Anda di halaman 1dari 13

Literatur Digital – Biologi : Animalia

2021
Anshar Prayudhi, M.Pd.I

LABA-LABA

Identifikasi

Anatomi
Sistem Respirasi
Laba-laba (Araneae) merupakan satu-satunya kelompok hewan yang bernapas dengan paru-paru dan
trakea secara bersamaan (Schmitz, 2016). Secara fisiologis keberadaan trakea memegang peranan penting
dalam pernapasan. Faktor-faktor lain seperti jenis kelamin, waktu hidup, jenis mangsa yang ditangkap dan
kemampuan memperoleh energi yang tinggi secara anaerobik mempengaruhi istirahat dan laju metabolisme
aktif secara intens.
Paru-paru buku adalah jenis organ pernapasan yang dimiliki oleh laba-laba seperti halnya Arthropoda
lain. Organ ini terletak di dalam perut ventral, atrium, dan terhubung dengan rongga pernapasan kecil (spirakel)
(Wikipedia, 2021).
Paru-paru buku merupakan invaginasi (pelekukan ke dalam) abdomen yang memiliki banyak lamela.
Mekanisme pernapasan terjadi dengan cara udara masuk melalui spirakel secara berdifusi. Kemudian
diteruskan ke sel-sel lamela dan berdifusi dengan pembuluh darah di sekitar lamela.

Sistem Pencernaan dan Mekanisme Pemangsaan


Sistem pencernaan laba-laba melibatkan mulut (melibatkan kelisera dan kelenjar racun), tenggorokan,
lambung, usus halus, dan anus.
Arachnida umumnya adalah karnivora dan predator bagi serangga lain, bahkan ada yang kanibal. Laba-
laba didisain tidak memiliki gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut mereka berupa pengisap untuk
menyedot tubuh mangsanya yang sudah dilelehkan. Mulut laba-laba dilengkapi sepasang kelisera (semacam
taring) dan sepasang pedipalpus (alat capit). Mereka menginjeksikan bisa (venom, yang sejatinya adalah enzim)
dari lambungnya untuk melumpuhkan mangsa. Venom ini
dikeluarkan melalui kelisera. Serangga dan hewan kecil
akan dilelehkan organ dalamnya dengan cairan beracun
tersebut, lalu menyedotnya dengan mulut. Sisa mangsa
biasanya akan mengisut, kering, atau menjadi seperti
bola-bola kecil. Hampir semua jenis laba-laba, dengan
perkecualian sekitar 150 spesies dari suku Uloboridae dan
Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae melakukan
mekanisme ini.
Bentuk lambung laba-laba bulat panjang dengan
diverticula (kantong-kantong). Organ ini menghasilkan
enzim-enzim pencernaan dan menyerap zat gizi dari
makanan.
Laba-laba memiliki penglihatan yang buruk dan
mereka mengandalkan setae (bulu-bulu halus) di sekujur
tubuhnya. Setae memiliki sensitifitas ekstrim terhadap
getaran obyek bergerak bahkan hembusan udara yang
sangat lemah sekalipun.

Sistem Peredaran Darah (Sirkulasi)


Seperti halnya filum artropoda lainnya, sistem peredaran
darah laba-laba adalah sistem peredaran darah terbuka. Sistem
peredaran darah terbuka adalah peredaran darah ke seluruh
rongga tubuh atau jaringan yang tidak selalu melewati
pembuluh darah. Pada sistem peredaran darah terbuka, darah
keluar dari jantung dan mengalir melalui rongga tubuh. Tekanan
darah pada sistem peredaran darah terbuka ini rendah sehingga
aliran darahnya lambat. Ini karena peredaran darah terbuka
dibantu oleh gerakan otot tubuh. Sistem peredaran darah
terbuka sesuai dengan hewan kecil yang memiliki metabolisme
rendah dan sistem organ lainnya tidak terlalu aktif.
Sistem peredaran darah pada laba-laba terdiri dari: jantung dorsal, arteri vena, dan sejumlah sinus
perikardial. Jantung terletak pada perikardium (sebua kantung berdinding tipis). Pembuluh darah arteri
mengantarkan darah ke haemocoel atau hemolimfa. Hemolimfa mengandung hemosianin, protein pernapasan
yang mirip hemoglobin pada mamalia. Kemudian darah mengalir ke sinus perikardial yang mengelilingi jantung.
Di sepanjang jantung ada lubang bernama ostia, sehingga darah mengalir masuk ketika katupnya terbuka.
Ketika jantung berkontraksi, katup itu menutup sehingga darah tidak mengalir kembali dan bisa terdorong ke
pembuluh darah arteri di jaringan, sehingga darah mengalir ke haemocoel yang lain.

Sistem Pengeluaran (Ekskresi)


Kebanyakan laba-laba mengubah produk limbah nitrogen menjadi asam urat, yang dapat dikeluarkan
sebagai bahan kering. Alat ekskresi laba-laba berupa tubulus malphigi yang terletak di dalam hemosol dan
bermuara ke dalam usus. Hasil sisa metabolisme masuk ke dalam tubulus, kemudian ke usus dan dibuang
melalui anus bersama dengan feses. Pada beberapa Arachnoidea selain tubulus malphigi juga dilakukan dengan
kelenjar koksal, yang bermuara pada daerah koksa.
Sistem pada tubulus Malphigi bukan saja ekskretoris tapi juga osmoregulasi. Organ ini ditemukan pada
beberapa serangga: myriapod, arakhnida, dan tardigrades. Tubulus Malphigi terdiri dari percabangan
memanjang dari saluran pencernaan yang menyerap zat terlarut, air, dan limbah dari hemolymph sekitarnya.
Limbah kemudian dilepaskan dari organisme dalam bentuk senyawa nitrogen padat dan kalsium oksalat. Nama
“malphigi” diambil dari Marcello Malpighi, ahli anatomi abad ketujuh belas
Beberapa laba-laba primitif, sub ordo Mesothelae dan infraorder Mygalomorphae, mempertahankan
nenek moyang arthropoda nephridia, yang menggunakan air dalam jumlah besar untuk mengeluarkan produk
limbah nitrogen sebagai amonia.

Sistem Syaraf Pusat


Sistem saraf pusat arthropoda dasar terdiri dari sepasang kabel saraf yang berjalan di bawah usus,
dengan ganglia berpasangan sebagai pusat kendali lokal di semua segmen; otak yang dibentuk oleh fusi ganglia
pada segmen kepala depan dan di belakang mulut, sehingga esofagus dikelilingi oleh konglomerasi ganglia ini.
Sistem saraf laba-laba berbentuk tangga tali dan mempunyai ganglion otak di kepala.
Dalam anatomi, ganglion adalah sebuah bongkahan jaringan biologis. Ganglion paling banyak terbentuk
dari sel saraf tubuh. Sel yang ditemukan di dalam ganglion disebut sel ganglion.
Khusus Mesothelae primitif, yaitu famili Liphistiidae, sistem sarafnya lebih terpusat. Jadi semua ganglia
dari semua segmen di belakang esofagus menyatu, sehingga sefalotoraks sebagian besar terisi dengan jaringan
saraf dan tidak ada ganglion di perut; di Mesothelae lainnya ganglion perut dan bagian belakang sefalotoraks
tidak menyatu.

Sistem Rangka (Skeleton)


Rangka luar (eksoskeleton) pada umumnya terdapat pada hewan tingkat rendah. Eksoskeleton merupan
kulit yang mengalami pengerasan. Rangka tersebut tersusun dari beberapa zat, seperti zat kapur, zat tanduk,
dan zat kitin, rangka luar ini berfungsi sebagai pelindung dan pemberi bentuk tubuh hewan. Hewan yang
mempunyai rangka luar antara lain: Echinodermata, Mollusca, dan Anthropoda (termasuk laba-laba)
Eksoskeleton (dari bahasa Yunani éxo berarti "luar" dan skeletos berarti "kerangka") adalah kerangka
eksternal yang mendukung dan melindungi tubuh hewan, berbeda dengan kerangka internal (endoskeleton),
misalnya, manusia. Pada beberapa jenis hewan eksoskeleton dikenal sebagai "cangkang". Contoh hewan
eksoskeleton termasuk serangga seperti belalang dan kecoak, dan krustasea seperti kepiting dan lobster.
Cangkang spons tertentu dan berbagai kelompok moluska bercangkang, termasuk dari siput, kerang, kiton, dan
nautilus.
Seperti halnya semut, eksoskeleton laba-laba mempunyai ciri yang keras, tubuh tersegmentasi, dan kaki
yang bersendi.

