Oleh :
AFRISKA AMELIA HERWINSYAH PUTRI
NIM. 12212193101
Puji syukur kehadirat Allah SWT., karena atas limpahan taufik, hidayah,
dan inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses
Sains dan hasil belajar Siswa pada Materi Asam Basa” dengan tepat waktu.
Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Penelitian Pendidikan, jurusan Tadris Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini kami telah dibantu oleh beberapa
pihak. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Ali Amirul Muminin, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan.
2. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam segala proses penyusunan
proposal skripsi ini.
Segala upaya telah kami lakukan dalam menyempurnakan proposal skripsi
ini. Namun, tidak mustahil apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam
penulisan proposal skripsi ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
komentar yang dapat dijadikan sebagai penyempurna proposal penelitian yang
kami buat. Semoga proposal skripsi kami ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
orang lain serta dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ......................................................... 4
C. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5
E. Kegunaan Penelitian .................................................................................... 5
F. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 8
G. Penegasan Istilah ......................................................................................... 8
H. Sistematika Pembahasan ........................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori ..............................................................................................
B. Penelitian Terdahulu .....................................................................................
C. Kerangka Berpikir .........................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................
A. Rancangan Penelitian ....................................................................................
B. Variabel Penelitian ........................................................................................
C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................
D. Kisi-kisi Instrumen ........................................................................................
E. Instrumen Penelitian......................................................................................
F. Data dan Sumber Data...................................................................................
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................
H. Teknik Analisis Data .....................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan serta
kebiasaan yang dilakukan suatu individu dari satu generasi ke generasi
lainnya untuk meningkatkan kualitas diri individu, baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk menopang laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (Pardede dkk, 2016). Pada dasarnya pengertian
pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan
negara. Perkembangan pendidikan akan membawa dampak terhadap mutu
pendidikan nasional. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional adalah melalui penyempurnaan kurikulum. Kurikulum merupakan
seperangkat atau suatu sistem rencana dan pengaturan mengenai bahan
pembelajaran yang dapat dipedomani dalam aktivitas belajar mengajar.
Kurikulum pendidikan yang diterapkan di Indonesia saat ini adalah kurikulum
2013. Implementasi kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang menggunakan
pendekatan saintifik (scientific approach) atau pendekatan berbasis proses
keilmuwan. Pendekatan saintifik (scientific approach) merupakan aplikasi metode
ilmiah yang diterapkan dalam sebuah proses pembelajaran yang meliputi kegiatan
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan (Abdullah,
2014).
Pendekatan saintifik sangat sesuai dengan yang diterapkan dalam mata
pelajaran Kimia,memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran yang
lainnya. Karena untuk memperoleh suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang
dapat dipercaya siswa harus melakukan pengumpulan data dengan eksperimen,
pengamatan dan deduksi untuk menghasilkan suatu gejala yang dapat dipercaya.
Kecenderungan pembelajaran Kimia saat ini adalah siswa hanya mempelajari
bersifat teoretis, dan masih belum melibatkan keaktifan siswa secara penuh saat
pembelajaran. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang masih berpusat pada
1
guru (teacher centered) sehingga potensi yang ada dalam diri siswa menjadi tidak
berkembang, termasuk potensi untuk mempelajari Kimia secara mandiri.
Kemandirian belajar siswa menjadi salah satu hal penting yang perlu
ditumbuhkan dalam diri siswa. Kemandirian belajar adalah
kesanggupan siswa dalam menjalani kegiatan belajar dengan seorang diri tanpa
tergantung kepada orang lain yang dilakukan dengan penuh kesabaran dan
mengarah kepada suatu pencapaian tujuan yang diinginkan siswa.
Menurut Zulfiani dkk (2009), pendekatan pembelajaran yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu
konsep disebut Keterampilan Proses Sains (KPS). Keterampilan proses sains
(KPS) adalah perangkat kemampuan kompleks yang digunakan oleh para ilmuwan
dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses pembelajaran.
KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode
ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan
baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah. Keterampilan proses sains
dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa, mendukung rasa
ingin tahu karena menyediakan pembelajaran langsung, serta mengembangkan
keterampilan bertanya dan bernalar siswa (Bati & Kaptan, 2013). Meskipun
demikian, kenyataan yang terjadi kemandirian belajar dan keterampilan proses
sains belum dikembangkan secara optimal. Metode pembelajaran yang digunakan
oleh guru hanya ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
Keterampilan proses sains dan kemandirian belajar siswa masih rendah.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
kemandirian belajar dan keterampilan proses sains siswa adalah REACT strategi
(Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, and Transfering) yang
dijabarkan oleh CORD (Center of Occupational Research and Development) di
Amerika (Crawford, 2001). Strategi pembelajaran REACT menurut Sirajuddin
dkk (2018) terdiri dari lima tahapan, yaitu relating (mengaitkan), experiencing
(mengalami), applying (menerapkan), cooperating (kerjasama), dan transfering
(memindahkan). Pada tahap relating proses kegiatannya dimana guru
menghubungkan konsep yang dipelajari dengan materi pengetahuan yang dimiliki
siswa. Tahap yang kedua experiencing dimana siswa melakukan kegiatan
eksperimen dan guru memberi penjelasan untuk mengarahkan siswa menemukan
2
pengetahuan baru. Tahap ketiga applying dimana siswa menerapkan pengetahuan
yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Tahap keempat cooperating dimana
siswa melakukan diskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan dan
mengembangkan kemampuan kolaborasi dengan teman dan tahap kelima
transfering dimana siswa menunjukkan kemampuan terhadap pengetahuan yang
dipelajari dan menerapkannya dalam situasi dan konteks baru.
