Anda di halaman 1dari 2

Nama : NEICE SHIEVA SHAZHABILLA

NIM : P05120319033
MK : PBAK

1. Yang dapat saya petik dari uraian “Korupsi Sejak Dulu Sampai Sekarang di
Indonesia” adalah:
Korupsi tidak semudah yang diucapkan untuk dihilangkan, butuh komitmen yang
sangat besar dan kuat dan harus ditanamkan ke diri semua orang. Korupsi di
Indonesia sudah seperti “budaya” yang melekat di area pemerintahan maupun
nopemerintahan.
Di masa awal Orde Baru, pemerintah menerbitkan Keppres No.28 Tahun 1967
tentang Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi. Dalam pelaksanaannya, tim tidak
bisa melakukan pemberantasan korupsi secara maksimal, bahkan bisa dikatakan
hampir tidak berfungsi. Peraturan ini malahan memicu berbagai bentuk protes dan
demonstrasi mulai tahun 1969 dan puncaknya di tahun 1970 yang kemudian ditandai
dengan dibentuknya Komisi IV yang bertugas menganalisa permasalahan dalam
birokrasi dan mengeluarkan rekomendasi untuk mengatasinya.
Masih di tahun yang sama, mantan wakil presiden pertama RI Bung Hatta
memunculkan wacana bahwa korupsi telah membudaya di Indonesia. Padahal, lanjut
Hatta, korupsi telah menjadi perilaku dari sebuah rezim baru yang dipimpin Soeharto,
padahal usia rezim ini masih begitu muda. Hatta seperti merasakan cita-cita pendiri
Republik ini telah dikhianati dalam masa yang masih sangat muda. Ahli sejarah JJ
Rizal mengungkapkan, “Hatta saat itu merasa cita-cita negara telah dikhianati dan
lebih parah lagi karena korupsi itu justru seperti diberi fasilitas. Padahal menurut dia,
tak ada kompromi apapun dengan korupsi.”
Sudah berapa besar usaha yang dilakukan tidak akan sebanding apabila di diri banyak
orang masih tidak juga sadar akan tindakan korupsi, kebanyakan hanya menyepelekan
hal ini, banyak pula orang yang berkoar tapi tidak bertindak apa-apa. Maka dari itu,
semua masyarakat harus memeiliki rasa yang kuat untuk memberantas korupsi, tidak
bisa hanya sekadar omongan, kita perlu aksi.

2. Sejauh mana peran lembaga penegak hukum dalam pemberantasan korupsi di


Indonesia?

KPK telah mendorong berbagai upaya pencegahan korupsi bersama dengan


lembaga eksekutif. Diantaranya adalah bersama dengan Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi berupaya mewujudkan
berbagai strategi dalam mendorong terciptanya Reformasi Birokrasi,
mendorong terciptanya Zona Integritas sehingga terciptanya Wilayah Bebas
Korupsi serta bekerjasama dengan Bappenas dalam upaya mewujudkan
Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi yang diturunkan melalui berbagai
Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi.
Fungsi koordinasi dan trigger mechanism yang dilakukan KPK selama ini juga
tercermin dalam Kegiatan Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya
Alam (GN SDA) yang melibatkan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah. Dalam kegiatan ini KPK mendorong pelaksanaan berbagai rencana
aksi dalam rangka mewujudkan transparansi dan tata kelola yang baik di
bidang Sumber Daya Alam.

Pada bidang penindakan, berbagai upaya telah dilakukan oleh KPK bersama
dengan penegak hukum lain baik dari Kepolisian maupun Kejaksaan. Upaya
tersebut dilakukan melalui penanganan perkara secara langsung maupun
dalam kerangka koordinasi dan supervisi. Dengan Mahkamah Agung, KPK
bersama dengan Lembaga Penegak Hukum lainnya mendorong tersusunnya
Peraturan Mahkamah Agung terkait Pertanggungjawaban Pidana Korporasi.
Kerjasama ini merupakan kolaborasi yang sangat strategis dalam rangka
mendukung upaya penyelesaian perkara pidana yang melibatkan korporasi
yang selama ini terkesan sulit disentuh oleh hukum. Tidak ketinggalan
kerjasama dengan Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia bersama-sama
dengan Universitas dan Komisi Yudisial, untuk mendorong pelaksanaan
peradilan yang transparan dan bersih dari korupsi.

Menyadari bahwa dalam melaksanakan tugas pemberantasan korupsi, perlu


partisipasi dan peran semua elemen bangsa, baik eksekutif, legislatif maupun
yudikatif. Tidak ketinggalan dari unsur akademisi dan praktisi, juga NGO
sebagai kontrol sosial. Kerjasama diperlukan baik dalam maupun dengan
negara lain. Pelaksanaan kegiatan dan inisiatif yang dilakukan tersebut,
kiranya dapat disampaikan kepada masyarakat secara luas sebagai salah
satu bentuk pertanggungjawan atas amanah masyarakat.

3. Saran saya untuk memperkuat lembaga penegak hukum dalam pemberantasan korupsi
di Indonesia adalah:
 Lembaga penegak hukum harus lebih transparan
 Menindak tegas oknum yang berbuat curang serta merugikan
 negara tanpa pandang jabatan, tanpa memandang siapa dia.

Anda mungkin juga menyukai