Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

SEJARAH, TUJUAN, DAN PRINSIP KEPERAWATAN PALIATIF

Disusun Oleh: Kelompok 1


1. Neice Shieva Shazhabilla P05120319033
2. Rendi Saputra P0512031904

Dosen Pembimbing : Erni Buston, SST., M.Kes

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TA 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Diiringi rasa syukur yang luar biasa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan membahas sejarah, tujuan, dan
prinsip keperawatan paliatif.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita dalam materi pembelajaran tingkat
awal di mata kuliah ini. Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca demi kebaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Bengkulu, Januari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I: PENDAHULUAN...............................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................5
C. TUJUAN...............................................................................................5
BAB II: ISI.......................................................................................................6
A. SEJARAH KEPERAWATAN PALIATIF...........................................6
B. TUJUAN KEPERAWATAN PALIATIF.............................................11
C. PRINSIP KEPERAWATAN PALIATIF.............................................13
BAB III: PENUTUP.........................................................................................16
A. KESIMPULAN.....................................................................................16
B. SARAN.................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk meningkatkan


kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan terhadap rasa
sakit dan memberikan dukungan fisik, psikososial dan spiritual yang
dimulai sejak tegaknya diagnose hingga akhir kehidupan pasien (World
Health Organization, 2014). Perawatan paliatif juga merupakan suatu
pendekatan dalam perawatan pasien yang terintegrasi dengan terapi
pengobatan untuk mengoptimalkan kualitas hidup pasien dengan penyakit
kronis atau mengancam jiwa (National Consensus Project for Quality
Palliative Care, 2009).
Pelayanan perawatan paliatif yang diberikan memiliki beberapa
aspek yaitu fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Aspek fisik dalam
perawatan meliputi pemberian asuhan terhadap reaksi patofisiologis seperti
nyeri, gejala lain dan efek samping yang dialami pasien. Aspek social
dalam perawatan yaitu memberikan pemahaman kepada pasien dan
keluarga tentang penyakit dan komplikasinya, gejala, efek samping dari
pengobatan seperti kecacatan yang berpengaruh terhadap hubungan
interpersonal, kapasitas pasien untuk menerima dan kapasitas keluarga
untuk menyediakan kebutuhan perawatan. Aspek psikologis yaitu
memberikan asuhan terhadap reaksi seperti depresi, stress, kecemasan,
serta pelayanan terhadap proses berduka dan kehilangan. Aspek spiritual
dalam perawatan meliputi pemberian asuhan terhadap masalah keagamaan
seperti harapan dan ketakutan, makna, tujuan, kepercayaan tentang
kehidupan setelah kematian, rasa bersalah, pengampunan dan kehadiran
rohaniawan sesuai keinginan pasien dan keluarga.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah keperawatan paliatif?
2. Apa tujuan dari keperawatan paliatif?
3. Apa prinsip dari keperawatan paliatif?

C. TUJUAN
1. Mengetahui sejarah keperawatan paliatif.
2. Mengetahui tujuan dari keperawatan paliatif.
3. Mengetahui prinsip dari keperawatan paliatif.

