KELAS XI – IPA 2
KELOMPOK 3:
Muhammad.Raffy.M.G
M.Diyo.Ronaldo
Mohamad.Dicky.Dermawan
Yuko Gibran Crevila
Delbiyan Yusuf
Faisal Firdaus
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang Titrasi Asam dan Basa.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Titrasi Asam dan Basa ini
dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
KELOMPOK 3
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................. i
Daftar isi ......................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………….... 4
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………. 4
1.4 Manfaat …………………………………………………... 5
Bab II Pembahasan
2.1 Titrasi…………………………………………………….... 6
2.2 Titrasi Asam kuat dengan Basa kuat ……………………... 7
2.3 Titrasi Asam lemah dengan Basa kuat …………………… 8
2.4 Titrasi Basa lemah dengan Asam kuat …………………… 9
2.5 Peran pH terhadap Reaksi Asam dan Basa (Titrasi)……… 10
2.6 Kurva Titrasi …………...................................................... 11
BAB I
3
PENDAHULUAN
1.4. Manfaat
4
a. Menambah wawasan tentang titrasi asam dan basa
b. Lebih terampil dalam menyusun makalah
c. Lebih memahami mengenai Titrasi asam dan basa
BAB II
5
PEMBAHASAN
2.1 Titrasi
Salah satu cara untuk menentukan konsentrasi suatu larutan zat adalah dengan
menggunakan metode titrasi. Pada titrasi, untuk mengetahui konsentrasi suatu zat yaitu
direaksikan dengan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam melakukan titrasi,
harus bisa mencampurkan 2 zat bahkan lebih (zat yang berbeda – beda) yang telah diketahui
konsentrasinya agar tepat bereaksi dengan larutan yang ingin diketahui konsentrasinya.
Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut sebagai larutan standar. ada beberapa
macam titrasi yang sering dilakukan, diantaranya adalah titrasi asam basa, titrasi redoks,
titrasi reaksi pengendapan, dan titrasi reaksi pembentukan kompleks.
Salah satu metode titrasi yang paling sering digunnakan adalah metode titrasi asam
basa. titrasi asam basa merupakan metode analisis, dimana metode ini menggunakan larutan
yang disebut dengan titran yang akan dilepaskan dari salah satu alat perangkat titrasi yaitu
buret. Larutan yang ada di dalam buret tersebut merupakan larutan baku yang bersifat asam
ataupun basa.
Gambar diatas merupakan porses titrasi. Tidak selalunya basa sebagai pentitrasi, bisa
juga sebaliknya, asam yang menjadi pentitrasi.
6
Dalam titrasi asam kuat dengan basa kuat, perubahan pH terjadi secara tiba-tiba pada
titik ekivalen. Penambahan sedikit pentiter dapat mengubah pH larutan sehingga beberapa
jenis indikator yang mempunyai skala transisi pada titik ekivalen dapat dipergunakan, seperti
fenol ftalein, metil merah dan lain sebagainya.
Titrasi asam – basa umumnya dilakukan pada konsentrasi pentiter sekitar 0,1 – 0,5 M
atau pada keadaan tertentu konsentrasi asam atau basa dapat diencerkan hingga 0,01 M.
Titrasi menggunakan larutan sangat encer sebaiknya dihindari, kecuali menggunakan
peralatan titrasi modern yang dapat melakukan titrasi secara otomatis dan sekaligus
memanipulasi data sehingga pengukuran lebih cepat dan akurat.
Contoh kurva titrasi asam kuat oleh basa kuat ditunjukkan pada kurva berikut:
Misalnya, 25 mL HCl 0,1 M (asam kuat) dititrasi oleh NaOH 0,1 M (basa kuat), kita
dapat menghitung pH larutan pada bermacam-macam titik selama berlangsungnya titrasi.
Pada grafik, diperlihatkan ciri penting dari kurva titrasi NaOH – HCl bahwa pH berubah
secara lambat sampai dekat titik equivalen. Penambahan NaOH menyebabkan harga pH naik
sedikit demi sedikit.
Namun, pada titik equivalen, pH meningkat sangat tajam kirakira 6 unit (dari pH 4
sampai pH 10) hanya dengan penambahan 0,1 mL (± 2 tetes). Setelah titik ekuivalen, pH
berubah amat lambat jika ditambah NaOH. Indikator-indikator yang perubahan warnanya
berada dalam bagian terjal kurva titrasi ini, yaitu indikator yang mempunyai trayek pH antara
4 sampai 10 cocok digunakan untuk titrasi tersebut. Indikator yang dapat digunakan pada
titrasi ini adalah metil merah, brom timol biru, dan fenolftalein. Untuk titrasi asam kuat oleh
basa kuat, besarnya pH saat titik ekuivalen adalah 7.
Pada pH ini asam kuat tepat habis bereaksi dengan basa kuat, sehingga larutan yang
terbentuk adalah garam air yang bersifat netral.
7
Reaksi suatu asam lemah dengan suatu basa kuat akan menghasilkan garam dengan
karakter basa yang lebih menonjol yang merupakan basa konjugasi dari asam tersebut. Titrasi
sistem tersebut akan menghasilkan karakter larutan peyangga (buffer) sebelum titik ekivalen
tercapai. Sesudah titik ekivalen, kelebihanbasa penitrasi menentukan besarnya sistem.
pH larutan pada penambahan basa kuat sebelum mencapai titik ekivalen dihitung
dengan penggunaan konsep larutan penyangga (buffer). Laarutan ini terdiri dari campuran
asam lemah dan garam dari asam tersebut dengan basa kuat penitrasinya.
pH larutan pada saat titik ekivalen merupakan derajat keasaman dari garam yang
terbentuk dari asam lemah dan basa kuat. Garam ini terhidrolisis didalam larutan berair. pH
suatu garam terhidrolisis adalah:
Penetralan asam lemah oleh basa kuat agak berbeda dengan penetralan asam kuat oleh
basa kuat. Contohnya, 25 mL CH3COOH 0,1 M dititrasi oleh NaOH 0,1 M. Mula-mula
sebagian besar asam lemah dalam larutan berbentuk molekul tak mengion CH3COOH, bukan
H+ dan CH3COO–.
Dengan basa kuat, proton dialihkan langsung dari molekul CH 3COOH yang tak
mengion ke OH–. Untuk penetralan CH3COOH oleh NaOH, persamaan ion bersihnya sebagai
berikut (James E. Brady, 1990).
CH3COOH(aq) + OH–(aq) ⎯⎯→ H2O(l) + CH3COO–(aq)
8
Sebagai contoh, 40 mL larutan CH3COOH 0,1 M ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M
sedikit demi sedikit. Berikut kurva titrasi berwarna biru yang menggambarkan perubahan pH
selama titrasi tersebut dibandingkan dengan kurva titrasi HCl dengan NaOH yang berwarna
merah.
Kurva titrasi CH3COOH dengan NaOH dan titrasi HCl dengan NaOH
(Sumber: McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th
edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:
Titik ekivalen berada di atas pH 7, yaitu antara 8 – 9
Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen lebih kecil, hanya sekitar 3 satuan,
yaitu dari pH ±7 hingga pH ±10
Indikator yang digunakan: fenolftalein. Metil merah tidak dapat digunakan karena
perubahan warnanya terjadi jauh sebelum tercapai titik ekivalen.
Jika 25 mL NH4OH 0,1 M (basa lemah) dititrasi dengan HCl 0,1 M (asam kuat), maka
besarnya pH semakin turun sedikit demi sedikit, kemudian mengalami penurunan drastis
pada pH antara 4 sampai 7. Titik ekuivalen terjadi pada pH kurang 7. Oleh sebab itu,
indikator yang paling cocok adalah indikator metil merah.
Sebagai contoh, 40 mL larutan NH3 0,1 M ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M sedikit demi
sedikit. Berikut ditampilkan kurva titrasi yang menggambarkan perubahan pH selama titrasi
tersebut
9
Kurva titrasi NH3 dengan HCl
(Sumber: McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th
edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:
Titik ekivalen berada di bawah pH 7, yaitu antara 5 – 6
Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen hanya sedikit, sekitar 3 satuan,
yaitu dari pH ±7 hingga pH ±4
Indikator yang digunakan: metil merah. Fenolftalein tidak dapat digunakan karena
perubahan warnanya terjadi jauh sebelum tercapai titik ekivalen.
Pada saat larutan basa ditetesi dengan larutan asam, pH larutan akan turun.
Sebaliknya, jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa, maka pH larutan akan naik. Jika
pH larutan asam atau basa diplotkan sebagai fungsi dari volum larutan basa atau asam yang
diteteskan, maka akan diperoleh suatu grafik yang disebut kurva titrasi. Kurva titrasi
menunjukkan perubahan pH larutan selama proses titrasi asam dengan basa atau sebaliknya.
Bentuk kurva titrasi memiliki karakteristik tertentu yang bergantung pada kekuatan dan
konsentrasi asam dan basa yang bereaksi.
10
2.6. Kurva Titrasi
Kurva titrasi adalah grafik fungsi pH dengan jumlah titran yang ditambahkan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
1. Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan
reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa.
2. Prinsip titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
3. Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam dan
basa, antara lain :
a. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan.
b. Memakai indikator asam basa.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Selain itu, kita bisa mengetahui lebih dalam mengenai Titrasi asam dan basa
khususnya dalam menentukan konsentrasi larutan asam dan basa.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://kimiastudycenter.com/kimia-xi/38-titrasi-asam-basa
https://www.ilmukimia.org/2013/01/kurva-titrasi.html
https://www.studiobelajar.com/titrasi-asam-basa/
http://www.rumuskimia.net/search?q=titrasi+asam+basa
http://yoeselynwangi.blogspot.com/2017/07/titrasi-asam-lemah-dengan-basa-kuat-
dan.html
http://hilyatussaa.blogspot.com/2016/02/makalah-titrasi-asam-basa.html
https://konsep-kimia.blogspot.com/2016/11/kurva-titrasi-asam-basa.html
http://titrasiasambasanurlelamarpaung.blogspot.com/2017/05/titrasi-asam-kuat-
dengan-basa-kuat.html
https://istikomah4.wordpress.com/2015/03/17/laporan-kimia-titrasi-asam-kuat-basa-
kuat/
https://www.academia.edu/19171227/titrasi_asam_basa
https://blog.ruangguru.com/apa-itu-titrasi-asam-basa
https://www.slideshare.net/septianbarakati/makalah-titrasi-asam-basa
https://plus.google.com/111800656186451440167/posts/XgTdH8evHEH
https://esdikimia.wordpress.com/2011/06/17/titrasi-asam-basa/
13
CONTOH SOAL
Soal No. 1
Seorang siswa melakukan percobaan titrasi asam basa untuk memperkirakan konsentrasi
larutan HCl. Siswa tersebut meneteskan larutan NaOH 0,2 M ke dalam larutan HCl. Data
yang diperoleh dari dua kali percobaan adalah sebagai berikut.
Data hasil percobaan:
Perkirakan konsentrasi larutan HCl tersebut berdasarkan data percobaan siswa di atas!
Pembahasan
Untuk data awal, tentukan volume NaOH yang diteteskan, percobaan dilakukan dua kali,
jadi jumlahkan kemudian bagi dua, kalau tiga kali ya dibagi tiga:
Jumlah mol NaOH yang digunakan, kalikan volume dengan molaritasnya
Berikutnya ke Penentuan molaritas dari HCl, diberikan dua cara,
**Cara Pertama>>>>
Tentukan mol HCl nya berdasarkan reaksi asam basa berikut
***Cara Kedua>>>>>>>>>>>>
Menggunakan rumus yang sering digunakan dalam soal titrasi
dimana
V = volume
M = molaritas
n = valensi
14
Soal No. 2
Berikut data hasil titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH 0,1 M.
Pembahasan
Menentukan mol NaOH 0,1 M
mol = 15 x 0,1 = 1,5 mol
Soal No. 3
Berikut diberikan sebuah kurva titrasi asam basa hasil percobaan untuk menentukan
konsentrasi larutan NaOH 20 mL.
Jika asam yang digunakan untuk titrasi adalah HCl 0,1 M, tentukan konsentrasi larutan
NaOH yang dititrasi!
15
Pembahasan
Dari kurva di atas terlihat bahwa titik ekivalen terjadi saat volume HCl adalah 40 mL. Data
selengkapnya:
VHCl = Va = 40 mL
MHCl = Ma = 0,1 M
nHCl = na = 1
VNaOH = Vb = 20 mL
MNaOH = Mb = .....?
nNaOH = nb = 1
Soal No. 4
Perhatikan grafik titrasi asam-basa berikut!
Jika volume larutan yang dititrasi sebanyak 10 mL maka konsentrasi larutan basa LOH itu
adalah...
A. 0,25 M
B. 0,125 M
C. 0,1 M
D. 0,075 M
E. 0,025 M
(un kimia 2012)
Pembahasan
Dari kurva di atas terlihat bahwa titik ekivalen terjadi saat volume asam HX adalah 25 mL.
Data yang diperlukan:
Asam HX
Va = 25 mL
Ma = 0,1 M
na = 1
Basa LOH
Vb = 10 mL
Mb = .....?
nb = 1
16
Soal No. 5
20 mL asam sulfat, H2SO4, dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Bila ternyata diperlukan 30
mL larutan NaOH, maka kemolaran asam sulfat tersebut adalah....
A. 0,075 M
B. 0,10 M
C. 0,15 M
D. 0,20 M
E. 0,30 M
Pembahasan
Data:
Asam sulfat
volume V1 = 20 mL
valensi n1 = 2
NaOH
volume V2 = 30 mL
normalitas N2 = 0,1 N
Soal No. 6
Sebanyak V mL asam sulfat, H2SO4, dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Bila ternyata
diperlukan 2V mL larutan NaOH, tentukan kemolaran asam sulfat yang dititrasi!
Pembahasan
Data:
Asam sulfat
V1 = V
n=2
M1 =.......
NaOH
V2 = 2V
N2 = 0,1
17
diperoleh:
Soal No. 7
Perhatikan grafik titrasi asam lemah oleh basa kuat berikut!
Pembahasan
Titrasi asam lemah dengan basa kuat.
Pada titik setara, titik C, larutan bersifat basa karena hidrolisis parsial dari garam yang
terbentuk (CH3COONa). Sehingga pH > 7.
Soal No. 8
Sebanyak 2 gram cuplikan NaOH dilarutkan dalam 250 mL air kemudian 20 mL dari larutan
ini dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M, diperoleh data:
18
Konsentrasi NaOH:
Kadar NaOH:
M = 0,125 M
Mr = 40
V = 250 mL = 250 × 10−3 L
massa cuplikan = 2 gram
19
Soal No. 9
Perhatikan grafik titrasi asam basa berikut!
Pembahasan
Jawab D.
(1) titrasi asam lemah dengan basa kuat, pH titik ekivalen lebih besar dari 7.
(2) titrasi basa lemah dengan asam kuat, pH titik ekivalen lebih kecil dari 7.
Soal No. 10
Perhatikan data hasil titrasi antara Ba(OH)2 dengan larutan asam asetat 0,15 M berikut!
Percobaan Volume Ba(OH)2 Volume CH3COOH 0,15 M
1 30 mL 39,8 mL
2 30 mL 40,0 mL
3 30 mL 40,2 mL
20
Pembahasan
Misalkan indeks (1) mewakili Ba(OH)2 dan indeks (2) mewakili CH3COOH.
V1 = 30 mL
n1 = 2 [jumlah ion OH−]
Mr1 = 56 + 2(16 + 1) = 90
M2 = 0,15 M
V2 = (39,8 + 40 + 40,2)/3 = 40 mL
n2 = 1 [jumlah ion H+]
M1 V1 n1 = M2 V2 n2
M1 ∙ 30 ∙ 2 = 0,15 ∙ 40 ∙ 1
60M1 = 6
M1 = 0,1
21