Anda di halaman 1dari 4

Nama : Hanifal Yunis

NIM : 2174101034
Dosen Pengampu : Dr. H. Iriansyah, S.H, M.H
Mata Kuliah : Hukum Kesehatan Masyarakat
Program Studi Magister Ilmu Hukum Kesehatan
Program Pascasarjana
Universitas LancangKuning

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) dibentuk berdasarkan


amanat Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
yang menyatakan bahwa untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam
penyelenggaraan praktik kedokteran, dibentuk Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (MKDKI).
Adapun pengertian dari Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)
diatur dalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran bahwa Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia adalah lembaga yang
berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi
dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi.
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) merupakan lembaga
otonom dari Konsil Kedokteran Indonesia. Adapun yang dimaksud Konsil Kedokteran Indonesia
menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
adalah suatu badan otonom, mandiri, non struktural, dan bersifat independen, yang terdiri atas
Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi.
Wewenang Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) diatur dalam
Pasal 5 dan Pasal 6 Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dan Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran di Tingkat Provinsi.
Adapun wewenang dibedakan antara wewenang Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia (MKDKI) dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran di Tingkat
Provinsi (MKDKI-P).
Wewenang Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) antara lain sebagai
berikut:

1. Menyusun tata cara penanganan kasus dugaan pelanggaran disiplin profesional dokter
dan dokter gigi
2. Menyusun buku pedoman pelaksanaan tugas MKDKI dan MKDKI-P
3. Menerima pengaduan dugaan pelanggaran disiplin profesional dokter dan dokter gigi
serta menerima permohonan banding
4. menolak pengaduan yang bukan yurisdiksi MKDKI dan menolak permohonan banding
5. Menangani kasus dugaan pelanggaran disiplin profesional dokter dan dokter gigi dengan
melakukan klarifikasi, investigasi, dan pemeriksaan disiplin, termasuk meminta dan
memeriksa rekam medis dan dokumen lainnya dari semua pihak yang terkait pada tingkat
pertama dan tingkat banding
6. Memanggil teradu, pengadu, saksi-saksi, dan ahli yang terkait dengan pengaduan untuk
didengar keterangannya
7. Memutuskan ada tidaknya pelanggaran disiplin profesional dokter dan dokter gigi pada
tingkat pertama dan tingkat banding
8. Menentukan sanksi disiplin terhadap pelanggaran disiplin profesional dokter dan dokter
gigi pada tingkat pertama dan tingkat banding
9. Melaksanakan Keputusan MKDKI yang menjadi kewenangan MKDKI
10. Membina, mengoordinasikan, dan mengawasi pelaksanaan tugas MKDKI-P
11. Membuat dan memberikan pertimbangan usulan pembentukan MKDKI-P kepada KKI
12. Mengadakan sosialisasi, penyuluhan, dan diseminasi tentang MKDKI dan MKDKI-P
13. Mencatat dan mendokumentasikan pengaduan, proses pemeriksaan, dan Keputusan
MKDKI
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) adalah salah satu unsur Pimpinan
dalam struktur kepengurusan IDI di setiap tingkatan, bersifat otonom dan berperan serta
bertanggung jawab dalam pembinaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian dalam
pelaksanaan etika kedokteran termasuk perbuatan anggota yang melanggar kehormatan dan
tradisi luhur kedokteran.
Wewenang kelembagaan MKEK IDI yang setingkat sesuai yurisdiksi masing-masing
adalah sebagai berikut:
1. Secara umum menyampaikan pertimbangan pelaksanaan etika kedokteran dan usul secara
lisan dan atau tertulis, diminta atau tidak diminta kepada pengurus IDI yang setingkat.
2. Melakukan koordinasi internal setiap permasalahan tentang bioetik dan etika kedokteran
dengan seluruh jajaran dan perangkat IDI.
3. Dalam koordinasi dengan IDI yang setingkat melakukan kerja sama atau membentuk
jejaring dengan berbagai lembaga sejenis dari organisasi profesi lainnya, di dalam negeri
maupun di luar negeri dalam tingkatannya masing-masing yang dipandang berdampak baik
pada pelaksanaan dan penegakan etika kedokteran
4. Menyelesaikan konflik etik perbedaan kepentingan pelayanan kesehatan antar perangkat
dan jajaran IDI termasuk namun tidak terbatas pada pengurus maupun anggota
perhimpunan dokter spesialis dan perhimpunan dokter seminat atau seokupasi, khususnya
yang berpotensi menjadi sengketa medik, dengan cara meneliti, memeriksa, menyidangkan
dan memutuskan perkaranya.
5. MKEK Pusat membuat fatwa, pedoman pelaksanaan etika dan peraturan kelembagaan
lainnya dalam pengabdian profesi untuk meneguhkan keluhuran profesi, penyempurnaan
Kode Etik Kedokteran Indonesia dan atau meredam potensi konflik etik antar sejawat
dokter, antara dokter dengan tenaga kesehatan lainnya atau mencegah sengketa medik
6. Melakukan koordinasi penanganan kasus sengketa medik dengan Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia tingkatannya sesuai ketentuan yang berlaku.
7. MKEK Pusat atas permintaan MKEK Wilayah/Cabang mengukuhkan kepengurusan
MKEK Wilayah/Cabang sedangkan MKEK Wilayah atas permintaan MKEK Cabang
dapat mengukuhkan kepengurusan MKEK Cabang yang telah ditetapkan IDI yang
setingkat.
8. MKEK Pusat melakukan pengumpulan semua data dan informasi tentang pengaduan etika,
konflik etik dan atau sengketa medik yang diperoleh dan diselesaikan oleh segenap
lembaga di jajaran dan perangkat IDI yang setingkat dan data dari MKEK Wilayah, dan
Dewan Etik PDSp. Sedangkan MKEK Wilayah dari segenap lembaga di jajaran dan
perangkat IDI yang setingkat dan data dari MKEK Cabang.
9. MKEK Pusat dapat membentuk komite untuk mengatur administratif kelembagaan etika di
seluruh perangkat dan jajaran IDI.
10. MKEK Pusat dapat membuat pengaturan, pengelompokan dan tata cara persidangan
kemahkamahan MKEK sesuai dengan perkembangan masyarakat, keorganisasian IDI,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta bioetika internasional.
11. Melakukan kewenangan lain dalam pembinaan etika kedokteran yang ditetapkan kemudian
oleh PB IDI bersama MKEK Pusat.

Perbedaan MKDKI dan MKEK


MKEK memiliki tugas menegakkan etika profesi kedokteran, sedangkan MKDKI memiliki tugas
menentukan ada tidaknya kesalahan penerapan disiplin ilmu kedokteran dan menjatuhkan sanksi
atas itu. MKEK merupakan badan otonom IDI, sedangkan MKDKI merupakan lembaga otonom
Konsil Kedokteran Indonesia (“KKI”). Untuk perbedaan wewenangnya sudah dijelaskan secara
terperinci pada pembahasan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai