu, larutan ditambahkan dengan HCl encer sebanyak 5 tetes.
Penambahan HCl mengakibatkan perubahan warna pada larutan menjadi
pink. Hal tersebut dapat terjadi karena penambahan HCl yang bersifat asam
mempengaruhi pH larutan.

Kemudian larutan dibagi menjadi 2 sama rata yakni tabung 1 dan


tabung 2. Pembagian bertujuan untuk membandingkan hasil akhir kedua
larutan. Kedua tabung diberi perlakuan yang berbeda yakni pada tabung 1
dengan di panaskan di dalam penangas air selama 30 menit, hal tersebut
bertujuan untuk menghidrolisis sukrosa. Setelah itu didinginkan di air
mengalir. Sedangkan pada tabung 2 tidak dilakukan pemanasan. Kedua
larutan di tambahkan dengan Natrium Karbonat 2 % sebanyak 2 tetes pada
masing- masing tabung. Natrium Karbonat bersifat basa sehingga terjadi
perubahan warna menjadi biru.

Untuk mengetahui hasil akhir dari hidrolisis sukrosa dan golongan


karbohidrat yang terkandung dalam sukrosa, maka dilakukan tes benedict.
Kami menyiapkan 2 buah tabung yakni tabung A dan tabung B, masing-
masing tabung berisi 2 ml reagen benedict. Tabung A ditambahkan dengan 5
tetes larutan yang berasal dari tabung 1, kemudian di panaskan diatas spiritus.
Setelah 1 menit terjadi perubahan warna larutan menjadi oranye dan ada
endapan hijau, indikasinya +3. Hal tesebut membuktikan bahwa terjadi
hidrolisis sukrosa pada tabung A yang menghasilkan 2 monosakarida yakni
fruktosa dan glukosa (gula invert).

Sedangkan pada tabung B ditambahkan dengan 5 tetes larutan yang


berasal dari tabung 2, kemudian dipanaskan diatas spiritus. Setelah 1 menit

10
tidak ada perubahan apapun, larutan tetap berwarna biru, indikasinya - . Hal
tersebut membuktikan bahwa tidak ada hidrolisis pada tabung B

Perubahan warna yang lebih muda dari yang sebelumnya disebabkan


karena terjadi pemecahan molekul karbohidrat dari yang lebih
kompleks(polisakarida) menjadi molekul yang lebih sederhana
(monosakarida).

6. Hidrolisis Starch
Larutan Starch dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Hasil hidrolisis dapat diuji
dengan iodine dan menghasilkan warna biru sampai memiliki warna yang
sama dengan iodine. Semakin mendekati warna iodine, hal ini menunjukan
bahwa amilum tersebut menjadi senyawa yang lebih sederhana. Urutan hasil
hidrolisisnya adalah Amilosa, Amilopektin, Eritrodekstrin, Akrodekstrin,
Maltosa, dan akhirnya menjadi Glukosa. Hal ini sesuai dengan hasil
praktikum yang menunjukan perubahan warna dari biru sampai mempunyai
warna yang sama dengan iodine. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan
akan terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Semakin
tinggi temperatur hidrolisis kadar glukosa yang terbentuk semakin banyak
seperti pada menit 15 warna tetesan berubah menjadi sama seperti warna
iodine. Warna hitam pada menit 3 menandakan bahwa larutan tidak
terhidrolisis. Kertas lakmus merah menjadi biru menandakan bahwa pH
larutan tersebut adalah basa. Reaksi negatif yang dihasilkan pada percobaan
Benedict diatas yaitu biru menandakan konsentrasi karbohidrat cukup tinggi.
Seharusnya pada uji Benedict perubahan warna yang terjadi adalah endapan
merah bata.

Tetapi dari hasil praktikum di atas, keberadaan glukosa masih belum


bisa dibuktikan karena saat diuji dengan test benedict, menunjukan warna
biru yaitu negatif. Seharusnya reaksi positif, karena starch dapat dihidrolisis
oleh amilase yang menghasilkan glukosa.

7. Hidrolisis Gummi Arabicum

Dari data, menunjukkan adanya kendala. Pada tabung 1 dengan


reagen benedict, terbentuk warna biru. Dan pada tabung 2 dengan reagen
touber, terbentuk warna kuning. Hal tersebut berbeda dengan teori. Tabung
yang diuji dengan reagen benedict seharusnya berwarna merah bata karena
arabinosa merupakan monosakarida. Dan tabung yang diuji dengan reagen
touber berwarna merah anggur karena arabinosa merupakan gula pentosa. Hal
yang menyebabkan percobaan ini mengalami kendala karena tabung reaksi

11
setelah pemanasan tidak didinginkan dengan baik. Akibatnya, proses
hidrolisis masih terjadi dan akhirnya sifat gulanya pun hilang. Kemudian
pemanasan yang kurang baik. Akbatnya, proses hidrolisis atau pemecahan
rantai panjang menjadi rantai yang lebih pendek tidak sempurna.

Reaksi kimia untuk percobaan ini adalah :


hidrolisis
(Larutan gummi arabicum + HCL) dipanaskan Arabinosa

Setelah pemberian HCL dan pemanasan larutan gummi arabicum


terhidrolisis menjadi arabinosa yang yang mempunyai struktur kimia seperti
berikut :

Dimana dapat dilihat bahwa arabonisa termasuk pentosa karena


terdapat 5 atom C,10 atom H, dan 5 atom O. Dan pentosa termasuk dalam
monosakarida. Jadi ketika dilakukan tes benedict dan tes touber hasilnya
seharusnya positif.(Harper 2012 : 153)

12
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum ini, dapat kami simpulkan bahwa :

1. Pemanasan dan pendinginan berpengaruh terhadap hidrolisis gummi arabicum.


2. Apabila larutan gummi arabicum terhidrolisis sempurna maka akan dihasilkan
arabinosa. Dimana arabinosa termasuk pentosa yang adalah monosakarida sehingga
memberikan hasil positif bila dilakukan tes benedict dan tes touber.

3. Adanya karbohidrat pada sample(Glukosa), berarti Glukosa merupakan karbohidrat.


4. Glukosa merupakan gula monosakarida pereduksi .
5. Sukrosa terhidrolisis oleh asam dan pemanasan menjadi glukosa dan fruktosa.
6. Starch dapat dihidrolisis oleh amilase yang menghasilkan glukosa.
7. Penambahan monosakarida pada touber test akan menghasilkan warna merah karena
oksidasi.
8. Monosakarida dapat dioksidasi melalui reaksi alkali
9. Monosakarida dalam larutan asam dapat dirubah menjadi bentuk furfural.
10. Furfural dan phenol dapat dikondensasi satu dengan yang lainnya berbentuk zat
dengan energi spesifik.
11. Hasil hidrolisis pati dan amilum adalah amilosa, eritrodekstrin, akrodekstrin,
maltosa, dan glukosa.
12. Monosakarida (fruktosa) dapat dihasilkan ari reaksi asam dan resorcinol HCl.

13
DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, F.M. Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwel VW. 2012. Biokimia harper. 27th Ed.
Jakarta: EGC.

Yuwono, Triwibowo. 2009. Biologi Molekuler. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Winarto, Dwi. (2013). Indikator Asam Basa, www. Ilmukimia.org

Nikolaos Katsilambros, Charilaos Dimosthenopoulos, Meropi Kontogianni, Evangelia


Menglara, Kalliopi-Anna Poulia. 2011. Asuhan Gizi Klinik. Jakarta: EGC

Margaret, Lidya. (2010). Karbohidrat, www. Academica.edu

Sumardjo,Damin.2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Riswiyanto. 2010. Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sinaga E. 2012. Biokimia Dasar . Jakarta: PT.ISFI Penerbitan.

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai