Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit infeksi merupakan penyebab paling utama tingginya angka
kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality) terutama pada negara -
negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah
bakteri (Radji, 2011). Untuk menghindari bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi, disarankan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang.
Kebutuhan akan asupan nutrisi merupakan salah satu kebutuhan mendasar
bagi manusia untuk bertahan hidup. Nutrisi tersebut juga harus memiliki
persyaratan kelengkapan gizi untuk pemenuhan secara sempurna bagi seseorang
dalam melengkapi kebutuhan nutrisi. Namun terkadang kebutuhan akan nutrisi
tersebut terhambat manakala terjadi gangguan pada sistem pencernaan. Gangguan
tersebut utamanya adalah gangguan pada saluran cerna. Jika seseorang mengalami
gangguan saluran cerna, maka harus ada langkah rehabilitasi, salah satu caranya
yaitu dengan melakukan diet saluran cerna

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definis dari Diet?
2. Apa saja Faktor Seseorang Melakukan Diet?
3. Apa Saja Gangguan Saluran Cerna Atas?
4. Apa Tujuan dari Diet Saluran Cerna Atas?
5. Bagaimana Syarat dan Prinsip Diet Saluran Cerna Atas?
6. Apa Saja Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan?
7. Bagaimana Tahapan Diet Kondisi Disfagia?
8. Bagaimana Cara Memesan Diet?
9. Apa itu Diet Pasca Hematemesis Melema?

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diet


Istilah diet memiliki arti sebagai jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
seseorang. Di Indonesia, penggunaan istilah diet lebih menunjukkan pada usaha
menurunkan berat badan atau mengatur asupan nutrisi. Dalam pembahasan ini, diet
yang dimaksud adalah usaha menurunkan berat badan atau pengaturan asupan nutrisi.
Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada saluran
pencernaan. Terdapat 3 klasifikasi dari diet :
- Menurunkan Berat Badan
- Meningkatkan Berat Badan
- Pantang Terhadap Makanan Tertentu

2.2 Faktor Seseorang Melakukan Diet


Ada beberapa alasan seseorang melakukan diet, berikut ini adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan diet:
- Kadar Lemak Tinggi
Apabila kadar lemak seseorang tinggi, maka diperlukan suatu program diet
untuk menurunkan berat tubuh supaya tidak terjadi obesitas. Lemak
merupakan zat gizi yang akan disimpan di dalam kulit sebagai cadangan
energi, jika lemak tertimbun banyak, bisa terjadi peningkatan masa tubuh,
proses metabolisme pun akan cenderung lebih berat dilakukan oleh tubuh.
- Hasrat Diri
Diet kadang memiliki tujuan dari pribadi untuk meningkatkan atau
menurunkan masa tubuh supaya sesuai dengan rentang normal IMT (Indeks
Massa Tubuh). Hasrat diri untuk melakukan diet ini biasanya dilakukan oleh
model atau artis untuk menjaga bentuk tubuhnya.
- Tekanan Darah
Jika tekanan darah terlalu tinggi (hipertensi), harus ada pantangan-pantangan
untuk makanan tertentu supaya tekanan kembali menjadi normal.

2
- Pola Makan
Diet juga dipengaruhi oleh pola makan, jika seseorang memiliki pola makan
tidak teratur, seseorang tersebut akan berusaha kembali mengatur pola
makannya dengan cara melakukan diet.
- Gangguan Penyakit
Seseorang yang terkena gangguan seperti pada saluran cerna, diabetes dan
lainnya akan melakukan diet untuk menjaga asupan nutrisi agar tidak
memperparah gangguan tersebut.

2.3 Gangguan Saluran Cerna Atas


Gangguan yang terjadi pada saluran cerna atas sebagian besar berakibat
terhadap asupan makan dan toleransi terhadap tekstur serta jenis makanan tertentu.
Gejala yang timbul dan berhubungan dengan asupan diantaranya tidak nafsu mkan,
rasa kenyang pada awal makan, kesulitan mengunyah serta menelan, mual dan
muntah, perasaan terbakar pada bagian dada. Hal tersebut dapat berakibat pada
kondisi penurunan berat badan, aspirasi pneumonia, serta diare.
1. Gastreossofageal Reflux Disease (GERD)
GERD merupakan refluks yang tidak normal dari isi lambung
(pepsin,asam,dan asam empedu) ke esofagus yang disebabkan oleh
ketidak normalan relaksasi sfingter esofagus bagian bawah.Tekanan
dari sfingter bagian bawah dan peningkatan tekanan perut kemngkinan
disebabkan oleh banayak faktor diantaranya hiatal hernia, skleroderma,
penyakit hipersekresi hormon (seperti Zollinger), obesitas, dan
kehamilan. GERD menyebabkan kerusakan mukosa pada esofagus
yang dapat menimbulkan esofagitis, regurgiasi, dan perasaan panas
pada bagian dada.
2. Disfagia
Disfagia merupakan gangguan pada fungsi menelan. Disfagia
disebabkan oleh gangguan system syaraf, penyakit degeneratif, kanker,
atau trauma pasca inkubasi.

3
3. Dispepsia
Dispepsia mengacu pada kondisi yang tidak spesifik, sakit atau
tidak nyaman pada perut bagian atas, kembung terutama setelah
makan. Ini disebabkan oleh kondisi reflix esofagus, gastritis, ulkus
peptik, penyakit kantung empedu, atau lainnya. Kondisi ini
menyebabkan asupan berkurang, penekanan asam lambung yang
menyebabkan malabsorpsi dan kekurangan zat gizi.
4. Gastritis Dan Ulkus Peptikum
Gastritis dan ulkus peptikum dapat terjadi karena adanya
infeksi, kimia, atau ketidaknormalan syarat yang mengganggu mukosa.
Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa bakteri helicobacter
pylori merupakan penyebab utama (95%) luka pada lambung dan
duodenum, sebesar 5 % disebabkan oleh NSAIDS dan peningkatan
produksi asam lambung
Gastritis akut mengacu pada kondisi inflamasi dan gejala yang
berlangsung cepat. Gastritis dapat menimbulkan gejala diantaranya
mual, muntah, lemas, tidak nafsu makan, pendarahan, dan sakit pada
daerah epigastrum. Gastritis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
atrofi atau penurunan sel parietal pada lambung,penurunan sekresi
HCL dan faktor intrinsik yang berakibat pada kondisi anemia
pernisiosa.
Ultus Peptikum mengacu pada luka yang merupakan akibat dari
pemecahan pada pertahanan yang normal dan mekanisme
perbaikan.Penyakit ultus peptik meliputi luka pada daerah esofagus
lambung, dan usus duo denum.
5. Gastrofaresis
Gastrofaresis atau kondisi pengosongan lambung yang lambat
adalah kondisi yang complex yang disebabkan penurunan fungsi
motolitas usus disebabkan faktor kimia dan neurologis. Infeksi viral,
diabetes, dan pembedahan adalah faktor umum yang menyebabkan
gastrofaresis sedangkan faktor idiopatik meyebabkan 30% kasus.
Gejala klinis berupa kembung, penurunan nafsu makan, mual dan
muntah, perut terasa penuh, rasa kenyang pada awal makan, halitosis,
dan hipoglikemia setelah makan.
4
2.4 TUJUAN DIET
1. Mengurangi faktor yang mneyebabkan tekanan yang meningkat di dalam
lambung (GERD)
2. Menghindari hal yang dapat mengurangi tekanan pada sfingter bagian bawah
esofagus
3. Mengurangi keasaman material saat reflux untuk mencegah irirtasi pada
esofagus
4. Mengoptimalkan asupan zat gizi dengan memepertimbangkan resiko aspirasi
atau terdesak
5. Memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan
lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asm lambung yang
berlebihan.

2.5 SYARAT DAN PRINSIP DIET


1. Energy diberikan sesuai kebutuhan, diberikan diet tinggi kalori protein apabila
dalam kondisi status gizi kurang, diet rendah kalori pada kondisi status gizi
obesitas
2. Protein normal, dapat diberikan tinggi protein pada status gizi kurang atau
bergantung pada status katabolik pasien
3. Lemak diberikan rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
ditingkatkan bertahap sesuai kebutuhan
4. Rendah serat terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan sesuai bertahap
5. Cairan cukup terutama jika ada muntah
6. Tidak mengandung bahan makanan yang berbumbu tajam, baik secara termis,
mekanis, maupun kimia (disesuaikan daya terima perorangan)
7. Laktosa rendah jika ada gejala intoleransi laktosa
8. Hindari Papermint dan spearmint
9. Hindari kondisi serta bahan makanan yang merangsang asam lambung seperti
merokok alkohol, coklat, kopi, dan kafein
10. Kurangi makanan yang menyebabkan tidak nyama seperti buah dan jus asam,
produk tomat, makanan berkarbonasi, makanan dengan bumbu yang terlalu
tajam, makanan yang terlalu tinggi lemak

5
11. Pada fase akut dapat diberikan nutrisi parenteral selama 24-48 jam untuk
mengistirahatkan lambung
12. Bentuk makanan bergantung pada kemampuan menelan. Diberikan secara
bertahap dimulai dari maknan cair penuh atau cair kental, maknan saring,
makanan lunak (kondisi disfagia)
13. Mempertahankan postur tegak selama dan setelah makan, hindari berpakaian
terlalu ketat, hindari tidur setelah makan (makan minimal 2 jam sebelum
tidur), meninggikan posisi kepala sebesar 6 inci jika tidur.
14. Makan secara perlahan, porsi kecil dengan frekuensi sering

2.6 BAHAN MAKANAN YANG DIANJURKAN DAN TIDAK DIANJURKAN

MAKANAN YANG MAKANAN YANG


SUMBER
DIANJURKAN TIDAK DIANJURKAN
Susu, minuman sereal, minuman
Minuman Alcohol
berkarbonasi, kopi, teh
Beras ketan, beras tumbuk,
jagung, ubi, singkong, talas,
kue yang terlalu manis,
Beras dibubur atau ditim, kentang
berlemak tinggi, roti dengan
pure, macaroni rebus, roti
taburan kacang, raisin, beras
gandum, creckers, biscuit, mie,
Karbohidrat merah, bran sereal, buah-
bihun, tepung tepungan dibuat
buahan yang dikeringkan,
bubur, kue (plain), kukis, gelatin,
buah dengan biji-bijian dan
sherbet, ice cream
kulit tebal, pastries, pies,
dessert dengan bahan
kacang, kelapa
Mentega, saos kering, margarin, Makanan yang digoreng,
Lemak
mayonise, dressing salad lemak cair, kacang
Semua jus buah, alpukat, pisang, Buah yang mentah, buah
anggur, jeruk, apel, apricot,cerry, yang dikeringkan, buah
Buah-buahan
peach, pear, nanas, peeled ripe dengan biji atau kulit yang
peaches atau pir keras
Protein hewani Daging, ikan, ayam tidak Daging, ikan, ayam, telur
digoreng, telur, krim sup yang diawetkan, digoreng

6
Sup sayuran kecuali yang
diperbolehkan

Jam, marmalid, dan permen


Pemanis Gula, sirup, madu dengan kulit yang tebal,
kacang
Jus tomat, asparagus, wortel,
Sayuran buncis, kacang hijau, jamur, Sayuran mentah
kentang, bayam
Bumbu Garam, kayu manis, kunyit Lada, mustard, acar

2.7 TAHAPAN DIET KONDISI DISFAGIA

TAHAPAN DIET DESKRIPSI MAKANAN YANG


DIANJURKAN
Level 1 Keseluruhan makanan dalam Smooth cooked cereal,
Dysphagia pureed bentuk pure sampai bentuk bubur roti, susu, yogurt,
lunak. Hindari sticky foods pudding, custard and
seperti selai kacang dan applesauce, pureed buah,
makanan dengan tekstur sayuran, daging, orak arik
keras seperti kacang serta telur dan sup
sayuran mentah dan buah-
buahan mentah
Level 2 Tekstur makanan lunak, Sereal yang siap konsumsi,
Dysphagia mechanically yang mudah untuk pancake, kentang, mie,
altered dikunyah, makanan dengan pangsit, orak arik telur, buah
tekstur keras seperti kacang yang dimasak, sayur yang
serta sayuran mentah dan dimasak (kecuali jagung,
buah-buahan mentah kacang polong serta sayuran
(kecuali pisang) berserat), tahu, sup, sayuran,
daging dengan tekstur
lembut
Level 3 Mendekati tekstur normal Roti, sereal, dessert kecuali
Dysphagia advanced kecuali renyah, lengket atau kacang, biji-bijian, kelapa,
makanan bertekstur keras nanas, buah dikupas (tanpa

7
biji), sayuran kecuali
jagung, salada, kacang,
kelapa, permen karet
Konsistensi cairan Minuman unthickened Jus, frozen yogurt, ice
Thin cream, susu, kopi, soda,
gelatin (plain), kaldu, clear
Nectar like Lebih kentang dibandingkan Madu, jus sayuran, susu
air sehingga melewati coklat, milkshake, cream
sedotan sup
Honey like Cairan dapat dimakan Madu, saos tomat, yogurt
dengan sendok
Spoon thick Konsistensi seperti pudding Pudding, custard, sereal
atau dimakan menggunakan panas
sendok

2.8 CARA MEMESAN DIET

MACAM DIET INDIKASI


Diet Lambung Bentuk Saring Diberikan kepada pasien gastritis akut,
ulkus peptikum, pasca – pendarahan, dan
typus abdominalis berat.
Perpindahan diet pasca – hematemetis
melena atau setelah fase akut teratasi
diberikan selama satu-dua hari
Diet Lambung Bentuk Lunak Perpindahan dari diet lambung saring.
Diberikan berupa 3x makanan utama, 2-3x
makanan selingan
*Kondisi Disfagia, diet diberikan bertahap mulai dari level 1-4 disesuaikan dengan
konsumsi pasien.

2.9 DIET PASCA-HEMATEMESIS MELENA


 Pengkajian Gizi

Hematemesis Melena adalah keadaan muntah dan buang air besar


berupa darah akibat luka atau kerusakan pada saluran cerna.

 Tujuan Diet

8
1. Memberi makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada
saluran cerna mengurangi resiko pendarahan ulang, dan mencegah
aspirasi.
2. Mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin
 Syarat Diet
1. Tidak Merangsang Saluran cerna.
2. Tidak meninggalkan sisa
3. Pada fase akut dapat diberikan pareteral nutrisi selama 24-48 jam
untuk mengistirahatkan lambung
4. Diet diberikan jika pendarahan sudah tidak ada

 Cara Memesan Diet

MACAM DIET INDIKASI


Makanan Cait Jernih Diet diberikan dalam bentuk
makanan cair jernih setiap dua
sampai tiga jam pasca
pendarahan selama 1 – 2 hari.

9
BAB III

PENUTUP

3.1     KESIMPULAN

Saluran cerna adalah saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan,


mengabsorpsi zat gizi, dan mengekskresi sisa-sisa pencernaan. Pada penyakit saluran
cerna, terapi gizi merupakan salah satu hal yang diperlukan untuk mempertahankan
status gizi pasien. Gangguan pencernaan terjadi karena infeksi, atau peradangan,
gangguan mortilitas, perdarahan (hematemetis melema), kondisi saluran cerna pasca
bedah dan tumor atau kanker.

Gangguan yang terjadi pada saluran cerna atas sebagian besar berakibat
terhadap asupan makan dan toleransi terhadap tekstur serta jenis makanan tertentu.
Gejala yang timbul dan berhubungan dengan asupan diantaranya tidak nafsu mkan,
rasa kenyang pada awal makan, kesulitan mengunyah serta menelan, mual dan
muntah, perasaan terbakar pada bagian dada. Hal tersebut dapat berakibat pada
kondisi penurunan berat badan, aspirasi pneumonia, serta diare.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2013. Diet Pada Penyakit Pencernaan. Tersedia pada :

https://hilmn.blogspot.com/2013/05/diet-pada-penyakit-pencernaan.html

diakses pada 27 Februari 2020.

Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Asosiasi Dietisien Indonesia, ed. S.A. Budi Hartati. 2019.

Penuntun Diet Dan Terapi Gizi. Jilid 4. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.

11

Anda mungkin juga menyukai