Strategi REACT memiliki tahapan yang sesuai dengan aspek keterampilan
proses sains. Menurut Selamet & Suma (2013), serangkaian fase dari REACT
dipandang dapat meningkatkan keterampilan proses sains yang dimiliki siswa.
Penerapan strategi pembelajaran REACT dapat meningkatkan keterampilan
proses sains siswa. Melalui strategi REACT siswa juga dilatih untuk meningkatkan
kemandirian belajar, hal ini dapat diamati dari indikator aspek kemandirian belajar
seperti percaya diri, tanggungmjawab, inisiatif, dan disiplin. Selama proses
pembelajaran menggunakan strategi REACT ini, siswa didukung untuk
membangun pengetahuan mereka sendiri melalui proses penemuan. Strategi ini
efisien untuk menciptakan diskusi siswa secara langsung, baik dalam
menghubungkan suatu fenomena, melakukan eksperimen, hingga menjelaskan
pengalamannya yang berkaitan dengan eksperimen. Dengan demikian, setiap
siswa akan aktif dalam pembelajaran dan memiliki kemandirian dalam
melaksanakan tugasnya.
Salah satu materi pelajaran Kimia pada kelas XI SMA adalah Materi Asam
Basa yang merupakan senyawa yang banyak menarik perhatian orang. Menurut
Arrhenius, asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen (H+) dalam larutan
sedangkan basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) dalam
larutan. Beberapa topik akan mempelajari latar belakang untuk dapat memahami
dengan lebih baik tentang hal-hal yang berkaitan dengan kimia asam dan basa
seperti teori yang berbeda tentang perilaku asam – basa, reaksi alamiah antara
oksida unsur-unsur dengan air yang pada kasus tertentu menghasilkan asam atau
basa, pengukuran dengan skala pH, dan bagaimana menghitung harga pH dari
larutan air yang berbeda, serta prinsip-prinsip reaksi netralisasi. Proses
penyelidikan secara langsung ini dapat melalui praktikum. Dengan praktikum
maka siswa akan mendapatkan pengetahuan sekaligus pengalaman secara konkret
mengenai apa yang telah dipelajari. Praktikum digunakan untuk meningkatan
3
keterampilan dasar bereksperimen siswa. Selain itu melalui praktikum siswa akan
lebih mudah untuk mengingat apa yang dikerjakannya, tidak hanya
menghapalkannya tetapi juga memahami konsep.
Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka diperlukan suatu strategi
pembelajaran yang dapat meningkatkan suatu Pendidikan di Indonesia dengan
keterampilan proses sains siswa dan kemandirian belajar siswa. Strategi tersebut
adalah strategi REACT. Strategi REACT memiliki tahapan yang sesuai dengan
keterampilan proses sains dan kemandirian belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran REACT
(Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, and Transfering) terhadap
Keterampilan Proses Sains dan Kemandirian Belajar Siswa Materi Asam Basa”.
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1) Mata pelajaran kimia menjadi mata pelajaran sains yang mana menjadi
mata pelajaran dengan skor terendah bagi siswa dibandingkan mata
pelajaran sains lain seperti fisika dan biologi. Hal ini dikarenakan mata
pelajaran kimia mengkaji sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak
terobservasi.
2) Pembatasan masalah dalam penelitian ini mencakup pada pembatasan
kajian materi asam basa yang Stateginya di rubah menggunakan Strategi
REACT(Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, and
Transfering).
3) Guru yang menyampaikan materi proses pembelajaran yang masih berpusat
pada guru (teacher centered) dan pelajaran yang diberikan terlalu cepat yang
akan membuat siswanya kesulitan karena siswa tidak bisa mencatat dengan
cepat apa yang disampaikan guru sehingga ketika dia mempelajari kembali
apa yang dipelajarinya saat di sekolah, dia akan mengalami kesulitan
karena catatannya kurang lengkap.
4) Guru diharapkan dapat menerapkan strategi pembelajaran yang tepat untuk
materi Kimia terutama Asam Basa. Jika dalam penerapannya masih
menggunakan strategi konvensional, maka pembelajaran cenderung pasif.
Keterlibatan siswa akan minim dan siswa akan kesulitan dalam memahami
4
suatu materi karena tidak terlalu aktif dalam pembelajaran.
Untuk batasan masalah yang dihadapi dalam proposal ini adalah sebagai
berikut :
1. Rendahnya kemandirian belajar siswa terhadap mata pelajaran kimia
Asam Basa.
2. Rendahnya Keterampilan Proses Sains (KPS) terhadap mata pelajaran
kimia Asam Basa.
3. Strategi pembelajaran yang tidak tepat akan membuat siswa merasa
kesulitan dalam memahami materi kimia topik Asam Basa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Pengaruh Strategi Pembelajaran REACT (Relating,
Experiencing, Applying, Cooperating, and Transfering) terhadap
Ketrampilan Proses Sains Siswa dalam Materi Asam Basa?
2. Bagaimana Pengaruh Strategi Pembelajaran REACT (Relating,
Experiencing, Applying, Cooperating, and Transfering) terhadap
Kemandirian Belajar Siswa dalam Materi Asam Basa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penelitian
ini adalah :
1. Menganalisis Bagaimana Pengaruh Strategi Pembelajaran REACT
(Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, and Transfering)
terhadap Ketrampilan Proses Sains Siswa dalam Materi Asam Basa?
2. Menganalisis Bagaimana Pengaruh Strategi Pembelajaran REACT
(Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, and Transfering)
terhadap Kemandirian Belajar Siswa dalam Materi Asam Basa?
E. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi
mengenai Strategi Pembelajaran REACT (Relating, Experiencing,
Applying, Cooperating, Transfering) sehingga siswa dapat melatih
Ketrampilan Proses Sains dan Kemandirian Belajar secara maksimal dalam
5
Materi Asam Basa.
2. Kegunaan Praktis
• Bagi Siswa
a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif
dalam pembelajaran.
b. Siswa mendapatkan pengalaman baru dengan diterapkannya
Strategi Pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying,
Cooperating, and Transfering).
c. Siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
d. Memberi kemudahan pada siswa untuk memahami dan
mempelajari mata pelajaran kimia khususnya Asam Basa.
e. Dengan Strategi pembelajaran yang menjadikan suatu masalah
sebagai bahasan utama yang harus dipecahkan oleh siswa, maka
akan terdorong untuk memecahkan masalah tersebut sehingga dapat
berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.
f. Meningkatkan kemandirian belajar siswa terhadap mata pelajaran
kimia Asam Basa.
g. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains (KPS) terhadap mata
pelajaran kimia Asam Basa.
h. Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kimia khususnya
materi Asam Basa.
i. Memberikan rangsangan kepada siswa untuk berpikir secara nyata
dan menganalisis, memecahkan masalah, dan mengambil
kesimpulan dari masalah yang ada.
j. Melatih siswa untuk berpikir secara sistematis dan strategis dalam
memecahkan suatu permasalahan di kehidupan nyata.
k. Meningkatkan kegiatan pembelajaran yang terkesan sulit dan
menjenuhkan atau kurang menyenangkan, sehingga tampak lebih
menarik dan mendorong semangat belajar siswa dan memperoleh
hasil yang memuaskan.
• Bagi Guru
a. Memberikan masukan bagi para guru Kimia dan guru mata
pelajaran lain, bahwa dengan penerapan Strategi Pembelajaran
6
REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, and
Transfering) meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan
Kemandirian Belajar Siswa.
b. Guru dapat memberikan informasi atau materi pelajaran dengan
baik secara teoritis maupun secara praktiknya.
c. Guru dapat mengatasi dan meminimalisir permasalahan yang
terjadi di kelas dengan memperbaiki dan meningkatkan sistem
Pendidikan dan pembelajaran yang tepat.
d. Guru dapat mengembangkan kemampuannya dengan menerapkan
Strategi Pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying,
Cooperating, and Transfering) untuk meningkatkan terhadap
Keterampilan Proses Sains dan Kemandirian Belajar Siswa.
e. Guru tidak lagi menjadi fokus pembelajaran, tetapi siswa yang
menjadi fokusnya (student centered).
• Bagi Kepala Sekolah
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka kepala sekolah dapat
memberikan motivasi kepada guru guna meningkatkan kinerja dengan
menerapkan inovasi baru di setiap kegiatan pembelajaran demi
meningkatkan system Pendidikan di Indonesia.
• Bagi Peneliti
a. Menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki peneliti dan sebagai
sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama
proses perkuliahan yang telah ditempuh dalam kehidupan nyata.
b. Menambah wawasan mengenai Strategi Pembelajaran REACT
(Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, and Transfering)
juga kelemahan dan kelebihannya.
l. Memberikan referensi strategi pembelajaran yang efektif dan
efisien yang berorientasi siswa (student centered).
m. Memberikan sumbangan penelitian dalam bidang pendidikan
kimia yang berkaitan dengan Keterampilan Proses Sains dan
Kemandirian Belajar Siswa. Dengan menerapkan Strategi
Pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying,
Cooperating, and Transfering).
