Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

“ANALISIS ENZIM”

D-IV Semester III B

Oleh Kelompok 3 :

1. Ni Putu Padma Widyasari (043)


2. Ni Wayan Agustina Savitri Handayani (046)
3. Ni Kadek Asti Dharma Sonia (050)
4. Ni Ketut Wahyuni Febriyanti (051)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKTIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN GIZI

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul : Analisis Enzim

1.2 Hari, Tanggal : Jumat, 30 Agustus 2019

1.3 Tujuan : Mahasiswa dapat mengetahui aktif atau tidaknya enzim dalam air liur
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Prinsip Analisis Enzim

Pati yang masuk kedalam mulut akan dicerna oleh enzim ptialin yang membentuk
dekstrin lalu pati yang sudah dicerna tersebut akan dipecah menjadi disakarida. Semakin
lama dicerna maka pati akan dipecah menjadi monosakrida.

2.2 Dasar Teori


Enzim adalah molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam
komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim memegang peranan penting
dalam berbagai reaksi didalam sel. Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan oleh sel
hidup untuk mengkatalisis reaksi, antara lain konversi energi dan metabolisme pertahanan
sel. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman,
kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum
yang berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat mengalami perubahan bentuk
jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat
bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan
menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Pada suhu tinggi enzim akan
mengalami kerusakan koagulasi (penggumpalan), yang akhirnya akan terdenaturasi enzim.
Pada suhu rendah enzim tidak aktif (inaktif).

Ptialin merupakan protein yang berada di dalam air liur. Ptialin dapat membantu proses
pencernaan makanan dengan memecah pati menjadi potongan-potongan gula yang larut
dalam air. Enzim ptialin merupakan nama lain dari amilase yang hanya ditemukan di dalam
air liur manusia. Zat ini lebih akrab dikenal sebagai amilase saliva. Makanan yang
dikonsumsi manusia seperti nasi, kentang, dan roti banyak mengandung pati atau
karbohidrat. Pati merupakan polisakarida. Enzim ptialin mengubah pati menjadi gula yaitu
glukosa. Glukosa merupakan rantai cabang dari pati atau karbohidrat. Artinya, pati mampu
memecah polisakarida menjadi zat yang lebih sederhana. Pencernaan makanan diawali
dengan membagi-bagi makanan berukuran besar menjadi ukuran-ukuran yang jauh lebih
kecil sehingga lebih mudah dicerna. Langkah ini dapat dicapai secara fisik dengan proses
mengunyah. Walaupun demikian, proses pencernaan makanan sebagian besar dilakukan
secara kimiawi oleh enzim. Air liur berisi enzim ptialin yang mampu mendegradasi ikatan
pati menjadi sebuah rantai linier. Ikatan pati dipecah menjadi dua buah ikatan gula
(disakarida). Hasil akhir proses enzim ptialin adalah dua buah molekul glukosa yang dikenal
dengan maltosa. Proses pemecahan maltosa menjadi satu molekul glukosa selanjutnya
dilakukan di dalam usus.

2.3 Alat Dan Bahan :

- Beker gelas - Air liur - HCL

- Tabung reaksi - Amilum - Na2CO3

- Gelas ukur - Larutan benedict

2.4 Cara Kerja :

1. Siapkan sampel air liur sebanyak 15 ml


2. Tuangkan air liur sebanyak 5 ml dan dituangkan ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan larutan amilum (pati) sebanyak 5 ml dan kemudian dituangkan kedalam
tabung reaksi juga bersama sampel air liur
4. Kemudian, tabung I diletakkan pada freezer yang bersuhu 0ºC selama 5 menit. Tabung II
diletakkan pada incubator yang bersuhu 37ºC selama 5 menit dan terakhir tabung III
dipanaskan dengan penangas air dengan suhu 100ºC selama 5 menit.
 Test Benedict
1. Pada test benedict dilakukan pengujian sebanyak 3 kali dengan suhu yang berbeda
yaitu suhu 0º, 37º, dan 100º
2. Siapkan 3 tabung reaksi yang sudah dicuci bersih
3. Tabung pertama diisi dengan 3ml larutan benedict dan ditambahkan larutan
sampel yang bersuhu 0ºC. Kemudian dipanaskan selama 5 menit dan diamati
perubahan warnanya
4. Pada tabung kedua diisi dengan larutan benedict sebanyak 3ml dan ditambahkan
sampel yang bersuhu 37ºC. Selanjutnya dipanaskan selama 5 menit dan diamati
perubahan warnanya
5. Pada tabung ketiga diisi dengan 3ml larutan benedict dan ditambahkan larutan
sampel sebanyak 3ml yang bersuhu 100ºC. Setelah itu dipanaskan selama 5 menit
dan diamati perubahan warnanya

Pengaruh pH pada Aktivitas Enzim

a. pH Asam
1ml larutan sampel air liur dituangkan kedalam tabung reaksi yang kemudian
ditambahkan 1ml amilum. Lalu dikocok hingga homogen.
Tambahkan HCl sebanyak 1ml dan diamkan selama 5 menit. Kemudian, 0.5ml larutan
benedict dituangkan kedalam tabung reaksi yang berisi sampel. Setelah itu, dipanaskan
selama 5 menit dan amati perubahan warnanya.

b. pH Basa
1ml larutan sampel air liur dituangkan kedalam tabung reaksi yang kemudian
ditambahkan 1ml amilum. Lalu dikocok hingga homogen.
Tambahkan Na2CO3 sebanyak 1ml dan diamkan selama 5 menit. Kemudian, 0.5ml
larutan benedict dituangkan kedalam tabung reaksi yang berisi sampel. Setelah itu,
dipanaskan selama 5 menit dan amati perubahan warnanya.

2.5 Hasil Praktikum

Suhu 11º Suhu 37º Suhu 100º Asam Basa


pH = 1 pH = 12
Standar - + - - -
Sampel + + + - +
2.6 Pembahasan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim antara lain suhu , pH, konsentrasi
substrat, konsentrasi enzim dan zat-zat penghambat. Suhu berpengaruh terhadap fungsi enzim
karena reaksi kimia menggunakan katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping
itu, karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan
bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
Kemudian pH berpengaruh terhadap fungsi enzim karena pada umumnya efektifitas maksimum
suatu enzim pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5 – 8,0. Pada pH yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi
denaturasi protein. Pengujian enzim pada suhu 0ºC dan 100ºC didapatkan hasil positif dengan
terjadi endapan orange pada suhu 0°C dan pada suhu 100°C membentuk warna hijau, ini karena
enzim bekerja dengan sangat aktif. Seharusnya hasil yang didapatkan negative, karena enzim
tidak dapat bekerja secara optimal pada suhu lingkungan terlalu rendah atau terlalu tinggi, hal ini
terjadi karena enzim gagal dinonaktifkan pada suhu tersebut sehingga enzim bekerja dan mampu
memecahkan pati sehingga membentuk monosakarida dan disakarida . Hasil uji benedict yang
ditambahkan larutan asam menunjukan reaksi negative, hal ini menunjukkan bahwa enzim
amilase tidak bekerja pada pH yang terlalu rendah sedangkan pada hasil uji benedict yang
ditambahkan larutan basa menunjukkan hasil positif, hal ini menunjukkan bahwa enzim amilase
dapat bekerja pada Ph tinggi.

2.7 Kesimpulan

Enzim amilase dapat bekerja optimal pada pH optimumnya, yaitu sekitar pada pH 7 dan
sekitarnya. Enzim akan berkurang laju reaksinya atau akan rusak pada pH yang ekstrim, yang di
bawah pH 4,0 dan di atas pH 10. Aktivitas enzim amilase dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah perubahan pH, suhu, pelarut organik, dan yang menyebabkan denaturasi
protein. Uji benedict  terhadap hasil percobaan pengaruh suhu aktivitas amilase air liur pada
suhu 0oC, 37oC, dn 100ºC memberikan hasil yang positif, yaitu larutan menjadi berwarna kuning
dan kecokelatan.
Daftar Pustaka

https://mitamorfauzis.blogspot.com/2012/10/laporan-praktikum-biokimia-air-liur.html?m=1

https://anitamuina.wordpress.com?category/laporan-praktikum-biokimia/
Lampiran

11°C 37°C 100°C

Basa Asam

Anda mungkin juga menyukai