Anda di halaman 1dari 116

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON SEBAGAI BIOINDIKATOR

DI PESISIR PANTAI DESA FATUFIA DAN PEMANFAATANNYA


SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

MOH. RAFIQ

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana


pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2021
IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON SEBAGAI BIOINDIKATOR
PESISIR PANTAI DESA FATUFIA DAN PEMANFAATANNYA
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

Oleh
MOH. RAFIQ
No. Stb. A 221 16 006

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana


pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2021
IDENTIFICATION OF PLANKTON TYPES AS
ON THE COAST OF FATUFIA VILLAGE AND THEIR
UTILIZATION AS A LEARNING MEDIA

By

MOH. RAFIQ
A 221 16 006

SKRIPSI

Submitted as a Partial Fulfillment of the Requirements for Bachelor Degree


at Biology Education Study Program
Mathematics and Natural Sciences Education Department
Teacher Training and Education Faculty
Tadulako University

BIOLOGY EDUCATION STUDY PROGRAM


MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES EDUCATION DEPARTMENT
TEACHER TRAINING AND EDUCATION FACULTY
TADULAKO UNIVERSITY
2021
PENGESAHA

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON SEBAGAI BIOINDIKATOR DI PESISIR


PANTAI DESA FATUFIA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN

Oleh
MOH. RAFIQ
(No. Stb. A221 16 006)

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing

Mengetahui,

iv
PENGESAHA

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON SEBAGAI BIOINDIKATOR DI PESISIR


PANTAI DESA FATUFIA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN

Oleh
MOH. RAFIQ
(No. Stb. A221 16 006)

SKRIPSI

Untuk memenuhi satu syarat ujian


Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi
Program Studi Pendidikan Biologi

Telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal


tertera di bawah ini

Palu, 22 Juni 2021

v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama MOH. RAFIQ

NIM : A22116006

Jurusan/Program Studi : P.MIPA/Pendidikan Biologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar Tulisan saya,


dan bukan merupakan plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini
memenuhi unsur plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.\

Palu,

Yang membuat pernyataan

MOH. RAFIQ

vi
ABSTRA

MOH. RAFIQ 2021. “Identifikasi Jenis Plankton sebagai Bioindikator di Pesisir


Pantai Desa Fatufia dan Pemanfaatannya sebagai Media Pembelajaran”. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Tadulako, Palu. Pembimbing: Dewi Tureni.

Plankton merupakan mikroorganisme yang hidup melayang-layang di


perairan, mempunyai kemampuan renang yang lemah sehingga gerakannya
cenderung dipengaruhi oleh arus air. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang ada di Perairan Pantai Desa Fatufia dan
membuat hasil penelitian mengenai identifikasi jenis plankton sebagai
bioindikator di Perairan pantai Desa Fatufia sebagai media pembelajaran dalam
bentuk Penuntun Praktikum. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif dan kuantitatif yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-
fenomena yang di temukan di lapangan menggunakan metode survei dengan
bantuan alat plankton net. Hasil penelitian jenis plankton yang teridentifikasi
terdapat 44 jenis, fitoplankton 32 jenis dan zooplankton 12 jenis.

Kata Kunci : Identifikasi, Jenis, Plankton, Desa Fatufia, Media Pembelajaran.

vii
ABSTRAC

MOH. RAFIQ 2021. "Identification of Plankton Species as Bioindicators in the


Coastal Coast of Fatufia Village and Its Utilization as Learning Media". Skripsi.
Biology Education Study Program, Department of Mathematics and Natural
Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Tadulako
University, Palu. Supervisor: Dewi Tureni.

Plankton are microorganisms that live floating in the waters, have weak
swimming abilities so that their movements tend to be influenced by water
currents. This study aims to identify the types of plankton that exist in the coastal
waters of Fatufia Village and make research results regarding the identification
of plankton types as bioindicators in the coastal waters of Fatufia Village as a
learning medium in the form of a Practicum Guide. This research is a descriptive
qualitative and quantitative research aimed at describing the phenomena found in
the field using a survey method with the help of a plankton net. The results of the
research on the types of plankton identified there were 44 species, 32 types of
phytoplankton and 12 species of zooplankton.

Keywords : Identification, Type, Plankton, Fatufia Village, Learning Media.

viii
UCAPAN TERIMA KASIH (PRAKATA)

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala berkat

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Identifikasi Jenis Plankton sebagai Bioindikator di Pesisir Pantai Desa

Fatufia dan Pemanfaatannya sebagai Media Pembelajaran” dan tidak lupa pula

penulis haturkan Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad

Shallallahu „alaihi wasallam, keluarga, sahabat-sahabat serta para pengikutnya

yang senantiasa istiqomah di jalannya.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Tadulako. Oleh karena itu, penulis persembahkan skripsi ini dengan hormat,

bangga dan rasa haru sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada orang tua tercinta ayahanda Rajudin dan ibunda Hasna serta

saudara(i) saya atas keikhlasan dan kesabarannya dalam membesarkan, merawat,

mendidik serta tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang, dukungan,

bimbingan, nasihat dan doa yang tulus serta menyertai penulis hingga akhir

penyelesaian studi ini. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta‟ala selalu menjaga dan

melindungi serta menyertai mereka dalam setiap keadaan dan tindakan mereka

Insyaa Allah.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, rasa

terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya

ix
x

kepada Ibu Dewi Tureni, S.Pd., M.Pd, sebagai pembimbing yang telah

memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari bangku kuliah sampai pada

penyelesaian studi serta selalu meluangkan waktu dan tenaga dalam proses

membimbing penulis dari penyusunan hasil penelitian sampai dengan

penyelesaian skripsi serta memberikan solusi terbaik kepada penulis. Tidak lupa

pula ucapan terima kasih kepada pembahas Dr. Lestari M.P. Alibasyah, M.P. dan

Bapak Ritman Ishak Paudi, S.Pd., M.Si, yang telah memberikan banyak saran

serta membantu dalam perjalanan penulis mulai dari proposal hingga penyelesaian

skripsi ini. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta‟ala selalu menjaga, melindungi dan

membalas kebaikan mereka serta menyertainya dalam berbagai keadaan Insyaa

Allah.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Mahfudz, M.P. Rektor Universitas Tadulako Palu.

2. Dr. Ir. Amiruddin Kade, S.Pd., M.Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Tadulako.

3. Dr. Nurhayadi, M. Si. Wakil Dekan Bidang Akademik FKIP

4. Abdul Kamaruddin, S.Pd., M.Ed., Ph.D Wakil Dekan Bidang Umum dan

Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

5. Dr. Iskandar, M.Hum. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.

6. Purnama Ningsih, S.Pd., M.Si., Ph.D., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP Universitas Tadulako yang senantiasa

membantu administrasi dari awal hingga akhir penelitian dan studi.


x

7. Dr. Mursito S. Bialangi, M.Pd. Koordinator Program Studi Pendidikan

Biologi FKIP Universitas Tadulako yang senantiasa memberikan ilmu,

motivasi dan bimbingan dari awal hingga akhir penelitian dan studi.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas

Tadulako yang telah banyak membekali ilmu pengetahuan kepada penulis

selama perkuliahan.

9. Seluruh Staf Laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Tadulako yang telah banyak memberikan bekal dan

ilmu dan semua asisten laboran yang telah membimbing selama praktikum.

10. Bapak dan Ibu Staf Pengajaran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tadulako.

11. Kepada teman-teman PENGURUS HIMABIO UNTAD, IKAHIMBI dan

Bio- Riset atas kebersamaan selama ini dalam mengajarkan kemandirian dan

jiwa organisasi dalam kelembagaan.

12. Kepada tim research of plankton tahun 2020, Krisna Arya Fahrezi, Hidayat,

S.Pd, Muammar dan Moh. Gifar, yang sangat antusias, aktif dan selalu

memberikan dorongan bantuan tenaga pikiran selama penelitian.

13. Kepada sahabat selama perkuliahan mahasiswa Pendidikan Biologi Angkatan

2016 yang begitu banyak memberikan bantuan, dukungan, semangat serta

motivasi kepada penulis.

14. Teman-teman mahasiswa pendidikan biologi angkatan 2016 khususnya yang

memberikan begitu banyak kesan selama pengkaderan dan semangat yang tak

henti-hentinya.
x

15. Teman-Teman Mahasiswa PLP SMA Negeri 4 Sigi dan SPKK/KKN Posko

16 yang telah memberikan dukungan dan doa yang tulus untuk penulis.

16. Teman-teman Alumni MA Al-Khairaat Wosu yang telah memberikan

semangat, dukungan dan doa yang tulus untuk penulis.

17. Keluarga Besar saya, saudara kerabat Desa Larobenu yang selalu menjaga

saya dalam berproses.

18. Semua pihak yang telah mendukung penulis dalam perkuliahan dan penulisan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta‟ala senantiasa melindungi kita dan

membalas segala kebaikan yang telah penulis terima dari berbagai pihak dan tak

lupa saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi

perbaikan selanjutnya. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan

sumbangsih kepada ilmu pengetahuan dan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Palu, Juni 2021


Penulis

MOH. RAFIQ
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL i

PENGESAHAN iv

PERNYATAAN vi

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

UCAPAN TERIMA KASIH ix

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian pustaka 5

2.2 Penelitian terdahulu 12

2.3 Kerangka pemikiran 17

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 19


xiii
xiv
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 19

3.3 Populasi dan Sampel 20

3.4 Jenis dan Sumber Data 20

3.5 Devinisi Operasional Variabel 21

3.6 Teknik Penelitian dan Pengambilan Data 21

3.7 Teknik Pengolahan Data 26

3.8 Instrumen Penelitian 27

3.9 Teknik Analisis Data 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 29

4.2 Pembahasan 65

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 72

5.2 Saran 73

DAFTAR PUSTAKA 74

LAMPIRAN 78
DAFTAR

Halaman

Tabel 3.1 Pencacahan plankton 26

Tabel 3.2 Kriteria Persentase Kelayakan Media 28

Tabel 4.1 Parameter Faktor Kondisi Fisik-Kimia Perairan Pantai Desa Fatufia
Tanggal 14 Oktober 2020 31

Tabel 4.2 Parameter Faktor Kondisi Fisik-Kimia Perairan Pantai Desa Fatufia
Tanggal 21 Oktober 2020 31

Tabel 4.3 Hasil Pencacahan Plankton 32

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Tim Ahli 63

Tabel 4.5 Hasil Penilaian Kelompok Mahasiswa 63

Tabel 4.6 Rerata Hasil penilaian kelayakan media pembelajaran 63

xv
DAFTAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konseptual 18

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian 23

Gambar 3.2 Alat Bahan Penelitian 25

Gambar 4.1 Grafik Indeks Keanekaragaman Plankton 32

Gambar 4.2 Schroederia segitera 34

Gambar 4.3 Selenastrum gracile 34

Gambar 4.4 Cyclotella kuatzingiana 35

Gambar 4.5 Thalassiosira fluviatilis 36

Gambar 4.6 Bacteriastrum comosum 36

Gambar 4.7 Thalassionema nitzschioides 37

Gambar 4.8 Ceratium carriense 38

Gambar 4.9 Ceratium palmatum 38

Gambar 4.10 Ceratium furca 39

Gambar 4.11 Ceratium pentagonum 40

Gambar 4.12 Chaetoceros danicus 40

Gambar 4.13 Chaetoceros densus 41

Gambar 4.14 Chaetoceros antlanticus 42

Gambar 4.15 Dinobryon stipitatum 42

Gambar 4.16 Cocinisdiscus radiatus 43

Gambar 4.17 Coscinodiscus asteromphalus 43

Gambar 4.18 Acanthometron pellucidum 44

xvi
xvi

Gambar 4.19 Oscilatoria sp. 45

Gambar 4.20 Oscilatoria limnosa 45

Gambar 4.21 Rhizoselenia lumbricata 46

Gambar 4.22 Rhizoselenia bergonii 47

Gambar 4.23 Rhizosolenia stolterfothii 47

Gambar 4.24 Rhizoselenia robusta 48

Gambar 4.25 Climacodium sp. 48

Gambar 4.26 Climacodium biconcavum 49

Gambar 4.27 Bacilaria paradoxa 49

Gambar 4.28 Nitzchia obtusa 50

Gambar 4.29 Navicula distans 51

Gambar 4.30 Diploneis fusca 51

Gambar 4.31 Fragilaria alchetron 52

Gambar 4.32 Asterionella japonica 53

Gambar 4.33 Climacosphenia moniligera 53

Gambar 4.34 Eucyclops agilis 54

Gambar 4.35 Candacia catula 54

Gambar 4.36 Calanus hyperboreus 55

Gambar 4.37 Calanius sp. 56

Gambar 4.38 Calanus sinicus 57

Gambar 4.49 Acartia sp. 57

Gambar 4.40 Acartia bifilosa 58

Gambar 4.41 Nauplius tertitip 59

Gambar 4.42 Nauplius canthocamptus 60

Gambar 4.43 Nauplius cyclops 60


xvi

Gambar 4.44 Penaeus japonicus 61

Gambar 4.45 Anisomysis ijimai 62


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jadwal Penelitian 79

2. Peta Lokasi Penelitian 80

3. Schedule Aktivitas 81

4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian 81

5. Sk Pembimbing 86

6. Surat Izin Penelitian 88

7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 89

8. Lembar Validasi Ahli Isi 90

9. Lembar Validasi Ahli Desain 91

10. Lembar Validasi Ahli Media 92

11. Lembar Uji coba oleh Mahasiswa 93

12. Riwayat Hidup 97

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plankton merupakan mikroorganisme yang hidup melayang-layang di

perairan, mempunyai kemampuan renang yang lemah sehingga gerakannya

cenderung dipengaruhi oleh arus air (Odum, 1993).

Plankton dibedakan atas dua yaitu zooplankton dan fitoplankton.

Zooplankton berperan sebagai konsumen pertama yang menghubungkan

fitoplankton sebagai produsen dengan organisme yang lebih tinggi jenjang

trofiknya. Zooplankton juga berperan sebagai bioindikator perubahan kondisi

lingkungan. Keanekaragaman zooplankton yang tinggi menyebabkan rantai

makanan di suatu perairan semakin kompleks. Kekayaan fitoplankton dan

zooplankton dapat menggambarkan kesuburan suatu perairan dalam kaitannya

dengan pemanfaatan potensi sumber daya hayati di perairan tersebut. Khususnya

fitoplankton memiliki peranan penting di dalam suatu ekosistem perairan karena

bersifat autotrof, yaitu dapat mengubah unsur hara anorganik menjadi bahan

organik yang diperlukan makhluk hidup melalui proses fotosintesis (Termala

dalam Hidayat, 2013).

Berdasarkan fakta di lapangan yang diperoleh dari observasi bahwa

aktivitas di laut dan pesisir pantai Desa Fatufia yang dulunya sebagai tempat

nelayan memancing dan tempat ekosistem mangrove sekarang menjadi

pelabuhhan perusahaan dan tempat pembuangan akhir limbah Perusahaan. Hal

1
2

tersebut berdampak pada kondisi air laut yang keruh hingga cokelat bahkan hitam

akibat limbah dan aktivitas pelabuhan. Akibatnya, biota perairan seperti ikan dan

hewan lainnya kurang dijumpai nelayan bahkan tidak lagi hidup, terkhusus

plankton yang menjadi makanan utama ikan dan indikator perairan menurun. Hal

ini, berdasarkan penelitian Makmur, dkk. (2012) yang menjelaskan bahwa

menurunnya nilai rasio N/P akan menyebabkan perubahan struktur komunitas

fitoplankton di perairan dari diatom ke dinoflagelata dan intensitas kejadian

ledakan alga semakin tinggi.

Fakta di atas merupakan salah satu ciri fisik yang memungkinkan

diketahui bahwa baiknya kondisi perairan yang memiliki biota dan

mikroorganisme indikator perairan adalah “kondisi lingkungan dan ketersediaan

makanan dalam hal ini fitoplankton. Apabila kondisi lingkungan sesuai dengan

kebutuhan zooplankton maka akan terjadi proses pemangsaan fitoplankton oleh

zooplankton. Apabila kondisi lingkungan dan ketersediaan fitoplankton tidak

sesuai dengan kebutuhan zooplankton maka zooplankton akan mencari kondisi

lingkungan dan makanan yang lebih sesuai” (Handayani, dkk. 2005).