7
F. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai
berikut :
𝐻a: Ada pengaruh penerapan Strategi Pembelajaran REACT (Relating,
Experiencing, Applying, Cooperating, and Transfering) untuk
meningkatkan
Keterampilan Proses Sains dan Kemandirian Belajar Siswa dalam
Materi Asam Basa.
𝐻o: Tidak ada pengaruh Strategi Pembelajaran REACT (Relating,
Experiencing, Applying, Cooperating, and Transfering) untuk
meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Kemandirian Belajar
Siswa dalam Materi Asam Basa.
G. Penegasan Istilah
Dalam upaya memberikan gambaran yang jelas mengenai judul proposal
skripsi “Pengaruh Strategi Pembelajaran REACT (Relating, Experiencing,
Applying, Cooperating, and Transfering) untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains dan Kemandirian Belajar Siswa dalam Materi Asam Basa”, serta
untuk menghindari kekeliruan, maka penulis perlu memberikan penegasan-
penegasan dalam judul proposal skripsi, antara lain.
1. Strategi Pembelajaran
Strategi diartikan sebagai suatu cara, teknik, atau siasat yang
dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pembelajaran adalah suatu proses, cara, perbuatan dan usaha yang
dilakukan oleh seseorang secara sadar untuk mengelola informasi,
kejadian, atau peristiwa belajar dalam memfasilitasi pembelajar
sehingga memperoleh tujuan yang dipelajari.
Strategi Pembelajaran menurut Uno (2008) adalah perencanaan
dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran
agar kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran tercapai. Strategi
pembelajaran yaitu merupakan sebuah rencana, rancangan, dan plot
bagi dibangunnya sebuah metode pembelajaran yang selanjutnya
dijabarkan dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Strategi Pembelajaran adalah suatu
8
perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan
pembelajaran agar kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai yang dijabarkan dalam teknik dan gaya pembelajaran.
2. REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, and
Transfering)
REACT termasuk kedalam strategi pembelajaran kontekstual dengan
konsep belajar dimana peserta didik harus mampu mengaitkan antara
materi ajar dengan situasi nyata yang dialami peserta didik dalam
kehdupan sehari-hari (Syintia, dkk.2018). REACT terdiri dari lima
langkah utama yaitu:
a. Relating merupakan suatu proses belajar dengan mengaitkan
konsep-konsep pengetahuan awal peserta didik dengan konsep-
konsep baru yang akan didapatkan peserta didik didalam kelas
pada awal pembelajaran (latifah, 2017). Pada tahap awal
pembelajaran guru memulai pembelajaran dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak asing bagi peserta didik.
Adapun pertanyaan yang diajukan guru selalu fenomena-
fenomena menarik yang sering ditemui peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari (latifah, 2017).
b. Experiencing merupakan strategi pembelajan dengan belajar
melalui eksplorasi, penemuan dan penciptaan berbagai
penggalaman dalam kelas dapat mencangkup penggunaan
manipulative, aktifitas pemecahan masalah dan laboratorium
(Rizka,2014). Belajar dalam konteks ekspolari, penemuan, dan
penciptaan merupajkan inti pembelajaran kontekstual
(kontekstual,2014).
c. Applying merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan
konsep-konsep yang telah didapatkan pada tahap experiencing,
konsep-konsep yang didapatkan dalam bentuk soal latihan soal
(Rizka,2014).
d. Cooperating merupakan proses pembelajaran dengan
mengkondisikan siswa agar berkerjasama, sharing, merespon dan
berkomunikasi dengan beberapa peserta didik lainya (karima,
9
2014). Pada tahap ini peserta didik akan berdiskusi untuk
menyimpulkan hasil penggamatan yang dilakukan.
e. Transferring adalah proses pembelajaran dengan menggunakan
penggetahuan yang telah dimiliki peserta didik ke dalam konteks
baru dapat berupa soal-soal latihan lebih luas cakupannya untuk
memperdalam konsep peserta didik (Supardi, 2012).
3. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan Proses Sains (KPS) menurut Siska dkk (2013) adalah
keterampilan dan sikap yang dimiliki para ilmuwan untuk memperoleh,
mengembangkan pengetahuan, serta mengetahui dan memecahkan
permasalahan sebuah fenomena. Keterampilan proses sains juga
didefinisikan sebagai suatu rangkaian yang membantu peserta didik
untuk menguasai keterampilan ilmiah yang sangat penting dalam
pengajaran dan pembelajaran ilmu sains, memperkuat pengetahuan dan
pemahaman peserta didik mengenai teori – teori dan konsep- konsep
ilmiah serta menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah (Allamin
& Bertha, 2016). Dengan demikian Keterampilan proses sains sangat
penting bagi setiap peserta didik sebagai bekal untuk menggunakan
metode ilmiah dalam mengembangkan pengetahuan baru.
