Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

Nama Anggota : 1. Syekhah Hikmah (12212193034)

2. Kholifatun Nisa’ (12212193076)

3. Amelia Arina Mahmudah (12212193105)

Jurusan / Prodi : Tadris Kimia 5C

Kelompok : 10 (Sepuluh)

Tanggal Praktikum : 19 November 2021

Judul Praktikum : 1. Uji Enzim Katalase

2. Uji Cara Kerja Enzim

3. Uji Saliva

1. Uji Enzim Katalase


A. Tujuan Praktikum
Membuktikan faktor suhu dan pH yang mempengaruhi enzim
B. Dasar Teoritis
1) Metabolisme
Metabolisme adalah semua reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk
hidup. Reaksi metabolisme tersebut dimaksudkan untukmemperoleh energi,
menyimpan energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan makanan,
memasukkan atau mengeluarkn zat - zat, melakukan gerakan,menyusun struktur
sel, merombak struktur - struktur sel yang tidak dapatdigunakan lagi, dan
menanggapi rangsang. . Dalam reaksi kimia metabolisme yangterjadi di dalam sel,
reaksi berjalan bukan merupakan reaksi bolak- balik,melainkan berjalan satu arah.
Dalam metabolisme, diperlukan adanya suatu biokatalisator yang disebut enzim.
2) Enzim
Enzim merupakan golongan protein yang paling banyak dalam sel hidup. Enzim
berperan penting dalam semua reaksi biokimia yang berlangsung di dalam sel
mikrorganisme, tanaman, hewan , dan manusia. Sebagai katalisator, enzim
mempercepat reaksi biokimia tanpa mengalami perubahan yang permanen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim:
a. Perubahan Suhu
Dalam tubuh manusia, suhu optimum di mana sebagian besar enzimmenjadi
sangat aktif terletak pada kisaran 95 ° F sampai 104 ° F (35 °C hingga 40 ° C).
b. Perubahan pH
Perubahan Ph pada umumnya, pH optimum berada dikisaran 6 .Namun
beberapa pengecualian terjadi, contohnya pada lambung manusia, pepsin akan
bekerja pada pH 2. Perubahan pH yang cukup tajam jugaakan menyebabkan
enzim terdenaturasi.
c. Konsentrasi Enzim dan Substrat
Kecepatan reaksi enzimatis dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan substrat.
Peningkatan konsentrasi enzim atau substrat akan meningkatkan kecepatan
reaksi.
d. Inhibator
Inhibitor merupakan suatu molekul yang menghambat ikatan enzim dengan
substratnya. Inhibitor akan berikatan dengan enzim membentuk kompleks
enzim-inhibitor.
3) Enzim Katalase
Katalase adalah enzim antioksidan yang ditemukan pada hampirsemua organisme
hidup yang mengkatalisis proses dekomposisi hidrogen peroksida menjadi air dan
oksigen. Apabila H2O2 tidak diuraikan dengan enzim ini, maka akan
menyebabkan kematian pada sel-sel. Oleh sebab itu, enzim ini bekerja dengan
merombak H2O2 menjadi substansi yang tidak berbahaya ,yaitu berupa air dan
oksigen.
C. Alat dan Bahan
Alat:
1) Tabung Reaksi 5 buah dan rak
2) Pembakar Spiritus
3) Korek api
4) Lidi
5) Gelas Kimia
6) Penjepit
7) Spatula Pipet
8) Kaki tiga
Bahan:
1) Larutan H2O2
2) Larutan NaOH
3) Larutan HCl
4) Hati ayam
5) Air
D. Cara Kerja
1. Tumbuk hati ayam dan tambahkan air untuk membuat ekstrak hari
2. Masukkan ekstrak hati tersebut ke dalam 5 tabung reaksi yang berbeda dengan
volume yang sama
3. Masukkan larutan H2O2 masing-masing ke dalam 5 tabung reaksi yang berbeda
dengan volume yang sama
4. Beri perlakuan dengan menambahkan 2-3 tetes HCl pada tabung 2 (untuk
memberikan suasan asam) dan NaOH pada tabung 3 (untuk suasana basa)
5. Beri perlakuan pada tabung 4 dengan menyimpannya dalam kulkas (20-30 menit).
Tabung 5 akan diberi perlakuan dengan dipanaskan
6. Selanjutnya, nyalakan pembakar spiritus. Lalu, kita akan menguji satu persatu
tabung dengan mencampur ekstrak hati ke dalam H2O2 dan mencelupkan lidi yang
mengandung bara api ke masing-masing tabung reaksi. Perhatikan apa yang
terjadi.
E. Data Pengamatan

