Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

ACARA VI

PENCERNAAN ENZIMATIS

Dosen Pembimbing :

Juli Rochimijati Wuliandari, S.Si, M.Si.

Disusun Oleh :

Hani Rahmawati (1901070006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
ACARA VI

PENCERNAAN ENZIMATIS

A. Tujuan
1. Untuk membuktikan peranan enzim pencernaan terhadap makanan
yang dimakan
2. Untuk membuktikan peranan enzim yang terdapat pada saliva
3. Untuk mengetahui kerja enzim saliva di keadaan asam, basa, dan netral

B. Dasar Teori
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang
berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa
habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Sebagian besar enzim bekerja
secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu
macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur
kimia tiap enzim yang bersifat tetap (Campbell, 2002).
Secara umum, dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis
oleh gigi dengan jalan dikunyah. Makanan yang dimakan dalam besar
diubah menjadi ukuran lebih kecil. Selama penghancuran secara mekanis
berlangsung, kelenjar yang ada disekitar mulut mengeluarkan cairan yang
disebut saliva atau ludah. Ada tiga kelenjar yang mengeluarkan saliva
yaitu kelenjar parotid, kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual.
Didalam saliva terdapat enzim saliva yaitu suatu enzim amilase yang
berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltosa dengan proses
hidrolisis. Proses ini berjalan lebih baik apabila makan dikunyah lebih
halus. Enzim ptialin bekerja secara optimal pada pH 6,6.selain itu, saliva
juga berfungsi untuk membasahi makanan sehingga dapat mempermudah
proses menelan makanan (Poedjiadi, 2006).
Didalam lambung akan terjadi proses pencernaan protein, lemak,
dan karbohidrat. Pencernaan protein di lambung akan mengalami
denaturasi oleh kerja HCl dan dihidrolisis oleh enzim pepsin, sehingga
protein menjadi peptid. Pencernaan protein, lemak dan karbohidrat di
lambung merupakan tahap awal, tetapi secara intensif dilakukan di usus.
Sedangkan pada ikan yang tidak mempunyai lambung, pencernaan protein
dilakukan pada usus depan oleh enzim protease akan memecah protein
menjadi asam amino (Gordon, 1979).
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. ada uji
benedict pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali dalam
gugus aromatik dan alpha hidroksi keton oleh karena itu, meskipun
fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha
hidroksi keton maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan maltosa
dalam suasana basa memberikan hasil positif (+) dengan pereaksi
benedict. Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida
pereduksi dalam makanan sampel makanan dilarutkan dalam air,dan
ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath
selama 4-10 menit, selam proses ini larutan akan berubah menjadi biru
(tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah
bata/coklat (kandungan glukosa tinggi) (Azkya, 2015).
Uji biuret merupakan uji umum untuk protein (ikatan peptida)
tetapi tidak dapat menunjukkan asam amino bebas. Zat yang akan
diselidiki mula-mula ditetesi larutan NaOH, kemudian larutan tembaga(II)
sulfat yang encer. Jika terbentuk warna ungu, berarti zat itu mengandung
protein. Warna violet akan terbentuk pada larutan CuSO4 alkalis (reagen
biuret) dengan 2 atau lebih ikatan peptide ( CO-NH) yang saling berikat,
atau pada atom N yang sama, atau atom C yang sama. Disamping itu,
terdapat 2 atau lebih gugusan karbomil (CONH2), C¬5NH2, CNH NH2,
CR NH2. Dipeptida dan asam amino (kecuali histidin, serin dan treonin)
tidak memberi reaksi positif (Almatsier, 2003).
Enzim adalah molekul protein yang berfungsi sebagai katalisator
dalam reaksi kimia tanpa dirinya rudak atau berubah bentuk dalam reaksi
tersebut. Walaupun terbentuk dari molekul protein, tetapi tidak semua
protein dapat berperan sebagai katalisator. Ciri-ciri enzim ada enam yaitu:
bersifat spesifik; tanggap terhadap lingkungan; mempercepat terjadinya
reaksi; dapat digunakan terus menerus selama reaksi berlangsung; tidak
mengganggu kesetimbangan reaksi; memberikan efek besar pada reaksi
yang dikatalisi (Agustrina, 2013).
Enzim berikatan dengan substrat, stelah terjadi ikatan maka kerja
katalitik enzim itu akan mengubah substrat menjadi produk reaksi. Hanya
daerah tertentu dari enzim yang bisa berikatan dengan substrat, daerah ini
disebut tempat aktif. Ini terbentuk oleh beberapa asam amino pada
molekul enzim itu, dan sisanya adalah molekul protein yang meberikan
suatu kerangka kerja yang menguatkan konfigurasi tempat aktif itu.
Tempat ini pun bukan merupakan tempat yang kaku, ketika substrat
memasuki tempat aktif, maka enzim akan terinduksi untuk mengubah
bentuknya sedikit sehingga tempat aktif akan lebih pas mengelilingi
substrat. Kecocokan terinduksi ini mirip dengan jabatan tangan yang
sangat erat (Campbell, 2002).
Salah satu enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah
amilase. Amilase dapat diartikan sebagai segolongan enzim yang
merombak pati, glikogen dan polisakarida yang lain. Tumbuhan
mengandung α dan β amilase, hewan memiliki hanya α amilase, dijumpai
dalam cairan pankreas dan juga (pada manusia dan beberapa spesies lain)
dalam ludah. Amilase memotong rantai polisakarida yang panjang,
menghasilkan campuran glukosa dan maltosa. Amilosa merupakan
polisakarida yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa yang saling
berikatan membentuk rantai lurus. Dalam air, amilosa bereaksi dengan
iodin memberikan warna biru yang khas (Fox, 1991).
C. Alat dan Bahan
a. Alat :
1. Gelas piala
2. Corong gelas
3. Tabung reaksi
4. Rak tabung reaksi
5. Penjepit
6. Batang gelas
7. Lampu busen
8. Thermometer
9. Pipet
10. Kaki tiga

b. Bahan :
1. Kertas filter
2. Tepung beras
3. Kapas
4. Gula pasir
5. Larutan JKJ
6. Larutan benedict
7. Amilum
8. Kanji
9. NaOH
10. HCl
D. Cara Kerja
1. Membuat larutan benedict
2. Mengunyah kapas saliva keluar sebanyak-banyaknya kemudian
dituangkan pada corong gelas
3. Menuangkan air panas 40 c kira-kira 2cc dan disaring fitratnya. Diisi
ke dalam tabung reaksi
4. Memasukkan semua makanan yang telah dihaluskan ke dalam tabung
reaksi secara terpisah
5. Memasukkan bahan ke dalam tabung reaksi :
 Tabung reaksi 1 : kanji + benedict
 Tabung reaksi 2 : kanji + saliva + benedict
 Tabung reaksi 3 : kanji + HCl + saliva + benedict
 Tabung reaksi 4 : kanji + NaOH + saliva + benedict
6. Memanaskan air dalam gelas kimia
7. Memasukkan tabung reaksi ke dalam gelas kimia dan dipanaskan
selama 2 menit
8. Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi
E. Hasil Pengamatan

Warna sebelum Percobaan 1


Sesudah + saliva Putih
Sesudah + Benedict Terdapat endapan warna biru
Sesudah dipanaskan Biru muda terdapat endapan

Warna sebelum Percobaan 2


Kanji + saliva Putih
Sesudah + benedict Terdapat endapan berwarna
Sesudah dipanaskan Biru muda ada endapan putih

Warna sebelum Percobaan 3


Kanji + HCl Putih
Sesudah + saliva Putih
Sesudah + benedict Terdapat endapan warna biru
Sesudah dipanaskan Biru muda ada endapan

Warna sebelum Percobaan 4


Kanji + Maolt Putih
Sesudah + saliva Terdapat endapan putih
Sesudah + benedict Ungu muda
Sesudah dipanaskan Ungu muda ada endapan
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengatahui peranan enzim
terhadap makanan, membuktikan peranan enzim saliva,dll. Bahan yang
dugunakan dalam praktikum kali ini adalah saliva. Sifat dan susuna air
liur, bobot jenis saliva merupakan cairan yang lebih kental dibandingkan
dengan air. Pada praktikum ini dilakukan 4 kali percobaan.
Percobaan pertama yaitu tabung reaksi bersisi saliva dan setelah
diamatai warnya putih. Lalu ditambahkan dengan benedict ternyata ada
endapan warna biru. Lalu setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi
biru muda dan terdapat endapan.
Pada percobaan yang kedua yaitu kanji dan saliva warnanya putih.
Lalu setelah ditambah benedict berubah menjadi terdapat endapan
berwarna. Lalu sesudah dipanaskan warnanya menjadi biru muda ada
endapan putih. Campuran saliva dan cairan kanji 1% memberikan
warna biru keunguan ketika pertama kali ditetesi larutan yodium
dengan tampilan bening, ini menunjukkan bahwa dalam kurang dari
3menit amilase telh bereaksi memecahkan pati dan mengubahnya ke
bentuk sederhana. Pada tetesan kelima dengan waktu 5menit
menghasilkan warna biru bening. Pada percobaan uji gula setelah
campuran kanji 1% dengan saliva direaksikan dengan reagent benedict
dan kemudian dipanaskan memberikan tampilan yang berwarna biru,
menandakan dalam kanji terdapat gula pereduksi.
Pada percobaan ketiga kanji dan HCl warnanya putih. Lalu
ditambah saliva warnanya tidak ada perubahan. Setelah dipanaskan
warnanya berubah menjadi biru muda ada endapan. Pada percobaan
saliva berfungsi sebagai buffer karena kandungan yang terdapat dalam
saliva ( fosfat, bikarbonat ) akan berikatan dengan larutan HCl yang
merupakan asam kuat, sehingga nanti akan terbentuk suatu protein yang
nantinya akan terpresipitasi atau mengendap pada dasar tabung reaksi.
Saat saliva diberi larutan HCl, secara otomatis keadaan pH akan
terpengaruh secara tiba-tiba dan mempengaruhi kinerja dari enzim
tersebut. Hal ini mengakibatkan terjadinya denaturasi enzim di mana
sifat enzimatik dan biologis dari enzim mengalami gangguan, sehingga
mengakibatkan terjadinya presipitasi protein yang akhirnya
mempengaruhi konsistensi atau viskositas dari saliva menjadi lebih
kental (mucous).
Pada percobaan keempat kanji ditambah maolt warnanya putih.
Lalu ditambah saliva terdapat endapan. Lalu setelah ditambahkan
dengan benedict warnanya berubah menjadi ungu muda. Lalu sesudah
dipanaskan warnanya berubah menjadi ungu muda ada endapan.
Pada dasarnya enzim pencernaan berfungsi untuk memecah nutrisi
didalam makanan menjadi lebih kecil agar mudah diserap oleh tubuh.
Ada beberapa jenis enzim yang memainkan peran penting dalam proses
pencernaan makana yaitu enzim lipase, amylase, serta protase dan
peptidase.
Kerja enzim sangat berpengaruh dengan keadaan pH.
Perubahan pH akan mempengaruhi kecepatan reaksi enzim, karena
berubahnya derajat ionisasi gugus asam dan basa dari enzim. Untuk
kebanyakan enzim, terdapat rentang pH optimum dimana aktivitas
enzim berlangsung secara optimum dan mempunyai stabilitas yang
tinggi. Sebagian besar enzim mempunyai pH optimum yang mendekati
netral, sebagian kecil lainnya mempunyai pH optimum yang sangat
rendah (sekitar 2,0) atau sangat tinggi (sekitar 9,0).
G. Kesimpulan
1. Enzim amilase dapat memecah ikatan amilum kurang dari 3 menit dan
enzim amilase mudah rusak oleh pemanasan
2. enzim amilase mudah rusak oleh pemanasan
3. Di dalam saliva mengandung komponen anorganik seperti bikarbonat,
fosfat yang berfungsi sebagai buffer
4. Adanya perubahan viskositas saliva dari encer ke kental ( mucous )
setelah ditambahkan HCl
DAFTAR PUSTAKA

Agustrina, Rochmah. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Unila. Lampung.

Azkya, Agi. 2015. PENCERNAAN MAKANAN DAN ENZIM PENCERNAAN.


https://www.academia.edu/16980356/fiswan_pencernaan_hewan (Diakses
pada tanggal 17 Januari 2021).

Campbell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta. Erlangga

Fox, P.F. 1991. Food Enzymology Vol 2. Elsevier Applied Science. London.

Gordon, M. S 1979. Animal Physiology. Mc Millan Publishing Co. Ltd, New


York.

Poedjiadi, A. dan Supriyanti, T., 2006, Dasar-Dasar Biokimia, UI Press, Jakarta.


LAMPIRAN

Data hasil pegamatan

Anda mungkin juga menyukai