Anda di halaman 1dari 19

KIMIA ANALITIK

TITRASI ASAM BASA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3 (B3 FARMASI)

1. PUTRI SARI EMIL WULANDARY


2. ARSI FEBRINA
3. FEBBY OLIVIARI DERAJATHUN
4. NYOMAN RUDI KUSUMA
5. JENI YANTI PUSPITA SARI
6. NUR HIDAYAH SAPUTRI
7. TRIINCE KURNIATI
8. NISKA SEPTIANA
9. INDRI RIZKIYANA HERAWATI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES MANDALA WALUYA KENDARI

TAHUN AJARAN

2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini ditunjukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analitik di semester dua.

kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun
penyajiannya. Hal ini disebabkan kemampuan dan pengetahuan kami yang masih sangat terbatas.
Walaupun demikian kami berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan makalah ini dengan
sebaik- baiknya.

Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah yang disusun ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi kami dan umumnya bagi para pembaca.

Kendari, 20 juni 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1,2 Tujuan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
2.1. Pengertian Asam Basa ................................................................................................... 3
2.2. Prinsip Titrasi asam Basa ............................................................................................... 4
2.3. Cara Mengetahui Titik Ekuivalen .................................................................................. 6
2.4. Kelebihan Dan Kelemahan Asam Basa ......................................................................... 9
2.5. Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa ........................................................................................ 9
2.6. Rumus Umum Titrasi .................................................................................................... 13
2.7. Contoh Asam Basa ....................................................................................................... 13
BAB III ......................................................................................................................................... 15
PENUTUP..................................................................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 15
3.2 Saran ............................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan
zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya.

Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi penetralan, maka tidak
akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam-basa atau
reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-basa ini terdiri
dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dan
titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen (equivalent
point) dengan menggunakan indikator asam-basa.

Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di
dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan
biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada
laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.

Metode titirimetri yang didasarkan pada reaksi asam basa ini adalah titrasi asam basa
(Asidimetri dan alkalimetri ). Titirasi ini termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hydrogen yang bersal dari asam dengan ion hidroksida yang bersal dari basa untuk menghasilkan
air yang bersifat netral. Netralisasi juga di katakana sebagai reaksi antara pemberi proton (asam)
dengan penerima proton (basa). Pada titrasi ini larutan analit yang berupa larutan basa ditirasi
dengan titran yang berupa asam atau sebaliknya larutan analit yang berupa larutan asam ditirasi
dengan titran yang berupa basa.
1
Titrasi juga merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat
dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Dengan
metode titrasi asam-basa ini ini kita dapat menentukan konsentrasi larutan baku sekunder dan
dapat mengetahui kadar suatu zat dalam suatu sampel.

1,2 Tujuan Masalah

Adapun tujuan dalam laporan, yaitu sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apa itu titrasi asam basa.

b. Untuk mengetahui prinsip titrasi asam basa?

c. Untuk mengetahui kelebihan titrasi asam basa?

d. Untuk mengetahui kekurangan titrasi asam basa?

e. Untuk mengetahui contoh apa saja yang dapat dibuktikan dengan titrasi asam basa dalam
bidang farmasi?

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan dengan judul “Titrasi Asam Basa” yaitu
sebagai berikut :

1. Apa itu titrasi asam basa?

2. Apa kegunaan titrasi asam basa?

3. Apa kelebihan titrasi asam basa?

4. Apa kekurangan titrasi asam basa?

5. Contoh apa saja yang dapat dibuktikan dengan titrasi asam basa dalam bidang farmasi?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Asam Basa

Titrasi adalah suatu proses atau prosedur dalam analisis volumetric di mana suatu titran
atau larutan standar (yang telah diketahui konsentrasinya) diteteskan melalui buret kelarutan
lain yang dapat bereaksi dengannya (belum diketahui konsentrasinya) hingga tercapai titik
ekuivalen atau titik akhir. Artinya, zat yang ditambahkan tepat ber eaksi dengan zat yang
ditambahi. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut
sebagai “tit`er” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya
berupa larutan (Almatsier, 2003).

Pada Titrasi asam basa dalam melakukan titrasi melibatkan asam maupun basa sebagai
penitran/titer ataupun titran dan titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Untuk
menentukan kadar larutan asam dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran
ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara
stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi ).Keadaan ini disebut sebagai ”titik ekuivalen”.
Pada saat ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan , kemudian kita mencatat volume titer
yang diperlukan untuk mencapai keadaah tersebut, dengan menggunakan data volume titran,
volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran. Prinsip dasar titrasi asam
basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa.

Titik equivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di
netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik
equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa Untuk
menegtahui titik ekivalen pada titrasi asam basa kita bisa menggunakan indikator asam basa.
Indikator ditambahkan pada sampel sebelum proses titrasi dilakukan.

3
Metode titrimetri yang didasarkan pada reaksi asam basa ini adalah titrasi asam basa
(Asidimetri dan alkalimetri). Titrasi ini termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hydrogen yang berasal dari asam dengan ion yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Berdasarkan konsep lain reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi
antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).

Dalam menganalisis sampel yang bersiaft basa, maka kita dapat menggunakan larutan
standar asam, metode ini dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan
sampel yang bersifat asam, kita akan menggunkan lartan standar basa dan dikenal dengan istilah
alkalimetri. Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan
pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi
kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator

2.2. Prinsip Titrasi asam Basa

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi
asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa dan sebaliknya.

Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (
artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai
“titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik
dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] =
[OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi
biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering
disebut juga sebagai titik ekuivalen.

Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.

4
Titrasi netralisasi adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam dengan basa.

H3O+ + OH– ⇔ 2 H2O

Dalam titrasi ini berlaku hubungan jumlah ekivalen asam (H3O+) sama dengan jumlah ekivalen
basa (OH–).

Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat,
karena zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika dipakai
asam atau basa yang lebih lemah. Larutan baku asam dapat dibuat dari HCl, H2SO4 atau HClO4,
sedangkan larutan baku basa dibuat dari NaOH atau KOH. Larutan baku primer adalah larutan
yang konsentrasinya dapat ditentukan dengan perhitungan langsung dari berat zat yang
mempunyai kemurnian tinggi, stabil dan bobot ekivalen tinggi kemudian dilarutkan sampai
volume tertentu. Sedangkan larutan baku sekunder, konsentrasinya harus ditentukan terlebih
dahulu dengan pembakuan/standarisasi terhadap baku primer.

Contoh:

Baku primer : Na2CO3, Na2B4O7, Kalium Hidrogen Ptalat (KHP), H2C2O4

Baku sekunder : HCl, H2SO4, NaOH, KOH

Titrasi netralisasi dapat berlangsung antara asam kuat dengan basa kuat; asam/basa lemah
dengan basa/asam kuat seperti:

NH4OH + H3O+ ⇔ NH4+ + 2H2O (basa lemah dengan asam kuat)

CH3COOH + OH– ⇔ CH3COO– + H2O (asam lemah dengan basa kuat)

CH3COO– + H3O+ ⇔ CH3COOH + H2O (garam dengan asam kuat)

NH4+ + OH– ⇔ NH3 + H2O (garam dengan asam kuat)

Kedua contoh terakhir di atas menggambarkan titrasi garam monofungsional. Garam-garam


tersebut dalam air mengalami hidrolisis menghasilkan larutan yang bersifat asam atau basa.
Apakah garam-garam ini dititrasi dengan asam atau basa bergantung pada nilai Ka dan Kb. Bila
nilai Ka>Kb (larutan lebih bersifat asam), maka garam tersebut dapat dititrasi dengan basa, bila

5
sebaliknya (Ka<Kb), garam tersebut dapat dititrasi dengan asam. Titik ekivalen dicapai pada pH
larutan CH3COOH atau NH4OH.

Set alat titrasi

2.3. Cara Mengetahui Titik Ekuivalen

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, antara lain:

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian


membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari
kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”.

2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes (sedikit
mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika
titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi

6
asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.Penambahan
indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.

Indikator Perubahan warna Pelarut

Asam Basa

Thimol biru Merah Kuning Air

Metil kuning Merah Kuning Etanol 90%

Metil jingga Merah Kuning-jingga Air

Metil merah Merah Kuning Air

Bromtimol biru Kuning Biru Air

Fenolftalein Tak berwarna Merah-ungu Etanol 70%

thimolftalein Tak berwarna biru Etanol 90%

Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan pH meter. Gambar
berikut merupakan perubahan warna yang terjadi jika menggunakan indikator fenolftalein.

pH <0 0−8.2 8.2−12.0 >12.0

Kondisi Sangat asam Asam atau mendekati netral Basa Sangat basa

Warna Jingga Tidak berwarna Pink keunguan Tidak


berwarna

7
Sebelum mencapai titik ekuivalen Setelah mencapai titik ekuivalen

Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin
dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai
dengan titrasi yang akan dilakukan.

Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut
sebagai “titik akhir titrasi”.

8
2.4. Kelebihan Dan Kelemahan Asam Basa

Menurut Arrhenius, larutan bersifat asam jika senyawa tersebut melepaskan ion
hidronium (H3O+) saat dilarytkan dalam air, atau asam adalah zat yang dalam air melepaskan
ion H+. Menurut Arrhenius, basa adalah senyawa yang dapat melepas ion hidroksida (OH-) jika
dilarutkan dalam air.

Kelebihan dan kekurangan teori asam basa arrhenius, yaitu :

1. Kelebihan

Mampu menyempurnakan teori asam yang dikemukakan oleh Justus Von Liebig. Liebig
menyatakan bahwa setiap asam memiliki hidrogen (asam berbasis hidrogen). Pernyataan ini
tidak tepat, sebab basa juga memiliki hidrogen.

2. Kekurangan

a. Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak dapat menjelaskan
reaksi asam basa dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.

b. Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada molekul, belum
mampu menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti kation dan anion.

c. Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa yang mengandung hidrogen dengan


bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air untuk membentuk larutan asam, sedangkan
yang lain seperti CH4 tidak.

2.5. Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Basa Lemah vs Asam Kuat

Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat,
akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari kurva titrasi asam lemah vs basa kuat.

9
Sebagai contoh disini adalah titrasi 0,1 M NH4OH 25 mL dengan 0,1 HCl 25 mL dimana
reaksinya dapat ditulis sebagai:

NH4OH + HCl -> NH4Cl + H2O

Kurva titrasinya dapat ditulis sebagai berikut:

Kurva titrasi 0,1 M NH4OH dengan 0,1 M HCl

Pada awal titrasi dalam Erlenmeyer hanya terdapat NH4OH, karena NH4OH adalah basa
lemah maka tidak semua akan terionisasi untuk mencari pH nya. Setelah titrasi berlangsung
maka akan terbentuk sistem buffer disebabkan dalam larutan sekarang terdapat NH4OH dan
NH4Cl. Pada saat ini kurva titrasi berada pada daerah yang landai dan pH larutan ditentukan oleh
pebandingan [NH4Cl]/[NH4OH]. Pada titik tengah titrasi yaitu setengah jumlah mol baik HCl
dan NH4OH bereaksi maka [NH4Cl] akan sama dengan [NH4OH] akibatnya pH akan sama
dengan pKb (ingat persamaan Henderson-Hasselbalch. Kb NH4OH adalah 10-5.

pH = pKb = 5

Pada saat titik ekuivalen dicapai maka dalam larutan sekarang hanya terdapat NH4Cl
adalah garam dari asam kuat dan basa lemah sehingga dalam larutan akan terhidrolisis parsial
dengan reaksi sebagai berikut:

10
NH4Cl -> NH4+ + Cl-

NH4+ + H2O -> NH4OH + H+

Dalam larutan sekarang akan bersifat asam disebabkan terdapat H+ dari hidrolisis parsial
NH4Cl.

2. Asam Lemah vs Basa Kuat

Asam lemah yang dicontohkan disini adalah asam asetat CH3COOH (biasanya kita
singkat menjadi HOAc) dan dititrasi dengan basa kuat NaOH. Reaksi yang terjadi dapat ditulis
sebagai berikut:

HOAc + NaOH -> NaOAC + H2O

Dan kurva titrasi antara 0,1 M HOAc 50 mL dengan 0,1 M NaOH 50 mL dapat
digambarkan sebagai berikut:

Kurva titrasi 0,1 M CH 3 COOH dengan 0,1 M NaOH

Pada saat sebelum titrasi dalam Erlenmeyer hanya terdapat asam asetat. HOAc adalah
asam lemah sehingga dalam laruta tidak terdisosiasi sempurna, dan untuk mencari konsentrasi
H+ nya kita menggunaka rumus pH asam lemah. 0,1 M HOAc dengan volume 50 mL memiliki

11
pH sekitar 3. Setelah titrasi dijalankan dengan penambahan sedikit demi sedikit NaOH maa
dalam larutan akan terbentuk NaOAc sebagai hasil reaksi antara NaOH dan HOAc. Dalam
larutan sekarang terdapat HOAc yang belum bereaksi serta NaOAc sehingga terbentuk sistem
buffer.].

3. Asam Kuat vs Basa Kuat

Titran yang dipakai dalam jenis titrasi asam basa ini adalah asam
kuat dan basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva
titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran yang
ditambahkan. Sebagai contoh titrasi asam kuat dan basa kuat adalah titrasi HCl
dengan NaOH.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

HCl + NaOH NaCl + H2O

H+ + OH- H2O

Reaksi umum yang terjadi pada titrasi asam basa dapat ditulis sesuai dengan
reaksi kedua diatas. Ion H+ bereaksi dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil
akhir titrasi pada titik ekuivalen pH larutan adalah netral. Kurva titrasi antara 50
mL HCl 0,1 M dengan 50 mL NaOH 0,1 M dapat ditunjukkan dengan gambar
berikut ini:

Kurva Titrasi 0,1 M HCl dengan 0,1 M NaOH


12
4. Titrasi asam lemah dan basa lemah

Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan
basa lemah. Misal : Asam asetat dan NH4OH

CH3COOH + NH4OH —> CH3COONH4 + H2O

2.6. Rumus Umum Titrasi

Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan mol-ekuivalen
basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut:

mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan volume, maka rumus
diatas dapat ditulis sebagai berikut:

N asam x V asam = N asam x V basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam
atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:

(n x M asam) x V asam = (n x M basa) x V basa

Keterangan :

N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa)

2.7. Contoh Asam Basa


Metode titrasi asm basa bisa kita gunakan dalam menentukan bilangan
saponikasi. Bilangan saponifikasi didefinisikan sebagai milligram KOH yang
diperlukan untuk menitrasi 1 gram lemak dengan reaksi:0,10 gram mentega
dititrasi dengan menggunakan 25 mL KOH 0,250 N. Setelah proses saponifikasi
berlangsung sempurna maka KOH yang tidak bereaksi dengan mentega dititrasi
13
dengan 0,250 N HCl dan membutuhkan 9,26 mL. Berapakah bilangan
saponifikasi/bilanga penyabunan dari mentega tersebut? Dan hitung pula berapa
berat formula lemak dalam mentega tersebut (asumsikan semua mentega adalah
lemak).

Penyelesaian:

Metode titrasi diatas sering dilakukan pada industri minyak goreng dan sabun. Hal
ini penting untuk mengetahui jumlah total lemak dan asam lemak dalam minyak.
Titrasi yang dipakai adalah titrasi kembali, jadi KOH awal adalah berlebih dan
kelebihan KOH yang tidak bereaksi dengan lemak dititrasi dengan HCl
menggunakan indicator pp. Jumlah mol KOH awal dikurangi mol KOH yang
bereaksi dengan KOH adalah jumlah mol KOH yang bereaksi dengan lemak.

Titrasi asam basa berguna dalam bidang kefarmasian terutama untuk raksi-reaksi dalam
pembatan obat yang memerlukan sebuah analisis tersendiri. Beberapa contoh asam basa yaitu :

1. Metanol yang digunakan sebagai pelarut untuk membuat polimer dan senyawa organik
yang lain seperti ester.

2. Etanol pada suhu kamar berupa zat cair bening, mudah menguap dan berbau khas. Etanol
terdapat dalam spiritus dan obat pencuci luka.

3. Gliserol atau gliserin adalah zat cair yang kental, tidak berwarna dan mempunyai rasa
manis. Gliserol mudah larut dalam air dengan segala perbandingan. Senyawa ini digunakan
sebagai pelembab pada tembakau dan kembang gula, pelarut obat- obatan, dan membuat
nitrogliserin (bahan pembuat peledak).

4. Eter (Alkoksialkana) digunakan sebagai pelarut dan obat bius (anastesi) pada operasi yang
diberikan melalui pernapasan.

5. Aseton digunakan untuk pembersih pewarna kuku (pelarut senyawa karbon), bahan baku
pembuat obat bius.

6. Asam asetat (asam cuka) digunakan sebagai asam yang terdapat dalam cuka makanan.

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan
zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya.

2. Prinsip titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi
asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa dan sebaliknya.

3. Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, antara lain :

3.2 Saran
Metoda titrasi asam basa sangan dipengaruhi ole perubahan pH titrasi. Untuk
menunjukkan perubahan pH harus lah digunakan indikator yang sensitif terhadap perubah nilai
pH selam titrasi berlangsung. Perubahn ini bisa berupa perubahn warna larutan yang dititrasi,
perubahan warna ini harus spesifik.

Harus lebih diperhatikan adalahpenggunaan indikator yang tepat dari analit yang di uji
karena setiap indikator mempuntai trayek perubahan pH yang berbeda.

Dalam analisis volumetri secara keseluruhan kita mengenal isilah larutan standar, yaitu
larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara tepat. Ketepatan konsentrasi dari larutan
standar sngan mempengaruhi perhitungan dari konsentrasi analit yang diuji nantinya.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://bisakimia.com/2014/09/05/titrasi-asam-basa-netralisasi/ (diakses pada 11 Agustus 2015)

https://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi (diakses pada 11 Agustus 2015)

https://esdikimia.wordpress.com/2011/06/17/titrasi-asam-basa/ (diakses pada 11 Agustus 2015)

http://kamibarampek.blogspot.com/2014/06/laporan-praktikum-kimia-titrasi-asam.html(diakses
pada 11 Agustus 2015)

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/06/teori-asam-basa-arrhenius-kelebihan-dan-
kekurangan.html (diakses pada 11 Agustus 2015)

16

Anda mungkin juga menyukai