Anda di halaman 1dari 6

Literatur Digital – Biologi : Animalia

2021
Anshar Prayudhi, M.Pd.I

LOBSTER

Klasifikasi dan Identifikasi


Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
(Martin, et.al., 2009)
Lobster bercapit berbeda dengan lobster spiny yang tidak memiliki capit (chelae) dan tidak berhubungan
dekat (Lane, 2017). Hubungan terdekat dari lobster bercapit adalah lobster reef dari Enoplometopus.

Morfologi dan Anatomi


Secara fisik dan perilaku lobster berbeda dengan udang (Lane, 2017). Eksoskeleton lobster lebih tebal
dan lebih keras dibanding udang. Udang melayang di air, sedangkan lobster merayap di dasar perairan.
Kanibalisme lobster lebih tinggi dibanding dengan udang. Mereka hidup berkelompok dalam jumlah banyak,
dan bisa ditangkap dengan perangkap yang diberi umpan atau ditangkap saat menyelam. Udang muda sangat
toleransi dengan kekeruhan, sedangkan udang dewasa lebih menyukai perairan yang cerah (Pratiwi, 2018).
Sebagai Arthropoda tubuh lobster beruas-ruas hingga 6 segmen. Tubuh ini dilapisi oleh kutikula yang
mengandung zat kapur (kitin). Struktur tubuhnya terdiri atas dua bagian utama: cephalotorax dan abdomen.
Chepalothorax diselubungi oleh karapas yang memanjang dari somit terakhir sampai mata, kadang-kadang
membentuk rostrum yang menonjol di atas mata. Pada bagian lateral, karapas menutupi ruang branchial
sehingga melindungi insang. Lobster tidak memiliki tulang dalam (endoskeleton), tetapi seluruh tubuhnya
terbungkus oleh kulit keras (eksoskeleton).

Mata lobster cukup besar, berupa mata majemuk (facet eyes) yang terdiri dari ribuan mata yang
didukung oleh tangkai mata (stalk) (Martin, et.al., 2009). Pergerakan mata bisa dilakukan dengan cara
memanjang dan memendek. Namun pada beberapa jenis lobster yang matanya tidak bisa digerakkan sama
sekali atau bahkan sama sekali tidak ada. Lobster memiliki 2 pasang antena (sungut), satu pasang berukuran
pendek (antenneula) dan satu pasang lainnya berukuran lebih panjang yang berada dibagian luar. Antena
pendek berfungsi sebagai sensor kimia dan mekanis, yaitu alat perasa air atau makanan. Antena panjang
berfungsi sebagai alat peraba, perasa dan pencium. Selain itu antena juga digunakan sebagai alat proteksi diri.
Bagian mulut pada lobster mencakup mandibel, maksila, dan maksiliped (Martin, et.al., 2009). Mulut
berfungsi untuk menghancurkan makanan dengan cara menggerakkan dari samping kiri ke samping kanan.
Pada bagian badan (mulai abdomen hingga posterior) dilengkapi dengan lima pasang kaki renang
(Martin, et.al, 2009). Pada lobster betina, 4 pasang kaki renangnya bisa digunakan untuk memegangi telur yang
melekat pada perutnya. Masing-masing kaki tersebut akan bertautan melingkari kumpulan telurnya. Saat
menggendong telur, kaki ini terkadang bergerak seperti gerakan mengipas. Gerakan tersebut dapat
memberikan suplai oksigen yang dibutuhkan untuk telur yang digendongnya
Pada ujung ekor terdiri dari lima lembar kipas yang tipis dan dapat ditekuk. Bagian ini disebut europoda
dan ujungnya disebut telson.
Lobster merupakan spesies dimorfisme, yakni terdiri dari jenis kelamin jantan dan betina. Jenis kelamin
jantan dan betina dapat dibedakan secara pasti jika telah mencapai 2 bulan dengan panjang total rata- rata 5
s/d 7 cm. Ciri-ciri primer pembeda jenis kelamin calon induk lobster adalah bentuk tertentu yang terletak pada
tangkai kaki jalan dan ukuran capit, sedangkan ciri-ciri sekunder yang dapat dilihat secara visual adalah
kecerahan warna tubuhnya. Jenis kelamin betina dan jantan juga dapat diidentifikasi secara morfologis baik
yang bersifat eksternal (organ luar) maupun internal (organ dalam), terutama pada lobster dewasa (Sukamto,
et.al. 2017). Ciri- ciri morfologi eksternal meliputi bentuk umum, bentuk kaki jalan, tanda tanda kelamin
sekunder (bentuk dan letak gonadophore), serta jumlah lembaran pleopod (kaki renang). Sedangkan morfologi
internal dapat dilihat dari bentuk organ reproduksi primer (ovarium).