Tabung Perlakuan Gelembung Percikan Api


Gas
1 Kontrol (Ekstrak hati + H2O2) ++++ Ada, percikan sangat
besar (terang) dan lama
padam
2 Suasana asam (Ekstrak hati + + Tidak ada percikan api
HCl + H2O2)
3 Suasana basa (Ekstrak hati + ++ Tidak ada percikan api
NaOH + H2O2)
4 Suasana dingin (Ekstrak hati +++ Ada, percikan sangat
disimpan dalam kulkas + kecil dan langsung
H2O2) padam
5 Suhu panas (Ekstrak hati + Tidak ada percikan api
dipanaskan hingga mendidih +
H2O2)

F. Analisis Data dan Pembahasan


Enzim katalase bekerja dengan merubah 2H2O2 → 2H2O + O2
Dalam praktikum ini menggunakan ekstrak hati sebagai praktikum enzim katalase dan
proses penumbukan hati dengan dibantu air untuk menjdi akstrak hati berguna untuk
melepaskan enzim-enzim katalase yang banyak tersimpan di dalam peroksisom di hati.
• Terbentuknya H2) / air dapat dilihat dari terbentuknya gelembung yang muncul
setelah ekstrak hati ditambahkan H2O2 (Hidrogen Peroksida)
• Terbentuknya O2 (Oksigen) dapat dilihat dari percikan api yang keluar ketika bara
api dimasukkan ke dalam campuran ekstrak hati dan H2O2
• Tabung 1: enzim katalase dapat bekerja dengan sempurna jika suhu dan pH
optimum
• Tabung 2: enzim katalase tidak dapat bekerja dengan optimal pada suasana asam /
pH asam
• Tabung 3: enzim katalase tidak dapat bekerja dengan optimal pada suasana basa /
pH basa
• Tabung 4: enzim katalase tidak dapat bekerja dengan optimal pada suhu dingin
• Tabung 5: enzim katalase tidak dapat bekerja dengan optimal pada suhu panas

G. Simpulan dan Saran


Simpulan
Enzim katalase bekerja dengan sempurna pada pH netral, yakni 7 dan suhu ruang,
yaitu 30O C, sehingga pada pH dan suhu optimal tersebut enzim dapat bekerja untuk
menguraikan H2O2 dengan sempurna menjadi H2O dan O2 yang tidak berbahaya bagi
tubuh.
Saran
Disarankan dalam melakakukan praktikum berhati-hati dalam menggunakan alat dan
bahan, agar tidak membahayakan .
H. Daftra Pustaka
Poedjiadi, Anna. 2017. “Dasar-dasar Biokimia”. UB press: Malang.
Julianto, Tantang S. 2013. “Biokimia: Biomolekul dalam Perspektif Al-Quran”.
Penerbit Deepublish: Yogyakarta.
Diana, F., Aluras, H. J., & Zulfadhli, Z. (2017). Penambahan Enzim Bromelin Untuk
Meningkatkan Pemanfaatan Protein Pakan Dan Pertumbuhan Benih Ikan Tawes
(Barbonymus gonionotus). Jurnal Perikanan Tropis, 4(1), 1.
https://doi.org/10.35308/jpt.v4i1.51

I. Dokumentasi
Hasil uji enzim katalase sebagai berikut:
2. Uji Cara Kerja Enzim
A. Tujuan Praktikum
Mengetahui adanya pengaruh penambahan asam pada susu.

B. Dasar Teoritis
Salah satu ciri yang menunjukkan gejala hidup pada makhluk hidup adalah
melakukan metabolisme. Semua bahan makanan seperti glukosa, asam amino, dan
asam lemak dapat menjadi sumber energi (ATP). Caranya adalah dengan
melakukan transformasi energi melalui proses metabolisme yang berlangsung di
dalam sel tubuh. Energi antara lain berguna untuk otot, sekresi kelenjar,
memelihara membrane potensial sel saraf dan sel otot, sintesis substansi sel.
Metabolisme merupakan semua reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh
organisme termasuk tingkat selular untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis karena metabolisme terjadi selalu
menggunakan katalisator enzim. Enzim merupakan cairan kompleks yang memiliki
banyak kandungan gizi yang berasal dari mamalia. Susu dapat dijadikan sebagai
sumber protein hewani yang dapat dikonsumsi setiap harinya karena bergizi tinggi
dan memiliki kandungan asam amino esensial yang tinggi. Susu terdiri dari kasein
yang terfosforilasi. Kasein kaya akan asam amino polar dan nonpolar yang
berfungsi untuk mengemulsi dan membentuk busa, kasein lebih tahan terhadap
suhu panas. Protein pada susu sangat sensitif terhadap pengaruh pH asam.
Kerusakan struktur dari susu akan menujukkan adanya gumpalan atau endapan.

C. Alat dan Bahan


1) Gelas plastik (2 buah)
2) Sendok
3) Kertas label
4) Susu full cream 100 mL
5) Air perasan jeruk nipis 50 mL
6) Air perasan jeruk manis 50 mL

D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Beri label “A/jeruk manis” pada gelas 1 dan beri label “B/jeruk nipis” pada
gelas 2.
3. Tuangkan susu full cream kedalam masing-masing gelas sebanyak 50 mL.
4. Tambahkan 50 mL air perasan jeruk manis pada gelas A, aduk rata.
5. Tambahkan 50 mL air perasan jeruk nipis pada gelas B, aduk rata.
6. Diamkan selama beberapa menit dan amati perubahan yang terjadi.

E. Data Pengamatan
Perubahan Gelas A/ Jeruk Manis Gelas B/ Jeruk Nipis

Gumpalan Tidak ada gumpalan Ada gumpalan

Rasa Manis Asam - Pahit

Aroma /bau Tetap amis Berubah masam

Warna Berubah menjadi oranye Tidak berubah

F. Analisis Data dan Pembahasan


Susu yang ditambahkan air perasan jeruk manis tidak menggumpal, sedangkan
susu yang ditambahkan air perasan jeruk nipis akan menggumpal. Hal ini
dikarenakan ada perbedaan pH antara air jeruk manis dan air jeruk nipis. Susu pada
gelas B akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimiawi. Perubahan-
perubahan tersebut yaitu :
a) Terbentuknya gumpalan akibat protein kasein susu yang terhidrolisis
dan terdenaturasi
b) Aroma atau bau susu berubah dari amis menjadi masam
c) Rasa susu menjadi asam dan pahit, hal ini telah sesuai dengan literature
yang menyatakan bahwa asam mampu mengubah rasa dari susu hal ini
dikarenakan asam dapat menghidrolisis lemak dan protein kasein
dalam susu sehingga memiliki rasa pahit (Sudarmadji dkk, 1996).
Perubahan-perubahan tersebut diakibatkan oleh penambahan air jeruk nipis dengan
pH asam atau rendah.

G. Kesimpulan dan Saran


➢ Kesimpulan : Suatu enzim akan aktif dengan penambahan zat asam atau zat
dengan pH yang rendah (4,5-8). Jeruk nipis mempunyai rasa yang masam dan
pH yang rendah, oleh sebab itu ketika susu ditambahkan air perasan jeruk
nipis, protein kasein pada susu akan terhidrolisis dan terdenaturasi sehingga
terbentuklah gumpalan.
➢ Saran : Sebelum memulai praktikum periksalah terlebih dahulu alat dan bahan
khususnya jeruk yang akan digunakan. Untuk jeruk manis, rasanya harus
benar-benar manis dan untuk jeruk nipis rasanya harus masam, karena hal ini
sangat berpengaruh pada perubahan yang akan terjadi pada sampel.

H. Daftar Pustaka
Sudarmadji, Slamet, dkk. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

I. Dokumentasi
3. Uji Saliva
A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui pH dan viskositas saliva
2. Mengetahui adanya protein dalam saliva
3. Menentukan adanya karbohidrat dalam saliva
4. Mengetahui adanya aktivitas enzim amilase
5. Menguji adanya kaitan aktivitas antara enzim amilase dengan hidrolisis
karbohidrat
6. Menentukan adanya kalsium dalam saliva
B. Dasar Teoritis
Saliva merupakan hasil sekret kelenjar yang penting bagi tubuh. Saliva terdiri
dari 99,5 % H2O serta 0,5 % protein, glikoprotein dan elektrolit. Protein yang
terpenting dari saliva yaitu amilase, mukus, dan lisozim yang berperan penting
dalam fungsi saliva. air liur (saliva) mempermudah proses penelanan dengan
membasahi partikel-partikel makanan, sehingga mereka saling menyatu serta dapat
menghasilkan pelumasan karena adanya mukus yang kental dan licin. Selain itu,
saliva juga berfungsi untuk menjaga higienis mulut karena mampu membersihkan
residu-residu makanan dalam mulut karena berfungsi sebagai penyangga
bikarbonat yang berfungsi untuk menetralkan asam dalam makanan serta asam
yang dihasilkan oleh bakteri di mulut sehingga membantu mencegah karies.
Saliva terdiri dari tiga kelenjar utama (mayor) yang terdiri dari kelenjar parotis,
kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual serta kelenjar-kelenjar tambahan
(minor) yang terdiri dari kelanjar palatinal, kelenjar bukal, kelenjar labialis,
kelenjar lingualis, dan kelenjar glossopalatinal. Setiap kelenjar memiliki hasil
sekret yang berbeda-beda. Kelenjar parotis dan submandibula menghasilkan
sekresi yang bersifat serous (encer), kelenjar lingualis menghasilkan sekret yang
mukus, serta kelenjar-kelenjar minor sebagian besar menghasilkan sekret yang
mukus. Hal ini berkaitan dengan viskositas atau kekentalan dari saliva. Viskositas
ini sangat dipengaruhi oleh faktor pengunyahan dan jenis makanan. Selain
viskositas, pH juga sangat dipengaruhi oleh pengunyahan dan jenis makanan.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
✓ Kertas litmus
✓ Tabung reaksi

✓ Gelas beaker

✓ Plat tetes keramik


✓ Rak tabung

✓ Stopwatch
✓ Penjepit tabung

✓ Label
✓ Waterbath 370˚

✓ Waterbath mendidih
2. Bahan
✓ Larutan encer asam asetat
✓ Larutan kalium oksalat