4. Kemandirian Belajar
Kemandirian berasal dari kata mandiri. Mandiri adalah sikap dan
perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya. kemandirian belajar adalah sebuah
proses belajar dimana setiap individu memiliki inisiatif dengan ataupun
tanpa bantuan orang lain, dalam hal menentukan kegiatan belajarnya,
seperti menentukan tujuan belajar, sumber belajar, kebutuhan belajar,
strategi belajar, dan mengevaluasi proses belajar.
H. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam proposal skripsi ini terdiri dari
3 bagian, yaitu ada bagian awal, bagian utama, dan bagian akhir. Bagian awal
ini memuat hal-hal yang bersifat formalitas yaitu halaman sampul depan, kata
pengantar, dan daftar isi. Bagian utama proposal skripsi ini terdiri dari 3 bab,
yang berhubungan antara bab satu dengan bab lainnya. Bagian akhir proposal
10
skripsi ini terdiri dari daftar rujukan untuk meningkatkan validitas isi proposal
skripsi.
Bab I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,
identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, penegasan
istilah, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Landasan Teori, yang terdiri dari deskripsi teori, penelitian
terdahulu, dan kerangka konseptual atau kerangka berpikir.
Bab III : Metode Penelitian, yang terdiri dari rancangan penelitian,
variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, kisi-kisi
instrumen, instrumen penilaian, data dan sumber data, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Strategi Pembelajaran
Strategi diartikan sebagai suatu cara, teknik, atau siasat yang dilakukan
seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Surtikanti &
Santoso (2008) berpendapat juga bahwa strategi adalah garis besar haluan
untuk bertindak dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan
demikian strategi dapat didefinisikan sebagai suatu cara, teknik, siasat, kiat
atau ilmu yang berisi garis besar haluan untuk bertindak dalam mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
Pembelajaran adalah aktivitas penyampaian informasi dalam
membantu siswa mencapai tujuan, khususnya tujuan – tujuan belajar,
tujuan siswa dalam belajar. Driscoll dalam Kasmadi & Sunariah (2013)
menyatakan bahwa pembelajaran merupakan usaha dasar untuk mengelola
kejadian atau peristiwa belajar dalam memfasilitasi pembelajar sehingga
memperoleh tujuan yang dipelajari. Berdasarkan beberapa pendapat diatas,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses, cara,
perbuatan dan usaha yang dilakukan oleh seseorang secara sadar untuk
mengelola informasi, kejadian, atau peristiwa belajar dalam memfasilitasi
pembelajar sehingga memperoleh tujuan yang dipelajari.
Strategi Pembelajaran menurut Uno (2008) adalah perencanaan dan
tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran tercapai. Djamarah & Aswan
(2010) menyatakan bahwa strategi pembelajaran yaitu merupakan sebuah
rencana, rancangan, dan plot bagi dibangunnya sebuah metode
pembelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam teknik dan gaya
pembelajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Strategi Pembelajaran adalah
suatu perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan
pembelajaran agar kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai yang dijabarkan dalam teknik dan gaya pembelajaran.
12
2. Strategi REACT
a. Definisi Strategi REACT
Strategi REACT adalah strategi pembelajaran berdasarkan prinsip
konstruktivisme. Proses pembelajaran menurut konstruktivisme
menurut Purwosusilo (2014) memiliki ciri antara lain:
1. Menuntut peserta didik untuk terlibat aktif dalam aktivitas
secara terus menerus dengan bekerja dan berpikir.
2. Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi
sebelumnya sehingga menyatu dengan skema yang dimiliki
peserta didik.
3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan
yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Strategi REACT menggunakan pendekatan kontekstual yang
ditawarkan oleh Center of Occupational Research and
Development (CORD) dari Amerika (Crawford, 2001). Pendekatan
kontekstual atau contextual and learning (CTL) merupakan konsep
pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk
belajar mandiri, membuat siswa termotivasi belajar, mampu
bekerjasama, dan proses pembelajaran disajikan sesuai dengan
konteks kehidupan mereka (Nurzaini & Wasis, 2016). Kurikulum
pembelajaran berdasarkan strategi pembelajaran kontekstual harus
disusun dalam lima hal penting yaitu mengaitkan, mengalami,
menerapkan, bekerjasama, dan mentransfer.
b. Langkah - langkah Strategi Pembelajaran REACT
Proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran REACT
merupakan suatu siklus kegiatan, artinya proses tersebut tidak
pernah putus. Langkah-langkah strategi pembelajaran REACT
menurut Crawford (2001) adalah sebagai berikut :
1. Relating
Relating adalah mengaitkan atau menghubungkan.
Relating merupakan strategi pembelajaran kontekstual yang
paling kuat. Proses pembelajaran dimulai dengan mengaitkan
konsep-konsep baru yang sedang dipelajari dengan konsep-
konsep yang telah dikuasai. Pembelajaran harus digunakan
13
Untuk menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi
baru untuk dipahami atau dengan problema untuk dipecahkan.
Proses relating siswa diharapkan mampu mengidentifikasi suatu
permasalahan dan memberikan penjelasan yang sederhana,
dimana penjelasan itu akan mendorong siswa mengeluarkan
idenya (Sapto dkk, 2015). Pada tahap ini guru harus
memperhatikan pengetahuan awal siswa dalam pembelajaran.
2. Experiencing
Fase experiencing membutuhkan hubungan konteks
pada fase pertama yaitu relating, maksudnya pada fase ini
pengalaman haruslah berdasarkan konteks yang dijelaskan pada
fase pertama. Proses pembelajaran yang membuat siswa belajar
dengan melakukan kegiatan (learning by doing) melalui
eksplorasi, penemuan, pencarian, aktivitas, pemecahan
masalah, dan laboratorium. Di dalam laboratorium siswa
bekerja dalam kelompok kecil untuk mengumpulkan data
melalui pengukuran, menganalisis data, dan membuat simpulan
atau prediksi, serta melakukan refleksi konsep-konsep yang
mendasari eksperimen. Hal ini berarti pengetahuan yang
diperoleh siswa melalui pembelajaran yang mengedepankan
proses berpikir kritis melalui siklus inkuiri.
3. Applying
Applying adalah menerapkan. Proses pembelajaran
yang membuat siswa mengaplikasikan atau menerapkan
konsep yang dipelajari dalam kehidupan nyata untuk
memecahkan masalah. Penerapan konsep dan informasi dapat
melalui latihan soal yang sifatnya auntentik dan realistik.
4. Cooperating
Cooperating adalah bekerjasama. Proses pembelajaran
yang mengondisikan peserta didik untuk belajar bersama,
saling berbagi, saling merespon dan berkomunikasi dengan
sesama temannya. Bentuk belajar ini tidak hanya membantu
siswa belajar tentang materi, tetapi juga konsisten dengan
penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata.
14
5. Transfering
Transfering adalah mentransfer atau menyampaikan.
Proses pembelajaran yang mendorong siswa belajar
menggunakan pengetahuan yang telah dipelajarinya dikelas
berdasarkan pada pemahamannya. Guru diharapkan mampu
memperkenalkan gagasan-gagasan dan konsep baru yang dapat
menarik perhatian dan motivasi siswa
c. Kelebihan Strategi Pembelajaran REACT
Strategi REACT memiliki beberapa kelebihan, diantaranya
menurut Ulum (2017) adalah sebagai berikut :
1. Memperdalam pemahaman siswa
Melalui strategi REACT siswa tidak hanya menerima informasi
yang disampaikan oleh guru, melainkan juga melakukan
aktivitas mengerjakan LKS sehingga bisa mengaitkan dan
mengalami sendiri prosesnyaMengembangkan sikap
2. menghargai diri siswa dan orang lain
Dalam pelajaran, siswa bekerjasama melakukan aktivitas dan
menemukan rumusnya sendiri, maka siswa memiliki rasa
menghargai diri atau percaya diri sekaligus menghargai orang
lain.
3. Mengembangkan sikap kebersamaan dan rasa saling memiliki
Belajar dengan bekerjasama akan melahirkan komunikasi antar
siswa dalam aktivitas dan tanggung jawab, sehingga dapat
menciptakan sikap kebersamaan dan rasa memiliki
4. Mengembangkan keterampilan untuk masa depan
Strategi REACT melibatkan siswa dalam proses pemecahan
masalah. Pada kenyataannya siswa akan dihadapkan pada
masalah-masalah ketika hidup di masyarakat. Ketika siswa
terbiasa memecahkan masalah, diharapkan siswa dapat
mengembangkan keterampilan memecahkan masalah di masa
depan. Strategi REACT juga melibatkan siswa dalam kelompok
belajar yang dapat mengembangkan sikap saling menghormati,
menghargai, dan kemampuan negoisasi ide. Semua aspek ini
sangat penting bagi masa depan.
15
5. Memudahkan siswa mengetahui kegunaan materi dalam
kehidupan sehari-hari Strategi REACT menekankan proses
pembelajaran kontekstual.
Saatpembelajaran siswa juga dihadapkan pada soal-soal aplikasi dan
transfer, sehingga siswa akan mengetahui secara langsung pentingnya
materi dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
6. Membuat belajar secara inklusif
Strategi REACT melibatkan siswa dalam proses penyelesaian
masalah melalui aktivitas mengalami. Selain itu siswa
dihadapkan pada pengaplikasian dan pentransferan konsep
yang merupakan aktivitas pemecahan masalah. Siswa dalam
pemecahan masalah akan menggunakan berbagai pengetahuan,
sehingga proses belajar berlangsung secara inklusif.
d. Kekurangan Strategi REACT
Selain kelebihan, berikut ini adalah beberapa kekurangan strategi
REACT menurut Ulum (2017) :
1. Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa dan guru
Pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT
membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik untuk
melakukan aktivitas belajar, sehingga sulit mencapai target
sesuai kurikulum. Oleh karena itu diperlukan pengaturan waktu
seefektif mungkin.
2. Membutuhkan kemampuan khusus bagi guru
Kemampuan guru yang dibutuhkan adalah adanya keinginan
untuk melakukan hal kreatif, inovatif, dan komunikasi dalam
pembelajaran.
Strategi pembelajaran REACT dipilih karena merupakan
penerapan pembelajaran konstruktivisme yang dikolaborasikan
dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran yang
menerapkan konstruktivime maka siswa dapat mengkonstruk
pengetahuan yang dimilikinya. Penerapan pembelajaran
kooperatif dapat mengatasi jumlah alat yang terbatas dan
mengondisikan siswa secara berkelompok. Perbedaan strategi
REACT dengan strategi pembelajaran konstruktivis yang
16
lainnya terlihat pada langkah cooperating, pada tahap ini
ditunjukkan dengan jelas bahwa siswa harus berdiskusi dengan
kelompoknya. Pada strategi REACT siswa dapat
menghubungkan materi pelajaran dengan fenomena
3. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan Proses Sains (KPS) menurut Siska dkk (2013) adalah
keterampilan dan sikap yang dimiliki para ilmuwan untuk memperoleh,
mengembangkan pengetahuan, serta mengetahui dan memecahkan
permasalahan sebuah fenomena. Keterampilan proses sains juga
didefinisikan sebagai suatu rangkaian yang membantu peserta didik untuk
menguasai keterampilan ilmiah yang sangat penting dalam pengajaran dan
pembelajaran ilmu sains, memperkuat pengetahuan dan pemahaman peserta
didik mengenai teori – teori dan konsep- konsep ilmiah serta menanamkan
dan mengembangkan sikap ilmiah (Allamin & Bertha, 2016). Dengan
demikian Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap peserta didik
sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan
pengetahuan baru
17
Aspek Keterampilan Indikat
Proses or
Sains
Mengamati / Observasi - Menggunakan indera
- Menggunakan fakta yang relevan
Mengajukan pertanyaan - Bertanya untuk meminta kejelasan
- Menyatakan hubungan antara dua
variabel atau memperkirakan penyebab
sesuatu terjadi
Menyiapkan alat dan bahan - Menyiapkan seluruh alat
- Menyiapkan seluruh bahan
Menerapkan konsep - Menerapkan konsep yang telah
dipelajari dalam situasi baru
- Membaca grafik, tabel, atau diagram,
dan menjelaskan hasil percobaan
Menyimpulkan / Interpretasi - Menentukan pola atau keteraturan
dari suatu seri pengamatan
- Menyimpulkan
- Mengajukan perkiraan tentang sesuatu
yang belum terjadi berdasarkan suatu
kecenderungan atau pola yang sudah
ada
Mengkomunikasikan - Menyusun dan menyampaikan laporan
sistematis dan jelas
.
4. Kemandirian Belajar
Kemandirian berasal dari kata mandiri. Mandiri adalah sikap dan perilaku
yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya (Mustari, 2011). kemandirian belajar adalah sebuah proses belajar
dimana setiap individu memiliki inisiatif dengan ataupun tanpa bantuan
orang lain, dalam hal menentukan kegiatan belajarnya, seperti menentukan
tujuan belajar, sumber belajar, kebutuhan belajar, strategi belajar, dan
mengevaluasi proses belajar.
Aspek Kemandirian Belajar
N Aspek Indikat
o Kemandirian or
Belajar
1 Percaya Diri - Siswa berani menyampaikan pendapat
- Siswa berani mengerjakan soal di depan
kelas tanpa ditunjuk
2 Tanggung jawab - Siswa ikut aktif memecahkan soal atau
masalah
- Siswa mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru
3 Inisiatif - Siswa bertanya materi yang belum
dipahami
tanpa disuruh oleh guru
- Siswa menjawab pertanyaan
tanpa
menunggu ditunjuk oleh guru
4 Disiplin - Siswa membawa buku pelajaran IPA
- Siswa mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru
b. Garam
Asam dan basa merupakan dua macam zat yang mempuyai sifat
berlawanan. Campuran asam dan basa akan bereaksi membentuk
garam.
Dalam reaksi tersebut terjadi penggabungan antara ion negatif
asam dan dan ion positif basa membentuk garam dan air. Jadi,
reaksi asam dan basa disebut penggaraman(Chang, R.
2003:99).Berikut ini beberapa zat garam di dalam kehidupan
sehari-hari
Tabel Contoh Garam Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Nama Senyawa Keberadaan Produk
Natrium klorida Garam
Natrium dapur
bikarbonat Baking
Kalsium soda
karbonat Kalsit
Amonium Salmiak
klorida Kalium Potash
karbonat Garam
magnesium inggris
sulfat Alum Tawas
2. Mengidentifikasi Asam, Basa, dan Garam
Air yang dipakai sehari-hari bukanlah air murni, tetapi
mengandung berbagai zat terlarut yang tidak diketahui
dengan pasti. Bila mengandung senyawa elektrolit,
kemungkinan air akan bersifat asam atau basa, cara yang
paling aman dan mudah untuk menunjukkan suatu larutan
bersifat asam atau basa ialah menggunakan indikator asam
basa. Indikator asam basa akan berubah warna apabila
berada dalam lingkungan asam, basa, atau netral. Macam-
macam indikator diantaranya (Syukri, 1999: 424-425):
a). Indikator Alami
Indikator alami yaitu indikator yang berasal dari
bahan-bahan alami, cara memperolehnya dengan cara
mengekstrak. Ekstrak dari bahan-bahan ini dapat
menunjukkan warna yang berbeda dalam larutan asam basa.
Berbagai bunga yang berwarna atau tumbuhan mahkota
bunga, kunyit, kulit manggis, dan kubis ungu. Kelebihan
dari indikator alami ini yaitu mudah didapatkan di alam
Beberapa bahan alam yang dapat dijadikan indikator alami.
b). Indikator Universal
indikator universal merupakan campuran dari bermacam-macam
indikator yang dapat menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan
warnanya. Indikator universal ada yang berupa larutan dan ada yang
berupa kertas. Indikator yang berupa kertas merupakan kertas serap dan
kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi denganpeta warna dengan
warna standar untuk pH 1-14.
Gambar Indikator Universal
c). Indikator Lakmus
Kertas lakmus adalah kertas yang mengandung
suatu senyawa yang disebut indikator, yaitu yang
mempunyai warna khusus pada pH tertentu. Dengan
mengubah pH larutan, warna indikator juga dapat berubah
dengan sendirinya. Apabila air yang mengandung senyawa
elektrolit dicelupkan kertas lakmus menjadi merah,
menandakan air bersifat asam, dan bila biru bersifat basa
dan jika tidak merubah warna dari pada lakmus
menandakan air bersifat netral(Syukri, S. 1999: 242).
Solusi :
Menerapkan Strategi pembelajaran
REACT
Pelaksanaan
Tes
Hasil Hasil
Abdullah, S.R. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi
Aksara.
Allamin, S. & B. Yonata. 2016. Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada Materi
Asam Basa Kelas XI di SMA N Ploso Jombang. Unesa Journal of Chemical
Education, 5 (24): 247-251.
Bati, K., & F. Kaptan. 2013. The Effects of Science Education Based on Science Process
Skills on Scientific Problem Solving. Elementary Education Online Journal, 12(2):
512-527.
Crawford, L.M. 2001. Teaching Contextually. Research, Rationale, and Techniques for
Improving Motivation and Achievement in Mathematics and Science. Texas: CCI
Publishing, Inc.
Djamarah, S. B. & A. Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Karima, F., Supardi, K. I., Pembelajaran, P. M., & Kunci, K. (2014). PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN MEA DAN REACT PADA MATERI REAKSI REDOKS.
Kontekstual, P. (2007). Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dengan
Strategi REACT Untuk Meningkatkan Pemahaman Pada Materi Logika Fuzzy Rita
Lefrida Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA
FKIP UNTAD. 35– 40.
Latifah, S., Komikesari, H., & Ulum, M. (2017). Efektivitas Strategi REACT Terhadap
Hasil Belajar Dan Keterampilan Proses Sains Di SMP N 22 Bandar Lampung. 8(2),
101–108.
Pardede, E., Motlan., & R. D. Suyanti, 2016. Model Pembelajaran Guided Discovery
Berbasis Kolaborasi dengan Media Flash Terhadap Keterampilan Proses Sains dan
Hasil Belajar Kognitif Tinggi Fisika Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Fisika, 5(1): 12-
16.
Rizka, N., & Syarifuddin, H. (2014). Pengaruh Penerapan Strategi Relating ,
Experiencing , Applying , Cooperating , Transferring Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas X Sman 2 Payakumbuh. 3(2), 44–48
Selamet, S. & Suma. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual REACT
Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas
VIII SMP. EJournal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Progam Studi IPA,
3(1): 1-12.
Sirajuddin, S., R. Haris., S. Emi. 2018. Penerapan model REACT untuk meningkatkan
keterampilan proses sains siswa pada materi arus listrik. Jurnal Pendidikan Fisika
dan Keilmuan (JPFK), 4(1): 17-22.
Supardi, U.S. 2012. Arah Pendidikan Di Indonesia dalam Tataran Kebijakan Dan
Implementasi. Jurnal Formatif. 2(2): 111-121.
Syintia, Budhi Akbar, Luthpi, Safahi, susilo susilo. 2018. Penggaruh Strategi
pembelajaran Strategi Relating , Experiencing , Applying , Cooperating ,
Transferring.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar II. Bandung: ITB
Ulum, M. 2017. Efektivitas Strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying,
Cooperating, Transfering) terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains
di SMP N 22 Bandar Lampung. Skripsi. FTK : Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.
Uno, H. B. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Yusuf, M. 2016. Penerapan Model Discovery Learning Tipe Shared dan Webbed untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kps Siswa. Jurnal UIN Jakarta, 11(1): 48-56.
Zulfiani, dkk. 2009. Srategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta.