Anda di halaman 1dari 9

UJI AKTIVITAS ENZIM

OLEH:

NAMA : NADEA MAHESA FITRI

NIM : 20117051

PRODI : D4 TLM 2B

FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ANALISIS

INSTITUT ILMU KESEHATAN

BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2019/2020
UJI AKTIVITAS ENZIM

1. PENGARUH TEMPERATUR (SUHU) TERHADAP KERJA ENZIM


Pada suhu sangat rendah, aktivitas enzim dapat terhenti secara reversible. Kenaikan suhu
lingkungan akan meningkatkan energy kinetik enzim dan frekuensi tumbukan antara
molekul enzim dan substrat, sehingga enzim menjadi aktif. Pada suhu optimum
kecepatan reaksi enzimatis berlangsung maksimal. Bila ditingkatkan terus menerus enzim
akan mengalami denaturasi (Poedjiadi,2006)

Setiap enzim dapat bekerja dengan efektif pada suhu tertentu dan aktivitasnya akan
berkurang jika berada pada kondisi di bawah atau di atas titik tersebut. Kondisi yang
menyebabkan kerja enzim menjadi efektif ini disebut kondisi optimal. Sebagian besar
enzim pada manusia mempunyai suhu optimal yang mendekati suhu tubuh (30 derajat
celcius- 40derajat celcius). Pada suhu tinggi (>50 derajat celcius), enzim dapat rusak dan
pada suhu rendah (0 derajat celcius), enzim menjadi tidak aktif (Poedjiadi,2009)

Prosedur Kerja:
a. Disiapkan 4 tabung reaksi
b. Setiap tabung diisi larutan pati 2ml, kemudian ditambahkan 1 ml enzim
c. 1). Tabung I disimpan dalam lemari es 15 menit
2). Tabung II disimpan dalam suhu kamar 15 menit
3). Tabung III disimpan dalam suhu 40 derajat celcius selama 15 menit
4). Tabung IV disimpan dalam suhu 74 derajat celcius selama 15 menit
d. diuji dengan larutan iodium
e. diuji dengan larutan benedict

2. PENGARUH PH TERHADAP KERJA ENZIM


Enzim bekerja pada kisaran tertentu dan tergantung pH lingkungan. Enzim menunjukan
aktivitas maksimal pada pH optimum. Enzim dapat bekerja optimal pada pH netral (pH =
7), pH basa (>7) atau pH asam (<7) tergantung pada jenis enzim masing-masing. Jika pH
rendah atau tinggi, maka enzim mengalami denaturasi sehingga menurunkan aktifitasnya
(Pujiyanti,2007).
Enzim pencerna protein misalnya, mempunyai pH paling optimal 1-2, sedangkan enzim
pencernaan yang lain mempunyai pH optimal 8. Pada pH tertentu, enzim dapat mengubah
substrat menjadi hasil akhir. Kemudian, apabila pH tersebut diubah, enzim dapat
mengubah kembali hasil akhir menjadi substrat (Pujiyanti,2007)

Prosedur Kerja :
a. Disiapkan 3 tabung dan poeselein
b. Tabung I diisi 2 ml HCl 1% ditambah 2ml pati kemudian ditambahkan 1 ml enzim
lalu diaduk dan didiamkan selama 15 menit
c. Tabung II diisi 2 ml aquadest ditambah 2ml pati kemudian ditambahkan 1 ml enzim
lalu diaduk dan didiamkan selama 15 menit
d. Tabung III diisi 2 ml Na2CO3 ditambah 2ml pati kemudian ditambahkan 1 ml enzim
lalu diaduk dan didiamkan selama 15 menit
e. Di uji didalam porselein dengan iodium sampai tidak terjadi perubahan
f. Di uji dengan larutan benedict dan diamati perubahan warna pada tabung.

3. PENGARUH KONSENTRASI ENZIM TERHADAP KERJA ENZIM

Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik.


Kecepatan reaksi suatu enzim satu dengan yang lain berbeda-beda meskipun mempunyai
konsentrasi enzim yang sama. Konsentrasi enzim yang sangat tinggi dalam suatu sistem
yang kompleks akan berpengaruh terhadap kecepatan reaksi.Dapat dikatakan bahwa
kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim (E). Makin
besar konsentrasi enzim, reaksi makin cepat (Soewoto Hafiz, 2000).
Prosedur Kerja:
a. Disiapkan 3 tabung
b. Tabung I diisi enzim 0,5 ml ditambah dengan 2 ml larutan pati kemudian disimpan 15
menit
c. Tabung II diisi enzim 1,0 ml ditambah dengan 2 ml larutan pati kemudian disimpan
15 menit
d. Tabung III diisi enzim 1,5 ml ditambah dengan 2 ml larutan pati kemudian disimpan
15 menit
e. Diuji dengan iodium
f. Diuji dengan benedict

4. PENGARUH KONSENTRASI SUBSTRAT TERHADAP KERJA ENZIM


Pada konsentrasi enzim yang tetap, penambahan konsentrasi substrat akan menaikan
kecepatan reaksi enzimatis sampai mencapai kecepatan maksimum yang tetap.
Penambahan substrat setelah kecepatan maksimum tidak berpengaruh, sebab telah
melampaui titik jenuh enzim (Yazid,2006).
Jika konsentrasi substrat tinggi, maka peningkatan kecepatan reaksi enzimatis akan
semakin menurun sejalan dengan peningkatan jumlah substratnya. Kecepatan maksimum
(Vmax) reaksi enzimatis ditunjukkan dengan garis mendatar yang menggambarkan
peningkatan kecepatan reaksi yang rendah seiring penambahan konsentrasi substrat
(Soewoto,2000).

Prosedur Kerja:
a. Disiapkan 3 tabung
b. Tabung I diisi 8 ml larutan pati ditambah 2 ml enzim disimpan selama15 menit
c. Tabung II diisi 4 ml larutan pati ditambah 2 ml enzim disimpan selama15 menit
d. Tabung III diisi 2 ml larutan pati ditambah 2 ml enzim disimpan selama15 menit
e. Diuji dengan larutan iodium sampai warna iodium tidak berubah
f. Diuji dengan larutan benedict dan diamati mana yang terjadi hemolisa terlebih
dahulu.

5. Percobaan Uji Aktifasi Enzim dari jurnal Putra, Aditya, dkk. 2016,Jurnal
Pengaruh Suhu dan pH Terhadap Aktifitas Enzim. 1 (1), 49-54
A. Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim
Sebanyak3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering di sediakan. Kemudian masing-
masing tabung di isi dengan 2 ml HCl 0,1M, 2 ml aquades, dan 2 ml Na2CO3 1%.Lalu
kedalam masing-masing tabung ditambahkan 2 ml amilum dan 1 ml enzim amilase.Lalu
kedalam masing-masing tabung di tambahkan cairan saliva.

Tabung 1 HCl 0,1M (pH:1)

Tabung 2 Aquades (pH:9)

Tabung 3 Larutan Na2CO3 (pH:9)


Kemudian masing-masing tabung di inkubasi selama 15 menit, selanjutnya dari dalam
tabung diambil beberapa tetes dan di uji dengan larutan iodium.Lalu sisa larutan pada
tabung di uji dengan pereaksi benedict. Perubahan warna yang terjadi di catat dan di
amati. Pengamatan dilakukan dalam waktu inkubasi yang sama dan sesuai dengan
kondisi percobaan pada tiap tabung.
Hasil:
Perubahan warna padaUji Perubahan warna pada Uji
Tabung pH Iodium Benedict
Biru muda dan endapan merah
1 1 Biru muda bata
Hijau dan endapan
2 7 Kuning merah bata

Hijau dan endapan


3 9 Kuning pucat merah bata
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa larutan amilum
yang di campur enzim amilase dan di tetesi dengan HCl yang membuat lingkungan pada
tabung menjadi asam. Ketika di tetesi iodium, larutan menghasilkan warna biru muda.Hal
ini mengindikasikan bahwa enzim amilase tidak dapat memecah amilum.Enzim amilase
mengalami denaturasi karena perlakuan asam.Ketika enzim amilase rusak karena pH,
maka tidak terbentuk titik akromatik.

Berdasarkan hasil percobaan pada tabung kedua, larutan di isi amilum dan enzim amilase
dan di tetesi aquades sehingga larutan pada tabung menjadi netral.Setelah di inkubasi
pada suhu 37C, larutan kemudian di tetesi larutan iodium dan menghasilkan warna
kuning yang mengindikasikan telah terjadi titik akromatik.Enzim amilase tidak
mengalami denaturasi pada pH netral dan mampu memecah amilum.

Berdasarkan hasil percobaan pada tabung ketiga, larutan di isi amilum dan enzim amilase
dan di tetesi Na2CO3 yang membuat kondisi pada tabung menjadi basa.Ketika di tetesi
iodium, larutan menghasilkan warna kuning pucat dan tidak menunjukkan adanya titik
akromatik.Hal ini di karenakan enzim amilase mengalami denaturasi pada kondisi basa
dan mengakibatkan enzim amylase tidak dapat memecah amilum.

Berdasarkan hasil percobaan dengan menggunakan pereaksi benedict yang bertujuan


untuk menentukan ada atau tidaknya gula pereduksi.Pada tabung 1, suasana asam pada
larutan menghasilkan warna biru muda dan endapan merah bata.Pada tabung 2, suasana
netral menghasilkan warna hijau dan endapan merah bata.Pada tabung 3, suasana basa
menghasilkan warna hijau dan endapan merah bata. Kecepatan terbentuknya endapan
merah bata dari ketiga tabung tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
enzim bekerja pada pH tertentu, umumnya pada pH 6,8 – 7, dimana setiap enzim
mempunyai pH optimum yang khas.

B. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim


Sebanyak 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering di sediakan. Kemudian masing-
masing tabung di isi dengan 2 ml larutan amilum. Lalu ditambahkan 1 ml enzim amilase
(cairan saliva) pada setiap tabung (jangan dilakukan dalam waktu yang bersamaan untuk
memudahkan pengamatan)

Tabung 1 Di simpan dalam wadah es (150C)

Tabung 2 Di simpan pada suhu kamar (250C)

Tabung 3 Di simpan dalam Water Bath(370C)

Tabung 4 Di simpan dalam penangas air(800C)


Kemudian masing-masing tabung di inkubasi selama 15 menit, selanjutnya dari dalam
tabung diambil beberapa tetes dan di uji dengan larutan iodium.Lalu sisa larutan pada
tabung di uji dengan pereaksi benedict. Lalu di catat dan di amati perubahan warna yang
terjadi.
Hasil:
Tabung Suhu Perubahan warna Perubahan warna
pada uji iodium pada uji benedict
1 15 derajat celcius Jingga Endapan merah
Menit 20
2 25 derajat celcius Jingga Endapan merah
Menit 14
3 37 derajat celcius jingga Endapan merah
Menit 15
4 80 derajat celcius jungga Endapan merah
Menit 19

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pada tabung
pertama yang berisi larutan amilum 2% dan enzim amilase (saliva) yang di simpan dalam
wadah es (150C), terjadi perubahan warna pada uji iodium dan uji benedict. Seharusnya
pada suhu ini tidak terjadi perubahan warna. Hal ini disebabkan oleh enzim yang ada
pada keadaan suhu rendah terhenti secara reversible sehingga tidak terjadinya proses
hidrolisis pada

amilum.Berdasarkan hasil percobaan pada tabung kedua yang berisi larutan amilum 2%
dan enzim amilase (saliva) yang di simpan pada suhu kamar (250C), terjadi perubahan
warna pada uji iodium dan uji benedict. Hal ini terjadi karena pada suhu kamar, kenaikan
suhu lingkungan akan meningkatkan energy kinetik enzim dan frekuensi tumbukan antara
molekul enzim dengan substrat, sehingga enzim aktif dan keaktifannya menyebabkan
amilum dapat terhidrolisis sehingga terjadi perubahan warna pada kedua uji tersebut.

Berdasarkan hasil percobaan pada tabung ketiga yang berisi larutan amilum 2% dan
enzim amilase (saliva) yang di masukkan kedalam water bath (370C), terjadi perubahan
warna pada uji iodium dan uji benedict.Hal ini disebabkan enzim memiliki suhu optimal,
sehingga pada suhu ini aktivitas enzim berjalan maksimal yang mengakibatkan
terhidrolisisnya amilum.

Berdasarkan hasil percobaan pada tabung keempat yang berisi larutan amilum 2% dan
enzim amilase (saliva) yang di masukkan kedalam penangas air (800C), terjadi perubahan
warna pada uji iodium dan uji benedict. Hal ini terjadi karena enzim mengalami
denaturasi irreversible yang pada suhu awal mengalami perubahan kenaikan sebelum
terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi, namun kenaikan suhu
pada saat mulai terjadinya proses denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi.

Kesimpulan dari percobaan tersebut adalah enzim amylase bekerja optimal pada suhu 37
derajat celcius dan pada pH 7.
DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia, Jakarta : Universitas Indonesia Press

Poedjaji, Anna dan Supriyanti, F.M Titin.2009. Dasar – Dasar Biokimia. Jakrta: Erlangga

Putra, Aditya, dkk. 2016,Jurnal Pengaruh Suhu dan pH Terhadap Aktifitas Enzim. 1 (1),
49-54

Pujiyanti, Sri, 2007, Menjelajah Dunia Biologi , Platinum. Jakarta

Rochmah, S. N., Sri Widayati, Mazrikhatul Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas
XII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Soewoto Hafiz, dkk. 2000. Biokimia eksperimen laboratorium. Jakarta: Widya Medika

Yazid,Estien. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: Andi Press

Anda mungkin juga menyukai