3/Mei/2015
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Telly
3
Sumbu, SH, MH; Dr. Diana R. Pangemanan, SH, MH; Dr. Lihat Pasal 1 angka 14 UU No. 24 Tahun 2004 Praktik
Ceacilia J. J. Waha, SH, MH Kedokteran
2 4
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Universitas Sam Ibid, hlm 9.
5
Ratulangi. NIM. 080711582 http://www.kki.go.id
43
Lex Crimen Vol. IV/No. 3/Mei/2015
44
Lex Crimen Vol. IV/No. 3/Mei/2015
otonom Ikatan Dokter Indonesa (IDI) yang “Sumpah dokter di Indonesia telah diakui
dibentuk secara khusus di tingkat Pusat, dalam PP No. 26 Tahun 1960. Lafal ini terus
Wilayah dan Cabang untuk menjalankan tugas disempurnakan sesuai dengan dinamika
kemahkamahan profesi, pembinaan etika perkembangan internal dan eksternal protesi
profesi dan atau tugas kelembagaan dan ad hoc kedokteran baik dalam lingkup nasional
lainnya dalam tingkatannya masing-masing. maupun internasional. Penyempurnaan
Dengan demikian, MKEK adalah lembaga dilakukan pada Musyawarah Kerja Nasional Etik
penegak etika profesi kedokteran (kodeki), di Kedokteran II, tahun 1981, pada Rapat Kerja
samping MKDKI (Majelis Kehormatan Disiplin Nasional Majelis Kehormatan Etika Kedokteran
Kedokteran Indonesia) yakni lembaga yang (MKEK) dan Majelis Pembinaan dan Pembelaan
berwenang untuk menentukan ada tidaknya Anggota (MP2A), tahun 1993, dan pada
kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran III,
dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan tahun 2001.”
kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi (lihat Pasal 2: Seorang dokter harus senantiasa
Pasal 1 angka 14 UU Praktik Kedokteran). berupaya melaksanakan profesinya sesuai
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kode dengan standar profesi yang tertinggi.
etik kedokteran (kodeki) merupakan amanat “Yang dimaksud dengan ukuran tertinggi
dari peraturan perundang-undangan yang dalam melakukan protesi kedokteran mutakhir,
penyusunannya diserahkan kepada organisasi yaitu yang sesuai dengan perkembangan IPTEK
profesi (IDI) sehingga memiliki kekuatan hukum Kedokteran, etika umum, etika kedokteran,
yang mengikat terhadap setiap anggota pada hukum dan agama, sesuai tingkat/jenjang
organisasi profesi tersebut.10 pelayanan kesehatan, serta kondisi dan situasi
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) setempat.”
Nomor 4 Tahun 2011 tentang Disiplin Pasal 3: Dalam melakukan pekerjaan
Profesional Dokter dan Dokter Gigi menyatakan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dengan tegas, bahwa dokter dilarang keras dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan
melakukan pelanggaran disiplin profesional hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
dokter. Sedianya ada 28 bentuk pelanggaran ”Perbuatan berikut dipandang bertentangan
disiplin dokter yang dimuat dalam peraturan KKI dengan etik :
No 4 Tahun 2011 yang harus dihindari seorang 1. Secara sendiri atau bersama-sama
dokter. menerapkan pengetahuan dan
Secara garis besar pelanggaran kedisplinan ketrampilan kedokteran dalam segala
itu menyangkut pelaksanaan praktik kedokteran bentuk.
yang tak kompeten, pengabaian pada tugas dan 2. Menerima imbalan selain dari pada yang
tanggung jawab profesional terhadap pasien layak, sesuai dengan jasanya, kecuali
serta berperilaku tercela yang merusak martabak dengan keikhlasan dan pengetahuan dan
dan kehormatan profesi kedokteran.11 atau kehendak pasien.
Berikut ini adalah penjelasan Peraturan kode 3. Membuat ikatan atau menerima imbalan
etik kedokteran indonesia pasal demi pasal:12 dari perusahaan farmasi/obat,
Pasal 1: Setiap dokter harus menjunjung perusahaan alat kesehatan/kedokteran
tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah atau badan lain yang dapat
dokter. mempengaruhi pekerjaan dokter.
4. Melibatkan diri secara langsung atau
tidak langsung untuk mempromosikan
10
R.Y. Disastra Partnership Law Firm obat, alat atau bahan lain guna
(somelus.wordpress.com) kepentingan dan keuntungan pribadi
11
Bhekti Suryani, Panduan Yuridis Penyelenggaraan dokter.”
