PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
- Pola Makan
Diet juga dipengaruhi oleh pola makan, jika seseorang memiliki pola makan
tidak teratur, seseorang tersebut akan berusaha kembali mengatur pola
makannya dengan cara melakukan diet.
- Gangguan Penyakit
Seseorang yang terkena gangguan seperti pada saluran cerna, diabetes dan
lainnya akan melakukan diet untuk menjaga asupan nutrisi agar tidak
memperparah gangguan tersebut.
3
3. Dispepsia
Dispepsia mengacu pada kondisi yang tidak spesifik, sakit atau
tidak nyaman pada perut bagian atas, kembung terutama setelah
makan. Ini disebabkan oleh kondisi reflix esofagus, gastritis, ulkus
peptik, penyakit kantung empedu, atau lainnya. Kondisi ini
menyebabkan asupan berkurang, penekanan asam lambung yang
menyebabkan malabsorpsi dan kekurangan zat gizi.
4. Gastritis Dan Ulkus Peptikum
Gastritis dan ulkus peptikum dapat terjadi karena adanya
infeksi, kimia, atau ketidaknormalan syarat yang mengganggu mukosa.
Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa bakteri helicobacter
pylori merupakan penyebab utama (95%) luka pada lambung dan
duodenum, sebesar 5 % disebabkan oleh NSAIDS dan peningkatan
produksi asam lambung
Gastritis akut mengacu pada kondisi inflamasi dan gejala yang
berlangsung cepat. Gastritis dapat menimbulkan gejala diantaranya
mual, muntah, lemas, tidak nafsu makan, pendarahan, dan sakit pada
daerah epigastrum. Gastritis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
atrofi atau penurunan sel parietal pada lambung,penurunan sekresi
HCL dan faktor intrinsik yang berakibat pada kondisi anemia
pernisiosa.
Ultus Peptikum mengacu pada luka yang merupakan akibat dari
pemecahan pada pertahanan yang normal dan mekanisme
perbaikan.Penyakit ultus peptik meliputi luka pada daerah esofagus
lambung, dan usus duo denum.
5. Gastrofaresis
Gastrofaresis atau kondisi pengosongan lambung yang lambat
adalah kondisi yang complex yang disebabkan penurunan fungsi
motolitas usus disebabkan faktor kimia dan neurologis. Infeksi viral,
diabetes, dan pembedahan adalah faktor umum yang menyebabkan
gastrofaresis sedangkan faktor idiopatik meyebabkan 30% kasus.
Gejala klinis berupa kembung, penurunan nafsu makan, mual dan
muntah, perut terasa penuh, rasa kenyang pada awal makan, halitosis,
dan hipoglikemia setelah makan.
4
2.4 TUJUAN DIET
1. Mengurangi faktor yang mneyebabkan tekanan yang meningkat di dalam
lambung (GERD)
2. Menghindari hal yang dapat mengurangi tekanan pada sfingter bagian bawah
esofagus
3. Mengurangi keasaman material saat reflux untuk mencegah irirtasi pada
esofagus
4. Mengoptimalkan asupan zat gizi dengan memepertimbangkan resiko aspirasi
atau terdesak
5. Memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan
lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asm lambung yang
berlebihan.
5
11. Pada fase akut dapat diberikan nutrisi parenteral selama 24-48 jam untuk
mengistirahatkan lambung
12. Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan. Diberikan secara
bertahap dimulai dari maknan cair penuh atau cair kental, maknan saring,
makanan lunak (kondisi disfagia)
13. Mempertahankan postur tegak selama dan setelah makan, hindari berpakaian
terlalu ketat, hindari tidur setelah makan (makan minimal 2 jam sebelum
tidur), meninggikan posisi kepala sebesar 6 inci jika tidur.
14. Makan secara perlahan, porsi kecil dengan frekuensi sering
6
Sup sayuran kecuali yang
diperbolehkan
7
biji), sayuran kecuali
jagung, salada, kacang,
kelapa, permen karet
Konsistensi cairan Minuman unthickened Jus, frozen yogurt, ice
Thin cream, susu, kopi, soda,
gelatin (plain), kaldu, clear
Nectar like Lebih kentang dibandingkan Madu, jus sayuran, susu
air sehingga melewati coklat, milkshake, cream
sedotan sup
Honey like Cairan dapat dimakan Madu, saos tomat, yogurt
dengan sendok
Spoon thick Konsistensi seperti pudding Pudding, custard, sereal
atau dimakan menggunakan panas
sendok
Tujuan Diet
8
1. Memberi makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada
saluran cerna mengurangi resiko pendarahan ulang, dan mencegah
aspirasi.
2. Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin
Syarat Diet
1. Tidak Merangsang Saluran cerna.
2. Tidak meninggalkan sisa
3. Pada fase akut dapat diberikan pareteral nutrisi selama 24-48 jam
untuk mengistirahatkan lambung
4. Diet diberikan jika pendarahan sudah tidak ada
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gangguan yang terjadi pada saluran cerna atas sebagian besar berakibat
terhadap asupan makan dan toleransi terhadap tekstur serta jenis makanan tertentu.
Gejala yang timbul dan berhubungan dengan asupan diantaranya tidak nafsu mkan,
rasa kenyang pada awal makan, kesulitan mengunyah serta menelan, mual dan
muntah, perasaan terbakar pada bagian dada. Hal tersebut dapat berakibat pada
kondisi penurunan berat badan, aspirasi pneumonia, serta diare.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://hilmn.blogspot.com/2013/05/diet-pada-penyakit-pencernaan.html
Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Asosiasi Dietisien Indonesia, ed. S.A. Budi Hartati. 2019.
Penuntun Diet Dan Terapi Gizi. Jilid 4. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
11