5
BAB II
ISI

A. SEJARAH KEPERAWATAN PALIATIF


1. Masa Lalu
Gerakan hospis berkembang secara massif sekitar tahun
1960an, dimana era pelayanan hospis modern dimulai. Seseorang
yang menggagas gerakan perubahan tersebut adalah Dame Cicely
Saunders (yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Dame).
Dame mengkreasikan sebuah konsep tentang caring, terutama
untuk pasien yang dengan stadium akhir dan menjelang
ajal/kematian. Konsep tersebut merupakan sebuah cara
pandangan atau perspektif untuk melihat sebuah fenomena secara
holistic, termasuk pasien. Sehingga pasien tidak hanya di lihat
sebagai individu yang memiliki masalah fisik saja, tetapi melihat
pasien sebagai mahluk yang kompleks. Dame menyakini bahwa
gejala fisik yang di alami oleh pasien juga dapat mempengaruhi
psikologis, emotional, social dan spiritual pasien, maupun
sebaliknya.
sejak awal di saat Dame menggagas dan mendirikan rumah
hospis, Dame telah mengintegrasikan pendidikan dan penelitian
dalam pelayanan di rumah hospis. Rumah hospis pertama yang di
dirikan oleh Dame yaitu rumah hospis yang terletak di kota
London pada tahun 1967. Seiring dengan perkembangan gerakan
rumah hospis, pelayanan perawatan paliatif mulai menekankan
pada aspek “Care” bukan pada aspek “Cure’” atau pengobatan.
Sehingga pada saat itu prioritas intervensi yang dilakukan adalah
bagaimana pasien dapat mengontrol keluhannya, seperti nyeri.
pada tahun 1982, dokter spesialis paliatif mulai diperkenalkan
secara formal. pada saat itu dokter paliatif tidak hanya
memberikan pelayanan pada pasien yang membutuhkan perawatan
paliatif, namun juga penelitian mengenai praktis klinis pada pasien

6
yang mendapatkan perawatan paliatif, dan melakukan pengajaran
ataupun pendidikan berkelanjutan dalam perspektif multidisiplin.
Sekalipun konsep hospis modern dan ‘perawatan paliatif’
merupakan hal yang baru, namun pelayanan yang diberikan di
perawatan paliatif mampu memberikan perubahan yang
sangat signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup pasien,
mempersiapkan pasien meninggal dengan damai dan bermartabat,
dan memberikan dukungan pada anggota keluarga setelah pasien
meninggal.

Sejak awal pergerakan hospis modern dimana pada saat itu


layanan yang diberikan hanya berfokus pada pasien penderita
kanker. namun beberapa praktisi lalu mengembangkan
layanan pada pasien dengan penyakit tahap lanjut seperti gagal
jantung kongestif, penyakit paru obstruksi menahun, stroke,
motor neuron disease, gagal ginjal kronis dan lain
sebagainya.
Di awal abad 20, kebanyakan pasien meninggal di rumah
setelah mendapat perawatan dari pihak keluarga. namun kondisi
tersebut berubah seiring dengan perkembangan dunia kedokteran
dan kesehatan, dan penerapan beberapa metode baru dalam
pengobatan yang mengharus proses perawatan di rumah pasien
harus berpindah ke rumah sakit. Dampak dari hal tersebut, angka
kematian pasien yang meninggal di rumah menurun drastic. Akan
tetapi, kebanyakan pasien kanker akan menghabiskan sisa
hidupnya lebih banyak di rumah. hal ini berdasarkan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa sekitar 90% pasien kanker
mendapatkan perawatan di rumah dari pihak keluarganya.

2. Masa Sekarang dan Masa yang Akan Datang


telah terjadi perubahan yang dinamis dalam penyediaan
perawatan paliatif terutama di Negara Inggris. Dimana depertemen

7
kesehatan memperkenalkan program dan panduan baru yang di
kenal dengan sebutan “End of Life Care Strategy” dan “the
Gold Standards Framework”. Program dan panduan tersebut
menitik beratkan akan pentingnya menggunakan standard
pelayanan di saat memberikan pelayanan perawatan paliatif pada
pasien dan keluarganya terutama di saat kondisi pasien menjelang
ajal/kematian. lebih lanjut, pasien diberi otonomi untuk memilih
tempat selama menjalani proses perawatan, seperti rumah sendiri,
rumah sakit, rumah perawatan, atau rumah hospis. Sebagai petugas
perawatan paliatif, memaksimal sisa waktu atau umur
pasien selama masa perawatan merupakan hal yang penting.
untuk memaksimalkan hal tersebut, kordinasi dengan anggota
tim, dan memberikan pelayanan yang berkualitas menjadi hal
yang sangat dibutuhkan.
saat ini telah banyak panduan atau guideline diterbitkan
oleh lembaga bereputasi yang memberikan penjelasan bagaimana
memberikan pelayanan perawatan paliatif yang berkualitas baik
secara umum maupun untuk kelompok pasien dengan penyakit
tertentu seperti panduan perawatan paliatif untuk pasien kanker
paru. Di panduan tersebut, dijelaskan secara detail mengenai peran
masing-masing anggota tim interprofesional, komunikasi secara
efektif pada pasien, keluarga dan sesama anggota tim.
Secara global, WHO (2014) melaporkan bahwa pendidikan
dan pengetahuan para petugas kesehatan masih sangat minim
mengenai perawatan pasien di area paliatif. WHO memperkirakan
sekitar 19 juta orang di dunia saat ini membutuhkan pelayanan
perawatan paliatif, dimana 69% dari mereka adalah pasien usia
lanjut yaitu usia diatas 65 tahun. Sehingga hal ini menjadi
tantangan para petugas kesehatan terutama tenaga professional
yang bekerja di area paliatif untuk dapat memahami dengan baik
cara memberikan pelayanan yang berkualitas pada kelompok

