Anda di halaman 1dari 3

Literatur Digital – Biologi : Animalia

2021
Anshar Prayudhi, M.Pd.I

TERITIP (BARNACLES)

Teritip; Barnacle adalah hewan bercangkang dari filum Arthropoda, subfilum Crustacea, kelas Cirripedia.
Istilah Cirripedia berasal dari bahasa Latin, artinya berkaki terlipat. Hewan ini hanya hidup di laut dan cenderung
menyukai perairan yang dangkal atau pasang yang bergelombang kuat. Sampai saat ini tercatat 1.220 spesies
teritip di bumi (Wikipedia, 2021).

Morfologi

Kehidupan teritip melalui dua stadium, yakni stadium larva yang besifat planktonis (berenang bebas)
dan stadium dewasa yang hidup menempel (sesil) (Ermaitis, 1984; Sulistiono, et.al. 2014). Obyek-obyek yang
kerap ditempeli teritip seperti: kulit udang, lobster, cangkang kerang, tubuh ikan paus, batu karang, fondasi
mercusuar, bawah badan kapal, pipa bawah laut, bangkai kapal karam, atau dasar dermaga (Sulistiono, et.al.,
2014)

Makanan binatang hemafrodit ini adalah plankton. Mereka akan menyaring plankton yang terbawa arus
gelombang.
Fauna ini memiliki daya tahan yang kuat terhadap perubahan lingkungan dan akan berkembang biak di
tempat yang mereka pilih. Teritip tetap dapat bertahan hidup meski terpapar udara, tertimpa hujan, atau
panasnya matahari dan ancaman kekeringan. Saat air laut surut dan teritip berada di atas permukaan air, ia
akan menutup rapat bagian tubuhnya yang disebut operkulum (Sulistiono, et.al, 2014). Pada kondisi inilah teritip
akan berada dalam cangkangnya dan berpuasa untuk sementara waktu.
Cangkang teritip berupa mantel yang terdiri dari bagian yang saling berhubungan mengelilingi tubuhnya,
yaitu: carina, carina lateral, lateral dan rostrum (Ermaitis, 1984). Di bagian atas terdapat sepasang terga dan
sepasang scuta yang membuka dan menutup sewaktu teritip menangkap makanannya (Ermaitis, 1984). Pada
umumnya cangkang ini berwarna putih, kuning, merah, jingga, ungu dan bergaris dengan ukuran 1-6 cm yang
diukur dari dasar carina sampai rostrum. Di dalam cangkang terdapat tubuh yang sederhana disertai dengan
umbai-umbai yang berbulu. Jika terendam air, umbai-umbai tersebut secara beraturan dijulurkan mekar keluar
dan ditarik kembali lewat pintu operkulum. Berdasarkan cara ini teritip menyaring dan menangkap plankton
yang terbawa arus. Oleh karena itu, hanya pada saat arus pasang teritip mempunyai kesempatan mencari
makanan. Apabila air telah surut dan teritip terpapar di udara maka operkulumnya menutup rapat setelah
cangkangnya diisi air sebanyak mungkin. Dalam kondisi demikian teritip akan berpuasa untuk sementara waktu.
Dalam keadaan demikian biota ini harus siap menghadapi tekanan lingkungan yang cukup berat.

Problema Biofouling dan Parasitis


Teritip termasuk dalam kategori biota yang menimbulkan polusi
biologis atau Biofouling (Nasution & Al Mudzni, 2016). Indonesia
memiliki 85 pelabuhan laut yang terbuka untuk pelayaran internasional.
Pelabuhan-pelabuhan tersebut sangat terbuka terhadap kehadiran
global invasive spesies yang hidup pada kapal-kapal internasional,
dimana teritip adalah salah satu komponen utama biofouler pada kapal
laut (Prabowo & Ardli, 2010).
Keberadaan teritip di dunia internasional sering menjadi pusat perhatian karena akibat yang ditimbulkan
karena hewan pengotor ini. Biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi hewan pengotor ini cukup besar, sebagai
contoh Angkatan Laut Amerika diperkirakan menghabiskan biaya tahunan sebesar hampir 260 juta US dollar
untuk pembiayaan cat dan pembersihan (Wijayanti, 2020)

Pemanfaatan Teritip
Dosima fascicularis (teritip pelampung) adalah salah satu jenis teritip yang kini sedang giat diteliti.
Spesies ini terkenal sebagai superglue alami dari laut karena sekretnya yang sangat kuat. Struktur selnya yang
berpori juga berpotensi untuk digunakan dalam bidang kedokteran dan engineering, misalnya sebagai schock
absorber atau model perkembangan sel.
Dengan melibatkan kajian biogeografi, hewan kosmopolit ini nantinya juga bisa dijadikan indikator
perubahan iklim global. Teritip bisa hidup dimanapun, dari arktik sampai tropis, dari musim dingin sampai panas,
dari laut dangkal sampai laut dalam. Ada potensi besar untuk memanfaatkan teritip sebagai indikator
perubahan iklim. Misalnya, Jika jenis teritip yang biasanya hidup di iklim dingin ditemukan di daerah beriklim
hangat, maka terindikasi daerah tersebut mungkin terkena dampak pemanasan global.
Penelitian lanjut terkait pencegahan menempelnya teritip di berbagai permukaan juga bisa membantu
dalam kesuksesan penanaman pohon bakau, yang selama ini banyak terganggu karena teritip yang menempel
di akar-akar tanaman bakau muda. Suatu organisme perlu dikenali lebih dalam agar kita dapat mengetahui
kegunaan atau potensinya sekarang atau di masa depan.
Referensi
Artikel dan Makalah
Ermaitis. 1984. “Beberapa Catatan tentang Marga Balanus (Cirripedia)”. Oseana, Volume IX No. 3, 1984: 96-101
Nasution, M. Arif & Al Mudzni. 2016. “Kepadatan dan Sebaran Teritip (Amphibalanus spp.) di Pelabuhan Kota
Dumai”. Jurnal Perikanan Tropis, Volume 3, No. 1, 2016: 40-53
Prabowo, Romanus E. & Ardli, Erwin R. 2010. “Inventarisasi Teritip Non-Indigenous yang Menempel pada Ocean
Going Vessel di Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap”. Biosfera, 27 (2), Mei 2010: 73-81
Sulistiono, et.al. 2014. “Karakteristik Morfologi Teritip Spons Indonesia”. Depik, 3 (2), Agustus 2014: 178-186
Wijayanti, Hendry, et.al. 2020. “Keberadaan Hewan Pengotor Teritip di Infrastruktur Teluk Kunyit, Pantai
Saringgung dan Pantai Mutun, Lampung”. Jurnal Biologi Tropis, 20 (1), 2020: 54-58

Internet
https://id.wikipedia.org/wiki/Teritip
https://bobo.grid.id/read/081849387/teritip-hewan-laut-yang-menghabiskan-waktunya-di-tempat-yang-
sama
https://www.greeners.co/flora-fauna/teritip-gemar-menempel-di-kapal/
https://www.dw.com/id/teritip-terkenal-sebagai-hama-tapi-menyimpan-banyak-potensi/a-52038998

Anda mungkin juga menyukai