Dalam sistem reproduksi, lobster jantan meletakan massa dan spermatoforik di bagian sinertum dari
udang betina. Masa Spermatoforik yang baru dikeluarkan bersifat lunak, kemudian mengeras dan warnanya
berubah menjadi kehitaman. Udang betina membawa dan menyimpan telurnya di bagian bawah perutnya.
Masa inkubasi telur udang terjadi berkisar antara 3 atau 4 minggu. Perkembangan telur terlihat dengan adanya
perubahan warna semula dari merah menjadi merah tua gelap. Induk betina yang telurnya matang cendrung
bergerak ke peraiaran yang lebih dangkal (estuaria) (Poore, 2004).
Jumlah telur yang dihasilkan setiap ekor betina lobster dapat mencapai lebih dari 400.000 butir. Telur-
telur tersebut akan menetas dan berubah menjadi larva pelagis. Selanjutnya dikatakan pula bahwa, udang
karang (lobster) mempunyai daur hidup yang kompleks. Telur yang telah dibuahi menetas menjadi larva dengan
beberapa tingkatan (stadium). Larva lobster memiliki bentuk yang sangat berbeda dari yang dewasa. Larva pada
stadium filosoma misalnya, mempunyai bentuk yang pipih seperti daun sehingga mudah terbawa arus.
Semenjak telur menetas menjadi larva hingga mencapai tingkat dewasa dan akhirnya mati (Pratiwi, 2013).
Selama pertumbuhannya, omnivora nokturnal ini selalu mengalami pergantian kulit (moulting) (Minelli,
te.al., 2013). Pergantian kulit tersebut lebih sering terjadi pada stadia larva. Pada kondisi ini mereka akan sangat
lemah dan predator sering memanfaatkan kesempatan ini. Saat seperti ini pula tak sedikit lobster yang terinfeksi
jamur, protozoa, atau bakteri (Pratiwi, 2013).
Lobster memiliki kemampuan untuk menentukan lokasi keberadaannya secara geografis dari informasi
yang dihantarkan oleh daya magnetik bumi. Kemampuan seperti ini dikenal dengan magnetic map sense.
Kemampuan serupa juga ada pada burung merpati.
Habitat
Secara umum lobster dewasa dapat ditemukan pada hamparan pasir yang terdapat spot-spot karang
dan terumbu karang dengan kedalaman antara 5-100 meter. Terumbu karang ini disamping sebagai barrier
(pelindung) dari ombak, juga sebagai tempat bersembunyi dari predator, serta sebagai daerah pencari makan.
Habitat asli lobster adalah danau, rawa, atau sungai air tawar. Di samping itu, habitat alam yang selalu
ditempati lobster juga harus dilengkapi tumbuhan air atau tumbuhan darat yang memiliki akar atau batang
terendam air dan daunnya berada di atas permukaan air. Beberapa spesies lobster hidup dengan suhu air
minimum 8◦C. Namun banyak spesies lobster dapat hidup di lingkungan dengan suhu air 26-30◦C.
Predator lobster terutama adalah gurita. Gurita lebih menyukai bagian tengah (abdomen) lobster
(Pratiwi, 2013).

Jenis-jenis Lobster
Spesies lobster diantaranya (Wikipedia, 2021):
Atlantic deep-sea lobster (Acanthacaris caeca)
Prickly deep-sea lobster (Acanthacaris tenuimana)
Red lobster (Eunephrops bairdii)
Sculptured lobster (Eunephrops cadenasi)
Banded lobster (Eunephrops manningi)
Cape lobster (Homarinus capensis)
American lobster (Homarus americanus)
European lobster (Homarus gammarus)
Andaman lobster (Metanephrops andamanicus)
Arafura lobster (Metanephrops arafurensis)
Armored lobster (Metanephrops armatus)
Northwest lobster (Metanephrops australensis)
Caribbean lobsterette (Metanephrops binghami)
New Zealand lobster (Metanephrops challengeri)
Formosa lobster (Metanephrops formosanus)
Japanese lobster (Metanephrops japonicus)
African lobster (Metanephrops mozambicus)
Neptune lobster (Metanephrops neptunus)
Urugavian lobster (Metanephrops rubellus)
Sculpted lobster (Metanephrops sagamiensis)
Siboga lobster (Metanephrops sibogae)
China lobster (Metanephrops sinensis)
Red-banded lobster (Metanephrops thomsoni)
Velvet lobster (Metanephrops velutinus)
Bight lobster (Metanephrops boschmai)
Mitten lobsterette (Nephropides caribaeus)
Norway lobster (Nephrops norvegicus)
Spinetail lobsterette (Nephropsis acanthura)
Florida lobsterette (Nephropsis aculeata)
Prickly lobsterette (Nephropsis agassizii)
Scarlet lobsterette (Nephropsis atlantica)
Ridge-back lobsterette (Nephropsis carpenteri)
Gladiator lobsterette (Nephropsis ensirostris)
Saya de Malha lobsterette (Nephropsis malhaensis)
Ruby lobsterette (Nephropsis neglecta)
Pacific lobsterette (Nephropsis occidentalis)
Rosy (or two-toned) lobsterette (Nephropsis rosea)
Indian Ocean lobsterette (Nephropsis stewarti)
Red and white lobsterette (Nephropsis suhmi)
Grooved lobsterette (Nephropsis sulcata)
Bellator lobster (Thymopides grobovi)
Patagonian lobsterette (Thymops birsteini)
Nilenta lobsterette (Thymopsis nilenta)
Jenis-jenis yang umum dikenal di perairan Indonesia (Pratiwi, 2013):
1. Continental Species Spiny Lobster. Lobster kelompok ini hidup di perairan karang pantai yang dangkal. Jenis
ini terbagi lagi menjadi dua spesies, yakni:
Scalopped Spiny Lobster (Panulirus homarus), bagian punggung pada tubuhnya didominasi oleh warna
kehijauan atau coklat kemerahan dan terdapat bintik-bintik besar dan kecil berwarna kuning terang.
Pronghorn Spiny Lobster (Panulirus penicillatus). Bagian badan berwarna hijau tua dan hijau kehitaman
dengan warna coklat yang melintang di setiap ruas badannya. Lobster jenis ini banyak ditemukan tidak jauh
dari pantai.
2. Coral Species Spiny Lobster. Lobster kelompok ini hidup di perairan pantai maupun lepas pantai namun agak
dalam. Jenis ini terbagi lagi menjadi dua spesies, yaitu:
Long Legged Spiny Lobster (Panulirus longipes). Bagian tubuh lobster ini memiliki warna dasar kecokelatan
dengan kebiruan pada antenanya.
Painted Spiny Lobster (Panulirus versicolor). Pada bagian punggungnya berwarna hijau bening dengan
semburat merah kecokelatan.
Ornate Spiny Lobster (Panulirus ornatus). Badannya berwarna hijau kebiruan berbelang – belang dengan
warna hitam dan kuning pada kaki-kakinya.
3. Oceanic Species Spiny Lobster. Lobster kelompok ini hidup pada perairan laut lepas.
Mud Spiny Lobster (Panulirus polyphagus), dengan tubuh memiliki warna dasar cokelat berikut warna putih
melintang di setiap ruas badannya ini masuk dalam kelompok Oceanic Species Spiny Lobster.

Eksploitasi Lobster
Produsen kemas lobster terbesar yang terkenal antara lain, Canadian Maritimes di Amerika Utara dan
Maine di Amerika Serikat. Lobster ditangkap dengan menggunakan jebakan. Alat tersebut diberi umpan dan
diturunkan ke dasar laut. Alat ini membiarkan lobster masuk, namun tidak mungkin bagi lobster besar untuk
keluar. Alat ini membuat lobster kecil dapat keluar sehingga bisa mecegah penangkapan lobster yang berlebihan
dan eksploitasi destruktif pada generasi lobster.
Kuliner lobster mulai populer di pertengahan abad ke 19 (sebelum tahun 2000) di New York dan Boston.
Ketika itu, kapal-kapal khusus dibuat untuk menjaga agar lobster yang ditangkap tetap hidup selama
transportasi. Saat itu lobster merupakan makanan orang miskin di Maine, Massachusetts, dan penduduk pesisir
Kanada. Lobster juga disajikan kepada narapidana untuk mengganggu selera makan mereka. Pemanfaatan
lainnya dari lobster ketika itu adalah sebagai bahan pupuk dan umpan ikan, dan baru dikalengkan pada awal
abad ke 20.
Indonesia memiliki persebaran lobster di seluruh wilayah perairan dengan komposisi spesies yang
berbeda. Lobster genus Panulirus merupakan lobster yang memiliki produksi tertinggi dan memiliki keragaman
paling besar. Distribusi lobster di Indonesia mulai dari perairan Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Timur
Sumatera, Utara dan Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Selat Malaka, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Papua, Laut Arafuru, dan Maluku.
Referensi:
Buku
Lane, Yvette Florio. 2017. Shrimp: A Global History. London, UK: Reaktion Books Ltd
Martin, Joel W. et.al. (Ed.). 2009. Decapod Crustaceans Phylogenetics. Boca Raton, FL: CRC Press
Minelli, Alessandro. et.al. (Ed.). 2013. Arthropod Biology and Evolution. Heidelberg: Springer
Poore, Gary CB. 2004. Marine Decapod Crustacea: A Guide do Identification. Vivtoria: CSIRO Publishing

Artikel dan Makalah


Pratiwi, Rianti. 2018. “Keanekaragaman dan Potensi Lobster (Malacostraca: Palinurdae) di Pantai
Pameungpeuk, Garut Selatan, Jawa Barat”. Biosfera Vol 35, No 1 Januari 2018: 10 – 22
-------------------. 2013. “Lobster Komersial (Panulirus sap)”. Oseana, Volume XXXVIII, No. 2 Tahun 2013: 55-68
Sukamto, et.al. 2017. “Teknik Identifikasi Jenis Kelamin Lobster berbasis Ciri-ciri Morfologi”. Buletin Teknik
Litkayasa, Volume 15 Nomor 2, Desember 2017

Internet
https://id.wikipedia.org/wiki/Lobster
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92272
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87008
https://kkp.go.id/djprl/bpsplmakassar/page/3754-lobster
https://www.melekperikanan.com/2020/01/lobster.html
https://nanobubble.id/blog/perbedaan-udang-dan-lobster
https://rri.co.id/humaniora/info-publik/759179/mau-budidaya-kenali-dulu-jenis-lobster-dan-karakteristiknya
https://www.dunia-perairan.com/2018/04/lobster-air-laut-panulirus-sp.html

Anda mungkin juga menyukai