Anda di halaman 1dari 3

Literatur Digital – Biologi : Animalia

2021
Anshar Prayudhi, M.Pd.I

OSTRACODA

Ostracoda; populer dengan sebutan seed shrimps adalah invertebrata laut yang termasuk dalam filum
Arthropoda, subfilum Crustacea (Hanai, et.al, 1988). Hewan ini memiliki kisaran ukuran dari 0,2 – 30 mm, meski
ada yang berukuran lebih dari 3 cm (Dewi, 1993). Ostracoda berperan sebagai zooplankton, tetapi sebagian
besar hidup sebagai bentos di dasar perairan yang menggunakan antenanya untuk bergerak (Karanovic, 2012).
Terdapat 70,000 spesies, namun hanya 13,000 yang masih ada dan teridentifikasi, contoh spesiesnya Aboilia
sap (Wikipedia, 2021).

Anatomi dan Morfologi


Ostracoda memiliki tubuh yang tertutup sepenuhnya oleh
katup, dan tidak memiliki bagian dan segmen tubuh yang jelas. Organ
tubuh mereka sangat primitif dan minim organ. Selain empat pasang
pelengkap sefalika, mereka hanya memiliki satu hingga tiga pasang
pelengkap toraks. Dua pasang antena (antena dan antenula) yang
umumnya digunakan untuk penggerak (McLaughlin, 1980).
Ostracoda memakai metode makan yang primitif berupa filtrasi,
yakni menggunakan organ maksila (McLaughlin, 1980). Sebagai spesies
bentik, Ostracoda hidup dengan memakan bongkahan bangkai, menjadi predator invertebrata lain, atau larva
ikan, bahkan spesies Cypridinid dapat menyerang ikan dewasa (Hanai, et.al, 1988).
Setidaknya empat spesies Ostracod adalah parasit. Salah satu spesies parasit adalah Sheina orri, yang
melekat pada hiu di perairan Australia (Deckker & Jones, 1978).
Reproduksi Ostracoda terjadi secara seksual, dengan melibatkan dua sel kelamin (Butllin & Menozzi,
2000). Namun, reproduksi aseksual dengan partenogenesis juga dapat terjadi (Martens & Horne, 2000). Saat
kawin beberapa spesies menggunakan bioluminesensi sebagai mekanisme untuk menarik pasangannya. Jantan
berada dalam formasi terbalik dan kedua jenis kelamin saling menempelkan perut dengan perut, atau mungkin
postdorsally (Butllin & Menozzi, 2000). Pengeraman telur berbeda cara di antara spesies Ostracod. Beberapa
spesies mengerami telurnya di rongga antara karapas dan bagian punggung tubuh. Telur menetas dalam larva
nauplius atipikal, karena memiliki karapas bivalve (Martens & Horne, 2000). Kemudian ia melewati enam sub-
tahap larva sampai mencapai tahap dewasa.

Habitat
Ostracoda secara eksklusif akuatik laut. Hanya dua spesies yang telah dilaporkan berhabitat darat,
dengan ekologi lumut dan humus. Spesies air tawar dapat ditemukan di hampir semua zona air: sungai, danau,
rawa, danau musiman, dan fitotelmatas (tandon air nabati seperti batang pohon dan daun) (Dewi, 1993). Di
lingkungan laut mereka mendiami sedimen dasar zona dangkal hingga kedalaman 7 ribu meter.

Taksonomi
Taksonomi Ostracoda dipelopori oleh entomolog Prancis Pierre André Latreille pada tahun 1802
(Matzke-Karasz, 2007). Sampai kini terjadi silang pendapat, beberapa ahli menggolongkan Ostracod ke dalam
subkelas Maxillopoda, namun sebagian lainnya mengelompokkannya sebagai kelas terpisah.
Salah satu klasifikasi paling luas mempertimbangkan keberadaan tiga subclass Ostracoda (McLaughlin,
1980; Koenemann & Jenner, 2005):
- Palaeocopa, makhluk fosil, tidak ada laporan adanya spesies baru
- Mydocopa,
- Podocopid
Studi Fosil
Catatan pertama fosil Ostracod berasal dari masa Kambrium, dengan spesies yang ditandai dengan adanya
karapas chitinous yang sederhana (Minelli, et.al., 2013)
Studi catatan fosil Ostracod telah membantu mengetahui gambaran iklim ribuan tahun yang lalu, serta
peristiwa iklim yang penting secara historis seperti Dryas baru-baru ini atau Pembalikan Dingin Antartika
(Whatley & Maybury, 1990). Ostracod telah menjadi indikator dan interpretasi perubahan iklim regional dan
global, seperti dampak antropik yang terutama disebabkan oleh Revolusi Industri (Dewi, et.al., 2017).
Fosil Ostracoda seperti juga fosil Foraminifera, Radiolarian, dan Molusca kerap digunakan sebagai alat
alami dalam menentukan keberadaan ladang minyak atau batubara bawah laut (Fauzielly, et.al, 2019).
Terdeteksinya cangkang Ostracoda dan Foraminifera abnormal (rusak atau berwarna kecoklatan, kehitaman)
kemungkinan terkait dengan batubara, kandungan Mn, Si, Al, dan lainnya berhubungan dengan dasar laut. Hasil
ini dapat digunakan sebagai indikator awal adanya perubahan kondisi lingkungan yang berpengaruh pada
habitat Ostracoda (Dewi, et.al., 2017; Whatley & Maybury, 1990)
Ostracods, selama pertumbuhannya, dapat menyerap jejak logam di air laut dan dimasukkan ke dalam
cangkang selama sekresi mereka. Hingga 26 elemen jejak, termasuk logam berat dan unsur tanah jarang, telah
terdeteksi di kulit beberapa spesies Ostracoda. Dasar laut merupakan tempat pengendapan berbagai bahan
pencemar (polutan), Ostracoda sebagai biota sedimen dasar laut sangat sensitif terhadap adanya kontaminasi.
Berdasarkan hal ini, para ilmuwan mengusulkan penggunaan komposisi kimia cangkang mereka sebagai
indikator tingkat pencemaran lingkungan (Fauzielly, 2013; Dewi, et.al, 2016).
Referensi
Buku
Deckker, P & Jones, PJ. 1978. Check List of Ostracoda Recorded from Australia and Papua New Guinea 1845-
1973. Canberra: Australian Government Publishing Service
Dewi, Kresna T. 1993. Ostracoda from The Java Sea, West of Bawean Island, Indonesia. Thesis MSc. University
of Wollongong
Hanai, T. et.al. (Ed.). 1988. Evolutionary Biology of Ostracoda. Tokyo, Jp: Kodansha
Karanovic, Ivana. 2012. Recent Freshwater Ostracods of the World. Berlin Heidelberg: Springer
Koenemann, S & Jenner, Ronald A. (Ed.). 2005. Crustacea and Arthropod Relationship. Boca Raton, FL: Taylor &
Francis
Matzke-Karasz, R. et.al. (Ed.), 2007. Ostracodalogy-Linking Bio and Geoscience. Netherlands: Springer
McLaughlin, Patsy A. 1980. Comparative Morphology of Recent Crustacea. San Fransisco, US: WH Freeman &
Company
Minelly, A. et.al. (Ed.). 2013. Arthropod Biology & Evolution. Berlin: Springer
Whatley, Robin C & Maybury, C. (ed.) 1990. Ostracoda and Global Events. London, UK: Chapman & Hall

Artikel dan Makalah


Butlin, Roger K & Menozzi, P. 2000. “Open Questions Ni Evolutionary Ecology: Do Ostracods have the
Answers?”. Hydrobiologia, 419: 1-14, 2000
Dewi, Kresna T, et.al. 2017. “Respon Mikrofauna (Ostracoda) Terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar Pulau
Bangka, Sulawesi Utara”. Jurnal Geologi Kelautan, Vol. 15, No.1, Juni 2017
Dewi, Kresna T. et.al. 2016. “Ostracoda sebagai Indikator Perubahan Lingkungan Perairan Sekitar PLTU Tarahan,
Teluk Lampung, Sumatera”. Jurnal Geologi Kelautan, Volume 14, Nomor 1, Juni 2016
Fauzielly, Lili. et.al. 2019. “Ostracoda Miosen dari Formasi Cimandiri, Sukabumi, Jawa Barat”. Bulletin of
Scientific Contribution: GEOLOGY, Volume 17, Nomor 2, Agustus 2019: 85-90
Fauzielly, Lili. 2013. “Distribusi Vertikal Ostracoda dan Hubungannya dengan Perubahan Lingkungan di Perairan
Teluk Jakarta”. Bulletin of Scientific Contribution, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2013: 108-117
Martens, Koen & Horne, David J. 2000. “Preface: Ostracoda and the Four Pillars of Evolutionary Wisdom”.
Hydrobiologia, 419: vii-xi, 2000

Internet
https://id.wikipedia.org/wiki/Ostracoda
https://p2k.um-surabaya.ac.id/id4/3053-2942/Ostracoda_122389_balidwipa_p2k-um-surabaya.html
http://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Ostracoda_122389_stie-walisongo_p2k-unkris.html
https://id.thpanorama.com/articles/biologa/ostrcodos-caractersticas-hbitat-clasificacin-alimentacin.html
http://id.dbpedia.org/page/Ostracoda
https://www.sciencedirect.com/topics/agricultural-and-biological-sciences/ostracoda
https://species.wikimedia.org/wiki/Ostracoda
https://www.imas.utas.edu.au/zooplankton/image-key/ostracoda
http://idtools.org/id/mites/invasive_mite/Invasive_Mite_Identification/key/Is_it_a_mite/Media/Html/Ostraco
daM.htm

Anda mungkin juga menyukai