Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NEICE SHIEVA SHAZHABILLA

NIM : P05120319033

MK : PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

1. Studi kasus persepsi sehat-sakit serta peran perilaku pasien dan respon sakit/nyeri
pasien terhadap suatu budaya.

Seseorang yang sakit atau pernah melihat orang sakit, tergantung pada
ketertarikannya, akan memasukkan pengalaman tidak sehatnya itu ke dalam
memorinya. Hal inilah yang mengakibatkan penyakit atau gejala yang sama bisa
ditafsirkan secara berbeda oleh dua orang pasien dari budaya yang berbeda. Bila
diperluas, keadaan ini juga memengaruhi perilaku pencarian bantuan selanjutnya.

Pasien punya sudut pandang berbeda mengenai penyakitnya bila dibandingkan


dengan dokter. Dokter mengacu pada standar ilmiah, sedangkan pasien pada
respon subjektif dan lingkungannya, bukan hanya pengalaman tentang kesehatan
dan kesakitan tetapi juga arti yang dia berikan kepada pengalaman atau keyakinan
awam, misal:keyakinan bahwa AIDS adalah hukuman moral.

Mengalami sakit adalah sesuatu yang pasti dialami setiap orang dari waktu ke
waktu, kesakitan tidak hanya menyerang orang yang sakit tetapi juga lingkungan,
keluarga, teman, pekerjaan dan seluruh jaringan perawatan kesehatan. Kesakitan
juga dapat dikatakan sebagai fenomena sosial.

Pasien mempunyai sudut pandangan berbeda-beda, keyakinan awam tentang


kesehatan dan kesakitan, lebih spesifik tentang etiologi, akan memengaruhi
perilaku mencari bantuan. Persepsi dan pengenalan mengenai gejala-gejala yakni
kemampuan orang untuk melaporkan sensasi-sensasi tubuh sangat kurang, tak ada
hubungan langsung antara pengenalan gejala dengan konsultasi medis.
Sebaliknya, suatu sistem pengaturan diri yang sangat kompleks akan terlibat:
proses persepsi, pemberian nama, serta penjelasan tentang gejala sangat di
pengaruhi tidak hanya oleh gejala, tetapi juga oleh aspek kognitif.
Perbedaan-perbedaan individual, sebagian orang ada yang lebih memperhatikan
suatu gejala dari pada orang lain, misal: ambang rasa sakit, perbedaan perhatian,
stress, suasana hati (mood). Faktor-faktor situasi seperti fokus perhatian: semua
faktor situasional yang menimbulkan kesakitan atau gejala menonjol, membuat
kesakitan atau gejala itu lebih mudah diketahui. Perbedaan budaya: studiantar
budaya menekankan perbedaan cultural dalam pengalaman (serta penafsiran)
gejala-gejala. Faktor itu selanjutnya akan menjelaskan perbedaan faktor
demografis dengan gejala penyakit.

Penafsiran gejala menurut individu biasanya berdasarkan  pengalaman


sebelumnya dengan suatu gejala yang dapat membuatnya waspada tentang
kemungkinan bahaya. Pandangan masyarakat tentang kriteria tubuh sehat atau
sakit tak selalu bersifat obyektif, dapat di pengaruhi unsur pengalaman masa lalu
dan  sosial-budaya. Petugas kesehatan berusaha menerapkan kriteria medis yang
obyektif berdasarkan simptom untuk mendiagnosis kondisi fisik individu.
Terdapat perbedaan pengertian antara sakit dan penyakit, pengertian dari penyakit
(disease) adalah gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat
dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Sementara arti dari sakit (illness)
adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit.

Untuk menyatakan seorang menjadi sakit harus ada persamaan persepsi antara
orang yang tidak sehat dengan orang di sekitarnya, pengaruh keluarga memegang
peran penting, menganggap orang itu sakit serta memutuskan bagaimana
pengobatannya merupakan urusan keluarga. Penilaian medis bukan satu-satunya
kriteria yang menentukan tingkat kesehatan seseorang. Saat sehat, individu akan
bertindak untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, misal: pencegahan
penyakit, personal hygiene, penjagaan kebugaran dan mengkonsumsi makanan
bergizi. Perbedaan kemampuan fungsional terdiri dari tiga aspek (Bush):
Kemampuan menggerakkan tubuh, mobilitas, dan kemampuan menjalankan
kegiatan-kegiatan utamanya.

Terdapat juga Teori Respons Bertahan (Coping Response Theory) secara


mekanik yang menyatakan perilaku sakit adalah reaksi optimal dari invidu jika
dia terkena suatu penyakit. Reaksi sangat ditentukan oleh sistem sosialnya.
Perilaku sakit erat hubungannya dengan konsep diri, penghayatan situasi yang
dihadapi, pengaruh petugas kesehatan dan pengaruh birokrasi.Dua faktor utama
yang menentukan perilaku sakit adalah persepsi atau definisi individu tentang
suatu situasi atau penyakit dan kemampuan individu  melawan serangan penyakit.

Berdasarkan etiologi perilaku sakit, dapat dikenalinya gejala-gejala yang


menyimpang dari  biasa, banyak gejala serius dan di perkirakan berbahaya,
dampak gejala terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan kerja dan kegiatan
sosial yang lain, frekuensi dari gejala dan tanda-tanda yang tampak dan
persistensinya, kemungkinan individu untuk di serang penyakit  tersebut,
informasi pengetahuan dan asumsi budaya tentang penyakit, perbedaan
interpretasi terhadap gejala yang dikenalnya, adanya kebutuhan untuk bertindak
atau berperilaku mengatasi gejala sakit dan tersedianya sarana kesehatan,
kemudahan mencapai sarana, tersedianya biaya dan kemampuan mengatasi
stigma dan jarak sosial seperti rasa malu, takut, dan sebagainya.

Batasan analisis kondisi tubuh dapat dilihat berdasarkan batasan sakit menurut
orang lain dan batasan sakit menurut diri sendiri. Batasan sakit menurut orang
lain bahwa orang-orang di sekitar mengatakan bahwa dia sakit dan perlu
mendapat pengobatan. Batasan sakit menurut diri sendiri bahwa individu itu
sendiri mengenali gejala penyakitnya dan menentukan apakah dia akan mencari
pengobatan atau tidak. Analisis orang lain bisa bertentangan dengan analisa
individu.

Kebiasaan orang tua yang masih sering mengompres anaknya dengan air
dingin saat demam.

Mengompres masih menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
menurunkan demam tinggi pada anak. Namun sayang, banyak orangtua masih
keliru saat melakukan langkah pertolongan pertama pada demam ini. Misalnya
saja, orangtua masih menggunakan air dingin atau alkohol untuk mengompres
demam anak.

Padahal, air yang dianjurkan untuk mengompres anak demam, yakni air hangat
karena dapat membuka pori-pori, sehingga panas pada tubuh bisa keluar lewat
pori-pori tersebut. Penggunaan air hangat juga berguna untuk merangsang tubuh
agar menurunkan kontrol pengatur suhu tubuh lagi. Dokter RS PKU
Muhammadiyah Surakarta, dr. Dien Kalbu Ady, menjelaskan jika kompres anak
dilakukan dengan air yang terlalu dingin, maka pembuluh darahnya bisa
mengecil, sehingga panas tubuh malah tidak keluar. Anak yang demam juga bisa
semakin menggigil untuk mempertahankan kesimbangan suhu tubuhnya saat
dikompres air dingin.

Cara mengompres anak yang benar Berikut ini beberapa saran mengenai cara
mengompres yang benar agar demam anak cepat turun:

1) Gunakan suhu yang tepat

Air hangat yang diperlukan untuk mengompres anak demam yakni air yang
memiliki suhu tidak melebihi suhu tubuh anak. Dengan demikian, menurut dia,
suhu air yang paling baik untuk mengompres anak demam biasa adalah 27-34
derajat Celsius. Sementara, apabila anak mengalami demam dengan suhu tubuh
mencapai lebih dari 39 derajal Celsius, akan lebih baik jika dikompres dengan air
hangat yang lebih panas mencapai 34-37 derajat Celcius.

2) Kompres pada bagian tubuh yang tepat

Kompres air hangat tidak efektif jika hanya diletakkan pada dahi atau kening. Dia
menerangkan, panas tubuh akan keluar melalui pembuluh-pembuluh darah besar
yang dekat dengan kulit yang berada di leher, ketiak, dan selangkangan. Maka
dari itu, pemberian kompres sebaiknya dilakukan di sekitar pembuluh-pembuluh
darah besar, seperti di ketiak dan lipatan paha selama kurang lebih 15-20 menit.

3) Pertimbangkan penggunaan kompres sekali pakai

Kompres sekali pakai boleh digunakan tetapi tidak direkomendasikan untuk anak
di bawah 2 tahun. Hal itu dikarenakan, kulit bayi masih sensitif. Lagi pula,
kompres sekali pakai hanya bisa mengompres sebagian kecil permukaan tubuh.
Padahal prinsip mengompres anak demam adalah membasahi seluruh permukaan
tubuh.
4) Mengompres boleh dengan cara menyeka

Mengompres boleh juga dilakukan dengan menyeka. Caranya, orangtua bisa


mengusapkan air hangat di sekujur tubuh anak dengan handuk basah, kemudian
keringkan. Langkah itu lantas diulangi beberapa kali per 15-20 menit hingga suhu
tubuh anak turun di bawah 38 derajat Celsius.

5) Boleh memandikan anak Saat anak demam, beberapa orangtua memilih untuk
tidak memandikan mereka dengan beragam alasan. Padahal, menurut dr. Dien,
anak-anak boleh saja dimandikan asal menggunakan air hangat dengan suhu 30-
32 derajat Celsius. Untuk mengukur ketepatan suhu tersebut, orangtua bisa
memanfaatkan termometer air yang kini sudah banyak tersedia di pasaran. Selain
berfungsi untuk mengompres, mandi dengan air hangat juga bermanfaat guna
membersihkan tubuh anak dari kuman yang ada di kulit. Sebagai catatan, setelah
mandi, tubuh anak harus segera dikeringkan dan cepat menggunakan pakaian
agar mereka tidak sampai kedinginan.

2. Peran masyarakat dlam upaya kesehatan dan peran tenaga kesehatan dalam upaya
kesehatan di masyarakat

A. Peran serta masyarakat:


 Mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga dan masyarakat.
 Mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan
masyarakat.
 Menjadi orang pertama yang mengajak masyarakat di sekitarnya untuk
berubah ketika ada yang salah dalam menanggapi masalah kesehatan.
 Menyadari dengan cepat dan tanggap dalam menanggapi masalah kesehatan
yang ada di sekitarnya.

B. Peran tenaga kesehatan:


 Mengkaji dan menganalisis situasi kesehatan masyarakat
 Mengembangkan dan merancang kebijakan dan program kesehatan
 Berkomunikasi secara efektif
 Mempromosikan isu kesehatan kepada masyarakat
 Memahami budaya setempat
 Memberdayakan masyarakat
 Menguasai dasar-dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat
 Bersama-sama dengan semua tenaga kesehatan bekerjasama dalam
memberantas masalah kesehatan di masyarakat terkait budaya atau kebiasaan
mereka
 Memberikan informasi tentang kesehatan atau meluruskan kebiasaan
masyarakat yang masih salah dengan menjabarkan dampak negatif yang akan
dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai