PENDAHULUAN
2) pH; karena molekul enzim pada umumnya merupakan protein globular, bentuk dan
fungsinya dapat dipengaruhi oleh perubahan pH cairan di sekitarnya. Sebagian besar enzim
memiliki pH optimum antara 6-8.
3) Konsentrasi enzim dan substrat; semakin besar konsentrasi enzim akan meningkatkan
kecepatan reaksi. Peningkatan kecepatan reaksi akan terus bertambah hingga tercapai
kecepatan konstan, yaitu jika semua substrat sudah terikat oleh enzim. Konsentrasi enzim
berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.
4) Zat Penggiat (Aktivator); aktivator merupakan zat atau molekul yang berfungsi untuk
memacu atau mempercepat reaksi enzim.Contoh aktivator antara lain garam-garam dari
logam alkali dalam kondisi encer (2%-5%) dan ion logam seperti Cu, Mg, Ni, Mn, dan Cl
(Sulitary, 1985 : 144).
d. PEMBAHASAN
- 1 potong hati ayam + H2O2
Saat larutan H2O2 dimasukkan, terjadi pembentukan gelembung-gelembung udara yang
banyak. Hal itu membuktikan bahwa di dalam hati ayam yang masih segar terdapat banyak
peroksisom sehingga menghasilkan enzim katalase dalam jumlah banyak. Enzim katalase ini
kemudian menguraikan senyawa hydrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Dengan
gelembung-gelembung udara yang terbentuk membuktikan bahwa enzim katalase dapat
menguraikan senyawa hydrogen peroksida menjadi H2O.
Pada saat memasukkan bara api kedalam tabung reaksi , bara api tetap menyala tetapi dala
intensitas yang sedikit. Hal ini membuktikan bahwa enzim katalase dapat menguraikan
senyawa hydrogen peroksida menjadi O2.
- Hati + NaOH + H2O2
dihasilkan gelembung dalam intensitas sedang dan bara api juga menyala sedang. Hal
tersebut menunjukkan bahwa enzim katalase dalam hati tidak bekerja dengan normal, karena
tidak dipecahkannya senyawa H2O2menjadi air dan oksigen. Hal tersebut disebabkan karena
terjadinya denaturasi. Denaturasi enzim perlakuan ini disebabkan oleh penambahan NaOH
yang merubah kondisi di sekitar molekul menjadi kondisi basa. Derajat keasaman (pH)
sangat mempengaruhi aktivitas enzim, sehingga kondisi basa tersebut merusak enzim
katalase yang bekerja pada pH netral.
b. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan 3 tabung reaksi yang bersih, kemudian pada tabung 1, 2, dan 3 berturut-
turut diisi dengan enzim amilase: 4 ml; 2 ml; 1 ml.
2. Menambahkan larutan amilum 2 ml, ke dalam tiap-tiap tabung.
3. Mencampur dengan baik, kemudian biarkan selama 15 menit.
4. Selanjutnya, menguji dengan larutan Iodium dan pereaksi Benedict.
5. Mencatat dan mengamati perubahan yang terjadi.
d. Pembahasan
Pada percobaan ini, digunakan 3 tabung dengan konsentrasi amilum yang sama yaitu
2 ml, namun pada konsentrasi amilase yang berbeda. Pada tabung 1 dengan konsentrasi
amilase 4 ml, diuji dengan iodium menunjukkan warna ungu muda dan diuji dengan benedict
menunjukkan warna biru muda, endapan biru. Tabung 2, dengan konsentrasi amilase 2 ml,
diuji dengan iodium menhasilkan warna ungu dan diuji dengan benedict menunjukkan warna
biru keruh, dengan endapan warna kuning. Sedangkan tabung 3, dengan konsentrasi amilase
1 ml diuji dengan iodium menunjukkan warna ungu pekat dan diuji dengan benedict
menunjukkan warna biru muda, tanpa ada endapan. Secara berturut-turut warna yang
diperoleh dari konsentrasi amilase yang semakin tinggi, yang diuji dengan iodium dan
benedict menghasilkan warna yang semakin memudar. Ini menunjukkan enzim amilase
semakin efektif dalam menghidrolisis amilum menjadi monosakarida. Hal ini menunjukkan,
bahwa semakin tinggi konsentrasi enzim, maka semakin efektif dalam mengkatalisis substrat.
3. Uji Kecepatan Katalis Hydrogen Peroksida, Uji Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim,
Uji Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
Alat yang digunakan antara lain adalah tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, kaki tiga,
kawat kasa, pemarut, baskom/wadah berukuran sedang, penyaring, termometer, lidi dan
korek api.
Bahan yang digunakan antara lain ekstrak kentang, H 2O2, HCl, NaOH, air, alumunium
foil dan bunsen.
Prosedur Kerja
Disiapkan satu buah tabung reaksi dengan diberi label A. Sebanyak 2 ml ekstrak
kentang yang sudah diparut dan disaring dimasukan kedalam tabug reaksi. Sebanyak 10 tetes
H2O2 dimasukan kedalam tabung reaksi. Amati gelembung yang terbentuk lalu tutup dengan
aluminium foil. Dilakukan uji nyala bara api dengan dimasukan bara api dengan
menggunakan lidi yang dimasukan dalam tabung reaksi.
Disiapkan dua buah tabung reaksi dengan diberi label B, dan D. Sebanyak 2 ml
ekstrak kentang yang sudah diparut dan disaring dimasukan kedalam masing-masing tabug
reaksi. Sebanyak 5 tetes HCl dan sebanyak 5 tetes H2O2 dimasukan pada tabung B.
Sedangkan sebanyak 5 tetes NaOH dan sebanyak 5 tetes H 2O2 dimasukan pada tabung C.
Amati gelembung yang terbentuk lalu tutup dengan aluminium foil. Dilakukan uji nyala bara
api dengan dimasukan bara api dengan menggunakan lidi yang dimasukan dalam tabung
reaksi.
3. Uji Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim
Disiapkan lima buah tabung reaksi dengan diberi label D, E, F, G, dan H. Sebanyak 2 ml
ekstrak kentang yang sudah diparut dan disaring dimasukan kedalam masing-masing tabug
reaksi. Simpan tabung reaksi D pada suhu 0ºC, tabung reaksi E pada 20ºC, F pada 40ºC, G
pada 60ºC, dan H pada 80ºC. Sebanyak 5 tetets H2O2 dimasukan kedalam masing-masing
tabung reaksi yang sudah diatur suhunya. Amati gelembung yang terbentuk lalu tutup dengan
aluminium foil. Dilakukan uji nyala bara api dengan dimasukan bara api dengan
menggunakan lidi yang dimasukan dalam tabung reaksi.
Hasil Pengamatan
H2O2èH2O+1/2O2
Senyawa H2O2 sangatlah berbahaya, maka enzim katalase menguraikan H2O2 menjadi
H2O dan gas O2 yang tidak berbahaya bagi tubuh. Setelah terbentuknya gelembung pada
tabung reaksi, dilakukan uji nyala tidaknya bara api. Berhasarkan hasil pengamatan, setelah
dimasukan bara api, terdapat api dengan nyala terang. Menyala atau tidaknya bara merupakan
indikator adanya gas oksigen dalam tabung tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan dapat
dinyatakan bahwa pada penguraian H2O2 pada tabung A dinyatakan berhasil diuraikan dengan
adanya oksigen sebagai hasil reaksi.
Berdasarkan hasil pengamatan inipun, dapat dinyatakan bahwa pada ekstrak kentang
memang mengandung enzim katalase yang dapat menguraikan H2O2. Enzim katalase
merupakan enzim yang dihasilkan oleh badan mikro. Badan mikro ini terdiri dari dua bagian
yaitu peroksisom dan glioksisom. Bagian badan mikro yang menghasilkan enzim adalah
bagian peroksisom. Enzim inilah yang dapat menguraikan senyawa H2O2 yang sama sekali
tidak berbahaya bagi tubuh.
Salah satu yang mempengaruhi kerja enzim adalah temperatur atau suhu. Enzim
umumnya bekerja secara opimal pada suhu 30ºC-40ºC atau pada suhu tubuh, sedangkan pada
suhu rendah (0ºC atau dibawahnya) enzim akan bersifat nonaktif, tetapi tidak rusak karena
apabila suhunya kembali normal enzim tersebut dapat bekerja kembali.
Pada uji ini, dilakukan dua perlakuan yaitu tabung reaksi dengan suasana basa dan
suasana asam. Pada tabung reaksi B dilakukan perlakuan dengan suasana asam dengan
ditambahkan 5 tetes HCl sebagai asam kuat. Berdasarkan hasil pengamatan, pada tabung B
dihasilkan gelembung yang tidaklah banyak bahkan dapat dikategorikan sedikit. Setelah
diberikan bara api untuk mendeteksi adanya oksigen, pada tabung B bara api nyalanya hanya
sebentar dan cenderung redup.
Hasil Uji Suasana Asam
Sedangkan pada tabung C dengan perlakuan basa atau ditambah dengan 5 tetes NaOH
sebagai basa kuat, gelembung yang dihasilkan cukup banyak dengan ditambah perubahan
warna yang awalnya berwarna kuning menjadi warna merah terang. Setelah diberikan bara
api untuk mendeteksi adanya oksigen, pada tabung B bara api nyalanya cukup terang.
Menurut Nunung (2016, 49), enzim bersifat termolabil, artinya aktivitas enzim
dipengaruhi oleh suhu. Aktivitas enzim akan terus meningkat sampai batas suhu tertentu.
Batas suhu tersebut dinamakan suhu optimum. Jika enzim berada di bawah suhu optimum
maka kerja enzim akan terhambat. Enzim pada suhu 0 oC atau di bawahnya bersifat nonaktif.
Akan tetapi pada suhu tersebut enzim tidak rusak. Kenaikan suhu dapat meninkatkan akivitas
enzim. Namun, jika suhu melebihi batas optimum enzim dapat mengalami denaturasi atau
kerusakan. Hal ini, akan mengakibatkan enzim tidak dapat berfungsi sebagai katalis lagi.
Berdasarkan hasil pengamaran, pada tabung reaksi D yang diberi perlakuan suhu 0oC
dan 5 tetes H2O2 setelahnya, dapat dilihat produksi gelembungnya tidak begitu banyak, hal ini
menunjukan bahwa proses kerja enzim tidaklah begitu optimal.
Hasil Uji Suhu 0oC
Pada tabung reaksi F yang diberi perlakuan dengan suhu 40ºC produksi gelembung
yang dihasilkan cukup banyak, hal ini menunjuka bahwa proses kerja enzim masih berjalan
dengan baik pada suhu ini. Sesuai dengan pernyataan Nurhayati (2016 : 50) dalam bukunya
bahwa enzim umumnya bekerja secara opimal pada suhu 30ºC-40ºC. Setelah terbentuknya
gelembung, dilakukan uji dengan bara api untuk mengindikasi adanya oksigen pada tabung
reaksi sebagai hasil dari proses enzim katalis, berdasarkan pengamatan bara api yang
dimasukan nyala cukup terang. Dapat dinyatakan bahwa dalam tabung reaksi F ini terdapat
oksigen. Pada tabung reaksi F ini juga terjadi perubahan warna menjadi warna terang yang
disebabkan oleh
Pada tabung reaksi G yang diberi perlakuan dengan suhu 60ºC, tidak terdapat
gelembung yang diproduksi. Hal ini dikarenakan pada suhu 60 ºC, enzim mengalami
denaturasi atau kerusakan sehingga tidak dapat bekerja secara optimal. Tidak ada H 2O dan
oksigen yang dihasilkan yang dibuktikan dengan bara api yang tidak menyala saat dimasukan
ke dalam tabung reaksi G.
Pada tabung reaksi H yang diberi perlakuan dengan suhu 40ºC, tidak terdapat
produksi gelembung sebagai indikator adanya H2O sebagai hasil penguraian hidrogen
peroksida.
Secara keseluruhan, hasil pengamatan dapat terlihat datanya pada tabel yang disajikan
sebagai berikut.
Pertanyaan :
Jawaban: C
4. Yang dimaksud Koenzim bertindak sebagai substrate shuttles adalah ..
a. Koenzim berikatan kovalen dengan enzim
b. Koenzim bekerja bersama enzim
c. Koenzim dianggap sebagai subtrat kedua
d. Koenzim memindahkan berbagai substrat.
e. Koenzim memiliki molekul yang rendah
Jawaban: D
5. Enzim oksidorekdutase yang memiliki fungsi untuk melindungi tubuh dari peroksida yaitu
…
a. Flavoprotein
b. Oksidase
c. Hidroperoksidase
d. Dehidrogenase
e. Oksigenase
Jawaban: C
6. Kerusakan alat filtrasi pada ginjal menyebabkan molekul albumin dan protein lain terdapat
dalam urin sehingga mengakibatkan….
a. terbentuk batu ginjal
b. perut menjadi buncit
c. seluruh tubuh bengkak
d. penimbunan air di kaki
Jawaban: C
Pembahasan: Adanya molekul albumin dan protein terdapat dalam urin karena kerusakan alat
filtrasi pada ginjal dapat mengakibatkan seluruh tubuh menjadi bengkak, karena tubuh akan
kekurangan protein.
7. Bahan kimia pada rokok yang membuat ketagihan bagi penggunanya adalah…
a. tar
b. morfin
c. nikotin
d. kafein
Jawaban: C
11. Molekul penghambat enzim yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif
enzim adalah
a. Inhibitor kompetitif
b. Inhibitor nonkompetitif
c. Inhibitor komposisi
d. Inhibitor
Jawab : B
12. Enzim memiliki sisi aktif,yaitu bagian enzim yang berfungsi sebagai
a. Katalis
b. Biokatalisator
c. produk
d. Haloenzim
Jawab : A
13. Enzim bekerja sebagai katalis dalam tubuh makhluk hidup, oleh karena itu disebut
a. Katalis
b. Biokatalisator
c. Kemokatalisator
d. Biokatalisis
Jawab : B
3.1 KESIMPULAN
Uji Katalis Enzim
- Enzim bekerja berpengaruh dengan derajat kesamaan dan suhu, pada Ph yang terlalu asam
maupun basa enzim tidak dapat bekerja secara maksimal, sedangkan pada suhu tinggi akan
mengalami denaturesi.
- Enzim katalase bekerja dengan menguraikan H2O2 menjadi air (H2O) dan Oksigen (O2).
Enzim katalase akan rusak apabila bekerja pada suhu diatas 500C, dan pada kondisi asam
maupun basa.
- Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa enzim katalase pada ekstrak
kentang mampu mengkatalis H2O2 dengan optimal pada suhu ruang. Enzim katalase dalam
ekstrak kentang dalam suasana basa mampu bekerja dengan lebih optimal dibanding suasana
asam. Suhu juga disimpulkan sangat mempengaruhi kerja enzim, berdasarkan hasil
pengamatan suhu optimal enzim katalase bekerja yaitu kisaran suhu 20ºC-40ºC, pada suhu
0ºC kerja enzim tidak optimal, dan pada suhu 60ºC-80ºC.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/8448954/laporan_biokimia_BAB_I_PENDAHULUAN_I
https://pengentahubiologi.blogspot.com/2017/05/pengaruh-konsentrasi-enzim-terhadap.html?
m=1
Nurhayati, Nunung. 2016. Biologi. Bandung : Yrama Widya
Poedjiadi, A. 2005. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press
Sulistary A. D. 1985. Biochemistry. New York. Mc. Graw Hill