✓ HCl 1 molar
✓ NaOH 1 molar

✓ Reagen benedict
✓ Larutan amilum 1%

✓ Larutan iodine
✓ Paraffin bersih

✓ Saliva
✓ Aquades

✓ Tisu
D. Cara Kerja
Praktikum 1
1. Siapkan saliva
2. Masukkan saliva kedalam tabung reaksi
3. Masukkan kertas indicator Ph pada tabung reaksi yang berisi saliva
4. Cocokkan perubahan warna kertas ph indicator dengan indicator warna ph
5. Amati kekentalan atau viskositas dari saliva
6. Catat hasil pengamatanmu
Praktikum 2
1. Masukkan saliva sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan beberapa tetes larutan asam asetat atau cuka
3. Amati ada tidaknya endapan yang terbentuk
4. Catat hasil pengamatanmu
Lanjutan Praktikum 2
1. Pindahkan saliva yang telah ditambahkan asam asetat ke tabung I dan tabung II
2. Amati perubahan viskositasnya dari tabung awal ke tabung I
3. Catat perubahan viskositasnya
Praktikum 3
1. Masukkan 2 ml saliva ke tabung reaksi
2. Tambahkan satu atau dua tetes HCl ke dalam tabung reaksi
3. Panaskan tabung kedalam waterbath mendidih selama 10 menit
4. Netralkan dengan menembah 1 atau 2 tetes NaOH
5. Kemudian, uji gula pereduksi dengan menambah 10 ml reagen benedict dan
panaskan beberapa menit.
6. Catat hasil perubahan warnanya
Praktikum 4
1. Masukkan 2 ml larutan amilum 1% (kanji ke dalam gelas beaker
2. Tambahkan 10 ml saliva dan campur rata
3. Setelah 3 menit, pindahkan sedikit sampel dari beaker ke dalam salah satu
cekungan plat tetes
4. Tambahkan satu tetes larutan iodin pada sampel dan amati warna biru yang
terbentuk
5. Ulangi tiap interval satu menit sampai uji iodin untuk amilum menjadi negative
6. Kemudian masukkan 5 ml larutan amilum-saliva ke dalam tabung reaksi bersih
dan tambahkan 10 ml larutan benedict untuk uji gula pereduksi dan panaskan
7. Catat perubahan warnanya
Praktikum 5
1. Panaskan saliva selama 10 menit
2. Ambil 25/5 ml larutan tepung kanji ke tabung reaksi
3. Tambahkan 10 ml saliva dan campur rata
4. Ambil 5 ml larutan saliva-kanji dan masukkan kedalam tabung reaksi IV
5. Tambahkan sekitar 10 ml larutan benedict kedalam tabung reaksi tersebut
6. Panaskan selama beberapa menit dan amati perubahan warna yang terjadi
7. Ambil beberapa tetes dari larutan saliva-kanji dan masukkan kedalam cekungan
Porselen
8. Tambahkan satu tetes larutan iodium
9. Amati warna yang terbentuk (ulangi sebanyak 2 kali)
Praktikum 6
1. Ambil 5 ml saliva
2. Tambahkan beberapa tetes asam asetat dan beberapa tetes kalium oksalat
3. Amati perubahan yang terjadi pada tabung reaksi

E. Data Pengamatan
Praktikum Hasil

Praktikum 1 Diperoleh saliva dengan ph 7 dengan viskositas


agak kental

Praktikum 2 (I) Terdapat endapan atau presipitat putih pada


saliva yang telah diberi asam asetat

Praktikum 2 (II) Viskositas saiva setelah dicampur asam adalah


cair

Praktikum 3 Terjadi perubahan warna dari biru ke hijau

Praktikum 4 Pada uji iodium terbentuk warna biru setelah


saliva ditetesi larutan iodin dan terbentuk warna
merah bata pada uji benedict

Praktikum 5 Pada uji benedict dipraktikum ke-5 ini tidak


terbentuk warna merah bata

Praktikum 6 Pada uji kalium diperoleh saliva berubah warna


menjadi putih keruh setelah diberi asam asetat
dan kalium oksalat
F. Analisis Data dan Pembahasan
a. Viskositas dan ph saliva
Derajat keasaman saliva dalam keadaan normal antara 5,6-7,0 dengan rata-
rata pH 6,7 dan dengan viskositas kental. Pada percobaan ini hasil yang
kami dapat yaitu pH saliva 7 atau netral. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain rata-rata
kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas buffer
saliva.
b. Buffer saliva
Pada percobaan kedua ini, saliva berfungsi sebagai buffer karena
kandungan yang terdapat dalam saliva (fosfat, bikarbonat) akan berikatan
dengan larutan asam cuka (CH3COOH) yang merupakan asam lemah,
sehingga nanti akan terbentuk suatu protein yang nantinya akan
terpresipitasi atau mengendap pada dasar tabung reaksi.
c. Reaksi reduksi gula saliva
Pada percobaan ketiga ini, saliva dicampur dengan HCl dan dipanaskan,
lalu ditambah NaOH dan larutan Benedict dan dipanaskan, akan berubah
warna dari warna biru menjadi hijau.
d. Aktivitas Enzim Amilase Saliva
Pada percobaan keempat ini, amilum dicampur dengan enzim α-amylase
dan ditunggu selama 3 menit agar terjadi proses pemecahan polisakarida
menjadi disakarida. Setelah di tetesi dengan larutan iodin, warna campuran
amilum dan enzim α-amylase berubah warna menjadi biru tua yang
menandakan bahwa amilum yang terpecah masih berupa amilodekstrin.
Amilum yang berwarna biru ta kemudian tetap ditetesi iodin setiap satu
menit sekali sampai warnanya berubah menjadi bening (maltose).
Kemudian maltosa ini di campur dengan larutan benedict dandipanaskan,
maka akan terjadi perubahan warna dari biru menjadi hijaukemerahan. Hal
ini terjadi karena larutan benedict yang digunakan untuk ujigula pereduksi
(disakarida), ketika di campur dengan disakarida akanmenunjukkan hasil
positif dengan tanda terjadi perubahan warna pada larutan.
Pada percobaan kelima ini, saliva dipanaskan terlebih dahulu, sehingga
enzimα-amylase menjadi rusak. Lalu saliva yang telah mendidih dicampur
dengan larutan amilum (kanji). Amilum menjadi disakarida karena
rusaknya enzim α-amylase sebagai penghidrolisis. Ketika campuran saliva
dan amilum diberi tetesan larutan iodium, warna akan berubah menjadi
biru, hal ini menandakan bahwa enzim α-amylase yang telah rusak tidak
dapat menghidrolisis polisakarida yang ada pada kanji/amilum. Larutan
saliva dan amilum kemudian dicampur dengan larutan benedict kemudian
dipanasi. Tidak terlihat perubahan warna. Warna masihtetap berwarna biru
sama seperti warna benedict. Hal ini membuktikan bahwa polisakarida
yang tidak terpecah sempurna memperlihatkan hasil yang negatif ketika
direaksikan dengan larutan benedict. Larutan benedict digunakan untuk uji
disakarida, jadi jika dicampur dengan larutan polisakarida maka hasil yang
dihasilkan negatif.
e. Garam Ca pada saliva
Pada percobaan keenam ini, dilakukan uji kalsium yang hasilnya diperoleh
larutan keruh dari campuran saliva, asam cukadan K-oksalat. Selain itu
dijumpai juga endapan putih didasar tabung. Endapan putih tersebut adalah
kalsium oksalat. Dengan pengikatan Ca oleh K-oksalat, IonCa+ dapat
menggeser ion K+ yang terdapat pada kalsium oksalat sehinggaterbentuk
endapan putih. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kandungan Ca+ pada
saliva.
G. Kesimpulan dan Saran
✓ Kesimpulan : viskositas dan ph saliva yang norma adalah kenta dengan ph
antara 5,6-7,0. Didalam saliva terdapat kandungan protein, glukosa, serta
kalsium. Enzim amilase tidak dapat bekerja dengan baik dalam memecah
amilum jika suhunyadinaikkan. Hal ini menunjukkan bahwa suhu sangat
mempengaruhi kerja enzim amilase.
✓ Saran : sebelum melakukan praktikum persiapkan alat dan bahan dengan
baik, serta perhatikan petunjuk praktikum dengan baik agar tidak terjadi
kesalahan saat melakukan praktikum.
H. Daftar Pustaka
Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC
I. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai