Anda di halaman 1dari 9

Metode reproduksi dan siklus hidup

1. Echinodermata
a. Siklus hidup
Beberapa spesies bintang laut menunjukkan pola perkembangan yang berbeda, namun secara
keseluruhan mengikuti daur yang sama. Setelah gamet saling membuahi dan terbentuk zigot,
zigot berkembang menjadi sedi sejenis larva bilateral yang disebut bipinnaria. Larva-larva kecil
ini memakan mikroorganisme yang lebih kecil di sekeliling mereka. bipinnaria mengapung di
dalam air selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Sebelum akhirnya mereka
bertransformasi menjadi organisme non-feeding yang menetap di dasar laut. Hasil perubahan
bipinnaria ini disebut brachiolaria.

Gambar . fase larva planktonik dan fase dewasa Echinodermata

Gambar 2. tipe larva Echinodermata; A: bipinnaria (Asteroidea); B: ophiopluteus


(Ophiuroidea); C: echinopluteus (Echinoidea); D: auricolaria (Holothuroidea); E: vitellaria
(Asteroidea, Crinoidea, Ophiuroidea, Echinoidea and Holothuroidea)
Gambar . Siklus hidup asteroidea (Pisaster ochraceus)

Gambar . Siklus hidup holothuroidea (Parastichopus californicus)

b. Metode Reproduksi
Echinodermata mempunyai jenis kelamin terpisah, sehingga ada yang jantan dan betina.
Fertilisasi terjadi di luar tubuh, yaitu di dalam air laut. Telur yang telah dibuahi akan
membelah secara cepat menghasilkan blastula, dan selanjutnya berkembang menjadi gastrula.
Gastrula ini berkembang menjadi larva. Larva atau disebut juga bipinnaria berbentuk
bilateral simetri. Larva ini berenang bebas di dalam air mencari tempat yang cocok hingga
menjadi branchidaria, lalu mengalami metamorfosis dan akhirnya menjadi dewasa. Setelah
dewasa bentuk tubuhnya berubah menjadi radial simetri.

2. Chordata
a. Siklus hidup

Gambar siklus hidup chordata pada subfilum Hemichordata


Kedudukan Hemichordata dalam phylum Chordata sulit untuk dibedakan, karena dalam sub
phylum ini terdapat beberapa jenis binatang yang mempunyai bentuk seperti cacing. Oleh karena
itu, hemichordates diperlakukan sebagai famili dari echinodermata dan chordata.
Pada fase Embrio Fertilisasi berlangsung extern. Perkembangan dapat langsung atau
dengan metamorphosis. Pada perkembangan langsung seperti halnya pada Saccoglossus, terjadi
pembelahan secara holoblastis dan equal, sehingga terjadi bentuk blastula. Bentuk blastula
berubah menjadi bentuk grastula dengan cara invaginasi. Gastroporus kemudian menutup dan
entoderm memisah dari ectoderm. Embrio memanjang dan suatu salcus memanjang melingkar
terjadi sebagai invaginasi di dalam sulcus. Anus terjadi pada tempat gastroporus.
b. Metode Reproduksi

Gambar contoh Reproduksi hemichordate (Balanoglossus spp)

Cara perkembangbiakan Balanoglossus spp ada 2 yakni aseksual dan seksual. Asexual yaitu
dengan cara autotomi. Sedangkan seksual dilakukan dengan cara fertilisasi secara external yang
kemudian berkembang menjadi tonaris larva. Pada stadia tersebut, Balanoglossus spp berada
pada stadia plankton yang melayang melayang di perairan sebelum akhirnya berkembang
kembali menjadi Balanoglossus dewasa
Gambar contoh Reproduksi Urochordata (Botryllus spp)

Perkembangbiakan terjadi secara tunas (aseksual) maupun seksual. Botryllus spp berada pada
stadia plankton disaat larva. Nama larva nya disebut Tadpole larva. Kemudian bermetamorfosis
kemudian berkembang dan membentuk koloni baru.

3. Cirripedia
a. Siklus hidup
Teritip termasuk dalam hewan laut bersifat sesil (menetap) dari crustacea. Teritip masuk
kedalam kelompok crustacea karena mempunyai karakteristik yang bercangkang. Teritip adalah
invertebrata yang hidup di laut, kehidupannya melalui dua stadium, yaitu stadium larva yang
bersifat planktonis yang terbagi dua 8 macam yakni larva nauplius dan larva cypris sedangkan
stadium dewasa bersifat menempel (Ermaitis 1984).
Costow dan Bookhout (1957) dalam Ermaitis (1984) menyatakan stadium larva terdiri dari
naupli, enam stadium yakni naupli I-VI (Gambar 3). Lama waktu untuk melewati stadium naupli
berbeda-beda. Naupli I membutuhkan waktu 15 menit sampai 4 jam. Naupli II berkisar antara 1-
2 hari, naupli III berkisar antara 1-4 hari, stadium IV berkisar antara 1-2 hari, stadium V
membutuhkan waktu 2-4 hari dan untuk menyelesaikan stadium VI membutuhkan 2 sampai 3
minggu. Larva naupli berkembang menjadi larva cypris melalui pergantian kulit yang terjadi satu
sampai tiga kali dalam seminggu. Pada pergantian kulit selanjutnya akan terbentuk larva cypris.
Cypris kemudian melata dan menetap menjadi teritip muda dan akhirnya membentuk cangkang
yang keras.
b. Metode Reproduksi
Teritip merupakan hewan hermaprodit. Tetapi mereka tidak membuahi dirinya sendiri. Mereka
juga tidak melepaskan telur dan sperma ke dalam air pada saat bersamaan. Setelah terjadi
pembuahan silang, telur akan dierami pada kantung telur yang terdapat dalam rongga mantel.
Gambar metode Reproduksi teritip
Telur akan menetas menjadi larva naupilus. Larva ini berenang bebas. Seekor tritip dapat
menghasilkan lebih dari 13000 larva nauplius. Ukurannya sekitar 500 mikron hingga 2mm. Pada
sudut-sudut depan larva terdapat duri seperti tanduk. Ia memiliki antena dan satu buah mata.
Tubuhnya berbentuk perisai. Juga mengalami molting (pergantian kulit) beberapa kali. Pada
tahap ini, sistem sarafnya mulai berkembang, yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan
mangsa.
Fase pada teritip yakni sbb :
 Fase Nauplius

Kemudian larva naupilus berkembang menjadi larva cyprid. Pada tahap ini, larva mulai
mencari dan menempel pada substrat yang cocok. Ketika menemukan substrat yang cocok, ia
akan mengeluarkan lem dari kelenjar khusus di antenanya untuk menempelkan dirinya sebelum
bermetamorfosis ke tahap dewasa. Setelah itu, ia akan membentuk struktur yang keras seperti
cangkang mollusca. Bersifat fototropik negatif atau menjauhi cahaya. Larva ini menjelajahi
permukaan substrat dengan merayap. Otak larva cyprid cukup kompleks. Ia memiliki sistem
sensori ganda yang digunakan untuk mendeteksi tempat hidup yang sesuai.
 Fase cyprid

Setelah dewasa, tubuhnya bisa mencapai 7 cm. Untuk mencapai tahap dewasa, larva teritip
membutuhkan waktu lebih dari enam bulan. Karapaks sudah menyatu dengan tubuhnya,
sehingga hanya ada celah untuk jalan keluar masuk tentakel agar tetap bisa makan serta celah
untuk penis. Tubuh larva cypris dibungkus 2 keping karapas, mempunyai sepasang mata
majemuk, sessile dan 6 pasang apendik thorax. Pada tempat yang cocok, larva cyprid akan
menempel dengan menggunakan kelenjar perekat pada antena pertama, kemudian mengalami
metamoforsa dengan memanjangnya cirri, melengkungkan tubuh dan mulai tumbuh rangka luar
baru (keping cangkang) dibawah karapas larva cypris yang lama.
 Fase dewasa

Kutikula atau rangka luar yang melapisi bagian dalam rongga mantel dan menutupi
apendik secara periodik mengalami molting sebagaimana halnya pada crustacea lain. Keping
kapur atau cangkang dihasilkan oleh mantel, dan tidak diganti pada waktu molting, namun terus
tumbuh menjadi besar dan tebal dengan adanya penambahan bahan-bahan (material) pada bagian
tepinya. Zat perekat dihasilkan selama hidup, dan juga diadakan perbaikan pada bagian-bagian
yang rusak. Zat perekat ini melekat dengan erat pada substrat. Predator teritip sangat banyak,
seperti: cacing, siput, bintang laut, dan ikan. Selain itu, teririp tidak mampu bertahan hidup
apabila ada limbah minyak. Mereka juga saling bersaing mendapatkan habitat yang layak bagi
dirinya

Daftar pustaka
Erlambang. T. 1989. Intensitas Penempelan Teritip (Balanus spp) pada Substratum yang Dicat
dengan Warna dan Kedalaman Berbeda di Perairan Selat Dompak Kabupaten Kepulauan
Riau. Skripsi Fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru. 44 hal (tidak diterbitkan)
Ermaitis. 1984. Beberapa Catatan tentang Marga Teritip (Balanus spp). Pewarta Oseana IX (3):
96-101 hal

Anda mungkin juga menyukai