Disusun oleh:
Fakultas Kedokteran
Yogyakarta 2015-2016
1
BAB I
DASAR TEORI
1.1 Enzim
Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat
dalam sel hidup, yang masing-masing berfungsi sebagai katalisator
reaksi kimia dalam sistem hidup. Enzim mempunyai spesifitas yang
sangat tinggi, baik terhadap reaktan (substrat) maupun jenis reaksi
yang dikataliskan. Pada umumnya, enzim hanya mengkatalisis satu
jenis reaksi dan bekerja pada suatu substrat tertentu. Enzim dapat
meningkatkan laju reaksi yang luar biasa tanpa pembentukan produk
samping dan molekul.
Banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim. Beberapa
diantaranya yang penting adalah suhu, pH, konsentrasi enzim dan
konsentrasi substrat.
Pengaruh suhu
Enzim di dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimal sekitar
37C. Di bawah atau di atas suhu optimum, aktivitas enzim menurun.
Suhu mendekati titik beku tidak merusak enzim, tetapi enzim inaktif.
Jika suhu dinaikkan, maka aktivitas enzim meningkat. Namun, kenaikan
suhu yang cukup besar dapat menyebabkan enzim mengalami
denaturasi dan mematikan aktivitas katalisisnya. Sebagian enzim
mengalami denaturasi pada suhu diatas 60C.
Pengaruh pH
Enzim bekerja pada pH tertentu, umumnya pada pH sekitar 6-8.
Setiap enzim mempunyai pH optimum yang khas. PH optimum enzim
umumnya adalah sekitar pH jaringan dimana enzim berada. Pada pH
jauh berada di atas pH optimum, enzim akan mengalami denaturasi.
Pengaruh konsentrasi enzim
Kecepatan reaksi enzimatis berbanding lurus dengan konsentrasi
enzim sampai batas tertentu, sehingga reaksi mengalami
kesetimbangan. Pada saat setimbang, peningkatan konsentrasi enzim
sudah tidak berpengaruh.
Pengaruh Konsentrasi Substrat
Pada konsentrasi enzim yang tetap, peningkatan konsentrasi
substrat akan menaikkan kecepatan reaksi enzimatis sampai mencapai
kecepatan maksimum yang tetap.
1.2 Saliva
Saliva (air liur), sekresi yang berkaitan dengan mulut, diproduksi
oleh tiga pasang kelenjar saliva utama: kelenjar sublingual,
submandibularis, dan parotis, yang terletak di luar rongga mulut dan
2
menyalurkan air liur melalui duktus-duktus pendek ke dalam mulut.
Selain itu terdapat kelenjar air liur minor, salah satunya kelenjar bukal
yang terletak di lapisan mukosa pipi.
Saliva terdiri dari 99,5% air serta 0,5% protein dan elektrolit.
Fungsi saliva untuk kebersihan mulut yaitu melindungi gigi ketika
terjaga, karena pada saat terjaga, 0,5 mililiter saliva yang hampir
seluruhnya tipe mukus disekresikan setiap menit. Sekresi sangat
berperan penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan rongga
mulut. Rongga mulut berisi bakteri patogen yang dengan mudah dapat
merusak jaringan dan juga menimbulkan karies gigi.
1.3 Empedu
Cairan empedu dibuat dalam hati dan disimpan dalam kantung
empedu apabila tidak digunakan. Proses pencernaan membuat
kantung empedu berkontraksi dan mengeluarkan cairan empedu ke
dalam duodenum. Kontraksi dan pengenduran kantung empedu
dipengaruhi oleh hormon kolesistokinin. Empedu mengandung zat -
zat anorganik seperti HCO2- ,Cl-,Na+ dan K+ serta zat - zat organik
seperti asam asam , empedu ,bilirubin dan kolesterol.
Fungsi asam empedu antara lain :
1. Sebagai emulgator.
2. Dapat mengaktifkan lipase.
3. Membantu absorbsi asam asam lemak.
4. Sebagai perangsang aliran cairan empedu dari hati.
5. Menjaga agar kolesterol tetap larut dalam cairan empedu.
3
BAB II
PERSIAPAN PRAKTIKUM
2.1 Enzim
Alat dan Bahan :
1. Amilum 1% 8. Iodium
2. Tepung kedelai 9. Fenol merah
3. Saliva yang di saring 10. Larutan HCl
4. Tabung Reaksi 11. Asam cuka
5. Waterbath 12. Larutan ureum
6. Kertas saring 13. Aquades
7. Icebox 14. Pengaduk kaca
Langkah Kerja :
a. Percobaan Urease
Siapkan dua
Masukkan 2 ml Masukkan 2 ml
tabung reaksi,
larutan ureum aquades pada
beri label A dan
pada tabung A tabung B
B
Tambahkan
Panaskan pada Kedua tabung
asam cuka 2%
waterbath 600 ditetesi 1 tetes
sampai tak
celcius fenol merah
berwarna
Tambahkan
pada kedua
tabung tepung
kedelai sepucuk
sendok
b. Percobaan Amilase
4
siapkan 3 seri
tabung Tabung 1 dan Tabung 3 dan
reaksabungi, Tabung 1 dan
2 beri 3 ml 4 beri 3 ml 3 tambahkan
masing- larutan larutan
masing seri 3 ml saliva
amilum 1% amilum 1% saring
terdiri dari 4 matang segar
tabung, beri
label 1
sampai 4
Ambil 1 tetes
Tabung B dari masing-
letakkan pada Tabung C amati masing
icebox letakkan pada perubahan tabung lalu
waterbath 370 yang terjadi tambahkan
iodium tiap 10
menit
Hentikan saat
ada yang
warnanya
berubah
menjadi
warna iodium
2.2 Saliva
5
Alat dan Bahan:
1. Saliva saring 20 ml 6. H2SO4 pekat
2. Larutan biuret 7. Tabung reaksi
3. Larutan molisch 8. pH meter
4. Asam asetat encer 9. Pipet ukur
5. Kertas saring 10. Pipet tetes
Langkah Kerja :
Tambahka Tambahka
Masukkan n larutan n larutan
Ukur pH
2 ml saliva biuret 5 molisch 5
saliva
pada 2 tetes pada tetes pada
dengan pH
tabung tabung A, tabung B,
meter
reaksi, beri campurkan campurkan
label A, B, perlahan. perlahan.
C, dan D.
Tambahka
Bandingkan n larutan
Tambahka
tabung C H2SO4
n 2-5 tetes
dengan pekat
asam
tabung D melalui
asetat
yang tidak dinding
encer pada
diberikan (miring)
tabung C.
perlakuan tabung B.
Campurka
sama Amati apa
n perlahan.
sekali. yang
terjadi.
2.3 Empedu
a. Uji Gmelin
Alat dan Bahan :
1. Larutan empedu encer
2. Larutan asam nitrat (HNO3) pekat
3. Tabung reaksi
4. Pipet volumentrik
Langkah Kerja :
Alirkan 3 ml
Masukkan 3 ml
Tabung reaksi larutan empedu
larutan asam Amati apa yang
dalam keadaan encer melalui
nitrat ke dalam terjadi.
miring. dinding tabung
tabung reaksi
(miring).
b. Uji Pettenkofer
Alat dan Bahan :
6
1. Larutan asam empedu encer 4. Tabung reaksi
2. Larutan sukrosa 5% 5. Pipet volumentrik
3. Asam sulfat dalam biuret 6. Pipet tetes
Langkah Kerja :
Masukkan 5 ml
Tambahkan 5
larutan empedu Miringkan tabung
tetes larutan
encer ke dalam reaksi
sukrosa
tabung reaksi
Alirkan 3 ml
Perhatikan cincin
asam sulfat
yang terbentuk
pekat sampai
pada batasan
terbentuk 2
kedua lapisan
lapisan cairan
BAB III
7
HASIL PRAKTIKUM
o Perubahan warna
Suhu Kamar (A) icebox (B) Waterbath (C)
Warna Awal Warna Warna Awal Warna Warna Awal Warna Akhir
Akhir Akhir
Tabung I Kuning bening Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning kecoklatan
kecoklatan Bening kecoklatan Bening
Tabung 2 Biru tua Biru tua Kuning Biru tua Kuning bening Biru tua
bening
Tabung 3 Kuning bening Kuning Kuning Kuning Kuning bening Kuning
bergumpal bening bergumpal bergumpal
Tabung 4 Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning bening Coklat gelap
keemasan kecoklatan bening kehijauan
pH saliva = 8
Reaksi
Tabung
Biuret Molisch H2So4 Asam asetat encer
8
A Warna menjadi
- - -
(saliva saring) Keunguan
Muncul gradasi
warna: dasar hijau,
B Penggumpalan
- tengah coklat, atas -
(saliva saring) coklat
biru tua, paling atas
buih putih pekat
C Endapan putih di
- - -
(saliva saring) dasar tabung
D
- - - -
(saliva saring)
Percobaan Pettenkofer
BAB IV
9
PEMBAHASAN
4.1 Enzim
4.1.1 Uji Amilase
Dari data menunjukkan perubahan warna yang
terjadi pada tabung yang diletakkan pada waterbath 37 oC
lebih cepat daripada tabung yang diletakkan di suhu kamar
dan icebox. Hal tersebut benar karena pada tabung dengan
seri C1 dan C3 memiliki kecepatan reaksi yang lebih cepat
karena mengandung saliva (bersifat basa) dan HCl
(bersifat asam) dan diletakkan pada suhu 37C yang
sangat mendukung kerja enzim pencernaan pada saliva.
Pada tabung dengan seri C2 dan C4 memiliki persamaan
diletakkan pada suhu 37C, tetapi tidak mengandung saliva
sehingga kerja enzim tidak optimal.
Tabung lain, dengan seri A1, A2, A3, A4, B1, B2, B3
dan B4 akan lebih lambat mengalami perubahan warna
karena lingkungan suhu, pH, konsentrasi enzim, dan
konsentrasi substrat yang tidak sesuai dengan lingkungan
optimal enzim.
4.1.2 Uji Urease
Dari data di atas menunjukkan perubahan warna
yang terjadi pada tabung yang diberi asam cuka akan
berubah warna. Hal itu karena pada saat diberi asam cuka,
pH larutan akan berubah. Namun, hal tersebut tidak terlalu
berdampak secara signifikan karena asam cuka bersifat
basa lemah.
Dan setelah dipanaskan, warna larutan akan
kembali seperti semula. Hal itu terjadi karena pada saat
suhu lebih dari 37oC, enzim akan mengalami denaturasi.
Sehingga, enzim tersebut tidak akan bekerja.
4.2 Saliva
Air liur (saliva) disekresi oleh tiga pasang kelenjar besar
yaitu parotis, submaksilaris dan sublingualis. Air liur parotis
merupakan cairan hipotonis yang sangat encer dengan
konsentrasi zat padat yang rendah air liur submaksilaris dapat
kental maupun encer tergantung pada rangsang simpatis atau
10
para simpatisan: air liur sublingualis mengandung banyak musin.
Selain itu air liur juga disekresi oleh beberapa kelenjar kecil
dalam mukosa mulut seperti labialis, lingualis,bukal dan palatal.
Sekresi air liur dari kelenjar ke dalam mulut dapat disebabkan
oleh rangsangan lokal dalam mulut atau oleh perangsangan
pusat akibat rangsang psikis atau somatik. Berikut ini adalah
beberapa percobaan yang telah dilakukan untuk menguji
komponen biomolekul pada saliva:
Uji Molisch yang dilakukan pada percobaan ini adalah
dengan cara 2 mL sampel air liur ditambahkan 5 tetes pereaksi
Molisch, dicampur merata kemudian ditambahkan perlahan-
lahan melalui dinding tabung 2 mL asam sulfat pekat. Pada
percobaan ini warna yang terbentuk adalah ungu dengan lapisan
bawah keruh pada kedua batas cairan.
Pada uji Molisch, pereaksi yang digunakan merupakan
larutan 5% -naftoldalam alkohol 95%. Uji ini berdasarkan
pembentukan furfural atau turunan-turunan dari karbohidrat yang
didehidratasi oleh asam pekat (dalam uji ini adalah asam sulfat
pekat). Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi
atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa. Furfural atau
derivatnya dapat membentuk senyawa berwarna apabila
direaksikan dengan -naftol. Apabila ditambahkan asam sulfat
pekatakan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas antara
kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi
kondensasi antara furfural dengan -naftol. Reaksi ini tidak
spesifik untuk karbohidrat namun hasil reaksi yang negatif
menunjukkan bahwa sampel tidak mengandung karbohidrat.
Berdasarkan percobaan, hasil uji menunjukkan bahwa dalam
sampel air luir terdapat karbohidrat. Hal ini ditunjukkan dengan
terbentuknya cincin berwarna ungu pada tabung. Dengan
demikian telah dibuktikan bahwa glukosa, sukrosa, fruktosa,
maltosa, laktosa dan pati merupakan karbohidrat.
Uji biuret pada saliva merupakan uji warna yang dilakukan
untuk mengetahui adanya protein dalam saliva. Uji biuret ini khas
untuk mengetahui adanya ikatan peptide yang ada pada protein.
Dimana dalam suasana basa (akibat penambahan NaOH) Cu2+
akan bereaksi dengan gugus CO dan NH2 pada asam amino
dalam protein sehingga membentuk suatu kompleks berwarna.
Dari uji yang dilakukan didapatkan hasil positif yang artinya di
dalam saliva terdapat protein. Hal ini karena air liur mengandung
11
enzim amilase yang merupakan suatu protein dan musin yang
merupakan suatu glikoprotein serta senyawa-senyawa protein
lain yang juga terkandung dalam saliva.
Pada percobaan saliva yang terakhir yaitu dengan
meneteskan 2 tetes asam asetat encer. Pada saat meneteskan
asam asetat dan mencampurnya dengan vortex terbentuk
endapan putih seperti gel. Saliva yang ditambahkan asam asetat
encer pada uji presipitasi menghasilkan larutan yang seperti gel.
Hal ini terjadi karena adanya koagulasi dari molekul-molekul
yang berupa protein (misalnya enzim amilase) yang terkandung
pada saliva. Dimana protein pada penambahan asam akan
menyebabkan terjadinya koagulasi.
4.3 Empedu
Teori
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui zat
warna empedu. Test gmelin dilakukan dengan
mencampurkan asam nitrat pekat dalam empedu, asam
nitrat ini berfungsi untuk pengoksidasi. Hasilnya diperoleh
3 lapisan, atas berwarna hijau, tengah terdapat cincin
merah kecoklatan dan bagian bawah berwarna bening.
Terdapatnya cincin berwarna merah kecoklatan
merupakan warna warna bilirubin.
Percobaan
12
Dibandingkan dengan teori warna cincin yang
terdapat di tengah adalah biru keunguan dan terletak
diantara warna bening (bawah) dan warna hijau (atas).
Teori
13
BAB V
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15