I. JUDUL
Aktivitas Jantung dan Aliran Darah
II. WAKTU
Praktikum ini dilakukan selama 3 jam.
1
venosus. Jantung kodok memiliki respon yang kurang lebih sama dengan
jantung manusia, contohnya denyut jantung akan meningkat saat panas dan
melambat saat dingin, kerjanya dapat dipengaruhi oleh hormon, dan
memiliki band moderator.
2
dengan sel-sel tubuh. Pembuluh nadi dan pembuluh balik itu bercabang-
cabang, dan ukuran cabang-cabang pembuluh itu semakin jauh dari jantung
semakin kecil. Pembuluh kapiler sangat halus dan berdinding tipis.
Pembuluh Vena
Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh yang membawa darah
menuju jantung. Darahnya banyak mengandung karbondioksida. Umumnya
terletak dekat permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan. Dinding
pembuluhnya tipis dan tidak elastis. Jika diraba, denyut jantungnya tidak
terasa. Pembuluh vena mempunyai katup sepanjang pembuluhnya. Katup
ini berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah. Dengan adanya katup
tersebut, aliran darah tetap mengalir menuju jantung. Jika vena terluka,
darah tidak memancar tetapi merembes. Dari seluruh tubuh, pembuluh
darah balik bermuara menjadi satu pembuluh darah balik besar, yang
disebut vena cava. Pembuluh darah ini masuk ke jantung melalui serambi
kanan. Setelah terjadi pertukaran gas di paru-paru, darah mengalir ke
jantung lagi melalui vena paru-paru. Pembuluh vena ini membawa darah
yang kaya oksigen. Jadi, darah dalam semua pembuluh vena banyak
mengandung karbondioksida kecuali vena pulmonalis. Salah satu penyakit
yang menyerang pembuluh balik adalah varises.
Pembuluh Darah pada Hewan
Amfibia umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang
(vertebrata) yang hidup di dua alam, yaitu di air dan di daratan. Amfibia
bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah.
Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat
basah tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu
kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang
umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan
bernapas dengan paru-paru.
Amfibia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tubuh diselubungi kulit yang berlendir.
2. Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm).
3
3. Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi
dan satu bilik.
4. Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat
selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan berfungsi
untuk melompat dan berenang.
5. Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membran
niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam.
6. Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa
alat pernapasannya berupa paru-paru, kulit dan hidungnya
mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut
ketika menyelam.
7. Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh
yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).
Berudu atau kecebong adalah tahap pra-dewasa (larva) dalam daur hidup
amfibia. Berudu eksklusif hidup di air dan berespirasi menggunakan
insang, seperti ikan. Tahap akuatik (hidup di perairan) inilah yang membuat
amfibia memperoleh namanya (amphibia=“hidup pada tempat berbeda-
beda”). Kebanyakan berudu herbivora, memakan alga dan bagian-bagian
tumbuhan. Beberapa spesies merupakan omnivora (pemakan segala).
(Deyna, 2014).
4
3. Kloroform
4. Kapas
5. Tisu
5
Praktikum II Aliran Darah pada Kecebong
Adapun prosedur kerja praktikum 2 yaitu sebagai berikut:
1. Mengambil kecebong dari wadahnya lalu meletakkannya diatas es
batu beberapa saat hingga pasif (jangan terlalu lama karena dapat
menyebabkan kematian).
2. Mengangkat kecebong tersebut lalu meletakkannya diatas kaca objek
dan mengamati dengan mikroskop dengan memposisikan bagian
piggir ekornya yang bening sehingga terlihat jelas pada pembesaran
minimum.
3. Memperhatikan aliran darah pada pembuluh darahnya dan
menentukan jenis pembuluh serta arah aliran darah dan mencatat
hasil pada lembar pengamatan.
4. Membuat sketsa arah aliran darah yang terlihat dan menentukan
kategori kecepatan alirannya (cepat, sedang atau lambat).
6
jantung memompakan darahnya dari ventrikel ke sirkulasi pulmonal (arteri
pulmonalis) dan ke sirkulasi sistemik (aorta). Pada saat sistole katub-katub
atrioventrikularis (mitralis dan bikuspidalis) menutup sedangkan katub-
katub semilunaris (katub aorta dan katub pulmonal) membuka sehingga
ventrikel yang berkontraksi (tekanannya meningkat) memompakan
darahnya ke aorta dan Arteri pulmonalis. Sedangkan diastole menunjukkan
periode relaksasi ventrikel (kontraksi atrium) saat ventrikel menerima darah
dari atrium yang sebelumnya telah menerima darah dari paru-paru (vena
pulmonalis) dan dari seluruh tubuh (vena cava). Pada saat diastole katub-
katub semilunaris (katub aorta dan katub pulmonal) menutup sedangkan
katub-katub atrioventrikularis (mitralis dan bikuspidalis) membuka
sehingga atrium yang berkontraksi (tekanannya meningkat) memompakan
darahnya ke ventrikel.
Kontraksi atrium terjadi hampir bersamaan dengan relaksasi ventrikel,
walaupun pada saat ventrikel relaksasi, atrium berkontraksi namun
besarnya tekanan kedua ruangan ini hampir sama. Sedangkan pada saat
atrium relaksasi juga tidak tampak karena tertutup oleh besarnya tekanan
pada ventrikel yang sedang berkontraksi, dimana proses berkontraksi dan
relaksasi (sistole dan diastole) dari atrium maupun ventrikel pada keadaan
normal akan terjadi terus menerus. Kontraksi jantung tidak semata-mata
tergantung dari impuls yang di hantarkan oleh syaraf. Jantung mempunyai
kemampuan untuk self excitation sehingga dapat berkontraksi secara
otomatis walaupun telah di lepas dari tubuh dan semua syaraf menuju
jantung telah di potong.
Menurut Supripto (1998) bahwa meskipun jantung berkontraksi dengan
sendirinya, namun kuat kontraksi, frekuensi denyut jantung, dan
perambatan impuls pada jantung dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu saraf
simpatik dan saraf parasimpatik. Pasangan kedua saraf ini kerjanya adalah
saling berlawanan yaitu: Saraf simpatik bekerja meningkatkan baik kuat
kontraksi maupun frekuensi denyut jantung dan mempercepat perambatan
impuls pada jantung, sedangkan saraf parasimpatik bekerja menurunkan
7
naik kuat kontraksi maupun frekuensi denyut jantung dan melambatkan
perambatan impuls pada jantung.
Berdasarkan hasil kimograf, dapat diketahui bahwa aktivitas jantung
kodok stabil. Fase laten, fase kontraksi dan fase relaksasi dari satu periode
ke periode selanjutnya tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Tinggi
garis puncak pada kimograf hampir sama.
8
Sketsa
9
4. Darah arteri kemudian mengalir menuju ke kapiler sistemik, yaitu
kapiler yang menyebar ke seluruh tubuh.
5. Darah dari sel-sel tubuh dikumpulkan, kemudian dibawa lagi ke
jantung melalui pembuluh vena.
6. Pembuluh arteri dan vena mengalirkan darah lebih cepat daripada
pembuluh arterior, venula dan kapiler karena ukuran pembuluh darah
arteri dan vena tersebut lebih besar dari ukuran pembuluh arterior.
VIII. SIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Tekanan darah pada Bufo sp. dapat diketahui dengan mengamati
hearbeat yang terbentuk pada kertas grafik kimograf. Berdasarkan
grafik yang terbentuk detak jantung Bufo sp. tergolong stabil. Semakin
tinggi frekuensi detak jantung maka tekanan darah juga semakin
tinggi. Jika detak jantung normal maka tekanan darah juga akan
normal.
2. Aktivitas mempengaruhi tekanan darah dan detak jantung. Semakin
banyak aktivitas yang dikerjakan maka detak jantung akan semakin
meningkat begitupula dengan tekanan darah.
3. Sistem peredaran darah kecebong adalah tunggal. Aliran darah pada
kecebong yang diletakkan beberapa detik pada air yang suhunya
rendah yaitu kecepatan aliran darahnya menurun (sedang).
10
IX. JAWABAN PERTANYAAN
1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju sirkulasi?
Jawab:
Pada umumnya semakin tinggi suhu semakin cepat laju sirkulasi
dan sebaliknya semakin rendah suhu makan laju sirkulasi semakin
lambat.
11
X. DAFTAR PUSTAKA
Deyna, L. 2014. Mengamati Proses Airan Darah pada Kecebong. From:
http://fiswan3b.wordpress.co.id/2014/12/mengamati-proses-
aliran-darah-pada.html . Diakses pada tanggal 9 Desember 2017.
Supripto. 1998. Fisiologi Hewan. Penerbit ITB:Bandung
Riawan, I M. O., Citrawati, D. M., Sutajaya, I M., 2016. Penuntun
Praktikum Fisiologi Hewan. Singaraja: Undiksha
12