8
lanjut usia tersebut dengan mengacu pada filosofi dan standar
pelayanan perawatan paliatif.

3. Keperawatan Paliatif di Indonesia


Sejak 2007 pemerintah Indonesia, melalui kementerian
kesehatan telah menerbit aturan berupa kebijakan perawatan
paliatif (Keputusan MENKES No.812/Menkes/SK/VII/2007).
dimana dasar yang menjadi acuan di terbitkannya peraturan
tersebut yaitu;
 kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin
jumlahnya baik pada pasien dewasa maupun anak
 untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi
pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan
selain dengan perawatan kuratif dan rehabilitative juga
diperlukan perawatan paliatif bagi pasien dengan stadium
terminal.
pada peraturan tersebut, menjelaskan bahwa kondisi
pelayanan kesehatan yang belum mampu memberikan
pelayanan yang dapat menyentuh dan memenuhi kebutuhan
pasien dengan penyakit stadium terminal yang sulit di
sembuhkan. pada stadium tersebut prioritas layanan tidak hanya
berfokus pada penyembuhan, akan tetapi juga berfokus pada upaya
peningkatan kualitas hidup yang terbaik pada pasien dan
keluarganya. pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut
maupun terminal dapat mengakses layanan kesehatan seperti
rumah sakit baik umum maupun swasta, puskesmas, rumah
perawatan, dan rumah hospis. Saat peraturan ini di terbitkan ada 5
rumah sakit yang menjadi pusat layanan perawatan paliatif,
dimana rumah sakit tersebut berlokasi di Jakarta, Yogyakarta,
Surabaya, Denpasar, dan Makassar. Akan tetapi, sekalipun
perawatan paliatif telah di perkenalkan dan di terapkan di beberapa
rumah sakit yang tersebut diatas, pelayanan perawatan paliatif

9
belum menunjukkan signifikansi. Hal ini mungkin di akibatkan
oleh minimnya pendidikan dan pelatihan tentang perawatan
paliatif untuk tenaga kesehatan, dan juga jumlah tenaga kesehatan
yang belajar secara formal mengenai perawatan paliatif juga masih
sangat sedikit. Karena saat ini, pendidikan untuk level
pascasarjana di bidang perawatan paliatif hanya tersedia di
universitas di Negara maju seperti Australia, Amerika serika,
Inggris.
Sejarah perkembangan perawatan paliatif di Indonesia
bermula saat sekelompok dokter di Rumah sakit Dr Sutomo,
Surabaya, membentuk kelompok perawatan paliatif dan
pengontrolan nyeri kanker pada tahun 1990 yang selanjutnya
kelompok tersebut menjadi “Tim perawatan paliatif’ pertama di
Indonesia. Saat ini kelompok tersebut dikenal dengan nama “Pusat
pengembangan paliatif dan bebas nyeri”. Pada bulan Februari
1992, secara resmi pelayanan perawatan paliatif di mulai di
Rumah sakit Dr Sutomo, Surabaya. Pelayanan tersebut didukung
11 orang dokter dan seorang apoteker yang telah menempuh
pendidikan perawatan paliatif untuk level Post Graduate Diploma
melalui pendidikan jarak jauh dari salah satu universitas yang
berada di Negara bagian Australia barat, kota Perth. Atas
kepemimpinan Dr. R. Soenarjadi Tedjawinata yang kemudian
dikenal sebagai Bapak Paliatif Indonesia menginisiasi sebuah
kegiatan seminar nasional dan workshop yang bertema
“manajemen nyeri kanker”. Tujuan dari kegiatan tersebut untuk
memperkenalkan pelayanan perawatan paliatif kepada peserta
seminar dan workshop. kegiatan tersebut dilakukan pada bulan
Oktober 1992 yang pada saat di itu dihadiri oleh sekitar 14
perwakilan rumah sakit pendidikan di Indonesia.
Pada tahun 2006, sebuah organisasi nirlaba membentuk
“Rumah Rachel” yang menyediakan layanan perawatan paliatif
khusus untuk anak yang menderita kanker dan HIV/AIDS. Rumah

10
Rachel merupakan fasilitas perawatan paliatif yang pertama di
Indonesia yang fokus pada anak-anak berlokasi di Jakarta. Pada
tahun 2007, atas bimbingan dan arahan tim paliatif RS Dr Sutomo,
pelayanan paliatif di tingkat puskesmas di buka, yaitu Puskesmas
Balongsari Surabaya. setahun kemudian pihak puskesmas
mengadakan pelatihan perawatan paliatif untuk relawan
dengan mendapatkan dukungan dari pemerintah kota Surabaya.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, minat para tenaga
kesehatan di bidang perawatan paliatif semakin meningkat, dimana
secara rutin seminar maupun workshop yang bertema perawatan
paliatif di selenggarakan secara rutin seperti di Yogyakarta,
Bandung dan di beberapa kota lainnya. Pada tahun 2013
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat jenderal pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan mengeluarkan panduan
teknis pelayanan paliatif kanker. hal ini menunjukkan bahwa
pihak pemerintah semakin serius untuk memberikan pelayanan
perawatan paliaatif bagi masyarakat Indonesia terkhusus yang
menderita kanker.

B. TUJUAN KEPERAWATAN PALIATIF


Paliatif berasal dari bahasa latin yaitu “Palium”, yang berarti
menyelimuti atau menyingkapi dengan kain atau selimuti untuk
memberikan kehangatan atau perasaan nyaman. berangkat dari makna
kata tersebut sehingga perawatan paliatif di dimaknai sebagai pelayanan
yang memberikan perasaan nyaman terhadap keluhan yang di rasakan oleh
pasien. Sehingga tujuan utama dari pelayanan perawatan paliatif adalah
memberikan perasaan nyaman pada pasien dan keluarga.
Namun, pelayanan perawatan paliatif tidak hanya mengatasi
masalah fisik pasien akan tetapi juga mencakup masalah dari aspek
psikologis, social dan spiritual. Kesemua aspek tersebut saling berintegrasi
sehingga dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu, tenaga
professional kesehatan, para pembuat kebijakan dan masyarakat luas,

11
memahami perawatan paliatif sama dengan perawatan di akhir kehidupan
(end-of-life care).
Perawatan paliatif merupakan pelayanan yang mencakup;
 pelayanan berfokus pada kebutuhan pasien bukan
pelayanan berfokus pada penyakit.
 menerima kematian namun juga tetap berupaya untuk
meningkatkan kualitas hidup.
 pelayanan yang membangun kerjasama antara pasien dan
petugas kesehatan serta keluarga pasien.
 berfokus pada proses penyembuhan bukan pada
pengobatan.
Sehingga perawatan paliatif bukan untuk mempercepat proses
kematian namun bukan pula untuk menunda kematian, karena kematian
merupakan proses alamiah mahluk hidup. Sehingga dalam perawatan
paliatif, kematian akan berlangsung secara alamiah pada pasien.
Penyembuhan merupakan suatu hubungan antara diri sendiri, orang
lain, lingkungan dan Tuhan. Sehingga seseorang tidak akan dapat
meninggal dengan di obati, namun seseorang dapat meninggal dengan
kondisi di sembuhkan. Jadi meninggal dengan kesembuhan dapat dimaknai
suatu kematian dimana seseorang mampu mengatakan atau menyatakan,
berupa;
 I love you
 Forgive me
 Thank you
 Good-bye
berdasarkan hal tersebut diatas sehingga perawatan paliatif kadang
dikatakan sebagai “pelayanan yang miskin tehnologi namun kaya akan
sentuhan”. Tujuan utama perawatan paliatif adalah untuk mencapai
kualitas hidup sebaik mungkin pada pasien dan keluarganya (World Health
Organization (WHO) 1990).

12
C. PRINSIP KEPERAWATAN PALIATIF
Perawatan paliatif mencakup seluruh spektrum perawatan —
medis, keperawatan, psikologis, sosial, budaya, dan spiritual.
Pendekatan holistik, dengan memasukkan aspek-aspek perawatan
yang lebih luas ini, adalah praktik medis yang baik dan dalam
perawatan paliatif itu sangat penting. Prinsip-prinsip perawatan
paliatif adalah:
1. Sikap Peduli
Melibatkan kepekaan, empati dan kasih sayang, dan menunjukkan
kepedulian terhadap individu.
 ada kekhawatiran untuk semua aspek penderitaan pasien,
bukan hanya masalah medis.
 ada pendekatan yang tidak menghakimi di mana
kepribadian, kecerdasan, asal-usul etnis, kepercayaan
agama atau faktor individu lainnya tidak mengurangi
pemberian perawatan yang optimal.
2. Pertimbangan Individualitas
 Praktik mengkategorikan pasien berdasarkan penyakit
yang mendasarinya, berdasarkan kesamaan masalah medis
yang dihadapi, gagal mengenali fitur psikososial dan
masalah yang membuat setiap pasien menjadi individu
yang unik.
 karakteristik unik ini dapat sangat memengaruhi
penderitaan dan perlu diperhitungkan saat merencanakan
perawatan paliatif untuk masing-masing pasien.
3. Pertimbangan Budaya
 faktor etnis, ras, agama dan budaya lainnya mungkin
memiliki efek mendalam pada penderitaan pasien.
 perbedaan budaya harus dihormati dan perawatan
direncanakan dengan cara yang sensitif secara budaya.
4. Persetujuan

13
 Persetujuan seorang pasien, atau mereka yang menjadi
tanggung jawabnya didelegasikan, diperlukan sebelum
perawatan diberikan atau ditarik.
 sebagian besar pasien menginginkan pengambilan
keputusan bersama meskipun dokter cenderung
meremehkan hal ini.
 Setelah menilai perawatan apa yang pantas atau tidak
pantas, ini didiskusikan dengan pasien.
 Dalam banyak kasus, pasien yang mendapat informasi
memadai akan menerima rekomendasi yang dibuat.
5. Pilihan Tempat Perawatan
 pasien dan keluarga perlu dimasukkan dalam setiap diskusi
tentang tempat perawatan.
 pasien dengan penyakit terminal harus dikelola di rumah
bila memungkinkan.
6. Komunikasi
 komunikasi yang baik antara semua profesional perawatan
kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien sangat
penting dan mendasar bagi banyak aspek perawatan
paliatif.
 komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga juga
penting
7. Konteks klinis: Perawatan yang sesuai
 Semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium
penyakit pasien dan prognosisnya.
 Terapi yang terlalu antusias yang tidak sesuai dan
pengabaian pasien sama-sama menyedihkan.
 Perawatan paliatif telah dituduh medikalisasi kematian,
dan perawatan harus diambil untuk menyeimbangkan
intervensi teknis dengan orientasi humanistik untuk pasien
yang sekarat.

14
 Resep perawatan yang tepat sangat penting dalam
perawatan paliatif karena penderitaan tambahan yang tidak
perlu yang mungkin disebabkan oleh terapi aktif yang
tidak tepat atau karena kurangnya perawatan.
 Ketika perawatan paliatif termasuk terapi aktif untuk
penyakit yang mendasarinya, batas harus diamati, sesuai
dengan kondisi dan prognosis pasien dan keinginan pasien
yang diungkapkan.
 Pengobatan yang diketahui sia-sia, diberikan karena "Anda
harus melakukan sesuatu", tidak etis.
 Di mana hanya tindakan paliatif simtomatik dan suportif
yang digunakan, semua upaya diarahkan untuk
meringankan penderitaan dan kualitas hidup, dan tidak
harus pada perpanjangan hidup.
 Prinsip perawatan paliatif yaitu menghormati dan menghargai
martabat serta harga diri pasien dan keluarganya (Ferrel &
Coyle, 2007). Menurut Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (KEMENKES, 2013) dan Aziz, Witjaksono, dan
Rasjidi (2008) prinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu
menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta
keluhan fisik lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai
kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal,
tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,
memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual,
memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif
mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa
dukacita, serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi
kebutuhan pasien dan keluarganya.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pelayanan perawatan paliatif tidak hanya mengatasi masalah fisik
pasien akan tetapi juga mencakup masalah dari aspek psikologis, social
dan spiritual. Kesemua aspek tersebut saling berintegrasi sehingga dapat
saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu, tenaga professional
kesehatan, para pembuat kebijakan dan masyarakat luas, memahami
perawatan paliatif sama dengan perawatan di akhir kehidupan (end-of-life
care).
Prinsip dari keperawatan paliatif:
1. Menghargai setiap kehidupan.
2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
5. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam
perawatan pasien dan Keluarga.
8. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
9. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai
dengan kondisinya sampai akhir hayat.
10. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita

B. SARAN
Semoga uuntuk ke depannya, palliative care dapat dikembangkan
lebih baik di semua Pelayanan Kesehatan karena meninjau dari tujuan
keperawatan paliatif akan sangat berguna untuk klien dan keluarganya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Doyle, Derek. Woodruff, Roger. (2013). The IAHPC Manual Of Palliative Care
3rd Edition. http://bit.ly/_IAHPC . Diakses pada Selasa, 26 Januari 2021.

Yodang. (2018). Buku Ajar Keperawatan Paliatif Berdasarkan Kurikulum AIPNI


2015. Jakarta: Trans Info Media. https://bit.ly/39Hr2Yw. Diakses pada
Selasa, 26 Januari 2021..

Shatri, H. (2020). Advanced Directives pada Perawatan Paliatif.


http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/315.
Diakses pada 26 Januari 2021.

17
18
19
20
21
22
KEPERAWATAN PALIATIF
RESUME JURNAL: SEJARAH, TUJUAN, DAN PRINSIP
KEPERAWATAN PALIATIF

Disusun Oleh:
Neice Shieva Shazhabilla
NIM. P05120319033

Dosen Pembimbing : Erni Buston, SST., M.Kes

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TA 2020/2021

23
A. SEJARAH KEPERAWATAN PALIATIF

Perawatan paliatif dimulai dengan fokus pada perawatan orang


yang sekarat. Dr. Cicely Saunders pertama kali mengartikulasikan idenya
tentang perawatan hospis modern pada akhir 1950-an berdasarkan
pengamatan yang cermat terhadap pasien yang sekarat. Dia menganjurkan
bahwa hanya tim interdisipliner yang dapat meringankan "rasa sakit total"
dari orang yang sekarat dalam konteks keluarganya, dan konsep tim masih
menjadi inti dari perawatan paliatif.
Pada 1960-an, seorang psikiater di Amerika Serikat, Elisabeth
Kübler-Ross, menghadapi penolakan keras untuk memperlakukan orang di
akhir kehidupan dengan rasa hormat, keterbukaan, dan komunikasi yang
jujur. Bukunya yang inovatif, On Death and Dying, dan presentasi
karismatik merevolusi dan memanusiakan bagaimana pasien yang sekarat
diakui dan dirawat.
Pada tahun 1974, Dr. Balfour Mount, ahli onkologi bedah di
Rumah Sakit Royal Victoria di McGill University di Montreal, Kanada,
menciptakan istilah perawatan paliatif untuk menghindari konotasi negatif
dari kata hospice dalam budaya Prancis, dan memperkenalkan inovasi Dr.
Saunders ke dalam rumah sakit pendidikan akademik. Dia pertama kali
mendemonstrasikan apa artinya memberikan perawatan holistik bagi
orang-orang dengan penyakit kronis atau yang membatasi hidup dan
keluarga mereka yang mengalami tekanan fisik, psikologis, sosial, atau
spiritual.
Pada tahun 1997, Institute of Medicine melaporkan, "Mendekati
Kematian: meningkatkan perawatan di akhir kehidupan" (M.I. Field dan
C.K. Cassel, editor) mendokumentasikan kekurangan yang mencolok
dalam perawatan di akhir hayat di Amerika Serikat. Dengan dukungan dari
Robert Wood Johnson Foundation dan George Soros 'Open Society
Institute, upaya besar untuk membawa perawatan paliatif ke dalam
pengobatan dan keperawatan arus utama diluncurkan. Ada proyek
demonstrasi klinis, review konten perawatan paliatif dan akhir-hidup dari

24
buku teks inti, kesadaran konsumen melalui Kisah Terakhir dan Seri Bill
Moyer, "On Our Own Terms" (2000), pendanaan sarjana fakultas
perawatan paliatif, dan konferensi NIH State of the Science. Pedoman
Praktik Klinis untuk Kualitas Perawatan Paliatif pertama kali dirilis pada
tahun 2004, memperluas fokus perawatan paliatif untuk tidak hanya
mencakup pasien yang sekarat, tetapi juga pasien yang didiagnosis dengan
penyakit yang membatasi hidup. Pada tahun 2006, terdapat 57 program
fellowship kedokteran paliatif dengan kurang lebih 100 peserta pelatihan.
Pada tahun 2006, American Board of Medical Specialities (ABMS)
dan Accreditation Council for Graduate Medical Education mengakui
subspesialisasi Hospice and Palliative Medicine. Mencerminkan akar
pengobatan paliatif di banyak bidang khusus, dewan dari 10 spesialisasi
mensponsori ujian sertifikasi ABMS, yang diberikan untuk pertama
kalinya pada tahun 2008, dan terdapat lebih dari 3000 anggota American
Academy of Hospice and Palliative Medicine.
Pengobatan paliatif adalah kelanjutan dari perjuangan panjang
untuk menerima kehidupan dengan caranya sendiri, secara jujur dan
terbuka. Mengambil tempatnya dalam kedokteran akademis,
subspesialisasi baru ini akan memungkinkan generasi dokter masa depan
untuk memperoleh keterampilan kedokteran paliatif tingkat generalis
sambil memajukan pengetahuan di lapangan dan memenuhi janji kami
kepada pasien dan keluarga mereka bahwa kami tidak akan meninggalkan
mereka ketika perawatan kami gagal dan bahwa, setiap saat, kami akan
melakukan semua yang kami bisa untuk meringankan penderitaan mereka.

B. TUJUAN KEPERAWATAN PALIATIF

Perawatan paliatif merupakan pelayanan yang mencakup;


 pelayanan berfokus pada kebutuhan pasien bukan
pelayanan berfokus pada penyakit.
 menerima kematian namun juga tetap berupaya untuk
meningkatkan kualitas hidup.

25
 pelayanan yang membangun kerjasama antara pasien dan
petugas kesehatan serta keluarga pasien.
 berfokus pada proses penyembuhan bukan pada
pengobatan.
Sehingga perawatan paliatif bukan untuk mempercepat proses
kematian namun bukan pula untuk menunda kematian, karena kematian
merupakan proses alamiah mahluk hidup. Sehingga dalam perawatan
paliatif, kematian akan berlangsung secara alamiah pada pasien.

26
C. PRINSIP KEPERAWATAN PALIATIF
Prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah:
11. Sikap Peduli
Melibatkan kepekaan, empati dan kasih sayang, dan menunjukkan
kepedulian terhadap individu.
 ada kekhawatiran untuk semua aspek penderitaan pasien,
bukan hanya masalah medis.
 ada pendekatan yang tidak menghakimi di mana
kepribadian, kecerdasan, asal-usul etnis, kepercayaan
agama atau faktor individu lainnya tidak mengurangi
pemberian perawatan yang optimal.
12. Pertimbangan Individualitas
 Praktik mengkategorikan pasien berdasarkan penyakit
yang mendasarinya, berdasarkan kesamaan masalah medis
yang dihadapi, gagal mengenali fitur psikososial dan
masalah yang membuat setiap pasien menjadi individu
yang unik.
 karakteristik unik ini dapat sangat memengaruhi
penderitaan dan perlu diperhitungkan saat merencanakan
perawatan paliatif untuk masing-masing pasien.
13. Pertimbangan Budaya
 faktor etnis, ras, agama dan budaya lainnya mungkin
memiliki efek mendalam pada penderitaan pasien.
 perbedaan budaya harus dihormati dan perawatan
direncanakan dengan cara yang sensitif secara budaya.
14. Persetujuan
 Persetujuan seorang pasien, atau mereka yang menjadi
tanggung jawabnya didelegasikan, diperlukan sebelum
perawatan diberikan atau ditarik.
 sebagian besar pasien menginginkan pengambilan
keputusan bersama meskipun dokter cenderung
meremehkan hal ini.

27
 Setelah menilai perawatan apa yang pantas atau tidak
pantas, ini didiskusikan dengan pasien.
 Dalam banyak kasus, pasien yang mendapat informasi
memadai akan menerima rekomendasi yang dibuat.
15. Pilihan Tempat Perawatan
 pasien dan keluarga perlu dimasukkan dalam setiap diskusi
tentang tempat perawatan.
 pasien dengan penyakit terminal harus dikelola di rumah
bila memungkinkan.
16. Komunikasi
 komunikasi yang baik antara semua profesional perawatan
kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien sangat
penting dan mendasar bagi banyak aspek perawatan
paliatif.
 komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga juga
penting
17. Konteks klinis: Perawatan yang sesuai
 Semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium
penyakit pasien dan prognosisnya.
 Terapi yang terlalu antusias yang tidak sesuai dan
pengabaian pasien sama-sama menyedihkan.
 Perawatan paliatif telah dituduh medikalisasi kematian,
dan perawatan harus diambil untuk menyeimbangkan
intervensi teknis dengan orientasi humanistik untuk pasien
yang sekarat.
 Resep perawatan yang tepat sangat penting dalam
perawatan paliatif karena penderitaan tambahan yang tidak
perlu yang mungkin disebabkan oleh terapi aktif yang
tidak tepat atau karena kurangnya perawatan.
 Ketika perawatan paliatif termasuk terapi aktif untuk
penyakit yang mendasarinya, batas harus diamati, sesuai

28
dengan kondisi dan prognosis pasien dan keinginan pasien
yang diungkapkan.
 Pengobatan yang diketahui sia-sia, diberikan karena "Anda
harus melakukan sesuatu", tidak etis.
 Di mana hanya tindakan paliatif simtomatik dan suportif
yang digunakan, semua upaya diarahkan untuk
meringankan penderitaan dan kualitas hidup, dan tidak
harus pada perpanjangan hidup.

29
DAFTAR PUSTAKA

Stephen r. Connor. 2008. Developement of Hospice and Palliative Care in


the United States.
https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.2190/OM.56.1.h. Diakses pada 10
Februari 2021.
Mattew J. Loscalzo. 2008. Palliative care: An Historical Perspective.
https://ashpublications.org/hematology/article/2008/1/465/95868. Diakses
pada 10 Februari 2021.
Doyle, Derek. Woodruff, Roger. (2013). The IAHPC Manual Of Palliative
Care 3rd Edition. http://bit.ly/_IAHPC . Diakses pada Selasa, 26 Januari
2021.

Yodang. (2018). Buku Ajar Keperawatan Paliatif Berdasarkan Kurikulum


AIPNI 2015. Jakarta: Trans Info Media. https://bit.ly/39Hr2Yw. Diakses
pada Selasa, 26 Januari 2021.

30
Link video : https://youtu.be/ba6HDcu_VOQ

31

Anda mungkin juga menyukai