Praktik Kedokteran, Dunia cerdas, 2013, hlm.130. Pasal 4: Setiap dokter harus menghindarkan
12
Kode Etik Kedokteran Indonesia, ”Penjelasan dan
Pedoman Pelaksanaan”, surat keputusan pengurus besar
diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Ikatan Dokter Indonesia No.221/PB/A.4/04/2002, tentang “Seorang dokter harus sadar bahwa
penerapan kode etik kedokteran Indonesia, 2013, Op.cit., pengetahuan dan ketrampilan profesi yang
hlm 15-18.
45
Lex Crimen Vol. IV/No. 3/Mei/2015
dimilikinya adalah karena karunia dan Pasal 7d: Setiap dokter harus senantiasa
kemurahan Tuhan Yang Maha Esa semata. mengingat akan kewajiban melindungi hidup
Dengan demikian imbalan jasa yang diminta makhluk insani.
harus didalam batas-batas yang wajar. Hal-hal Pasal 8: Dalam melakukan pekerjaannya
berikut merupakan contoh yang dipandang seorang dokter harus memperhatikan
bertentangan dengan Etik: kepentingan masyarakat dan memperhatikan
a. Menggunakan gelar yang tidak menjadi semua aspek pelayanan kesehatan yang
haknya. menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan
b. Mengiklankan kemampuan, atau kelebihan- rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial,
kelebihan yang dimilikinya baik lisan serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
maupun dalam tulisan.” masyarakat yang sebenar-benarnya.
Pasal 5: Tiap perbuatan atau nasehat yang Pasal 9: Setiap dokter dalam bekerja sama
mungkin melemahkan daya tahan psikis dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
maupun fisik hanya diberikan untuk bidang lainnya serta masyarakat, harus saling
kepentingan dan kebaikan pasien, setelah menghormati.
memperoleh persetujuan pasien. Pasal 10: Setiap dokter wajib bersikap tulus
“Sebagai contoh, tindakan pembedahan ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
pada waktu operasi adalah tindakan demi ketrampilannya untuk kepentingan pasien.
kepentingan pasien.” Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu
Pasal 6: Setiap dokter harus senantiasa pemeriksaan atau pengobatan, maka atas
berhati-hati dalam mengumumkan dan persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien
menerapkan setiap penemuan teknik atau kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam
pengobatan baru yang belum diuji penyakit tersebut.
kebenarannya dan hal-hal yang dapat “Dokter yang mempunyai keahlian dalam
menimbulkan keresahan masyarakat. penyakit tersebut adalah dokter yang
“Yang dimaksud dengan mengumumkan mempunyai kompetensi keahlian di bidang
ialah menyebarluaskan baik secara ligan, tulisan tertentu menurut dokter yang waktu itu sedang
maupun melalui cara lainnya kepada orang lain menangani pasien.”
atau masyarakat.” Pasal 11: Setiap dokter harus memberikan
Pasal 7: Seorang dokter hanya memberi kesempatan kepada pasien agar senantiasa
surat keterangan dan pendapat yang telah dapat berhubungan dengan keluarga dan
diperiksa sendiri kebenaranya. penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam
Pasal 7a: Seorang dokter harus, dalam setiap masalah lainya.
praktik medisnya, memberikan pelayanan Pasal 12: Kewajiban ini sering disebut
medis yang kompeten dengan kebebasan teknis sebagai kewajiban memegang teguh rahasia
dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih jabatan yang mempunyai aspek hukum dan
sayang (compassion) dan penghormatan atas tidak bersifat mutlak.
martabat manusia. Pasal 13: Kewajiban ini dapat tidak
Pasal 7b: Seorang dokter harus bersikap dilaksanakan apabila dokter tersebut terancam
jujur dalam berhubungan dengan pasien dan jiwanya
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan Pasal 14: Setiap dokter memperlakukan
sejawatnya yang dia ketahui memiliki teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, diperlakukan.
atau yang melakukan penipuan atau Pasal 15: Secara etik seharusnya bila seorang
penggelapan, dalam menangani pasien. dokter didatangi oleh seorang pasien yang
Pasal 7c: Seorang dokter harus menghormati diketahui telah ditangani oleh dokter lain, maka
hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak ia segera memberitahu dokter yang telah
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga terlebih dahulu melayani pasien tersebut.
kepercayaan pasien. Hubungan dokter-pasien terputus bila pasien
memutuskan hubungan tersebut. Dalam hal ini
dokter yang bersangkutan seyogyanya tetap
46
Lex Crimen Vol. IV/No. 3/Mei/2015
47
Lex Crimen Vol. IV/No. 3/Mei/2015
Di samping itu, di atas telah disebut bahwa Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia
MKEK merupakan badan otonom IDI, (KODEKI). MKEK (Majelis Kehormatan Etika
sedangkan MKDKI merupakan lembaga otonom Kedokteran) adalah lembaga penegak etika
Konsil Kedokteran Indonesia (“KKI”). Hal ini profesi kedokteran (kodeki), di samping MKDKI
disebut dalam Pasal 55 ayat (2) UU Praktik (Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Kedokteran. Indonesia) yakni lembaga yang berwenang
Yang menjadi Tugas MKDKI dapat kita lihat untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang
dalam Pasal 64 UU Praktik Kedokteran: dilakukan dokter dan dokter gigi dalam
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran penerapan disiplin ilmu kedokteran dan
Indonesia bertugas: kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi.
a. menerima pengaduan, memeriksa, dan
memutuskan kasus pelanggaran disiplin B. Saran
dokter dan dokter gigi yang diajukan; dan Dalam melaksanakan praktik kedokteran
b. menyusun pedoman dan tata cara hendaklah Norma Etika, Disiplin dan Hukum
penanganan kasus pelanggaran disiplin harus ditanamkan secara pribadi bagi setiap
dokter atau dokter gigi. dokter yang melakukan pekerjaan mulianya.
Nantinya, MKDKI memeriksa dan Karna masyarakat pada umumnya selalu
memberikan keputusan terhadap pengaduan menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada
yang berkaitan dengan disiplin dokter dan dokter demi mendapatkan kesembuhan.
dokter gigi (Pasal 67 UU Praktik Kedokteran). Untuk melakukan pengawasan secara
Adapun keputusan MKDKI itu sifatnya mengikat berkala terhadap dokter tidaklah salah jika
dokter, dokter gigi, dan KKI yang isinya dapat MKEK dan MKDKI selalu mengsosialisasikan
berupa dinyatakan tidak bersalah atau tentang Kode Etik Kedokteran Indonesia kepada
pemberian sanksi disiplin. Sanksi disiplin itu seluruh dokter yang ada, mengingat bahwa
dapat berupa (Pasal 69 UU Praktik dokter juga manusia yang kadang-kadang bisa
Kedokteran):15 lupa dengan aturan yang berlaku. Dan
a. pemberian peringatan tertulis; Hendaklah MKEK Wilayah dan MKDKI-Provinsi
b. rekomendasi pencabutan surat tanda di dirikan di seluruh provinsi di indonesia.
registrasi atau surat izin praktik; dan/atau;
c. kewajiban mengikuti pendidikan atau DAFTAR PUSTAKA
pelatihan di institusi pendidikan kedokteran Abdulkadir Muhamad, Etika Profesi Hukum,
atau kedokteran gigi. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006
Adami Chawazi, Malpraktik Kedokteran,
PENUTUP Bayumedia, Malang, 2007.
A. Kesimpulan Agus Budianto, Gwendolyn Ingrit Utma, Aspek
Maraknya kasus-kasus pelanggaran disiplin Jasa pelayanan Kesehatan Dalam Perspektif
kedokteran yang di lakukan oleh dokter, di PerlindunganPasien, KPD Bandung, 2010.
sebabkan karena kurangnya kedisiplinan Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan
berprofesi dan pemahaman mengenai Kode Etik pertanggungjawaban Dokter, Rineka Cipta,
Kedokteran menjadi faktor penyebab terjadinya Jakarta, 2005 ..
pelanggaran disiplin yang dilakukan dokter Bhekti Suryani, Panduan Yuridis
dalam praktik kedokterannya. Penyelenggaraan Praktik Kedokteran, Dunia
Dalam penangan kasus yang dilakukan oleh cerdas, 2013.
dokter, MKEK dan MKDKI sangat berperan Budiyanto, Hukum dan Etika Kedokteran,
dalam penegakan setiap kasus yang dilakukan standar profesi medis.
dokter. Majelis Kehormatan Etika Kedokteran Cecep Triwibowo, Etika & Hukum Kesehatan,
Indonesia Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) Nuhu Media, 2014.
adalah lembaga yang mengeluarkan Kode Etik Darda Syahrizal & Senja Nilasari, Undang-
Kedokteran Indonesia(KODEKI) dan Pedoman undang Praktik Kedokteran dan Aplikasinya,
Dunia Cerdas, 2013.
15
Lihat UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
48
Lex Crimen Vol. IV/No. 3/Mei/2015
49