“TITRASI”
WULANDARI
G 401 18 047
MEI, 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan
baik. Makalah ini ditunjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analitik
di semester dua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi
maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan kemampuan dan pengetahuan penulis
yang masih sangat terbatas. Walaupun demikian penulis berusaha semaksimal
mungkin untuk menyajikan makalah ini dengan sebaik- baiknya.
Akhir kata Penulis mengharapkan semoga makalah yang disusun ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ iii
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... iv
1.3 Tujuan ......................................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Titrasi Asam Basa ..................................................... 1
2.2 Prinsip Titrasi Asam Basa ........................................................... 2
2.3 Cara Mengetahui Titik Ekuivalen..........................5
2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Asam Basa ..................................... 7
2.5 Jenis – Jenis Titrasi Asam Basa .................................................. 8
2.6 Rumus Umum Titrasi .................................................................. 12
2.7 Contoh Asam Basa ...................................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 8
3.2 Saran...............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi
asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi,
titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya.
Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi
penetralan, maka tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami
terlebih dahulu bahwa reaksi asam-basa atau reaksi penetralan dapat
dilakukan dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-basa ini terdiri dari
titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-
asam kuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini
ditentukan oleh titik ekuivalen (equivalent point) dengan menggunakan
indikator asam-basa.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam
“buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali
ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.
1.2. Rumusan Masalah
Identifikasi masalah yang akan dibahas dalam laporan dengan judul “Titrasi
Asam Basa” yaitu sebagai berikut :
1. Apa itu titrasi asam basa?
2. Apa kegunaan titrasi asam basa?
3. Apa kelebihan titrasi asam basa?
4. Apa kekurangan titrasi asam basa?
5. Contoh apa saja yang dapat dibuktikan dengan titrasi asam basa dalam
bidang farmasi?
1.3. Tujuan
Maksud
Pembuatan laporan ini mempunyai maksud sebagai syarat memenuhi
tugas Kimia Analitik semester dua tahun ajaran 2019
Tujuan
Adapun tujuan dalam laporan, yaitu sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apa itu titrasi asam basa.
b. Untuk mengetahui prinsip titrasi asam basa?
c. Untuk mengetahui kelebihan titrasi asam basa?
d. Untuk mengetahui kekurangan titrasi asam basa?
e. Untuk mengetahui contoh apa saja yang dapat dibuktikan dengan
titrasi asam basa dalam bidang farmasi?
BAB II
PEMBAHASAN
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi
asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi,
titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam
“buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Metode titrimetri yang didasarkan pada reaksi asam basa ini adalah titrasi
asam basa (Asidimetri dan alkalimetri). Titrasi ini termasuk reaksi netralisasi
yakni reaksi antara ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion yang
berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Berdasarkan
konsep lain reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor
proton (asam) dengan penerima proton (basa).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita
mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka
kita bisa menghitung kadar titrant.
Titrasi netralisasi adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam
dengan basa.
H3O+ + OH– ⇔ 2 H2O
Dalam titrasi ini berlaku hubungan jumlah ekivalen asam (H3O+) sama
dengan jumlah ekivalen basa (OH–).
Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau
basa kuat, karena zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit
dibandingkan dengan jika dipakai asam atau basa yang lebih lemah. Larutan
baku asam dapat dibuat dari HCl, H2SO4 atau HClO4, sedangkan larutan baku
basa dibuat dari NaOH atau KOH. Larutan baku primer adalah larutan yang
konsentrasinya dapat ditentukan dengan perhitungan langsung dari berat zat
yang mempunyai kemurnian tinggi, stabil dan bobot ekivalen tinggi
kemudian dilarutkan sampai volume tertentu. Sedangkan larutan baku
sekunder, konsentrasinya harus ditentukan terlebih dahulu dengan
pembakuan/standarisasi terhadap baku primer.
Contoh:
Baku primer : Na2CO3, Na2B4O7, Kalium Hidrogen Ptalat (KHP),
H2C2O4
Baku sekunder : HCl, H2SO4, NaOH, KOH
Titrasi netralisasi dapat berlangsung antara asam kuat dengan basa kuat;
asam/basa lemah dengan basa/asam kuat seperti:
NH4OH + H3O+ ⇔ NH4+ + 2H2O (basa lemah dengan asam
kuat)
CH3COOH + OH– ⇔ CH3COO– + H2O (asam lemah dengan basa kuat)
CH3COO– + H3O+ ⇔ CH3COOH + H2O (garam dengan asam kuat)
NH4+ + OH– ⇔ NH3 + H2O (garam dengan asam kuat)
Kedua contoh terakhir di atas menggambarkan titrasi garam monofungsional.
Garam-garam tersebut dalam air mengalami hidrolisis menghasilkan larutan
yang bersifat asam atau basa. Apakah garam-garam ini dititrasi dengan asam
atau basa bergantung pada nilai Ka dan Kb. Bila nilai Ka>Kb (larutan lebih
bersifat asam), maka garam tersebut dapat dititrasi dengan basa, bila
sebaliknya (Ka<Kb), garam tersebut dapat dititrasi dengan asam. Titik
ekivalen dicapai pada pH larutan CH3COOH atau NH4OH.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa,
antara lain:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk
memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah
“titik ekuivalen”.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes
(sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator
ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi
dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator
yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan
memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Menurut Arrhenius, basa adalah senyawa yang dapat melepas ion hidroksida
(OH-) jika dilarutkan dalam air.
2. Kekurangan
a. Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak dapat
menjelaskan reaksi asam basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi
tanpa pelarut.
b. Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada
molekul, belum mampu menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti
kation dan anion.
c. Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa yang mengandung
hidrogen dengan bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air
untuk membentuk larutan asam, sedangkan yang lain seperti CH4 tidak.
d. Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-,
seperti Na2CO3 memiliki karakteristik seperti basa.
Pada titik tengah titrasi yaitu setengah jumlah mol baik HCl dan NH4OH
bereaksi maka [NH4Cl] akan sama dengan [NH4OH] akibatnya pH akan
sama dengan pKb (ingat persamaan Henderson-Hasselbalch. Kb NH4OH
adalah 10-5.
Pada saat titik ekuivalen dicapai maka dalam larutan sekarang hanya
terdapat NH4Cl adalah garam dari asam kuat dan basa lemah sehingga
dalam larutan akan terhidrolisis parsial dengan reaksi sebagai berikut:
NH4Cl -> NH4+ + Cl-
NH4+ + H2O -> NH4OH + H+
Dalam larutan sekarang akan bersifat asam disebabkan terdapat H+ dari
hidrolisis parsial NH4Cl.
Pada saat sebelum titrasi dalam Erlenmeyer hanya terdapat asam asetat.
HOAc adalah asam lemah sehingga dalam laruta tidak terdisosiasi
sempurna, dan untuk mencari konsentrasi H+ nya kita menggunaka rumus
pH asam lemah. 0,1 M HOAc dengan volume 50 mL memiliki pH sekitar
3.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan mol-
ekuivalen basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas
menjadi:
(n x M asam) x V asam = (n x M basa) x V basa
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa)
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses
titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut
sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi
reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
2. Prinsip titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer
ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
3. Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam
basa yaitu memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama
titrasi dilakukan dan memakai indikator asam basa.
3.2 Saran
Saran untuk makalah ini yaitu agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan para pembaca
DAFTAR PUSTAKA