Struktur Tubuh
Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen depan
disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (toraks).
Sedangkan segmen belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan
opisthosoma terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus.
Opisthosoma adalah bagian posterior dari tubuh dalam beberapa arthropoda, di belakang prosoma
(cephalothorax). Ini adalah ciri khas dari subfilum Chelicerata (arakhnida, kepiting tapal kuda dan lain-lain).
Meskipun dalam banyak hal mirip dengan perut (dan sering disebut abdomen). Di sisi perut ada dua lempengan
yang mengeras menutupi paru-paru buku. Ini disebut lempeng epigastrik.
Cephalothorax terdiri dari dua permukaan primer: karapas punggung dan sternum ventral. Pada
cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang
bertaring besar (chelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut
pedipalpus untuk menggiling makanan. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada jantan dewasa
membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.
Laba-laba umumnya memiliki delapan kaki. Mereka tidak memiliki antena; sepasang pedipalpus. Kaki laba-laba
terdiri tujuh segmen. Mulai dari ujung tubuh yaitu coxa, trochanter, femur, patella, tibia, metatarsus dan tarsus.
Ujung tarsus memiliki cakar yang bervariasi dalam jumlah dan ukurannya. Laba-laba pemintal jaring biasanya
memiliki tiga cakar, laba-laba pemburu biasanya hanya memiliki dua cakar. Karena mereka tidak memiliki
antena, laba-laba menggunakan setae (bulu) yang terspesialisasi dan sensitif di kaki mereka untuk menangkap
bau, suara, getaran, dan aliran udara. Dalam biologi, setae adalah salah satu dari sejumlah bristle atau bulu
(berbeda dengan rambut organisme lainnya, manusia misalnya). Beberapa laba- laba, seperti laba-laba kepiting
Australia, tidak memiliki cakar.
Pedipalpa hanya memiliki enam segmen (tanpa metatarsus). Pada jantan dewasa, organ ini dimodifikasi
untuk kawin. Pada laba-laba araneomorph, tepi anterior sering seperti gergaji dan digunakan untuk memotong
mangsa.

Sistem Reproduksi dan Daur Hidup


Reproduksi laba-laba terjadi secara seksual dan
bersifat gonokoris, yaitu alat kelamin jantan dan alat
kelamin betina terdapat pada individu yang berbeda.
Perkawinan (kopulasi) dan pembuahan (fertilisasi)
terjadi secara internal di tubuh individu betina. Dengan
kata lain, sperma tidak dimasukkan ke dalam tubuh
betina oleh alat kelamin jantan tetapi melalui tahap
peralihan. Tidak seperti banyak arthropoda yang hidup di
darat, laba-laba jantan tidak menghasilkan spermatofor
siap pakai (paket sperma), tetapi memutar jaring sperma
kecil tempat mereka berejakulasi dan kemudian
mentransfer sperma ke struktur berbentuk jarum suntik
yang disebut palpa.
Laba-laba betina akan mengeluarkan feromon (semacam hormon seksual) untuk mengundang lawan
jenis. Seekor jantan akan mendeteksi tanda-tanda betina di dekatnya, dia memeriksa apakah betina dari spesies
yang sama dan apakah dia siap untuk kawin. Misalnya pada spesies penenun jaring, pejantan dapat
mengidentifikasi spesies dan jenis kelamin lawan jenisnya dengan bau. Gerakan dan tarian pejantan penting
untuk jenis laba-laba pelompat, yang memiliki penglihatan yang sangat baik. Jika pacaran berhasil, pejantan
menyuntikkan spermanya dari umbi palpa (pedipalpus) ke betina melalui satu atau dua lubang di bagian bawah
perutnya.
Untuk menghindari dimakan oleh laba-laba betina, yang biasanya jauh lebih besar, laba-laba jantan
mengidentifikasi diri mereka sendiri kepada calon pasangannya melalui berbagai ritual pacaran yang rumit.
Jantan dari sebagian besar spesies bertahan hidup beberapa kali kawin, terutama dibatasi oleh masa hidup
mereka yang pendek.
Pada laba-laba betina, telur pada umumnya hanya dibuahi selama oviposisi ketika sperma yang disimpan
dilepaskan dari biliknya, bukan di rongga ovarium.
Betina bertelur hingga 3.000 telur dalam satu atau lebih kantung telur sutra. Mereka mempertahankan
tingkat kelembaban agar tetap konstan. Pada beberapa spesies, betina mati setelahnya, tetapi betina dari
spesies lain dapat melindungi kantung dengan menempelkannya ke jaring mereka atau menyembunyikannya
di sarang.