Penelitian ini dilakukan di Desa Fatufia yang merupakan salah satu desa

dari 11 Desa di Kecamatan Bahodopi. Kecamatan Bahodopi merupakan sebuah

kecamatan yang dicanangkan sebagai Kota Industri. Desa Fatufia yang dulunya

memiliki keindahan air laut di sepanjang pesisir pantai dengan ekosistem pantai

yang masih asli dan terjaga, sekarang Pesisir pantai Desa Fatufia menjadi tempat

pembuangan akhir limbah perusahaan. Kondisi ini dipandang bahwa perlu

dilakukannya penelitian ini.


3

Penelitian ini melihat apa saja jenis-jenis plankton dan faktor yang

memengaruhi kehidupan plankton untuk dijadikan data bioindikator perairan.

Olehnya, perlu dilakukan penelitian dengan judul Identifikasi Jenis Plankton

sebagai Bioindikator Di Pesisir Pantai Desa Fatufia dan Pemanfaatannya sebagai

Media Pembelajaran.

Luaran dari hasil penelitian ini akan dikembangkan menjadi media

pembelajaran. Media pembelajaran pada penelitian ini adalah media visual dalam

bentuk penuntun praktikum pengamatan Plankton. Penuntun praktikum

pengamatan plankton ini akan dimanfaatkan sebagai acuan untuk membantu

mahasiswa melakukan praktikum dan atau peneliti selanjutnya mengenai

pengamatan plankton. Penuntun praktikum adalah petunjuk untuk melakukan

suatu pekerjaan, pedoman (Poerwadarminta, 1983).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang, maka rumusan masalah dalam ini di

antaranya :

1) Jenis plankton apa saja yang ada di Perairan Pantai Desa Fatufia?

2) Apakah hasil penelitian ini layak dijadikan media pembelajaran dalam

bentuk Penuntun Praktikum ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1) Mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang ada di Perairan Pantai

Desa Fatufia.
4

2) Membuat hasil penelitian mengenai identifikasi jenis plankton sebagai

bioindikator di Perairan pantai Desa Fatufia sebagai media

pembelajaran dalam bentuk Penuntun Praktikum.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai media informasi

tentang jenis-jenis plankton sebagai bioindikator di perairan pantai Desa Fatufia.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Tersedianya informasi mengenai jenis-jenis plankton yang ada di

Perairan Pantai Desa Fatufia.

2) Sebagai acuan untuk penelitian dan/atau praktikum selanjutnya yang

berkaitan dengan plankton.

3) Sebagai sumber acuan bagi mahasiswa tentang penuntun pengamatan

plankton

4) Sebagai media pembelajaran.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian pustaka

2.1.1 Pengertian Plankton

Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun

1887, yang berasal dari bahasa Yunani, “Planktos” yang artinya menghanyut atau

mengembara. Plankton adalah makhluk (tumbuhan dan hewan) yang hidupnya

mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan

renangnya sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus (Nybakken,

dalam Khaerunnisa, 2015).

2.1.2 Pembagian Plankton

1) Fitoplankton

Fitoplankton adalah mikroorganisme yang mampu menyediakan

makanannya sendiri (bersifat autotrof) karena memiliki zat hijau seperti halnya

tumbuhan pada umumnya yaitu klorofil. Fitoplankton mempunyai peran penting

dalam rantai makanan di perairan. Hampir seluruh ikan pelagis kecil dan larvanya

memanfaatkan plankton (fitoplankton atau zooplankton) sebagai makanannya

(Nontji, 2008). Fitoplankton berperan sebagai bahan makanan dasar utama dalam

siklus makanan di dalam perairan (Davis, 1955).

2) Zooplankton

Zooplankton adalah organisme yang bersifat heterotrof yaitu organisme

yang tidak dapat menyediakan makanannya sendiri karena zooplankton

5
6

merupakan konsumen tingkat pertama yang langsung memangsa fitoplankton.

Zooplankton juga merupakan salah satu biota perairan yang mempunyai peranan

penting karena sebagai mata rantai penghubung produser primer dengan biota

yang berada pada tingkat trofik yang lebih tinggi (Clark, dkk. 2001).

2.1.3 Kelimpahan Plankton

Hutabarat, dkk. (2014) dalam penelitiannya, nilai kelimpahan fitoplankton

yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 8.000 – 22.000 sel/L. Kisaran

kelimpahan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Thoha dan Rachman (2013) di Perairan Kepulauan Banggai,

yaitu 4,053 – 154,539 sel/L. Namun, apabila dibandingkan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Haumahu (2005) di Perairan Teluk Haria Saparua, Maluku

Tengah dengan kisaran kelimpahan 34.253 – 1.145.000 sel/L. Perbedaan kisaran

kelimpahan ini diduga terjadi akibat perbedaan kondisi perairan di setiap lokasi

penelitian. Kelimpahan fitoplankton tertinggi berada pada stasiun 1, yaitu 22000

sel/L, sedangkan yang terendah berada pada stasiun 2, yaitu 8000 sel/L.

2.1.4 Faktor yang Memengaruhi Kehidupan Plankton

1) Suhu

Suhu perairan memengaruhi keberadaan zooplankton secara fisiologis dan

ekologis (Kennish, 1990). Secara fisiologis perbedaan suhu perairan sangat

berpengaruh terhadap fekunditas, lama hidup, dan ukuran dewasa zooplankton.

Secara ekologis perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan

kelimpahan zooplankton. Suhu memengaruhi daur hidup organisme dan


7

merupakan faktor pembatas penyebaran suatu jenis dalam hal ini

mempertahankan kelangsungan hidup, reproduksi, perkembangan dan kompetisi

(Krebs, 1985).

2) Kecerahan

Definisi dari kecerahan adalah jarak yang bisa ditembus cahaya dalam

kolom air dan kedalaman merupakan fungsi dari kecerahan, sedangkan kekeruhan

air adalah suatu ukuran bias cahaya di dalam air yang menunjukkan derajat

kegelapan di dalam suatu perairan yang disebabkan adanya partikel- partikel yang

hidup maupun yang mati yang dapat mengurangi transmisi cahaya. Semakin besar

nilai kecerahan akan meningkatkan hasil produktifitas primer dalam bentuk

biomassa yang merupakan pendukung utama kehidupan komunitas pada

lingkungan tertentu (Tait, 1981).

3) Arus

Arus merupakan faktor utama yang membatasi penyebaran biota dalam

perairan (Odum, 1971). Arus laut dapat membawa larva plankton jauh dari habitat

induknya menuju ke tempat mereka menetap dan berkembang. Pada daerah

mangrove, arus yang disebabkan pasang surut mempunyai pengaruh nyata

terhadap distribusi plankton. Arus mempunyai arti penting dalam menentukam

pergerakan dan distribusi plankton pada suatu perairan. Arus merupakan sarana

transportasi baku untuk makanan maupun oksigen bagi suatu organisme air.

Pergerakan zooplankton terjadi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan,

tetapi kekuatan berenangnya sangat kecil bila dibandingkan dengan kekuatan arus

tersebut (Hutabarat dan Evans, 1986; Nybakken, 1992).


8

4) Salinitas

Zooplankton memiliki kepekaan yang tinggi terhadap tingkat salinitas

pada perairan di ekosistem mangrove. Tingkat toleransi pada tiap-tiap

zooplankton sangat bervariasi (Kennish, 1990). Salinitas yang ekstrem dapat

menghambat pertumbuhan dan meningkatkan kematian pada zooplankton

(Odum, 1993).

Kisaran salinitas air laut adalah 30-35‰, estuari 5-35‰ dan air tawar 0,5-

5‰. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air. Setelah semua karbonat

dikonversi menjadi oksida, semua bromide dan iodide digantikan oleh klorida dan

semua bahan anorganik telah dioksida.Salinitas dinyatakan dalam satuan promil

(%) atau g/kg (Nybakken, 1992).

5) Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan

organisme perairan, sehingga sering dipakai untuk menyatakan baik buruknya

suatu perairan. Menurut Raymont (1963), pH dapat memengaruhi plankton dalam

proses perubahan dalam reaksi fisiologis dari berbagai jaringan maupun pada

reaksi enzim. Tait (1981) menyatakan bahwa kisaran pH optimum bagi

pertumbuhan plankton adalah 5,6-9,4.

6) Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut dalah gas untuk respirasi yang sering menjadi faktor

pembatas dalam lingkungan perairan. Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen

terlarut menentukan kecepatan metabolisme dan respirasi serta sangat penting

bagi kelangsungan dan pertumbuhan organisme air. Kandungan oksigen terlarut


9

akan berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas (Sachlan, 1982; Nybakken,

1988). Menurut Raymont (1963), konsentrasi dari oksigen terlarut paling rendah

yang dibutuhkan oleh organisme perairan adalah 1 ppm.

7) Bahan Nutrien

Komponen nutrien utama yang sangat diperlukan dalam menentukan

tingkat kesuburan perairan adalah nitrat dan fosfat. Nitrat (NO3) adalah

komponen nitrogen yang paling melimpah keberadaannya di laut. Nitrogen

merupakan bagian esensial dari seluruh kehidupan karena berfungsi sebagai

pembentuk protein dalam jaringan sehingga aktivitas yang utama seperti

fotosintesis dan respirasi tidak dapat berlangsung tanpa tersedianya nitrogen yang

cukup (Ranoemihardjo dan Martosoedarmo, 1988).

8) Ketersediaan Makanan

Distribusi zooplankton melimpah di perairan berkaitan erat dengan

ketersediaan makanan atau fitoplankton sebagai makanannya (Meadows dan

Campbell, 1993). Jenis fitoplankton yang dimakan zooplankton antara lain

Chaeteceros, Skeletonema, Fraggilaria, Oscillatoria, Ceratium (Soedibjo, 2006)

9) Plankton sebagai Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin

disampaikan adalah pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses

pembelajaran. Selanjutnya penggunaan media secara kreatif akan memperbesar

kemungkinan bagi siswa untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang

dipelajarinya lebih baik dan meningkatkan penampilan dalam melakukan

keterampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan pembelajaran (Radyan, 2012).


1

Fungsi dari media pembelajaran juga diungkapkan oleh Maswins (2010)

bahwa media pembelajaran memiliki beberapa fungsi yang dijelaskan sebagai

berikut.

1) Media sebagai sumber belajar, media pembelajaran berperan sebagai

salah satu sumber belajar bagi siswa maupun mahasiswa.

2) Fungsi semantik, melalui media dapat menambah perbendaharaan kata

atau istilah.

3) Fungsi manipulatif, adalah kemampuan suatu benda dalam

menampilkan kembali suatu benda atau peristiwa dengan berbagai

cara, sesuai kondisi, situasi, tujuan dan sasarannya.

4) Fungsi fiksatif, adalah kemampuan media untuk menangkap,

menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian yang

sudah lampau.

5) Fungsi distributive, bahwa dalam sekali penggunaan suatu materi,

objek atau kejadian dapat diikuti siswa dalam jumlah besar dan dalam

jangkauan yang sangat luas.

6) Fungsi psikologis, media pembelajaran memiliki beberapa fungsi

seperti atensi, afektif, kognitif, imajinatif dan fungsi motivasi.

7) Fungsi sosiokultural, penggunaan media dapat mengatasi hambatan

sosialkultural antar siswa.

Djamarah, dkk. (2002) menggolongkan media pembelajaran menjadi tiga

yaitu :
1

1) Media auditif yaitu media yang mengandalkan kemampuan suara

seperti radio.

2) Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra

penglihatan karena hanya menampilkan gambar.

3) Media audio visual yaitu media yang mengandalkan suara dan gambar

seperti proyektor.

10) Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin

disampaikan adalah pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai ialah proses

pembelajaran. Maka perlu kreativitas dalam membuat media pembelajaran yang

mampu memotivasi mahasiswa atau siswa untuk belajar (Riyana, 2012).

Penuntun memiliki banyak arti yaitu menurut Poerwadarminta (1983)

berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia penuntun berarti pemimpin.

Menurut DEPDIKNAS (2008:1506) berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

penuntun adalah petunjuk untuk melakukan suatu pekerjaan, pedoman. Sementara

itu, Amien (1988) menjelaskan bahwa praktikum merupakan kegiatan di

laboratorium yang dilaksanakan oleh praktikan dengan atau tanpa bimbingan

dosen/asisten.

Berdasarkan hal-hal di atas, perlunya untuk dianalisis kelayakan buku

panduan praktikum tersebut karena sangatlah penting untuk mengarahkan peserta

didik atau praktikan dalam melakukan suatu kegiatan praktikum seperti langkah-

langkah atau prosedur kerja apa saja yang harus dilakuan dalam satu topik atau

materi praktikum (Agustina, 2016).


1

Menurut Jusmasari, dkk. (2018) menyatakan, peserta didik atau praktikan juga bisa lebih

mandiri dan lebih termotivasi untuk melakukan sesuatu hal yang dianggapnya belum

pernah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kurikulum 2013 yakni

menggunakan saintific.

2.2 Penelitian Terdahulu

Nursyahra dan Abizar (2011) melaporkan Jenis fitoplankton yang

ditemukan terdapat 20 jenis, sedangkan zooplankton terdapat 12 jenis. Jenis yang

ditemukan pada stasiun I ini adalah : Merismopedia, Pediastrum, Euglena,

Diaptomus dan Oroperla. Jenis plankton yang ditemukan pada stasiun II adalah

Cosmarium, Desmidium, Meloisira, Surirella dan Fragillaria. Jenis-jenis

plankton yang ditemukan pada stasiun III adalah Spirulina, Moina,

Chephalodella, Filinadan Tetramastix. Jenis-jenis zooplankton yang ditemukan

pada stasiun IV adalah Cylops, Nauplius, Astramoeba, Difflugia, Branchionus,

Lepadella, Lycane, Notholca, Proales dan Testudinella.

Ikhsan, dkk. (2014) menyatakan Jenis fitoplankton pada Danau Diatas

sebanyak 70 jenis yang tergolong kedalam lima kelas yaitu Bacillariophyceae 33

jenis, Chlorophyceae 27 jenis, Cyanophyceae 5 jenis, Dinophyceae 3 jenis dan

Euglenophyceae 1 jenis. Menurut Merina, dkk. (2014), hasil identifikasi dan

pengamatan jenis fitoplankton di Danau Maninjau diperoleh sebanyak 94 jenis.

Fitoplankton yang ditemukan ini tergolong ke dalam enam kelas yaitu,

Bacillariophyceae 17 jenis, Chlorophyceae 51 jenis, Cyanophyceae 17 jenis,

Dinophyceae 5 jenis, Euglenophyceae 3 jenis, dan Chrysophyceae 1 jenis.


1

Sulawesty dan Suryono (2017) menyatakan fitoplankton di D.Sentani pada

Bulan April 2014, Ada enam filum dan 50 spesies fitoplankton yang ditemukan,

terdiri dari Chlorophyta (23 spesies), Cyanophyta (6spesies), Bacillariophyta (18

spesies), Chrysophyta (1 spesies), Dinophyta (1 spesies) dan Euglenophyta (1

spesies).

Wirabumi (2017) menyatakan Plankton yang ditemukan di perairan

Waduk Wadaslintang terdiri dari 2 kelompok besar, yakni fitoplankton dan

zooplankton dengan jumlah total individu berjumlah 1135. Fitoplankton yang

ditemukan di perairan Waduk Wadaslintang berjumlah 28 spesies dengan 6 divisi,

yaitu Bacillariophyta, Chrysophyta, Chlorophyta, Cyanobacteria, Cyanophyta,

Schizophyta dan 5 kelas fitoplankton, yakni Bacillariophyceae, Chlorophyceae,

Conjugatophyceae, Trebouxiophyceae, Cyanophyceae. Kelas Bacillariophyceae

terdiri dari 6 spesies, yaitu Achnanthes sp, Navicula sp, Nitzschiaclosterium,

Rhopalodiagibba, Cyclotellagamma, dan Pinnularia sp. Kelas Chlorophyceae

terdiri dari 11 spesies, yaitu Actinastrum hantzschii, Chlorella vulgaris,

Chlorococcus sp, Closteriopsis longisima, Coelastrum reticulatum, Crucigenia

rectangularis, Dispora crucigenioides, Gloeocystis gigas, Nephrocytium

agardhianum, Oedogonium borisianum, dan Sphaerocystis schroeteri. Kelas

Conjugatophyceae terdiri dari 2 spesies, yaitu Staurastrum elegantissima dan

Staurastrum tetracerum. Kelas Trebouxiophyceae hanya terdiri dari 1 spesies,

yaitu Eremosphaera viridis. Kelas Cyanophyceae terdiri dari 8 spesies, yaitu

Aphanizomenon flos-aquae, Aphanocapsa pulchira, Aphanocapsa rivularis,

Chroococcus sp, Cylindrospermum sp, Nostoc sp, Anabaena sp.. Zooplankton


1

yang ditemukan di perairan Waduk Wadaslintang berjumlah 10 spesies dengan 2

divisi, yaitu Arthropoda dan Rotifera yang terdiri dari 3 kelas, yaitu Crustaceae,

Maxillopoda, dan Monogonanta. Kelas Crustacea hanya terdiri dari 1 spesies,

yaitu Diaptomus sp. Kelas Maxillopoda terdiri dari 3 spesies, yaitu

Canthocamptus staphylinus,Cyclops sp, dan Nauplius sp. Kelas Monogonanta

terdiri dari 6 spesies, yakni Ascomorpha saltans, Brachianus calyciflorus,

Keratella cochlearis, Polyarthra vulgaris, Pompholyx sulcata, dan

Trichocercalongiseta.

Suharno dan Lantang (2010) menyatakan bahwa ditemukan 52 jenis

plankton di Wilayah perairan laut Kota Jayapura dan diperoleh dua kelompok

besar yaitu fitoplankton dan zooplankton. Dari jumlah tersebut, 1 di antaranya

belum dapat terindentifikasi, yakni dari kelompok fitoplankton. Di Pantai Dok II,

dijumpai 25 jenis, pantai Hamadi terbanyak yakni 32 jenis, dan Pantai Skow

hanya 16 jenis.

Bahri (2005) menyatakan dalam hasil penelitiannya Pada Tabel 1 jenis-

jenis plankton pada bulan Juni 2002 terdapat 4 kelas Phytoplankton dan 2 kelas

Zooplankton. Jenis Phytoplankton dari kelas Bacillariophyceae (10 jenis) yaitu

2.711 sel per l, kelas Chlorophyceae (17 jenis) yaitu 3.998 sel per l, kelas

Cyanophyceae (1 jenis) yaitu 578 sel per l dan kelas Euglenaphyceae (2 jenis)

yaitu k 311 sel per l. Sedangkan jenis Zooplankton dari kelas Rotifera (2 jenis)

yaitu 400 ind. per l dan kelas Copepoda (1 jenis) yaitu 400 ind. per l.Pada Tabel 2

jenis-jenis plankton yang teridentifikasi pada bulan Juli 2002 (sel per l), terdapat 6

kelas Phytoplankton dan 2 kelas Zooplankton. Jenis Phytoplankton dari kelas


1

Bacillariophyceae (10 jenis) yaitu 2.349 sel per l, kelas Chlorophyceae (24 jenis)

yaitu 3.777 sel per l, kelas Cyanophyceae (8 jenis) yaitu 706 sel per l, kelas

Rhodophyceae (2 jenis) yaitu 88 sel per l, kelas Euglenaphyceae (1 jenis) yaitu

178 sel per l dan kelas Xantrophyceae (1 jenis) yaitu 44 sel per liter. Sedangkan

jenis Zooplankton dari kelas Rotifera, di bagian tengah terdapat 3 jenis, di bagian

tengah dan hilir terdapat 3 jenis, di bagian hilir terdapat 2 jenis. Dari kelas

Copepoda, di bagian hulu terdapat 1 jenis, di bagian tengah terdapat 1 jenis, di

bagian tengah dan hilir terdapat 1 jenis, dan di bagian hilir terdapat 1 jenis. Pada

Tabel 3 jenis-jenis plankton yang teridentifikasi pada bulan September 2002 (sel

per l), terdapat 4 kelas Phytoplankton dan 3 kelas Zooplankton. Jenis

Phytoplankton dari kelas Bacillariophyceae (7 jenis) yaitu 1.286 sel per l, kelas

Chlorophyceae (17 jenis) yaitu 3.827 sel per l, kelas Cyanophyceae (4 jenis) yaitu

755 sel per l, dan kelas Rhodophyceae (1 jenis) yaitu 44 sel per l. Sedangkan jenis

Zooplankton dari kelas Rotifera, di bagian tengah dan hilir terdapat 3 jenis, di

bagian tengah terdapat 1 jenis. Dari kelas Copepoda, di bagian hilir terdapat 2

jenis. Dari kelas Clodocera, di bagian tengah dan hilir terdapat 1 jenis. Pada Tabel

4 jenis-jenis plankton yang teridentifikasi pada bulan Nopember 2002 (sel per l),

terdapat 3 kelas Phytoplankton dan 2 kelas Zooplankton. Jenis Phytoplankton dari

kelas Bacillariophyceae (5 jenis) yaitu 1.598 sel per li, kelas Chlorophyceae (16

jenis) yaitu 2.483 sel per l, kelas Cyanophyceae (3 jenis) yaitu 265 sel per l.

Sedangkan jenis Zooplankton dari kelas Rotifera (7 jenis) yaitu 885 ind. per l dan

dari kelas Copepoda (2 jenis) yaitu 721 ind. per l.


1

Purnamaningtyas, dkk. (2006) menyatakan plankton yang ditemukan

terdiri dari 69 jenis plankton yang terdiri dari 44 jenis fitoplankton dari kelas

Bacillariophyceae, Cyanophyceae dan Dinophyceae, serta 25 jenis zooplankton

yang terdiri dari Copepoda, Enchinodermata, Rotifera, Coelenterata, Mollusca,

Chetognetta, Sarcodina, Urochordata dan Crustaceae.

Sugianti, dkk. (2006) menyatakan plankton yang ditemukan terdiri dari 33

genera plankton yaitu 27 genera ftoplankton dari kelas Bacillariophyceae,

Chlorophyceae dan Cyanophyceae, serta 6 genera zooplankton dari kelas

Cladocera, Copepoda dan Rotifera.

Adinugroho, dkk. (2014) menyatakan Fitoplankton yang terdiri dari 6

kelas dan 37 genera sedangkan zooplankton yang ditemukan terdiri dari 6 kelas

dan 32 genera. Jenis fitoplankton yang ditemukan umumnya banyak berasal dari

jenis Bacillariophyceae yang terdiri dari 20 genera diikuti oleh jenis Pyrrhophyta

sebanyak 7 genera, Cyanophycease sebanyak 5 genera, Desmidiaceae sebanyak 2

genera dan Chlorophyceae dan Oligotrichea masing-masing sebanyak 1 genera.

Jenis zooplankton yang ditemukan umumnya banyak berasal dari jenis Crustacea

yang terdiri dari 6 kelas dan 20 genera. Jenis copepod ditemukan sebanyak 13

genera, diikuti oleh jenis Malacostraka dengan 9 genera, Branchiopoda dengan 5

genera, Thecostraca dengan 1 genera. Sedangkan zooplankton dari jenis lain

adalah Gastropoda dan Polychaeta yang masing-masing ditemukan sebanyak 2

genera.
1

2.3 Kerangka pemikiran

Keadaan di lapangan yang diperoleh dari observasi bahwa aktivitas di laut

dan pesisir pantai Desa Fatufia dulunya sebagai tempat nelayan memancing dan

tempat ekosistem mangrove sekarang menjadi pelabuhan perusahaan dan tempat

pembuangan akhir limbah perusahaan. Hal tersebut berdampak pada perairan air

laut yang tampak keruh hingga cokelat akibat limbah dan aktivitas di pesisir,

khawatirnya akan merusak ekosistem pantai.

Masalah di atas menarik untuk dikaji lebih mendalam dalam penelitian ini

dengan melihat jenis plankton apa saja yang mampu bertahan hidup pada

lingkungan tersebut. Kehidupan plankton sangat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan di tempat ia hidup, maka perlu dalam penelitian ini diukur kondisi

fisik, kimia dan biologi untuk melihat beberapa jenis plankton mampu hidup

dikondisi tertentu.

Hasil penelitian ini dibuatkan media pembelajaran berupa penuntun

praktikum mengenai koleksi, pengamatan dan identifikasi plankton, yang telah

diujicoba ke mahasiswa berdasarkan hasil validasi tim ahli (dosen).

Olehnya, judul penelitian tentang Identifikasi Jenis Plankton Sebagai

Bioindikator di Pesisir Pantai Desa Fatufia dan Pemanfaatannya sebagai Media

Pembelajaran tercapai berdasarkan tujuan penelitian. Kerangka pemikiran dapat

dilihat pada Gambar 2.1.


1

Fenomena (masalah)
Perairan pantai Desa Fatufiadijadikan Tempat Pembuangan Akhir limbah perusahaan yang dikhawatirkan akan merusak ekosistem perair

Identifikasi jenis plankton danPengukuran kondisi fisik, kimia dan biologi di perairan pantai Desa F

Penuntun praktikum tentang koleksi, pengamatan dan identifiksi plankton

Validasi tim Ahli (dosen)

Uji coba ke mahasiswa

Gambar 2.1 Bagan Kerangka pemikiran


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif

yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa

bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan

antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Berlian, 2016).

Menurut Sabran (2015) pencuplikan sampel plankton menggunakan jala

plankton (plankton net). Plankton net yang dipakai adalah jaring KITAHARA

yang dimodifikasi berbentuk krucut, diameter mulut 0,30 m, panjang 1,0 m dan

lebar mata jaring 0,08 mm. Gambaran umum dari penelitian ini adalah

mengumpulkan sampel, pengamatan, mengambil gambar, mengidentifikasi dan

mengukur kondisi fisik kimia lingkungan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Fatufia Kecamatan Bahodopi

Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

September 2020 sampai Oktober 2020.

19
2

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis plankton yang ada pada

perairan pesisir pantai Desa Fatufia. Perolehan data di lapangan panjang garis

pantai ± 6,37 km menggunakan GPS Garmin.

Sampel dalam penilitian ini adalah semua jenis plankton yang tercuplik

dalam stasiun yang telah ditentukan pada perairan pesisir pantai Desa Fatufia.

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif yang disajikan berupa

kondisi fisik kimia lingkungan dan persentase kelayakan media pembelajaran

berupa penuntun praktikum. Kemudian data kualitatif yang disajikan berupa

klasifikasi dan deskripsi setiap jenis Plankton.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa

hasil identifikasi Plankton dan pengukuran kondisi fisik kimia lingkungan. Di

samping itu adalah data hasil validasi uji coba kelompok untuk kelayakan

penuntun praktikum sebagai media pembelajaran. Selanjutnya data sekunder

diperoleh dari berbagai referensi yang berkenaan dengan penelitian yang

dilakukan.
2

3.5 Devinisi Operasonal Variabel

Beberapa batasan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1) Identifikasi adalah proses mencari, mengumpulkan, meneliti, mencatat

data dan informasi dari.

2) Plankton adalah mikroorganisme yang hidup mengikuti arus perairan.

Plankton secara umum dibedakan atas 2 yaitu fitoplankton merupakan

plankton tumbuhan karena memiliki klorofil dan berfotosintesis dan

zooplankton merupakan plankton hewan.

3) Pesisir Pantai Fatufia adalah lokasi yang hampir 50 % menjadi lokasi

pemukiman warga dan perusahaan.

4) Penuntun praktikum adalah petunjuk untuk melakukan suatu

pekerjaan, pedoman.

3.6 Teknik Penelitian dan Pengambilan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil sampel air di Perairan

Laut Desa Fatufia Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali. Pengambilan

sampel plankton pada penelitian kali ini dilakukan sesuai kebutuhan dan hasil

yang diharapkan.

Prosedur penelitian dilakukan dengan enam tahapan, yaitu penentuan

lokasi penelitian, pengambilan sampel air dan plankton, pengawetan sampel,

pengolahan data, analisis data dan analisis kondisi fisik kimia lingkungan serta

merancang media pembelajaran yang layak digunakan.


2

3.6.1 Teknik Penentuan Lokasi Penelitian

Menurut Sabran (2015), penentuan lokasi stasiun pengambilan sampel

dilakukan dengan cara purposive sampling (menempatkan titik/stasiun secara

sengaja) dengan mempertimbangkan kondisi dan rona lingkungan (muara sungai,

perairan pantai, tengah), waktu pengambilan (pagi, siang, sore atau malam) dan

posisi (titik koordinat). Hal ini dianggap akan mewakili dari lokasi penelitian dan

sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Titik atau stasiun pengamatan dibagi tiga dengan pertimbangan kondisi

dan rona lingkungan pada lokasi penelitian seperti lokasi pemukiman warga

sangat dekat dengan perairan dan terdapat banyak limbah domestik yang terbuang

ke perairan laut, lokasi di mana limbah pabrik langsung dibuang ke perairan dan

menjadi TPA limbah dan lokasi ketiga digunakan karena berada agak jauh dari

pemukiman warga dan TPA limbah pabrik. Pembagian titik atau stasiun

pengamatan yaitu stasiun 1a, 1b,1c; 2a, 2b, 2c; dan 3a, 3b, 3c. Lebih jelas titik atau

stasiun pengamatan sebagai berikut :

Stasiun 1 : Perairan laut yang berdampingan dengan pemukiman

warga Stasiun 2 : Muara TPA Limbah Perusahaan IMIP

Stasiun 3 : Perairan laut depan Pulau Langala

Lokasi titik atau stasiun penelitian ditempatkan seperti pada gambar 3.1

Lokasi Penelitian yaitu sebagai berikut:


2

Keterangan :

: Titik Pengambilan Sampel

: Laut

: Perusahaan IMIP
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

3.6.2 Teknik Pengambilan Sampel Air dan Plankton

Wirabumi (2017) menjelaskan bahwa teknik pengambilan data sampel air

di lapangan dilakukan satu hari menggunakan metode purposive sampling dengan

menentukan zona atau stasiun pengamatan yang dianggap mempresentasikan

lokasi penelitian kemudian disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan hasil

yang diharapkan. Sabran (2015) juga menjelaskan bahwa pengambilan sampel

bisa dilakukan secara harian (pagi, siang, sore atau malam) dengan catatan

dilakukan sebanyak 3 kali pada satu titik atau stasiun. Teknik pengambilan sampel

pada penelitian ini dilakukan dengan 2 ulangan pada bulan Oktober yaitu pada

tanggal 14
2

dan 21 Oktober 2020, setiap ulangan dilakukan 3 kali pengambilan pada lokasi

pengamatan. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Teknik pengambilan sampel pada setiap ulangan dilakukan secara

konsistensi.

2) Pengambilan sampel plankton pada setiap stasiun pengamatan

dilakukan dengan cara pencuplikan menggunakan net plankton yang

ditarik secara horizontal dan secara vertikal. Pengambilan secara

horizontal dilakukan dengan cara mengikat alat pelampung pada

plankton net agar jaring tetap berada di permukaan air. Plankton net

dimasukkan ke dalam air dan ditarik secara horizontal dengan bantuan

perahu dengan jarak 2 m berdasarkan volume botol sampel 10 ml.

Pengambilan secara vertikal dilakukan dengan cara memasukkan

plankton net yang sudah diberi pemberat ke dalam air. Kedalaman

untuk pengambilan secara vertikal adalah 5 m dari permukaan air

berdasarkan zonasi tempat terdapatnya plankton. Selanjutnya plankton

net ditarik ke atas permukaan air secara vertikal.

3) Pencuplikan sampel plankton dilakukan satu hari, dengan cara

membagi waktu sampling menjadi dua dalam satu hari yaitu siang hari

antara pukul 08.00-12.00 dan malam hari antara pukul 20.00-24.00.

Hal ini dilakukan karena beberapa pertimbangan, yaitu alasan

keterbatasan waktu dan tenaga, sehingga tidak dapat mengambil

sampel yang jauh. Sampel yang terambil merupakan composite


2

sampel dengan pertimbangan time composite karena pengambilan

sampel pada lokasi yang sama dengan waktu yang berbeda.

4) Mengukur faktor fisik-kimia lingkungan dari masing-masing stasiun

berupa suhu, ph, salinitas, oksigen terlarut dan kecerahan. Jelasnya

pada gambar 3.2 Alat Bahan Penelitian

Gambar 3.2 Alat Bahan Penelitian

3.6.3 Teknik Pengawetan Sampel

Sampel yang telah tercuplik selanjutnya dituang dari tabung penampung

(bucket) plankton net ke dalam botol sampel. Sampel selanjutnya diberi pengawet

dengan menggunakan formalin 4 %. Botol sampel kemudian diberi kertas lebel

yang menunjukkan lokasi, stasiun, tanggal, waktu dan cara pengambilan.

3.6.4 Teknik Pengamatan

Pengamatan sampel pada setiap ulangan (pengambilan sampel tanggal 14

dan 21 Oktober 2020) dilakukan di Laboratorium SMA 1 Bungku Tengah

Kabupaten Morowali. Pengamatan sampel air menggunakan bantuan mikroskop

fase kontras NIKON dengan perbesaran 10 x 10 dengan cara sebagai berikut:


2

1. Meneteskan 1 ml sampel air cuplikan plankton ke dalam ruang

sedwich rafter, kemudian ditutup dengan cover glass.

2. Mengamati sampel air di bawah mikroskop, kemudian menghitung

individu setiap jenis plankton yang teramati.

3. Mencatat setiap jenis sel/individu plankton (fitoplankton dan

zooplankton) ke dalam lembar tabulasi data

3.7 Teknik Pengolahan Data

3.7.1 Teknik Pencacahan dan Mengidentifikasi Plankton

Pencacahan jumlah individu setiap jenis plankton yang teramati

dimasukkan pada tabel 3.1 sebagaimana pada Tabel 3.1 di bawah ini :

Tabel 3.1 Pencacahan plankton


Jumlah Sel/individu
No Nama Marga/Jenis Family
ST.1 ST.2 ST.3

4. Dalam pengidentifikasian semua jenis plankton menggunakan

beberapa buku dua di antaranya yaitu Diatom Dalam Gambar (Johan

Basmi, 2000) dan Illustrations Of The Marine Plankton Of Japan (Dr.

Isamu Yamaji).

3.7.2 Teknik Merancang Media Pembelajaran

1) Mendesain media pembelajaran.

2) Pada tahap ini peneliti mendesain media pembelajaran berupa

penuntun praktikum.

3) Validasi media pembelajaran.


2

Validasi dilakukan oleh tim ahli setelah pembuatan desain media

pembelajaran selesai, dengan tiga ahli yaitu ahli desain, ahli isi dan

ahli media sebagaimana terlampir.

4) Revisi media pembelajaran.

Revisi media pembelajaran dilakukan untuk memperbaiki dan

mengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada media

pembelajaran tersebut.

5) Uji coba.

Uji coba dilakukan kepada mahasiswa yang berjumlah 15 mahasiswa

yang telah mengikuti mata kuliah Pengetahuan Lingkungan, pada

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitiian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

plankton net, DO meter, thermometer air raksa, sechi disk, refraktometer, ph

meter, GPS, botol sampel, mikroskop, bola pimpong, kamera digital, kertas label,

buku identifikasi jenis-jenis plankton dan bahan pada penelitian ini adalah

formalin 4% dan sampel jenis plankton.

3.9 Teknik Analisis Data

3.9.1 Analisis Kelayakan Media Pembelajaran

Arikunto (2009) menyatakan bahwa pembagian kategori kelayakan ada


2

lima. Skala ini memperhatikan rentang dari bilangan persentase. Nilai maksimal

yang diharapkan adalah 100 % dan minimum 0 %. Untuk penilaian dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P = ∑𝑥 x 100%
∑𝑥i

Keterangan :

P = Persentase

∑ x = Jumlah jawaban penilaian

∑ xi = Jumlah jawaban tertinggi

Setelah nilai persentase diperoleh, maka ditafsirkan dalam kalimat dengan

kriteria sebagaimana disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Persentase Kelayakan Media

Presentasi Kriteria Validasi

81% - 100% Sangat Layak

61% - 80% Layak

41% - 60% Cukup Layak

21% - 40% Tidak layak

0% - 20% Sangat Tidak Layak

Sumber: Arikunto (2009).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Desa Fatufia

Desa Fatufia yang merupakan salah satu desa dari 11 Desa di Kecamatan

Bahodopi. Kecamatan Bahodopi merupakan sebuah kecamatan yang dicanangkan

sebagai Kota Industri.

Tahun 2014 tepatnya bulan Maret, Masus salah seorang warga Desa

Fatufia yang berteduh di bawah pohon rindang. Tangan kanan memegang sebilah

parang. Seraya berjongkok, dia terus mengiris-ngiris kayu kecil, dibentuk bulatan

untuk menambal lubang-lubang di perahu. Pria berusia 60 tahun ini asli Bungku,

salah satu suku di Morowali, Sulawesi Tengah. Tak jauh dari pesisir pantai,

terdapat Pulau kecil bernama Pulau Polo. Di Pulau tersebut berdiri kantor

perusahaan tambang nikel. Namanya PT Bintang Delapan Mineral. Dahulu,

pesisir pantai dan Pulau Polo tersebut memiliki hutan mangrove yang sangat lebat.

Selain ekosistem mangrove yang lebat terdapat pula pada perairannya terumbu

karang indah. Banyak ikan yang hidup pada ekosistem terumbu karang tersebut.

“Di sana, kami biasa mencari ikan. Satu jam memancing, hasil bisa beli beras.

Hidup kami tenang,” kata Masus. Tangannya menunjuk pulau yang ditimbun oleh

Bintang Delapan menjadi perkantoran. Kini semua sirna. Perusahaan tambang

datang, pabrik berdiri, pantai ditimbun, mangrove ditebang, pulaupun dibeli, yang

ada kini kapal mulai hilir-mudik dihadapan mereka. Masyarakat bukan tanpa

perlawanan. Protes mereka layangkan kepada perusahaan (Saturi, 2014).

29
3

Berdasarkan fakta di lapangan yang diperoleh dari observasi bahwa

aktivitas di laut dan pesisir pantai Desa Fatufia yang dulunya sebagai tempat

nelayan memancing dan tempat ekosistem mangrove sekarang menjadi

pelabuhhan perusahaan dan tempat pembuangan akhir limbah Perusahaan. Hal

tersebut berdampak pada kondisi air laut yang keruh hingga cokelat bahkan hitam

akibat limbah dan aktivitas pelabuhan. Akibatnya, biota perairan seperti ikan dan

hewan lainnya kurang dijumpai nelayan bahkan tidak lagi hidup.

4.1.2 Faktor kondisi fisik-kimia perairan pantai Desa Fatufia

Faktor kondisi lingkungan fisik-kimia dan biologi sangat diperlukan untuk

mengetahui ciri-ciri suatu perairan, serta dapat dijadikan sebagai dasar untuk

menentukan tercemar atau tidaknya perairan tersebut (Mamu, 2007). Faktor

kondisi fisik-kimia perairan pantai Desa Fatufia yang diukur, yaitu suhu air (oC),

kecerahan (m), salinitas (‰), derajat keasaman (ph) dan oksigen terlarut (mg/1).

Pengukuran faktor kondisi fisik-kimia diambil dua kali dan secara

bertahap berdasarkan teknik pengambian pada bab metode penelitian. Setelah

pengukuran faktor kondisi fisik-kimia lingkungan diperoleh data pada Tabel 4.1

dan 4.2
3

Tabel 4.1 Parameter faktor kondisi fisik-kimia perairan pantai Desa Fatufia
Tanggal 14 Oktober 2020

Stasiun
No Parameter Siang Malam Rata-rata
1 2 3 1 2 3
28 34 27 30 35
1 Suhu Air (oC) o o o o o
28 oC 30,33 oC
C C C C C
2 pH 7,8 7,8 7 8 8 7,8 7,7
3 Kecerahan (m) 1,45 1,85 7,5 - - - 3,6
4 Salinitas (‰) 45 44 43 44 44 44 44
Oksigen
5 6,7 6,4 6,3 6,2 6,5 6,3 6,4
terlarut
(mg/1)
Kecepatan arus
6 0,03 0,03 0,02 0,05 0,02 0,02 0,03
(m/s)

Tabel 4.2 Parameter faktor kondisi fisik-kimia perairan pantai Desa Fatufia
Tanggal 21 Okober 2020
Stasiun
No. Parameter Siang Malam Rata- rata
1 2 3 1 2 3
30 34 27 29
1 Suhu Air (oC) o o o o
35 oC 27 oC 30,33 oC
C C C C
2 pH 8,1 8,2 7,8 8,4 8,3 8,2 8,2
3 Kecerahan (m) 0,95 1,65 6,5 - - - 3,0
4 Salinitas (‰) 55 52 51 65 67 62 58
Oksigen terlarut
5 5,3 5,3 5,5 5,5 5,3 5,4 5,4
(mg/1)
Kecepatan arus
6 0,04 0,02 0,02 0,05 0,05 0,02 0,03
(m/s)

4.1.3 Indeks Keanekaragaman Plankton (Sebagai Data Pendukung

Pencemaran Lingkungan)

Indeks keanekaragaman (H‟) plankton keseluruhan. Dengan perolehan

nilai pada setiap stasiun penelitian yaitu stasiun I 0,308, stasiun II 0,377 dan

stasiun III 0,470. Jelasnya pada gambar 4.1 :


3

0,6

Keanekaragam
0,4

an Plankton
Indeks Indeks
Keanekaragaman

0,2

0
St. 1 St. 2 St. 3

Gambar 4.1 Grafik Indeks Keanekaragaman Plankton

4.1.4 Jenis Plankton yang Teridentifikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan dua ulangan pada tiga

stasiun pengamatan, secara keseluruhan ditemukan 44 spesies yang terdiri dari 22

Ordo, 30 Familia, 31 Genus.

4.1.5 Jumlah Individu Jenis Plankton (fitoplakton dan zooplankton) yang

Teridentifikasi

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ditemukan jumlah individu

setiap jenis bervariasi pada tiap-tiap stasiun. Jumlah individu setiap jenis yang

teridentifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Pencacahan Plankton

∑ Individu/Species
No. Nama Genus/Species Familia ∑
ST.1 ST.2 ST.3
Fitoplankton
1. Schroederia segitera Chlorococcadea 36 59 125 220
2. Selenastrum gracile Oocystadeae 0 0 2 2
3. Cyclotella kuatzingiana Centraidea 1 0 0 1
4. Thalassiosira fluviatilis Coscinodiscidea 2 0 0 2
5. Bacteriastrum comosum Chaetoceradeae 0 0 1 1
6. Thalassionema nitzschioides Thalassionemataidea 0 0 2 2
7. Ceratium carriense 0 2 7 9
8. Ceratium palmatum 0 0 1 1
9. Ceratium furca Ceratideae 0 0 1 1
10. Ceratium pentagonum 0 0 1 1
11. Chaetoceros danicus Chaetocerotaceae 0 0 1 1
3

12. Chaetoceros densus 0 1 1 2


13. Chaetoceros antlanticus 0 0 1 1
14. Dinobryon stipitatum Dinobryaceae 0 2 2 4
15. Cocinisdiscus radiatus 0 0 2 2
Coscinodiscaceae
16. Coscinodiscus asteromphalus 0 0 1 1
17. Acanthometron pellucidum Acanthometridae 0 0 4 4
18. Oscilatoria sp. 0 3 3 6
Oscillatoriaceae
19. Oscilatoria limnosa 0 0 3 3
20. Rhizoselenia lumbricata 0 0 2 2
21. Rhizoselenia bergonii 0 1 3 4
22. Rhizosolenia stolterfothii Rhizosoleniadeae 0 0 2 2
23. Rhizoselenia robusta 0 0 2 2
24. Climacodium sp. 0 0 1 1
Hemiaulaceae
25. Climacodium biconcavum 0 0 1 1
26. Bacilaria paradoxa Bacillariaphyceae 0 0 2 2
27. Nitzchia obtusa Bacillariaceae 0 0 2 2
28. Navicula distans Naviculadeae 0 6 0 6
29. Diploneis fusca Diploneidaceae 0 0 1 1
30. Fragilaria alchetron Fragilaridea 0 0 1 1
31. Asterionella japonica Tabellariaceae 0 0 7 7
32. Climacosphenia moniligera Climacospheniaceae 0 0 1 1
Zooplankton
33. Eucyclops agilis Cyclopidae 1 0 0 1
34. Candacia catula Candaciidae 0 3 9 12
35. Calanus hyperboreus 0 0 2 2
36. Calanius sp. Calanidae 0 1 1 2
37. Calanus sinicus 2 0 0 2
38. Acartia sp. 0 1 0 1
Acartiidae
39. Acartia bifilosa 1 5 3 9
40. Nauplius tertitip 0 1 0 1
41. Nauplius canthocamptus Opepodidae 2 0 0 2
42. Nauplius cyclops 1 0 0 1
43. Penaeus japonicus Penaeidea 0 0 2 1
44. Anisomysis ijimai Mysidae 0 1 1 2
∑ 49 86 200 335

4.1.6 Klasifikasi dan Deskripsi Jenis Plankton yang Teridentifikasi

Hasil identifikasi plankton berdasarkan ciri-ciri morfologi dan habitat yang

ditemukan sebanyak 44 jenis, adalah sebagai berikut :


3

1) Schroederia segitera

Klasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Chlorophyta

Classis Chlorophyceae

Ordo Chlorococcales

Familia Chlorococcadea

Genus Schroederia
Gambar 4.2 Schroederia segitera
Species Schroederia segitera
Doc. Penelitian 2020
Deskripsi

Schroederia segitera, berukuran sekitar 100 µm, memiliki sel dengan

pigmen, memiliki kromatophores rumput hijau atau kuning hijau. Berbentuk

kumparan, sedikit melengkung (lunate) atau segitiga, piramida atau tidak tetap.

Bersifat uniseluler tidak berflagel dan pada umumnya tidak bergerak. Habitatnya

di daerah akuatik

2) Selenastrum gracile

Klasifikasi

Regnum Protista

Divisio Chlorophyta

Classis Chlorophyceae

Ordo Chlorococcales

Famili Oocystadeae

Genus Selenastrum Gambar 4.3 Selenastrum gracile


Doc. Penelitian 2020
Species Selenastrum gracile
3

Deskripsi

Selenastrum gracile memiliki bentuk sel seperti bulan sabit, membentuk

kurva, ujungnnya runcing seperti duri, hidup berkoloni dan juga soliter, sel

berkoloni 6 sampai 12 hngga 32, memiliki kloroplas, panjangnya berkisar 13-

15um dan lebar berkisar 2-8 um, habitatnya air tawar dan air laut.

3) Cyclotella kuatzingiana

Klasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Bacillariophyta

Classis Bacillariopyceae

Ordo Centrales

Familia Centraidea

Genus Cyclotella Gambar 4.4 Cyclotella kuatzingiana


Doc. Penelitian 2020
Species Cyclotella
kuatzingiana

Deskripsi

Cyclotella kuatzingiana memiliki bentuk tubuh berupa panser bulat

dengan tonjolan radial atau konsentris. Susunan tubuh uniseluler dengan bentuk

dasar cetrik atau bulat sehingga memudahkan melayang dalam air. Mempunyai

pigmen yang terletak dalam kromatofora hijau kekuningan sampai cokelat

keemasan. Hidup diperairan laut maupun tawar.