Daur Hidup
Daur (siklus) hidup laba-laba melewati beberapa fase. Setelah fertilisasi (pembuahan), laba-laba betina
menghasilkan kantung telur, yang ukuran dan bentuknya berbeda-beda tergantung spesies. Kantung telur
umumnya terdiri atas kumpulan benang sutera yang membungkus telur. Beberapa spesies meninggalkan
kantung ini di dekat habitatnya atau di dalam galian. Telur menetas di dalam kantung, dan laba-laba muda
berganti kulit sekali sebelum muncul. Bayi laba-laba ini disebut spiderling atau nimfa, dan mereka sudah
mencari makanan sendiri. Nimfa serupa bentuknya dengan laba-laba dewasa, yang mempunyai spinneret dan
kelenjar racun yang sudah berfungsi. Nimfa mengalami molting 2-12 kali sebagai juvenil tergantung jenisnya.
Laba-laba kecil ini pada akhirnya dapat memencar dengan mengembangkan benang-benang suteranya dan
terbawa angin.
Beberapa jenis laba-laba memiliki keunikan dalam merawat anak-anaknya, misalnya anakan laba-laba
serigala menempel pada bulu kasar di punggung induknya, sedangkan betina dari beberapa spesies lain
menanggapi perilaku “meronta" anak-anak mereka dengan memberi mereka mangsa.
Seperti arthropoda lainnya, laba-laba harus berganti kulit untuk tumbuh karena kutikula (kulit) mereka
tidak dapat meregang. Proses ini umumnya terjadi 4-12 kali selama pertumbuhan. Pada beberapa spesies,
pejantan kawin dengan betina yang baru berganti kulit.
Kebanyakan laba-laba hanya hidup selama satu hingga dua tahun, namun tarantula di penangkaran
dapat hidup selama lebih dari 20 tahun, dan laba-laba pintu jebakan betina Australia yang telah
didokumentasikan mampu hidup di alam liar selama 43 tahun, meski akhirnya terekam sekarat akibat serangan
tawon parasit.

Organ-organ Istimewa
Mata
Secara umum laba-laba memiliki penglihatan yang buruk (mata sederhana), karena masing-masing
hanya berlensa tunggal. Laba-laba gua yang selalu tinggal di kegelapan, tidak memiliki penglihatan sama sekali.
Namun pada laba-laba pemburu mata mereka lebih efektif dan lebih baik.
Laba-laba memiliki empat hingga delapan mata berpasangan di cephalotorax. Dua pasang mata yang
lebih kecil di bagian atas adalah mata primer, dan pasangan mata yang lebih besar menjadi mata sekunder.
Mata primer dan mata sekunder memiliki fungsi yang hampir sama, keduanya menjadi sensor penangkap
cahaya.
Pada jenis laba-laba tertentu mata mereka mampu menangkap pergerakan, membedakan warna, dan
bentuk obyek.

Kelisera
Bisa disebut sebagai alat sengat atau taring injeksi. Organ ini berfungsi untuk mengeluarkan racun
(venom) dan melumpuhkan mangsanya. Dalam mekanismenya kelisera dibantu oleh kelenjar dalam
mengekskresi cairan racun. Racun laba-laba sangat kuat dan dapat melelehkan organ dalam mangsanya hingga
menjadi bubur atau cair.
Kelisera menjadi bagian penting sistem pencernaan, mengingat laba-laba adalah makhluk yang didisain tanpa
memiliki gigi untuk mengunyah. Mereka hanya mampu mengonsumsi makanan cair. Jadi, kelisera sangat
berperan dalam hal ini.

Pedipalpus
Organ ini berfungsi sebagai indera peraba, pencapit mangsa, dan media perkawinan. Sepasang
pedipalpa memutar-mutar tubuh mangsanya sambil mencapitnya erat. Bersamaan proses itu kelisera menusuk
tubuh mangsa dan menyuntikkan venom.
Dalam perkawinan pedipalpa berfungsi membantu transfer sperma ke perut betina.

Spinneret
Spinneret merupakan organ penghasil dan pemintal sutera. Organ ini terletak di perut bagian bawah
anus. Dari lubang organ ini serat benang sutera yang sangat halus ditembakkan.
Kebanyakan laba-laba memiliki enam spinneret, beberapa memiliki dua, empat, atau delapan. Spinneret
bukanlah struktur sederhana dengan satu lubang yang menghasilkan satu utas, tetapi struktur kompleks dari
banyak keran mikroskopis, masing-masing menghasilkan satu filamen.

Sutra Laba-laba yang Menakjubkan


Tidak semua laba-laba memintal jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu
menghasilkan benang sutera. Bahan mentah sutera laba-laba adalah “keratin”, suatu protein cair yang tampil
sebagai untaian helikal terjalin dari rantai-rantai asam amino. Bahan ini juga ditemukan pada rambut, tanduk
dan bulu binatang. Laba-laba memperoleh semua bahan mentah suteranya dari sintesis asam-asam amino dari
hasil pencernaan mangsanya. Laba-laba juga makan dan mencerna jaringnya sendiri sebagai bahan untuk
membuat jaring berikutnya. Namun karena temperatur udara, cairan ini langsung mengering menjadi seperti
benang sutera setelah terpancar keluar. Laba-laba menembakkan benang sutera ini melalui kelenjar spinneret
dan memanfaatkannya untuk berayun dari satu tempat ke tempat lain, menuruni bidang yang tinggi, membuat
jaring, melindungi sarang, menjerat mangsa, menyelimuti mangsa, dan meletakkan telur-telurnya.
Letak kelenjar sutera laba-laba ditemukan di daerah sekitar dasar perut laba-laba. Masing-masing
kelenjar menghasilkan elemen yang berbeda. Beragam jenis benang sutera dihasilkan dari beragam kombinasi
elemen-elemen dari kelenjar-kelenjar ini. Ada keserasian yang sangat tinggi di antara kelenjar-kelenjar tersebut.
Selama proses produksi sutera, digunakan pompa-pompa dan sistem tekanan khusus yang canggih di dalam
tubuh laba-laba. Benang dapat dibentuk dengan karakteristik yang dikehendaki tanpa harus mengubah
komposisi kimianya.

Beda Komposisi beda Fungsi


Sebenarnya, laba-laba membuat beragam benang dalam tubuhnya untuk tujuan yang berbeda-beda.
Jelas karakteristik ini sangat penting jika kita melihat kehidupan laba-laba. Penting karena benang-benang untuk
berjalan, untuk menangkap mangsa, dan untuk membungkus mangsa harus berbeda satu dengan lainnya.
Sebagai contoh, jika benang yang digunakan untuk berjalan sama lengketnya dengan benang untuk menangkap
mangsa, maka laba-laba akan terjerat padanya dan berakibat kematian. Bergantung pada tujuan pemakaiannya,
benang laba-laba memiliki sifat-sifat yang berbeda.
Semua sutera ini, dengan beragam kekuatan dan elastisitas, juga memiliki ketebalan dan daya lengket
yang berbeda-beda.
Perangkap Alami yang Sangat Efektif
Sutera laba-laba mengandung butiran cairan adesif (lengket) di sepanjang bentangan, diduga pula oleh
para ilmuwan jika sutera ini bermuatan listrik statis. Kekuatan tariknya mirip nilon namun lebih elastis, sehingga
karakternya kuat dan dapat meregang jauh. Mangsa yang bernasib sial akan susah melepaskan diri dari sutera
ini.
Bagaimana jaring laba-laba justru menjadi semakin kuat ketika mangsa korbannya kian berusaha untuk
lolos? Benang-benang penangkap berubah bentuk karena kelembaban udara. Sumber bahan perekat ini adalah
glikoprotein yang dikandungnya. Lebih jauh lagi, 80 persen bahan ini adalah bahan ekonomis, yakni air.
Ketika bertemu dengan air di udara, cairan lengket ini terurai menjadi butiran-butiran kecil yang melekat
ke benang. Pengerutan dan peregangan benang lengket secara cepat dan berulang akan membengkokkan dan
meluruskan serat-serat inti dalam butiran-butiran ini. Karenanya, keseluruhan sistem serat-inti dan pelapis
selalu dalam keadaan tertarik, dan membuat benang lengket ini tetap tegang. Energi dari hentakan angin atau
dari gerakan serangga tidak hanya diserap sutera saja, melainkan oleh keseluruhan sistem tersebut.
Sekitar setengah dari mangsa potensial yang menabrak jaring sutera dapat melarikan diri. Jaring harus
melakukan tiga fungsi: mencegat mangsa, menyerap momentumnya tanpa merusak, dan menjebak mangsanya
dengan menjerat atau menempel padanya. Tidak ada satu desain pun yang terbaik untuk semua mangsa.
Beberapa laba-laba memiliki cribellum, pemintal yang telah berevolusi dengan hingga 40.000 keran,
yang masing-masing menghasilkan satu serat yang sangat halus. Serat ini ditarik keluar oleh calamistrum,
seperangkat bulu seperti sisir di ujung cribellum yang bersendi, dan digabungkan menjadi benang wol komposit
yang sangat efektif dalam merenggut bulu serangga.
Penempatan jaring yang strategis memungkinkan spesies laba-laba pemintal jaring untuk menjebak
serangga yang berbeda di area yang sama. Jaring horizontal menjebak serangga yang terbang dari vegetasi di
bawahnya, sementara jaring vertikal menjebak serangga yang terbang horizontal. Laba-laba pembuat jaring
memiliki penglihatan yang buruk, tetapi mereka sangat sensitif terhadap getaran.
Betina laba-laba air Argyroneta aquatica membangun jaring "lonceng selam" di bawah air yang mereka
isi dengan udara dan digunakan untuk mencerna mangsa, ganti kulit, kawin, dan membesarkan keturunan.
Mereka menghabiskan hidup di dalam lonceng, melesat keluar untuk menangkap mangsa yang menyentuh
lonceng atau benang yang mengikatnya. Spesies ini memanfaatkan permukaan danau dan kolam, mendeteksi
serangga yang terperangkap dengan getaran yang ditimbulkannya saat meronta.

Keluarga Deinopidae menenun jaring yang lebih kecil lagi, menahannya terentang di antara dua pasang
kaki pertama mereka, dan menerjang serta mendorong jaring sebanyak dua kali panjang tubuhnya untuk
menjebak mangsanya, dan gerakan ini dapat meningkatkan area jaring. Laba-laba sering kali menempelkan pita
sutra yang mencolok, sebagai dekorasi atau stabilimenta pada jaringnya. Penelitian menunjukkan bahwa jaring
dengan lebih banyak pita dekoratif menangkap lebih banyak mangsa per jam. Namun, penelitian laboratorium
lain menunjukkan bahwa bangunan dekorasi akan dikurangi jika mereka merasakan keberadaan predator.

Inspirasi Teknologi Alam


Jaring laba-laba memang dikenal sebagai salah satu material alami yang kuat. Benang yang diproduksi
laba-laba, dengan diameter kurang dari satu perseribu milimeter, lima kali lebih kuat dibanding tali baja yang
berdimensi sama. Kita bisa menyebutnya sebagai “biometal”.
Sulit sekali bisa menemukan material yang kuat sekaligus elastis. Sebagai contoh, kabel baja merupakan
salah satu bahan terkuat di dunia. Namun karena tidak elastik seperti karet, baja kehilangan bentuknya secara
perlahan. Dan meskipun kabel-kabel karet tidak mengalami kehilangan bentuk, bahan ini tidak cukup kuat untuk
mengangkat beban-beban berat. Sebaliknya, sutera laba-laba lima kali lebih kuat dibanding kawat baja dengan
ketebalan yang sama, dan 30 persen lebih elastik dibanding karet yang tebalnya sama. Menyadari hal ini, para
ilmuwan mulai bereksperimen untuk memahami bagaimana laba-laba membuatnya. Mereka yang pertama kali
melakukannya berpikir bahwa hal tersebut semudah mengambil sutera dari ulat sutera. Namun ternyata pikiran
mereka keliru.
Para peneliti dari College of William and Mary telah berhasil mengungkapkan rahasianya setelah
mempelajari jaring laba-laba Loxosceles reclusa menggunakan mikroskop gaya atom. Rupanya, kekuatan itu
berasal dari jumlahnya. Hasil pengamatan mikroskop hingga tingkat molekular menunjukkan bahwa setiap helai
jaring laba-laba sebetulnya terbuat dari ribuan benang nano yang disusun secara paralel.
Setiap helainya yang terbuat dari protein memiliki diameter kurang dari sepersejuta inci dan panjang
yang setidaknya 50 kali lipat dari lebarnya. Diameter tersebut ratusan ribu lebih tipis daripada rambut manusia.
Secara individu, benang-benang nano ini memang lemah. Namun ketika disimpulkan dengan cara khusus,
benang laba-laba ini bisa menahan lima kali lebih banyak beban dibanding besi berukuran sama.
Tidak semua laba-laba memiliki struktur benang yang sama. Dari bentuknya saja, benang laba-laba L
reclusa lebih pipih daripada silinder. Jenis benang ini lebih cocok untuk menangkap mangsa yang berada di
tanah. Menggunakan pemahaman ini, para peneliti pun menciptakan sebuah model struktural yang mungkin
bisa digunakan sebagai dasar untuk membuat material baru di masa depan.
Kevlar, rompi anti peluru yang kita kenal di kalangan militer. Produk teknologi ini adalah contoh yang
terinspirasi dari “biometal” ini.
Ahli zoologi evolusioner dari Aarhus University Denmark, Fritz Vollrath menyatakan bahwa tidak
mungkin untuk memperoleh sutera secara langsung dari laba-laba. Menghadapi kenyataan ini, para ilmuwan
mendapat gagasan alternatif berupa “produksi sutera laba-laba buatan”. Namun sebelum itu, para peneliti
harus mengetahui cara laba-laba membuat suteranya. Dan ini membutuhkan waktu beberapa tahun. Dalam
karyanya beberapa waktu kemudian, Vollrath menemukan beberapa bagian dari cara pembuatan tersebut.
Cara yang digunakan laba-laba sungguh serupa dengan proses yang digunakan untuk membuat serat-
serat industri seperti nilon: laba-laba mengeraskan suteranya dengan mengasamkannya. Vollrath memusatkan
penelitiannya pada laba-laba taman yang dikenal sebagai Araneus diadematus, dan memeriksa saluran yang
dilalui sutera sebelum keluar dari tubuhnya.
Studi terbaru berhasil membuktikan bahwa jaring laba-laba tahan terhadap pembusukan karena
kemampuan mereka dalam memblokir bakteri yang akan membantu dalam proses dekomposisi, sehingga
bakteri-bakteri tersebut tidak dapat mengakses nitrogen sutra. Nitrogen sutera merupakan nutrisi yang
dibutuhkan mikroba untuk pertumbuhan dan reproduksi.
Dakota Piorkowski, seorang ahli biologi di Universitas Tunghai di Taichung, Taiwan menyatakan bahwa
tampaknya mikroba tidak mempengaruhi sutera laba-laba. Para peneliti berhipotesis bahwa lapisan luar lemak
atau protein kompleks pada benang sutera dapat menghalangi akses bakteri ke nitrogen. Beragkat dari sini,
ilmu kedokteran mulai menggunakan benang laba-laba. Para ahli Farmakologi di Wyoming University, Amerika
Serikat, menggunakan benang laba-laba Nephila sebagai benang jahit untuk operasi yang sangat sensitif, seperti
operasi-operasi pada tendon dan persendian.
Jaring laba-laba pun dimanfaatkan sebagai pembalut luka. Tahun 2017, tim peneliti dari Universitas
Nottingham di Inggris membuat jaring laba-laba antibiotik. Jaring laba-laba bisa dijadikan pengobatan karena
tidak menunjukkan reaksi alergi atau pembengkakan. Di dalam jaring laba-laba, terdapat kandungan yang bisa
membantu menyembuhkan luka. Ternyata, di dalam jaring laba-laba terdapat vitamin K yang membantu dalam
proses pengentalan darah. Penggunaan sutera laba-laba untuk menghentikan pendarahan sudah dilakukan
sejak peradaban awal manusia, yaitu Peradaban Yunani dan Romawi Kuno. Pada masa itu, sutera laba-laba
digunakan untuk mengobati para prajurit yang terluka dalam perang atau pertarungan. Bangsa Yunani Kuno
menggunakan cuka untuk mengairi luka, dan mengoleskan madu di atas luka. Kemudian sutera laba-laba
digunakan untuk menutup luka dan berfungsi menahan madu pada luka tersebut.
Sekelompok peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat. Para peneliti
berhasil mendeteksi laba-laba mampu menghasilkan musik yang dibuat dari sutera jaringnya. Seperti senar
pada alat musik gesek, ketebalan dan panjang setiap untai benang laba-laba, disebut mampu menghasilkan
suara layaknya harpa.
Bagaimana laba-laba melakukannya? Disebut memiliki delapan mata, sejatinya laba-laba terhitung buta
untuk standar manusia. Laba-laba hanya melihat melalui sentuhan dan suara hingga ke detail terkecil. Buehler
sang peneliti dan timnya bekerja dengan seniman kontemporer Argentina Tom Saraceno untuk mendengar
jaring mereka. Sebuah jaring laba-laba alami dipindai dengan laser untuk menangkap penampang 2D, yang
dibuat ulang dalam 3D menggunakan pemrograman komputer. Tim menetapkan frekuensisuara yang berbeda
ke untaian jaring, membuat catatan dalam struktur jaring.

Pemanfaatan Racun Laba-Laba


Laba-laba jaring corong Australia merupakan sumberdaya alam yang menguntungkan, karena sebagian
besar hama serangga di dunia tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan kekebalan apa pun terhadap
racunnya. Laba-laba ini berkembang biak di penangkaran dan mudah "diperah". Hal ini dimungkinkan untuk
menargetkan hama tertentu dengan rekayasa gen untuk produksi racun laba-laba menjadi virus yang
menginfeksi spesies seperti cotton bollworms.
Suku Ch'ol Maya menggunakan minuman yang dibuat dari spesies tarantula Brachypelma vagans untuk
pengobatan kondisi yang mereka sebut 'angin tarantula', yang gejalanya meliputi nyeri dada, asma, dan batuk.
Kemungkinan penggunaan medis dari bisa laba-laba sedang diselidiki, untuk pengobatan aritmia
jantung, Alzheimer, stroke, dan disfungsi ereksi. Peptida GsMtx-4, yang ditemukan dalam racun Brachypelma
vagans, sedang diteliti untuk menentukan apakah dapat digunakan secara efektif untuk pengobatan aritmia
jantung, distrofi otot, atau glioma.
Racun laba-laba tarantula mulai diuji sebagai obat penghilang rasa sakit. Para ilmuwan telah
memodifikasi racun neurotoksik dari tarantula yang disebut sebagai Chinese Bird Spider atau Cyriopagopus
schmidti. Diklaim efektivitas painkiller dari racun tarantula ini lebih kuat dari opioid, obat penghilang rasa sakit
dari tanaman opium, seperti morfin. Penelitian yang telah dipublikasikan dalam Journal of Biological Chemistry
ini diharapkan dapat menjadi alternatif obat penghilang rasa sakit yang aman dan tanpa ketergantungan seperti
opioid.
Laba-laba juga bisa dijadikan makanan. Tarantula yang dimasak dianggap sebagai makanan lezat di
Kamboja, dan oleh orang Indian Piaroa di selatan Venezuela.
Ancaman Racun Laba-Laba Bagi Manusia
Laba-laba hanya akan menggigit manusia untuk membela diri, dan hanya sedikit yang menghasilkan efek
yang lebih buruk daripada gigitan nyamuk atau sengatan lebah. Kebanyakan dari mereka dengan gigitan yang
serius secara medis, seperti laba-laba pertapa (genus Loxosceles) dan laba-laba janda (genus Latrodectus), lebih
suka melarikan diri dan menggigit hanya jika terjebak.
Taktik pertahanan laba-laba jaring corong Australia (famili Atracidae) cukup mengkhawatirkan. Racun
mereka, meskipun mereka jarang menyuntikkan banyak, telah mengakibatkan 13 kematian manusia yang
dikaitkan selama 50 tahun. Mereka telah dianggap sebagai laba-laba paling berbahaya di dunia berdasarkan
klinis dan toksisitas racun, meskipun klaim ini juga dikaitkan dengan laba-laba pengembara Brasil (genus
Phoneutria).
Ada sekitar 100 kematian yang dilaporkan secara andal akibat gigitan laba- laba di abad ke-20,
ibandingkan dengan sekitar 1.500 kematian akibat sengatan ubur-ubur.

Laba-Laba dalam Budaya


Laba-laba telah menjadi fokus cerita dan mitologi berbagai budaya
selama berabad-abad. Dewi Uttu, dewi tenun Sumeria kuno, diilustrasikan
sebagai laba-laba yang memutar jaringnya.
Penyair Romawi bernama Ovid dalam Metamorphosee,
menceritakan Arachne yang menjelma sebagai gadis bernama Lydia yang
menantang dewi Athena untuk mengikuti kontes menenun. Arachne
menang, tapi Athena menghancurkan permadani karya Arachne karena iri.
Akhirnya Arachne gantung diri. Sebagai belas kasihan, Athena
menghidupkan kembali Arachne sebagai laba-laba pertama.
Di Karibia dan Afrika Barat ada cerita rakyat tentang Anansi, si laba-laba penipu.
Tarian Tarantella di Italia adalah tarian untuk menghilangkan efek nafsu dari gigitan laba-laba kepada
wanita muda.
Orang-orang primitif Moche di Peru menyembah simbol alam. Mereka menekankan pada hewan dan
sering kali menggambarkan laba-laba dalam karya seni mereka.

Galeri Spesies
Referensi

BUKU
Hawksworth, David L. & Bull, Alan T. (Ed.). 2006. Arthropod Diversity Ana Conservation. Netherland: Springer
Netherlands
Minelli, Alessandro. et.al. 2013. Arthropod Biology And Evolution. New York: Springer Heidelberg
Yahya, Harun. 2004. Keajaiban pada Laba-Laba (The Miracle in The Spider). Terj. Halfino Berry. Bandung: Dzikra

INTERNET
https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Book_lung&oldid=1023751013
https://www.britannica.com/science/book-lung
https://www.britannica.com/animal/arachnid/Respiration
https://www.amentsoc.org/insects/glossary/terms/book-lung
https://roboguru.ruangguru.com/question/sistem-pernapasan-laba-laba-adalah-_QU-79Q4E8Q2
https://brainly.co.id/tugas/14308398
https://www.tentorku.com/karakteristik-kelas-arachnida/
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Arthopoda/molfiles/konten5.html
https://7uylrefk6bact6wouh3nvk5omu-advbczdqpg7jfqy-en-m-wikipedia-
org.translate.goog/wiki/Spider_anatomy
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Labalaba&oldid=18105062
https://roboguru.ruangguru.com/question/bagian-tubuh-arachnoidea-yang-berfungsi-untuk-melumpuhkan-
mangsanya-adalah-_QU-ROBOGURU-63924
https://www.e-jurnal.com/2014/01/struktur-anatomi-laba-laba.html?m=1
https://duniapendidikan.co.id/peredaran-darah/
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ganglion&oldid=15100952
https://www.google.com/amp/s/today.line.me/id/v2/amp/article/0NVPyG
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Eksoskeleton&oldid=13355415
https://en.wikipedia.org/wiki/Opisthosoma
https://www.e-jurnal.com/search/label/Laba-Laba
https://kumparan.com/channel/tekno-sains
https://m.harunyahya.web.tr/
https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/16/200200223/lebih-kuat-dari-opioid-racun-laba-laba-bisa-
jadi-obat-penghilang-rasa?page=all
https://en.wikipedia.org/wiki/Spinneret
https://www.rentokil.co.id/laba-laba/jenis-laba-laba

Anda mungkin juga menyukai