4) Thalassiosira fluviatilis

Klasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Chrysophyta
3

Classis Bacillariophyceae

Ordo Centrales

Familia Coscinodiscidea

Genus Thalassiosira

Species Thalassiosira fluviatilis


Gambar 4.5 Thalassiosira fluviatilis
Deskripsi Doc. Penelitian 2020

Thalassiosira fluviatilis memiliki bentuk tubuh silinder pendek dan

memiliki variasi yang banyak. Jika dilihat tampak atas bentuknya bulat, memiliki

dinding sel yang bersilika dengan dua katup, epivalve yang lebih besar dan

hipovalve yang lebih kecil. Memiliki bentuk yang berbeda pada areolanya atau

porusnya. Habitat secara umum ada pada air laut dan air tawar.

5) Bacteriastrum comosum

Klasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Bacillariophyta

Classis Bacillariaphyceae

Ordo Centrales

Familia Chaetoceradeae Gambar 4.6 Bacteriastrum comosum


Doc. Penelitian 2020
Genus Bacteriastrum

Species Bacteriastrum comosum

Deskripsi

Bacteriastrum comosum memiliki bentuk sel bulat, selnya silinder dan

dikelilingi satae, memiliki banyak kloroplas, hidupnya berkoloni dan soliter, hasil
3

pengamatan menunjukkan sel yang hidup berkoloni hingga membentuk tubuh

yang panjang, habitatnya di air laut dan air tawar.

6) Thalassionema nitzschioides

Klasifikasi

Regnum Chromista

Divisio Bacillariophyta

Classis Bacillariophyta

Ordo Thalassionematales

Familia Thalassionemataidea

Genus Thalassionema
Gambar 4.7 Thalassionema nitzschioides
Species Thalassionema nitzschioides
Doc. Penelitian 2020
Deskripsi

Thalassionema nitzschioides memiliki sel yang menempel dengan

menggunakan mucilage (cairan yang berfungsi sebagai pelekat tiap sel). Sel

flagella memiliki 2 bentuk yang berbeda, terdiri dari multi selular ada juga yang

uniselular. sel yang hidupnya berkoloni membentuk garis zig-zag. Sel-selnya

terdiri dari dinding sel silica yang terpisah dalam dua katup, dinding sel yang

terlalu padat membuatnya tenggelam hingga memiliki siklus urea sendiri pada

lapisan tekanan air. Sebagian besar species ini melakukan fotosintesis atau dalam

dunia fitoplankton dikenal sebaai stramenopiles. Habitat species ini adalah air laut

dan air tawar.


3

7) Ceratium carriense

Klasifikasi

Regnum Protista

Phylum Protozoa

Classis Phytomastigophorea

Ordo Dinoflagellida

Familia Ceratideae

Genus Ceratium
Gambar 4.8 Ceratium carriense
Spesies Ceratium carriense
Doc. Penelitian 2020
Deskripsi

Ceratium carriense memiliki bentuk umum yaitu terdiri membran vesikel

berisi lapisan – lapisan theca yang cukup nyata, berbentuk seperti pita (Nybakken,

1992). Hasil pengamatan tampak pigmen transparan dan padat agak kehijauan,

memiliki 3 flagella yang berbeda lekukannya pada tiap flagella berfungsi sebagai

alat gerak, species ini termasuk species alga hjau yang berfotositesis dan memiliki

cadangan makanan berupa pati, bersifat autotrof uniseluler, dinding selnya dari

selulosa.

8) Ceratium palmatum

Klasifikasi

Regnum Protista

Phylum Protozoa

Classis Phytomastigophorea

Ordo Dinoflagellida Gambar 4.9 Ceratium palmatum


Doc. Penelitian 2020
Familia Ceratideae
3

Genus Ceratium

Spesies Ceratium palmatum

Deskripsi

Ceratium palmatum memiliki bentuk umum yaitu terdiri membran vesikel

berisi lapisan – lapisan theca yang cukup nyata, berbentuk seperti pita (Nybakken,

1992). Hasil pengamatan tampak pigmen padat agak kehijauan, memiliki 3

flagella panjang, 2 falgella agak sejajar memiliki lekukan dan flagella lainnya

lurus berfungsi sebagai alat gerak, species ini termasuk species alga hjau yang

berfotositesis dan memiliki cadangan makanan berupa pati, bersifat autotrof

uniseluler, dinding selnya dari selulosa.

9) Ceratium furca

Klasifikasi

Regnum Protista

Divisio Protozoa

Classis Phytomastigophorea

Ordo Dinoflagellida

Familia Ceratideae Gambar 4.10 Ceratium furca


Doc. Penelitian 2020
Genus Ceratium

Spesies Ceratium furca

Deskripsi

Ceratium furca memiliki bentuk umum yaitu terdiri membran vesikel

berisi lapisan – lapisan theca yang cukup nyata, berbentuk seperti pita atau seperti

manik – manik (Nybakken, 1992). Hasil pengamatan tampak pigmen transparan,

memiliki 2 flagella dengan panjang yang berbeda berfungsi sebagai alat gerak,
4

bersifat autotroph uniseluser, species ini termasuk species alga hjau yang

berfotositesis dan memiliki cadangan makanan berupa pati, dinding selnya dari

selulosa. Habitat air laut maupun air payau.

10) Ceratium pentagonum

Klasifikasi

Regnum Protista

Divisio Protozoa

Classis Phytomastigophorea

Ordo Dinoflagellida

Familia Ceratideae

Genus Ceratium

Spesies Ceratium pentagonum Gambar 4.11 Ceratium pentagonum


Doc. Penelitian 2020
Deskripsi

Ceratium pentagonum memiliki bentuk seperti bulat telur terdiri membran

vesikel berisi lapisan – lapisan theca yang cukup nyata, Hasil pengamatan tampak

pigmen transparan, memiliki 2 flagella dengan panjang yang berbeda dan agak

runcing berfungsi sebagai alat gerak, bersifat autotroph uniseluser, species ini

termasuk species alga hjau yang berfotositesis dan memiliki cadangan makanan

berupa pati, dinding selnya dari selulosa. Habitat air laut maupun air payau.

11) Chaetoceros danicus

Klasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Ochrophyta

Classis Bacillariophyceae
4

Ordo Incertae
Gambar 4.12 Chaetoceros danicus
Familia Chaetocerotaceae Doc. Penelitian 2020

Genus Chaetoceros

Species Chaetoceros danicus

Deskripsi

Chaetoceros danicus memiliki bentuk tubuh oval berupa cairan yang

mengandung silica dengan 4 flagella, species ini diperkenalkan oleh Cleve pada

tahun 1889. Hasil pengamatan menunjukkan sama persis seperti dikemukakan

oleh Cleve.

12) Chaetoceros densus

Klasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Ochrophyta

Classis Bacillariophyceae

Ordo Incertae

Familia Chaetocerotaceae

Genus Chaetoceros

Species Chaetoceros densus Gambar 4.13 Chaetoceros densus


Doc. Penelitian 2020
Deskripsi

Chaetoceros densus hidup dengan koloni sel (heterotrof) koloni sel

tersebut membentuk rantai yang melingkar, lurus, atau melengkung dengan

ukuran sel berkisar kurang dari10 um-50 um umumnya. Hasil pengamatan

menunjukkan sel koloni yang patah, pigmen pada sel kehijauan, memiliki setae

yang mengelilingi sel. Habitat species ini di air laut.


4

13) Chaetoceros atlanticus

Klasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Ochrophyta

Classis Bacillariophyceae

Ordo incertae

Familia Chaetocerotaceae

Genus Chaetoceros
Gambar 4.14 Chaetoceros atlanticus
Species Chaetoceros
Doc. Penelitian 2020
atlanticus

Deskripsi

Chaetoceros atlanticus hidup dengan koloni sel (heterotrof) koloni sel

tersebut membentuk rantai yang melingkar dan lurus dengan ukuran sel berkisar

kurang dari 10 µm-50 µm umumnya. Hasil pengamatan menunjukkan sel koloni

dengan pigmen pada sel kehijauan, memiliki setae yang mengelilingi sel, terdapat

pada kedua katup satae yang ukurannya berbeda. Habitat species ini di air laut.

14) Dinobryon stipitatum

Klasifikasi

Regnum Chromista

Divisio Heterokontophyta

Classis Chrysophyceae

Ordo Chromulinales

Familia Dinobryaceae

Genus Dinobryon
Gambar 4.15 Dinobryon stipitatum
Species Dinobryon Doc. Penelitian 2020
stipitatum
4

Deskripsi

Dinobryon stipitatum memiliki bentuk sel oval, hidup berkoloni dan

soliter, sel dikelilingi oleh lorica silinder,berukuran sekitar 150 µm. Habtat

umunya di air tawar dan air laut. Hasil pengamatan menunjukkan sel-sel yang

hidup berkoloni dan bercabang.

15) Coscinisdiscus radiatus

Kasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Bacillariophyta

Classis Coscinodiscophyceae
Tampak atas

Ordo Coscinodiscales

Familia Coscinodiscaceae
Tampak samping
Genus Coscinodiscus
Gambar 4.16 Coscinisdiscus radiates
Species Coscinisdiscus radiatus
Doc. Penelitian 2020
Deskripsi

Coscinisdiscus radiatus merupakan Chryssophyta yang habitatnya di air

tawar dan air laut. Memiliki bentuk bulat/silinder tampak atas, tampak samping

datar sedikit cembung, terdapat banyak kloroplas di sekitar katup, pigmen

bewarna hijau transparan tampak samping.

16) Coscinisdiscus asteromphalus

Klasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Bacillariophyta

Classis Coscinodiscophyceae
4

Ordo Coscinodiscales
Gambar 4.17 Coscinisdiscus asteromphalus
Familia Coscinodiscaceae Doc. Penelitian 2020

Genus Coscinodiscus

Species Coscinisdiscus asteromphalus

Deskripsi

Coscinisdiscus radiatus memiliki bentuk bulat/silinder, terdapat banyak

kloroplas, pada pengamatan terlihat pigmen transparan. Species ini habitanya di

air tawar dan air laut.

17) Acanthometron pellucidum

Klasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Retaria

Classis Acantharea

Ordo Arthracanthida

Familia Acanthometridae

Genus Acanthometron Gambar 4.18 Acanthometron pellucidum


Doc. Penelitian 2020
Species Acanthometron pellucidum

Deskripsi

Acanthometron pellucidum memiliki bentuk tubuh bulat lonjong dengan

silika yang mengelilingi tubuhnya, pigmen transparan, species ini adalah

kelompok subdivision yang hanya hidup di air laut.

18) Oscilatoria sp.

Klasifikasi

Regnum Bacteria
4

Divisio Cyanophyta

Classis Cyanophyceae

Ordo Oscillatoriales

Familia Oscillatoriaceae

Genus Oscillatoria
Gambar 4.19 Oscilatoria sp.
Species Oscilatoria sp. Doc. Penelitian 2020

Deskripsi

Oscilatoria Sp. memiliki bentuk Oscillatoria merupakan Cyanophyta

yang berbentuk filamen tak bercabang yang terdiri atas sel-sel pipih dan bersifat

multiseluler. Lebar sel dapat mencapai 6,8 μm, tanpa sel khusus seperti

heterocytes dan akinetes. Filamen ada yang terlihat berwarna hijau, biru-hijau,

ungu, atau merah dan tidak memiliki heterosista. Filamen tersebut dapat bergerak

dengan cara meluncur lambat. Dalam beberapa genera, filamen tertutup dalam

selubung fibrillar.

19) Oscilatoria limnosa

Klasifikasi

Regnum Bacteria

Divisio Cyanophyta

Classis Cyanophyceae

Ordo Oscillatoriales Gambar 4.20 Oscilatoria limnosa


Doc. Penelitian 2020
Familia Oscillatoriaceae

Genus Oscillatoria

Species Oscilatoria limnosa


4

Deskripsi

Oscilatoria limnosa memiliki bentuk silindris tidak bercabang,

mempunyai satu membrane, hasil pengamatan tampak jelas bentuk tubuhnya

lurus, berukuran sekitar 100 µm, memiliki sel dengan pigmen, memiliki

kromatophores rumput hijau atau kuning hijau, hidupnya uniseluler tidak berflagel

dan pada umumnya tidak bergerak.

20) Rhizoselenia lumbricata

Klasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Ochrophyta

Classis Bacillariophyceae

Ordo Rhizosoleniales

Familia Rhizosoleniadeae

Genus Rhizosolenia Gambar 4.20 Rhizoselenia lumbricata


Doc. Penelitian 2020
Species Rhizoselenia
lumbricata

Deskripsi

Rhizoselenia lumbricata memiliki bentuk tubuh silindris, katup

menyamping dan miring, dapar berputar dan memiliki jumlah kromatophores

yang banyak dan berukuran sangat kecil. Pada umumnya berada pada perairan

dan dapat beradaptasi dengan suhu perairan yang hangat.

21) Rhizoselenia bergonii

Klasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Ochrophyta
4

Classis Bacillariophyceae

Ordo Rhizosoleniales

Familia Rhizosoleniadeae

Genus Rhizosolenia

Species Rhizoselenia bergonii Gambar 4.22 Rhizoselenia bergonii


Doc. Penelitian 2020
Deskripsi

Rhizoselenia bergonii memiliki bentuk yang memusat (central) pada

permukaan cawannya. Habitatnya di laut. Katup akut dan kerucut agak

memanjang, umumnya bersel tunggal, hidupnya uniseluler (autotrof).

22) Rhizoselenia stolterfothii

Klasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Ochrophyta

Classis Bacillariophyceae

Ordo Rhizosoleniales

Familia Rhizosoleniadeae

Genus Rhizosolenia

Species Rhizoselenia
stolterfothii Gambar 4.23 Rhizoselenia stolterfothii
Doc. Penelitian 2020
Desripsi

Rhizoselenia stolterfothii memiliki bentuk tubuh agak melengkung.

Ukurannya berkisar 13-230 µm. habitatnya di laut, katup datar agak cembung,

umumnya bersel tunggal, pada pengamatan terlihat banyak kloroplas pada

tubuhnya, hidupnya uniseluler (autotrof).


4

23) Rhizoselenia robusta

Klasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Ochrophyta

Classis Bacillariophyceae

Ordo Rhizosoleniales

Familia Rhizosoleniadeae Gambar 4.24 Rhizoselenia robusta


Doc. Penelitian 2020
Genus Rhizosolenia

Species Rhizoselenia
robusta

Deskripsi

Rhizoselenia robusta memiliki bentuk seperti pipa, katup runcing dan

panjang, habitatnya di laut, umumnya bersel tunggal, uniseluser (autotrof).

24) Climacodium sp.

Klasifikasi

Regnum Chromista

Divisio Ochrophyta

Classis Bacillariophyceae

Ordo Hemiaulales

Familia Hemiaulaceae

Genus Climacodium

Species Climacodium sp. Gambar 4.25 Climacodium sp.


Doc. Penelitian 2020
Deskripsi

Climacodium Sp. memiliki bentuk sel bulat lonjong seperti telur, memiliki

kloroplas pada setiap selnya, terdapat rongga yang sempit pada setiap sel, hidup
4

berkoloni (heterotrof), hasl pengamatan menunjukkan sel yang berkoloni, pigmen

transparan, hidup di air laut dan air tawar.

25) Climacodium biconcavum

Klasifikasi

Regnum Chromista

Divisio Ochrophyta

Classis Bacillariophyceae

Ordo Hemiaulales

Familia Hemiaulaceae

Genus Climacodium
Gambar 4.26 Climacodium biconcavum
Species Climacodium biconcavum Doc. Penelitian 2020
Deskripsi

Climacodium biconcavum memiliki bentuk sel bulat lonjong seperti telur,

memiliki kloroplas pada setiap selnya, di antara sel terdapat rongga yang agak

lebar, hidup berkoloni (heterotrof), hasil pengamatan menunjukkan sel yang

berkoloni, pigmen transparan, hidup di air laut dan air tawar.

26) Bacillaria paradoxa

Klasifikasi

Regnum Chromista

Divisio Bacillariaphyta

Classis Bacillariaphyceae

Ordo Bacillariales

Familia Bacillariaphyceae

Genus Bacillaria Gambar 4.27 Bacillaria paradoxa


Doc. Penelitian 2020
5

Species Bacillaria paradoxa

Deskripsi

Bacillaria paradoxa memiliki bentuk sel memanjang dan motil, hidup

soliter dan juga koloni, sel berbentuk persegi panjang dalam tampilan korset (bila

berada dalam koloni) dan lanset dalam tampilan soliter, terdapat dua kloroplas

besar seperti piring , satu di dekat setiap ujung sel. Nukleus terletak terpusat. Sel

berwarna kuning kecokelatan.

27) Nitzchia obtusa

Klasfikasi

Regnum Chromista

Divisio Chryssophyta

Classis Bacillariophyceae

Ordo Bacillariales

Familia Bacillariaceae
Gambar 4.28 Nitzchia obtusa
Genus Nitzschia
Doc. Penelitian 2020
Species Nitzchia obtusa

Deskripsi

Nitzchia obtusa memiliki ukuran sekitar 100 µm, terdapat katup dengan

rap, sel biasanya tidak membentuk koloni, rap memanjang pada seluruh katup,

memiliki kloroplas bisa banyak atau sedikit, sangat bervariasi. merupakan jenis

Chrysophyta yang hidup di lingkungan ekstrem seperti air yang memiliki polutan

tinggi, susunan tubuh uniselluler, bentuk tubuh tidak sigmoid biasanya simetris

pada kedua sumbu apikal.


5

28) Navicula distans

Klasifikasi

Regnum Plantae

Divisio Bacillariophyta

Classis Bacillariaphyceae

Ordo Naviculales

Familia Naviculadeae

Genus Navicula

Species Navicula distans


Gambar 4.29 Navicula distans
Deskripsi
Doc. Penelitian 2020
Navicula distans memiliki bentuk silinder, dinding sel tubuhnya

mengandung zat kersik. Kersik merupakan komponen penting dalam plankton.

Hidup di air tawar dan di laut. Tubuh Navicula sp. terdiri atas dua bagian yaitu

kotak (hipoteka) dan tutup (epiteka). Di antara kotak dan tutup terdapat celah yang

disebut rafe. Berbentuk linear, panjang 6-42 um, lebar 4-1 um.

29) Diploneis fusca

Klasifikasi

Regnum Chromista

Divisio Ochrophyta

Classis Bacillariophyceae

Ordo Naviculales

Familia Diploneidaceae

Genus Diploneis
Gambar 4.30 Diploneis fusca
Species Diploneis fusca Doc. Penelitian 2020
5

Deskripsi

Diploneis fusca memiliki bentuk sel oval, pengamatan menunjukkan

terdapat dinding sel berbentuk bulat lonjong, dengan satu inti sel dan memilki

sedikit kloroplas, hidupnya uniseluler (autotrof), hidupnya di air laut dan air

tawar.

30) Fragilaria alchetron

Klasifikasi

Regnum Protista

Divisio Chrysophyta

Classis Bacillatioapyceae

Ordo Pennales

Familia Fragilaridea

Genus Fragilaria

Species Fragilaria
alchetron Gambar 4.31 Fragilaria alchetron
Doc. Penelitian 2020
Deskripsi

Fragilaria alchetron memiliki berbentuk persegi panjang, pada katup agak

menumpul, pola ornamentasi pada wajah katup bervariasi, tetapi sternum sentral,

sel-sel hidup mengandung plastida yang terdiri dari 2 lempeng, diposisikan di

depan katup, hidup di air laut dan air tawar, uniseluler (autotrof).

31) Asterionella japonica

Klasifikasi

Regnum Chromista

Divisio Bacillariophyta

Class Bacillariophyceae
5

Ordo Tabellariales

Family Tabellariaceae

Genus Asterionella

Spesies Asterionella
japonica
Gambar 4.32 Asterionella japonica
Deskripsi Doc. Penelitian 2020
Asterionella japonica memiliki bentuk seperti bintang, hidupnya

berkoloni, ukuran sel berkisar 60-85 mm dan lebar 2-4 mm, koloni yang terbentuk

terdiri 8 sel hingga 20 sel, sel-sel saling menempel terlihat seperti bintang atau

rantai spiral.

32) Climacosphenia moniligera

Klasifikasi

Regnum Chromista

Divisio Ochrophyta

Classis Bacillariophyceae

Ordo Climacospheniales
Gambar 4.33 Climacosphenia moniligera
Familia Climacospheniaceae
Doc. Penelitian 2020
Genus Climacosphenia

Species Climacosphenia
moniligera

Deskripsi

Climacosphenia moniligera memiliki bentuk yang meruncing seperti duri,

lurus dan terdapat dua katup, memiliki kloroplas, hasil pengamatan menunjukkan

pigmen pada katup yang meruncing transparan, pada katup lainnya kuning

kehijauan, umumnya hidup di air laut dan air tawar.


5

33) Eucyclops sp.

Klasifikasi

Kingdom Animalia

Phylum Crustacea

Classis Copepoda

Ordo Cyclopoida

Familia Cyclopidae Gambar 4.34 Eucyclops sp.


Doc. Penelitian 2020
Genus Eucyclops

Species Eucyclops sp.

Deskripsi

Eucyclops Sp. memiliki ukuran tubuh yang kecil dan rata-rata 650–1150

µm ini tanpa caudal rami seta. Terdapat Antena dengan 12 segmen, 3 segmen

terakhir dengan selaput hialin halus yang sempit atau lebar biasanya mencapai ke

tepi distal cephalotorax. Caudal rami rata-rata ukurannya 3,5–6,5 µm, jarang

sampai 8 kali panjangnya. Hasil pengamatan menunjukkan pigmen tubuh cokelat

kemerahan dengan 2 antena pada anterior dan 2 pada posterior, terdapat juga

kantung telur pada posterior. Habitat species ini pada zona profundal daerah yang

masih dapat disinari matahari. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan.

34) Candacia catula

Klasifikasi

Kingdom Animalia

Phylum Arthropoda

Classis Copepoda

Order Calanoida
5

Familia Candaciidae
Gambar 4.35 Candacia catula
Genus Candacia Doc. Penelitian 2020

Species Candacia
catula

Deskripsi

Candacia catula memiliki bentuk lonjong dengan sepasang antena, pada

tampilan punggung, segmen genital dengan tonjolan cembung yang jelas di setiap

sisi. Species jantan memiliki ciri sudut posterior kiri prosome runcing pada betina

tumpul, hasil pengamatan menunjukkan pigmen tubuh transparan agak

kecokelatan, memiliki 3 pasang kaki dengan rambut-rambut disetiap kaki,

memiliki sepasang ekor dengan rambut-rambut pada setiap ekor.

35) Calanus hyperboreus

Klasifikasi

Kingdom Animalia

Phylum Arthropoda

Classis Copepoda

Ordo Calanoida

Familia Calanidae

Genus Calanus
Gambar 4.36 Calanus hyperboreus
Species Calanus Doc. Penelitian 2020
hyperboreus

Deskripsi

Calanus hyperboreus memiliki bentuk tubuh yang lonjong, mempunyai

sepasang antena, mempunyai ekor dengan rambut-rambut pada ujung ekor, pada

gambar tampak dari samping. Hasil pengamatan menunjukkan pigmen tubuh

species ini transparan kecokelatan dan pada rambut-rambut ekor berwarna oranye.
5

Habitat species ini secara umum berada pada zona profundal perairan laut. Genus

Calanus secara umum memiliki peranan yang sangat penting dalam rantai

makanan di perairan kerena jumlah dan persebarannya yang luas.

36) Calanus sp.

Klasifikasi

Kingdom Animalia

Phylum Arthropoda

Classis Copepoda

Ordo Calanoida

Familia Calanidae

Genus Calanus

Species Calanus sp.


Gambar 4.37 Calanus sp.
Deskripsi Doc. Penelitian 2020

Calanus Sp. memiliki bentuk tubuh yang lonjong, mempunyai sepasang

antena, mempunyai ekor dengan rambut-rambut, memiliki kaki dengan segmen,

pada ujung kepala terdapat tonjolan, ukuran tubuh jantan berkisar 2,4-3,1 mm,

ukuran tubuh betina berkisar 2,5-3,0 mm, persebaran species ini di sepanjang

pesisir pantai. Hasil pengamatan menunjukkan pigmen tubuh species ini

transparan. Habitat species ini secara umum berada pada zona profundal perairan

laut. Genus Calanus secara umum memiliki peranan yang sangat penting dalam

rantai makanan di perairan kerena jumlah dan persebarannya yang luas.

37) Calanus sinicus

Klasifikasi

Kingdom Animalia
5

Phylum Arthropoda

Classis Copepoda

Ordo Calanoida

Familia Calanidae

Genus Calanus

Species Calanus sinicus


Gambar 4.38 Calanus sinicus
Deskripsi Doc. Penelitian 2020

Calanus sinicus memiliki bentuk tubuh yang lonjong, mempunyai

sepasang antena, mempunyai ekor dengan rambut-rambut, pada gambar tampak

punggung. Hasil pengamatan menunjukkan pigmen tubuh species ini transparan

kecokelatan. Habitat species ini secara umum berada pada zona profundal perairan

laut. Genus Calanus secara umum memiliki peranan yang sangat penting dalam

rantai makanan di perairan kerena jumlah dan persebarannya yang luas.

38) Acartia sp.

Klasifikasi

Kingdom Animalia

Phylum Crustacea

Classis Copepoda

Ordo Calanoida

Familia Acartiidae

Genus Acartia
Gambar 4.39 Acartia sp.
Species Acartia sp.
Doc. Penelitian 2020
5

Deskripsi

Acartia sp. memiliki tubuh yang memanjang dan berbentuk cerutu slender,

agak ramping, mempunyai sepasang antena dan 2 pasang ekor, memiliki mata

tunggal, mampu bergerak sendiri, ukuran tubuh betina antara 1.00 - 1.30 mm dan

pada jantan antara 0.70 - 0.90 mm. Makanan species ini adalah Genus Nauplii

kelompok ordo copepoda lain dan fitoplankton termasuk juga diatom serta

flagelata. Hasil pengamatan terlihat pigmen dari species ini cokelat kemerahan

dan memiliki kaki 3 pasang. Secara umum, habitat species ini adalah zona

profundal pada pesisir pantai dan muara.

39) Acartia bifilosa

Klasifikasi

Kingdom Animalia

Phylum Crustacea

Classis Copepoda

Ordo Calanoida

Familia Acartiidae

Genus Acartia

Species Acartia bifilosa


Gambar 4.40 Acartia bifilosa
Deskripsi Doc. Penelitian 2020

Acartia bifilosa memiliki tubuh yang memanjang dan berbentuk cerutu

slender, ramping, mempunyai sepasang antena dan 3 pasang ekor, memiliki mata

tunggal, mampu bergerak sendiri, ukuran tubuh betina antara 1.00 - 1.30 mm dan

pada jantan antara 0.70 - 0.90 mm. Makanan species ini adalah Genus Nauplii

kelompok ordo copepoda lain dan fitoplankton termasuk juga diatom serta
5

flagelata. Hasil pengamatan terlihat pigmen dari species ini cokelat kemerahan

dan memiliki kaki 3 pasang. Secara umum, habitat species ini adalah zona

profundal pada pesisir pantai dan muara.

40) Nauplius tertutup

Klasifikasi

Kingdom Animalia

Phylum Crustacea

Class Crustaceae

Ordo Copepoda

Familia Opepodidae Gambar 4.41 Nauplius tertutup


Doc. Penelitian 2020
Genus Nauplius

Spesicies Nauplius

tertutup Deskripsi
Nauplius tertutup memiliki tubuh bulat telur (lonjong), memliki 3 pasang

kaki dengan rambut-rambut halus pada setiap ujung kaki, pada bagian posterior

terdapat rambut yang panjang menyerupai ekor, hasil pengamatan pada gambar

tampak bawah yang menunjukkan morfologi dengan pigmen transparan, Genus

Nauplius secara umum makan dengan cara menggerakkan kaki dan umbai-umbai

pada bagian mulutnya hingga menghasilkan pusaran air dan arus yang tertarik

pada pusaran air tersebut diteruskan ke saringan maksila dan ke mulut kemudian

dicerna.

41) Nauplius canthocamptus

Klasifikasi

Kingdom Animalia
6

Phylum Crustacea

Classis Crustaceae

Ordo Copepoda

Familia Opepodidae

Genus Nauplius

Species Nauplius Gambar 4.42 Nauplius canthocamptus


canthocamptus
Doc. Penelitian 2020
Deskripsi

Nauplius canthocamptus memiliki tubuh bulat telur (lonjong), memliki 2

pasang kaki dengan rambut-rambut halus pada setiap ujung kaki, pada bagian

posterior terdapat rambut yang panjang menyerupai ekor, hasil pengamatan

terdapat tonjolan pada bagian anterior dengan sepasang rambut, memiliki pigmen

transparan, Genus Nauplis secara umum makan dengan cara menggerakkan kaki

dan umbai-umbai pada bagian mulutnya hingga menghasilkan pusaran air dan

arus yang tertarik pada pusaran air tersebut diteruskan ke saringan maksila dan ke

mulut kemudian dicerna.

42) Nauplius cyclops

Klasifikasi

Kingdom Animalia

Phylum Crustacea

Classis Crustaceae

Ordo Copepoda

Familia Opepodidae

Genus Nauplius Gambar 4.43 Nauplius cyclops


Doc. Penelitian 2020
Species Nauplius cyclops
6

Deskripsi

Nauplius cyclops memiliki tubuh bulat telur (lonjong), memliki 3 pasang

kaki dengan rambut-rambut halus pada setiap ujung kaki, hasil pengamatan

tampak bagian atas dengan pigmen tubuh transparan, Genus Nauplis secara umum

makan dengan cara menggerakkan kaki dan umbai-umbai pada bagian mulutnya

hingga menghasilkan pusaran air dan arus yang tertarik pada pusaran air tersebut

diteruskan ke saringan maksila dan ke mulut kemudian di cerna.

43) Penaeus japonicas

Klasifikasi

Kingdom Animalia

Phylum Crustacea

Classis Malacostraca

Ordo Decapoda

Familia Penaeidea

Genus Penaeus

Species Penaeus japonicas Gambar 4.44 Penaeus japonicas


Doc. Pribadi
Deskripsi

Penaeus japonicas memiliki bentuk kepala oval pada bagian anterior

terdapat tonjolan yang runcing, tampak pada gambar bagian punggung, memiliki

3 pasang kaki dan ekor. Hasil pengamatan menunjukkan pigmen tubuh transparan

agak kekuningan. Species ini hanya hidup di air laut.

44) Anisomysis ijimai

Klasifikasi

Kingdom Animalia
6

Phylum Crustacea

Classis Malacostraca

Ordo Mysida

Familia Mysidae

Genus Anisomysis

Species Anisomysis ijimai


Gambar 4.45 Anisomysis ijimai
Deskripsi Doc. Pribadi

Anisomysis ijimai merupakan kelompok phylum crustacea udang-udangan,

hasil pengamatan tampak samping terdapat 2 mata, 4 pasang kaki, memiliki 3

antena dan ekor, pada ujung ekor terdapat rambut-rambut halus, pada bagian

abdomen dan punggung terdapat segmen/ruas, umumnya phylum crustaea

hidupnya di air laut dan air tawar.

4.1.7 Hasil Penilaian Media Pembelajaran

1) Persentase Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran dalam Bentuk

Panduan Praktikum oleh Tim Ahli

Berdasarkan hasil penilaian dari tim ahli (dosen) isi, desain dan media

menyatakan bahwa media pembelajaran dalam bentuk penuntun praktikum sangat

layak digunakan dan juga sangat menunjang proses perkuliahan khususnya dalam

praktikum mata kuliah pengetahuan lingkungan dan limnologi serta mata kuliah

yang berkaitan dengan perairan. Data hasil penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.4,

sebagai berikut.
6

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Tim Ahli

Aspek Jumlah Skor Skr


No. %
Penilaian Aspek Diperoleh Maksimal

1. Isi 8 36 40 90

2. Desain 15 60 75 80

3. Media 10 45 50 90

2) Persentase Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran dalam Bentuk

Panduan Praktikum oleh Kelompok Mahasiswa

Kelayakan media pembelajaran ini sangat memengaruhi mahasiswa

sebagai pelaksana kegiatan praktikum untuk itu, perlu dilihat tanggapan

mahasiswa mengenai layaknya media pembelajaran dalam bentuk penuntun

praktikum. Uji coba media pembelajaran oleh kelompok mahasiswa yaitu 15

orang. Data hasil penilaian oleh kelompok mahasiswa dapat dilihat pada Tabel

4.5, sebagai berikut.

Tabel 4.5 Hasil Penilaian Kelompok Mahasiswa


Skala Skor Persentase
No. Aspek penilaian
penilaian maksimal %

Menurut anda apakah isi penuntun


1 4,3
praktikum ini menarik ?

Menurut anda apakah isi penuntun


2 4,3
praktikum ini mudah dimengerti ?

Bagaimanakah kejelasan gambar 40 84


3 yang ada dalam penuntun 3,7
praktikum ini ?

Bagaimanakah kejelasan tulisan


4 yang ada dalam penuntun 4,4
praktikum ini ?
6

Menurut anda apakah tampilan


5 gambar pada penuntun praktikum 4
ini menarik ?

Menurut anda apakah penuntun


6 praktikum ini secara keseluruhan 4,5
menarik ?

Apakah penuntun ini dapat


7 membantu memudahkan dalam 4,3
praktikum pengamatan plankton ?

Apakah penulisan Bahasa latin


yang digunanakan dalam
8 4,1
penuntun praktikum ini sudah
tepat ?

Jumlah 33,6

3) Rerata persentase penilaian kelayakan media pembelajaran

Rerata persentase penilaian kelayakan media pembelajaran disajikan pada

Tabel 4.6, sebagai berikut :

Tabel 4.6 Rerata Hasil penilaian kelayakan media pembelajaran

Persentase %

Tim Ahli (Dosen) Kriteria


No. Kelompok Rerata %
Validasi
Ahli Ahli Mahasiswa
Ahli isi
Desain Media

Sangat
1 90 80 90 84 86
Layak
6

4. 2 Pembahasan

4.2.1 Jenis-jenis plankton yang teridentifikasi

Lokasi penelitian berada di pesisir perairan pantai Desa Fatufia Kecamatan

Bahodopi Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. Tepat pada lokasi penelitian

merupakan TPA limbah Perusahaan IMIP dan tempat buangan sampah

masyarakat. Aktivitas ini terjadi karena letak perusahaan dan pemukiman warga

yang tidak memiliki batas atau berdampingan. Aktivitas warga ini telah ada sejak

lama dan perusahaan IMIP telah beroperasi ± 14 tahun. Perlunya diketahui bahwa

dampak dari aktivitas perusahaan dan warga sangat memengaruhi lingkungan

sekitar bahkan sesama mahluk hidup lainnya, dari yang tingkat takson tertinggi

hingga terendah dan apalagi aktivitas tersebut telah lama berlangsung. Teramati

bahwa aktivitas perindustrian dan jumlah penduduk yang terus meningkat dan

terjadi hingga sekarang. Melalui penelitian ini, diangkatlah objek plankton

sebagai biondikator utama yang dipengaruhi oleh aktivitas industri dan warga.

Hasil identifikasi plankton pada tabel 4.3 menunjukkan jenis dengan

jumlah yang bervariasi pada stasiun pengamatan. Pada stasiun 1 jumlah

sel/individu yang ditemukan adalah 49 individu, stasiun 2 adalah 86 individu dan

stasiun 3 adalah 200 individu. Jumlah yang ditemukan ini adalah jumlah

keseluruhan plankton (fitoplankton dan zooplankton). Perolehan jumlah

fitoplankton yang didapatkan yaitu 296 individu. Yang terdiri dari 32 jenis

spesies. Schroederia segitera berjumlah 220, Cyclotella kuatzingiana berjumlah

1, Thalassionema nitzschioides berjumlah 2, Thalassiosira fluviatilis berjumlah 2,

Ceratium carriense berjumlah 9, Ceratium palmatum berjumlah 1, Ceratium

furca berjumlah 1, Ceratium pentagonum berjumlah 1, Chaetoceros densus


6

berjumlah 1, Chaetoceros danicus berjumlah 2, Chaetoceros atlanticus berjumlah

1, Dinobryon stipitatum berjumlah 4, Coscinisdiscus radiatus berjumlah 2,

Coscinisdiscus asteromphalus berjumlah 1, Acanthometron pellucidum berjumlah

4, Oscilatoria Sp. berjumlah 6, Oscilatoria limnosa berjumlah 3, Rhizoselenia

lumbricata berjumlah 2, Rhizoselenia bergonii berjumlah 4, Rhizoselenia

stolterfothii berjumlah 2, Rhizoselenia robusta berjumlah 2, Climacodium

biconcavum berjumlah 1, Climacodium Sp. berjumlah 1, Nitzchia obtuse

berjumlah 2, Diploneis fusca berjumlah 1, Selenastrum gracile berjumlah 2,

Fragilaria alchetron berjumlah 1, Bacteriastrum comosum berjumlah 1, Navicula

distans berjumlah 6, Asterionella japonica berjumlah 7, Climacosphenia

moniligera berjumlah 1 dan Bacillaria paradoxa berjumlah 2. Sedangkan jumlah

zooplankton yang didapatkan yaitu 41 individu. Yang terdiri dari 12 jenis spesies.

Eucyclops agilis berjumlah 1 individu. Acartia sp. berjumlah 1, Acartia bifilosa

berjumlah 9, Nauplius tertutup berjumlah 1, Nauplius canthocamptus berjumlah

2, Nauplius cyclops berjumlah 1, Candacia catula berjumlah 12, Candacia

longimana berjumlah 2, Calanus hyperboreus berjumlah 2, Calanus sinicus

berjumlah 2, Calanus Sp. berjumlah 2, Anisomysis ijimai berjumlah 1 dan

Penaeus japonicas berjumlah 2.

4.2.2 Hasil analisis faktor yang memengaruhi kehidupan Plankton

Beberapa faktor yang memengaruhi kehidupan maupun aktivitas plankton

yang diukur adalah suhu, pH, kecerahan, salinitas, oksigen terlarut dan kecepatan

arus. Pengukuran tersebut dilakukan siang dan malam dengan dua kali ulangan

yaitu tanggal 14 oktober dan 21 oktober 2020. Hal ini dilakukan berdasarkan
6

aktivitas perusahaan saat membuang limbah dengan volume jumlah kecil dan

jumlah besar pada waktu penelitian.

Suhu perairan yang diukur pada 2 waktu pengambilan bervariasi, dapat

dilihat pada tabel parameter faktor kondisi fisik-kimia perairan pantai Desa

Fatufia ulangan pertama dan kedua. Perolehan suhu yang terukur bernilai antara

27 ºC sampai 35 ºC pada pertengahan bulan – akhir bulan Oktober 2020. Lokasi

dengan nilai suhu terendah pada stasiun 3 dengan waktu pengambilan siang hari,

lokasi ini ditempatkan dekat Pulau Langala yang dianggap jauh dari stasiun 2

yaitu pembuangan Limbah Perusahaan. Suhu dengan nilai tertinggi pada stasiun 2

TPA limbah Perusahaan dengan waktu pengambilan malam hari. Berdasarkan

data ini bahwa suhu pada setiap stasiun bervariasi dengan kisaran nilai yang

cukup besar. Suhu memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan plankton,

terkhusus fitoplankton yang menjadi produsen pada ekosistem perairan yang

memiliki peran penting seperti tumbuhan di ekosistem daratan dan zooplankton

merupakan organisme penting dalam proses pemanfaatan dan pemindahan energi

karena merupakan penghubung antara produsen dengan hewan-hewan pada

tingkat tropik yang lebih tinggi (Perdana, 2016).

Romimohtarto dan Juwana (2007) menegaskan bahwa suhu air merupakan

salah satu faktor fisik penting yang banyak memengaruhi kehidupan hewan dan

tumbuhan air. Suhu air mempunyai peranan penting dalam kecepatan laju

metabolisme dan respirasi biota air, sehingga kebutuhan akan oksigen terlarut

juga meningkat. Perolehan nilai suhu ini disebabkan oleh aktivitas perusahaan

yang membuang limbah cair panas ke laut langsung dan limbah rumah tangga

yang juga dibuang lansung ke laut. Sehingga suhu yang bervariasi ini sangat
6

memengaruhi kehidupan plankton dan beberapa plankton masih ditemukan pada

suhu 35 ºC. Hal ini didukung oleh Azwar (2001) yang menyatakan bahwa suhu

yang dapat ditolerir organisme pada suatu perairan berkisar antara 20-30°C, suhu

yang sesuai dengan fitoplankton 25-30°C sedangkan suhu untuk pertumbuhan dari

zooplankton berkisar 15-35°C. Maka, dengan ini suhu mengontrol langsung

okesistem perairan yang memengaruhi kehidupan plankton karena kehidupan

mahluk hidup perairan khususnya plankton memiliki batas toleransi pada suhu.

Nilai pH (derajat keasaman) yang terukur pada kedua ulangan terdapat

perbedaan dengan kisaran yang cukup jauh. Tabel menunjukkan nilai rata-rata

pada ulangan pertama 7,7 sedangkan pada ulangan kedua 8,2. Perolehan data

derajat keasaman ini bukanlah masalah jika kita bandingakan dengan standar baku

mutu air laut untuk biota laut dengan nilai antara 7,0-8,5. Berdasarkan standar

baku mutu air laut pH perairan laut masih dalam kondisi baik untuk kehidupan

biota perairan.

Nilai kecerahan yang terukur berkisar dari rendah ke tinggi antara 0,95 m

sampai 7,5 m. Nilai terendah pada stasiun 1 dan 2 dan nilaitertinggi pada stasiun

3. Banyak faktor yang membuat tinggat kecerahan pada perairan seperti intensitas

cahaya, kekeruhan air, tutupan awan, kondisi cuaca saat pengukuran, kondisi

permukaan air dan musim (Wirabumi, 2017). Faktor utama yang di temukan di

lapangan bahwa nilai kecerahan disebabkan oleh cuaca dan polutan limbah

masyarakat yang langsung ke laut tanpa melalui penyaringan alami oleh tanah

juga sedimentasi buangan limbah perusahaan yang sudah meluas. Hasil

pengukuran tingkat kecerahan ini juga didukung oleh Akirimi dan Gatot (2002)
6

yang manyatakan bahwa kecerahan di bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan

rendah.

Nilai salinitas perairan yang terukur pada 3 stasiun menujukkan angka

yang cukup tinggi jika melihat data optimum salinitas air laut pada cakupan

umum yang berkisar antara 34–35‰. Perolehan nilai salinitas pada 3 stasiun yaitu

43 sampai 67 ‰. Berdasarkan hasil pengukuran ini didukung oleh Johnson (2005)

yang meyatakan bahwa nilai salinitas perairan laut lebih dari 30 ppt. Maka kondisi

ini dapat dikatakan masih dalam kondisi yang stabil.

Oksigen terlarut juga salah satu yang memilki peranan penting dalam

kondisi perairan, nilai oksigen terlarut yang terukur hampir mendekati baku mutu

perairan laut, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51

Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut yaitu > 5 mg/l. Perolehan

nilai oksigen terlarut berkisar antara 5,3 sampai 6,7 mg/1. Berdasarkan nilai

tersebut, tingkat produktifitas fitoplankton berada pada kategori sedang/kurang

produktif dengan nilai oksigen terlarut tertinggi adalah 6,7 mg/1 landasan yang

menguatkan argumen ini adalah perairan yang kandungan oksigennya kurang dari

3 mg/l akan mengganggu kehidupan organisme perairan, jika kandungan oksigen

antara 5 mg/l – 7 mg/l berarti kurang produktif sedangkan jika lebih besar dari 7

mg/l termasuk perairan produktif (Basmi, 1990).

Nilai kecepatan arus yang terukur berkisar antara 0,02 sampai 0,05 m/s.

Perolehan nilai ini menunjukkan adalah laju arus air pada 3 stasiun penelitian

yang juga berpengaruh pada sebaran plankton. Ada yang menarik pada data ini,

khususnya stasiun 2 pada ulangan kedua pengukuran malam hari arus yang

seharusnya mengarah ke bibir pantai tidak terjadi, hal ini disebabkan pada malam
7

hari bungan limbah perusahaan memiliki volume yang lebih banyak

mengakibatkan arus balik lebih cepat dari pada arus air laut ke bibir pantai.

Selain faktor-faktor di atas, analisis keanekaragaman plankton adalah

salah satu data yang sangat mendukung untuk mengkategorikan suatu perairan

tercemar ringan, sedang hingga berat. Mengutip pernyataan dari Kurniawan

(2011) bahwa salah satu data yang sangat mendukung untuk melihat tingkat

pencemaran air suatu lingkungan perairan adalah dengan melihat nilai indeks

keanekaragaman (H‟) plankton. Singkatnya keanekaragaman dan jumlah individu

setiap jenis plankton menunjukkan suatu perairan tercemar. Data perolehan

disajikan pada Gambar 4.1 mengenai grafik indeks keanekaragaman plankton

dengan nilai rata – rata yang diperoleh adalah 0,385, nilai tersebut menunjukkan

tingkat pencemaran air dengan tingkat pencemaran air tercemar berat, dengan

indeks H‟ < 1. Hasil analisis ini terilhat jelas pada jumlah individu per jenis

plankton didominansi oleh 1 jenis saja dan jenis lain memiliki variasi jumlah yang

rata-rata sama.

4.2.3 Peranan Hasil Penelitian sebagai Media Pembelajaran

Penelitian ini merupakan penelitian yang cukup menarik karena tidak

hanya melihat jenis – jenis plankton, tetapi lebih terfokus ke prosedur penelitian

yang telah dilakukan. Tahap – tahap yang telah dilakukan dalam penelitian ini

dibuat dalam bentuk panduan praktikum yang juga dapat dijadikan referensi untuk

penelitian mengenai plankton khususnya. Pemilihan media pembelajaran ini

berdasarkan saran dan masukkan Dosen Pembahas dan setelah dipertimbangkan,

media ini sangat membantu mahasiswa khususnya Pendidikan Biologi dalam

praktikum Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan dan Limnologi, begitu pula


7

hasil penelitian yang dibuatkan media berupa panduan praktikum ini dapat

digunakan dengan sebaik mungkin.

Radyan (2012) menjelaskan bahwa media pembelajaran merupakan wadah

dari pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, tujuan

yang ingin dicapai ialah proses pembelajaran. Hal ini sama tujuannya dengan

pembuatan media pembelajaran dalam bentuk penuntun praktikum berdasarkan

pertimbangan dan saran dosen penguji.

Persentase nilai yang diperoleh dari 3 tim ahli (Dosen) menunjukkan nilai

yang tidak jauh beda yaitu ahli isi 90 %, ahli desain 80 % dan ahli media 90 %.

Persentase nilai dari kelompok mahasiswa yaitu 84 %. Berdasarkan persentase

nilai validasi dari tim ahli (Dosen) dan perolehan persentase nilai yang diujikan

dari kelompok mahasiswa dirata-ratakan untuk melihat persentase nilai

berdasarakan penjelasan Arikunto (2009). Perolehan persentase nilai yang dirata-

ratakan menunjukkan tinggkat kelayakan berdasarkan pernyataan Arikunto (2009)

ialah Sangat Layak.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari Laporan hasil penelitian yaitu :

1) Hasil penelitian dalam hal ini, pengamatan yang dilakukan di

Laboratorium SMA Negeri 1 Bungku Tengah teridentifikasi 32 jenis

fitoplankton dan 12 jenis zooplankton. 32 jenis fitoplankton meliputi

Schroederia segitera, Selenastrum gracile, Cyclotella kuatzingiana,

Thalassiosira fluviatilis, Bacteriastrum comosum, Thalassionema

nitzschioides, Ceratium carriense, Ceratium palmatum, Ceratium

furca, Ceratium pentagonum, Chaetoceros danicus, Chaetoceros

densus, Chaetoceros antlanticus, Dinobryon stipitatum, Cocinisdiscus

radiates, Coscinodiscus asteromphalus, Acanthometron pellucidum,

Oscilatoria sp., Oscilatoria limnosa, Rhizoselenia lumbricata,

Rhizoselenia bergonii, Rhizosolenia stolterfothii, Rhizoselenia

robusta, Climacodium sp., Climacodium biconcavum, Bacilaria

paradoxa, Nitzchia obtuse, Navicula distans, Diploneis fusca,

Fragilaria alchetron, Asterionella japonica dan Climacosphenia

moniligera. 12 jenis zooplankton meliputi Eucyclops agilis, Candacia

catula, Calanus hyperboreus, Calanius sp., Calanus sinicus, Acartia

sp. Acartia bifilosa, Nauplius tertitip, Nauplius canthocamptus,

Nauplius cyclops, Penaeus japonicas dan Anisomysis ijimai.

72
73

Perolehan nilai indeks keanekaragaman plankton menunjukkan nilai

dengan rata–rata adalah 0,385, nilai tersebut menunjukkan tingkat

pencemaran air dengan tingkat pencemaran air tercemar berat, dengan

indeks H‟ < 1

2) Laporan hasil penelitian mengenai Identifikasi Jenis Plankton sebagai

Bioindikator di Pesisir Pantai Desa Fatufia dan Pemanfaatannya

sebagai Media Pembelajaran berdasarkan kriteria validasi sangat layak

dijadikan Media Pembelajaran dalam bentuk Penuntun Praktikum

5.2 Saran

Penulis merekomendasikan kepada mahasiswa yang ingin menulis tentang

plankton agar mengembangkan tulisan dengan variable yang berbeda, karena

melihat beberapa jenis plankton masih memiliki referensi lama.


DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, M., Subiyanto dan Haeruddin. (2014). Komposisi dan distribusi


plankton di perairan teluk semarang. Saintifika. 16(2): 39–48.
Amien, M. (1988). Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum IPA
Umwn (General Science) untuk Lembaga Tenaga Kependidikan,
Depertemen Pendidikan dan Kebuadayaan Directorat Jendral Pendidikan
Tinggi Proyek Pengeembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan, Jakarta
Agustina, E. (2016). Analisis Kesesuaian Materi Kuliah dengan Materi Praktikum
Biologi Bidang Tumbuhan Pada Program Studi Pendidikan Biologi, UIN
Ar-Raniry, Jurnal Botik. (4)2.

Akirimi dan Gatot. (2002). Teknik Pengamatan Kualitas Air dan Plankton di
Reservat Danau Arang-Arang Jambi. Jurnal Penelitian Teknik Pertanian.
7 (2).

Arikunto, S. (2009). Kategori presentase kelayakan media pembelajaran:


pendekatan praktek. Edisi Revisi Kelima. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, E. 2001. Pengaruh Aktivitas Pabrik Semen Andalas Terhadap


Kelimpahan, Deversitas dan Produktivitas Plankton di Perairan Pantai
Lhoknga Kabupaten. Jurnal. Fakultas MIPA UNSYAH.

Bahri, S. (2005). Pengamatan jenis-jenis plankton di perairan Sungai Musi,


Sumatra Selatan. BTL. 6(2): 49–55.

Basmi, J. (1990). Makanan plankton dan plankton sebagai makanan, Fakultas


Perikanan Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Basmi, J. (2000). Diatom dalam gambar. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Berlian, E. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Padang:


Sukabina Press.

Boyd, C. E. (1990). Water quality in ponds for aquaculture, Alabama.


Agricultural Eksperiment Station. Auburn University, Alabama, USA.

Clark, D. R., Aazem, K. V. dan Hays, G. C. (2001). Zooplankton abundance and


community structure over a 4000 km transect in the northeast Atlantic.
Journal of Plankton Research. 23(4): 365-37.

74
7

Damayanti, N. M. D., Hendrawan, I. G. dan Faiqoh, E. (2017). Distribusi spasial


dan struktur komunitas plankton di daerah Teluk Penerusan, Kabupaten
Buleleng. Journal of Marine and Aquatic Sciences. 3(2): 191–203.

Djamarah, dkk. (2002). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Davis. (1955). The Marine and FreshWater Plankton. Hiroshima, Michigan State
University Press. 562 p

Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan
lingkungan perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Fachrul, M. F. (2012). Metode sampling bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Harris. (2012). Hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan parameter fisik-


kimiawi perairan di Teluk Jakarta. Jurnal Akuatika. 3(2): 169-179. (online)
Tersedia: http://jurnal.unpad.ac.id/akuatika/article/download/1617/1605
(16 feb 2016).
Handayani, S., Patria dan Mufti. P. (2005). Komunitas Zooplankton Di Perairan
Waduk Krenceng, Cilegon, Banten. Makra Sains. 9(2), 75 - 80.

Haumahu, S. (2005). Distribusi spasial fitoplankton di perairan Teluk Haria


Saparua, Maluku Tengah. Jurnal Ilmu Kelautan. 10(3): 126-134.

Hidayat, R. (2013). Kajian kandungan klorofil-A pada fitoplankton terhadap


parameter kualitas air di Teluk Tanjungpinang Kepulauan Riau. Jurnal
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

Hutabarat, P. U. B., Redjeki, S. dan Hartati, R. (2014). Komposisi dan kelimpahan


plankton di perairan Kayome Kepulauan Togean Sulawesi Tengah.
Journal of Marine Research. 3(4): 447–455.

Hutabarat, S dan Evans, S.M. (1986). Pengantar oseanografi. Universitas


Indonesia Press, Jakarta.

Ikhsan, M., Izmiarti, dan Zakaria, I. J. (2014). Komposisi dan struktur komunitas
fitoplankton di Danau Maninjau Sumatera Barat. Jurnal Biologi
Universitas Andalas. 4(2): 145–152.
Jusmasari H, Novita S, Salahuddin Al-Yubi P dan Nuraini N. (2018). Analisis
Kelayakan Buku Panduan Praktikum Kimia Kelas XII Semeter II
Berdasarkan BSNP Sesuai Kurikulum 2013, Skripsi, Program Sarjana
Universitas Sumatera Utara. Di Publikasikan.

Kennish, M. J. (1990). Ecology ef estuaries; anthropogenic effects. Boca Raton,


CRC Press.
7

Kurniawan, A. (2011). Pendugaan status pecemaran air dengan plankton sebagai


bioindikator di Pantai Kabupatan Banyuwangi Jawa Timur. Journal
Kelautan. 4(1): 18-23.

Khaerunnisa, A. (2015). Kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton di Situ


Cisanti Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung Jawa Barat. Skripsi.
FKIP UNPAS. Bandung. Tidak dipublikasikan.

Krebs, C. J. (1985). Ecology: The experimental analysis of distribution and


abundance. Third Edition. New York: Harper and Row.

Krismono dan Sugianti, Y. (2007). Distribusi plankton di Waduk Kedungombo.


Jurnal Perikanan. 9(1): 108–115.

Mamu, H. D. (2007). Keanekaragaman dan Distribusi Ikan Air Tawar diPerairan


Danau Talaga Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Palu. Universitas
Tadulako.

Makmur, M., Kusnoputranto, H., Moersidik, S. S. dan Wisnubroto, D. S. (2012).


Pengaruh Limbah Organik Dan Rasio N/P Terhadap Kelimpahan
Fitoplankton Di Kawasan Budidaya Kerang Hijau Cilincing. Jurnal
Teknologi Pengelolaan Limbah. 15(2): 51-64

Merina, G. S. G., Afrizal, S. dan Izmiarti. (2014). Komposisi dan struktur


komunitas fitoplankton di Danau Maninjau Sumatera Barat. Jurnal Biologi
Universitas Andalas. 3(4): 267–274.

Maswins. (2010). Arti dan manfaat media pembelajaran. (online). Tersedia:


http://www.maswins.com/2010/07/arti-dan-manfaat-media-
pembelajaran.html [20 Desember 2018].

Meikahani, R. dan Kriswanto, E. (2015). Pengenalan buku saku pengenalan


pertolongan dan perawatan cedera olahraga untuk siswa sekolah menengah
pertama. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. 11(1): 12-22.

Meadows, P. S. and Campbell, J. I. (1993). An introduction to marine science.


2nd Edition. USA: Halsted Press.

Nursyahra dan Abizar. (2011). Komposisi plankton yang terdapat di Danau


Kandis, Desa Salak, Kota Sawahlunto. Jurnal Pelangi. 3(2): 143–152.

Nybakken, J. W. (1992). Biologi laut suatu pendekatan biologis. Jakarta: PT


Gramedia.

Nybakken, J.W. (1988). Biologi laut suatu pendekatan ekologis. Terjemahan


M.Ediman, Koesoebiono, D.G Bengen, M. Hutomo, & S. Sukardjo.
7

Jakarta: PT. Gramedia.

Nontji. A. (2008). Plankton Laut. Jakarta, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.


331 p.

Nontji, A. (1993). Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.

Odum, E. P. (1971). Fundamentals of ecology colloge publishing 3nd Ed.


Philadelphia: W.B. Saunders.

Odum, E. P. (1993). Dasar-dasar ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi


Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Perdana, S. (2016). Keanekaragaman jenis plankton di danau lais kecamatan


kahayan tengah kabupaten pulang pisau provinsi kalimantan tengah

Pradana, R. (2012). Pengembangan media pembelajaran menggunakan Adobe


Flash Professional CS5. Laporan Proyek Akhir. Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Teknik Informatika UNY
Purnamaningtyas, S, E, Y., Sugianti dan Hartati, S. T. (2006). Komposisi dan
kelimpahan plankton di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat.
Prosiding Seminar Nasional Ika. 1(1): 29–30.
Poerwadarminta, W. J. S. (1983). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Ranoemihardjo dan Martosoedarmo, B. (1988). Biologi Udang Penaeid dalam


pedoman pembenihan Udang Penaeid. Jakarta: Dirjen Perikanan Deptan.

Raymont, J. E. G. (1963). Plankton and productivity in the ocean. A pergamon


press book. New York : The McMillan Co.

Rahayu, Rudy, Meine, Indra, dan Bruno. (2009). Monitoring Air di Daerah Aliran
Sungai. Bogor : World Agroforestry Centre

Riyana, C. (2012). Media pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan


Islam Kementerian Agama RI.
Romimohtarto, K. dan Juwana, S. (2007). Biologi laut (ilmu pengetahuan tentang
biologi laut), Jakarta: Djambatan
Rukmana, S. (2016). Pengaruh aktivitas pertambangan terhadap lingkungan
permukiman masyarakat dikawasan pesisir kecamatan bahodopi kabupaten
morowali. Skripsi, Program Sarjana, UIN Alauddin Makassar.
7

Sabran M. (2015). Mengenal plankton melalui pendekatan ilmiah (scientific


approach). Palu

Sachlan, M. (1982). Planktonologi. UNDIP: Semarang.


Saturi, S. (2014). Fokus liputan : Morowali di bawah cengkeraman tambang para
jenderal. [Online] Diakses dari
http://www.mongabay.co.id/2014/05/12/fokus/liputan/morowali/di/bawah/
cengkeraman/tambang/para/jenderal.html

Siahaan, R. (2012). Keanekaragaman makrozobentos sebagai indikator kualitas


air sungai Cisadane, Jawa Barat, Banten. Journa Bioslogos. 2(1): 1-9.

Sulawesty, F. dan Suryono, T. (2017). Komunitas fitoplankton kaitannya dengan


kualitas perairan Danau Sentani. LIMNOTEK. 23(2): 61–74.

Subarijanti, H. U. (1994). Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan


fitoplankton. Buletin Ilmiah Perikanan. Edisi III. Malang: Fakultas
Perikanan Universitas Brawijaya.

Suharno dan Lantang, D. (2010). Keragaman jenis plankton di perairan laut kota
Jayapura, Papua. JURNAL BIOLOGI PAPUA. 2(1): 1–6.

Suryabrata, Sumadi. (1992). Metode penelitian. Yogyakarta: University Gadjah


Mada Press.

Sugianti, Y., Mujiyanto dan Krismono. (2006). Komposisi dan kelimpahan


plankton di Waduk Kedungombo, Jawa Tengah. Prosiding Seminar
Nasional Ikan IV. 1(1): 29–30.

Sugondo, H. (1993). Identifikasi karakteristik biota air pada berbagai tingkat


pencemaran perairan Sungai Mangu Kabupaten Magelang. Semarang:
Pusat Lingkungan Hidup UNDIP.

Soedibjo, B. S. (2006). Struktur komunitas fitoplankton dan hubungannya dengan


beberapa parameter lingkungan di perairan Teluk Jakarta. Oseanologi dan
Limnologi. 40: 65-78.

Tait, R. V. (1981). Element of marine ecology. An Introduction. New York:


Cambridge University Press.

Thoha, H. dan Rachman, A. (2013). Kelimpahan dan distribusi spasial komunitas


plankton di perairan Kepulauan Banggai. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis. 5(1): 145-161.

Wirabumi, P. (2017). Struktur komunitas plankton di perairan Waduk


Wadaslintang Kabupaten Wonosobo. Jurnal Prodi Biologi. 6(3): 174–184.
7

Lampiran 1.
JADWAL PENELITIAN

Waktu
Januari Februari September Oktober Februari Maret April Mei
Kegiatan Juni 2021
2020 2020 2020 2020 2021 2021 2021 2021
1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 3 4 4 1 2 3
Penyusunan Proposal Penelitian
Seminar Proposal
Revisi dan Permohonan Surat
Izin Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan Data
Pengamatan Data

Pengolahan dan Analisis Data


Hasil Penelitian
Pembuatan Panduan Praktikum
Seminar Hasil
Perbaikan Hasil Penelitian
Penyusunan Jurnal
SKRIPSI/YUDISIUM
8

Lampiran 2. Peta dan Dena Lokasi Penelitian

PETA
LOKASI PENGAMATAN
Fatufia, Bahodopi, Morowali 2021

ST. I
Skala 1 : 5000

LEGENDA
Stasiun Pengamatan
Dibuat oleh :
MOH. RAFIQ
ST.II Dok. Stasiun Pengamatan by :
Hidayat dan Krisna Arya Fahrezi

ST. III Sumber Peta


Peta koordinat 2020
S 2o54'05.9112" E 122o06'43.7292 Editing
M.S Word 2010
Desa Fatufia 2020, 94974.
8

Lampiran 3. Schedule Aktifitas

Waktu

Kegiatan September Oktober November Desember


2020 2020 2020 2020
2 3 4 1
Penentuan lokasi dan stasiun penelitian
Mengumpulkan sampel, pengukuran fisik-kimia
lingkungan dan dokumentasi
Pengamatan sampel dan dokumentasi sampel
sampel dan mengukur kondisi fisik kimia
lingkungan
Analisis data

Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

Stasiun 1 lokasi yang berhadapan langsung dengan pemukiman warga


8

Stasiun 2 lokasi tepat buangan Limbah Perusahaan IMIP

Stasiun 3 lokasi berhadapan dengan pulau Langala


8

Foto Tim Penelitian

Foto pengambilan sampel air laut dengan metode horizontal pada stasiun 2
8

Foto pengambilan sampel air laut dengan metode vertical pada stasiun 3

Foto pengukuran faktor kondisi fisik-kimia lingkungan


8

Foto Kegiatan Pengamatan dan Perhitungan jumlah sel/individu plankton


8
8
8
8
9
9
9
9
9
9
9
9

RIWAYAT HIDUP

MOH. RAFIQ lahir di Bahomante, 12 Maret 1998, anak ke satu dari pasangan
Mirwan dengan Hasna.

Pendidikan sekolah dasar di SDN Larobenu selama 6 tahun dan tamat pada tahun
2010. Pendidikan sekolah menengah pertama di Mts. Al-Khairaat Wosu dan tamat
pada tahun 2013, kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di MA Al-
Khairaat Wosu dan tamat pada tahun 2016 pada jurusan IPA. Setelah lulus MA,
tahun 2016 itu juga melalui jalur SNMPTN (seleksi nasinol masuk perguruan
tinggi negeri), terdaftar sebagai mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Tadulako, Palu. Selama masa perkuliahan pernah menjabat di
Lembaga kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP
UNTAD (HIMABIO UNTAD) sebagai anggota bidang kesekretariatan selama 1
periode kepengurusan. Pernah juga menjabat sebagai ketua Lembaga yang
bergerak dibidang Riset yaitu BIO-RISET selama 2 periode kepengurusan.

Anda mungkin juga menyukai