KIMIA DASAR
(D1OB.16B0102)
(UNTUK PRODI S1 FISIKA, GEOFISIKA)
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
Disusun Oleh :
TIM Kimia Dasar
Departemen Kimia, Fakultas MIPA
Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Dasar edisi 2020, merupakan hasil penyempurnaan dari
Diktat Petunjuk Praktikum sebelumnya. Materi diktat disusun dengan pemikiran pemberian
contoh sifat-sifat kimia yang beraneka-ragam, sehingga praktikan memperoleh wawasan
yang lebih luas dibandingkan dengan materi praktikum serupa pada diktat sebelumnya.
Diktat ini digunakan untuk mahasiswa Fisika dan Geofisika. Walaupun tidak semua
percobaan yang sama diberikan pada masing-masing program studi, penekanan materi dan
pengembangan wawasan studi dapat dicapai dengan mengkaji semua percobaan-percobaan
yang ditampilkan yang terkait dengan bidang ilmu masing-masing.
Diktat ini dibuat untuk menunjang materi Kuliah Kimia Dasar, disadur dari: General
Chemistry Laboratory Manual, 1991; 2nd Ed., Dep. of Chem. Univ. of Kentucky, Lexington,
Kentucky, mencakup: Pengenalan Alat, Analisis Kimia Kualitatif dan Kuantitatif, Dasar-
dasar Reaksi Kimia, Kimia Fisika, Kimia Organik, dan Biokimia.
Mudah-mudahan diktat ini berguna dalam memberikan ilmu dasar pengetahuan kimia yang
memadai untuk masing-masing bidang ilmu terkait.
Tim penyusun,
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………. I
Daftar isi…………………………………………………………………... Ii
Tugas Praktikan………………………………………………………….... 1
Daftar harga alat gelas yang harus diganti oleh mahasiswa yang
memecahkan / menghilangkan alat………………….................................. 3
Petunjuk Umum…………………………………………………………… 4
Menangani Kecelakaan…………………………………………………..... 5
Percobaan 1 Penggunaan Alat Dasar Laboratorium……………………... 6
Percobaan 2 Reaksi Kimia.......................................................................... 19
Percobaan 3 Pembuatan Larutan Baku....................................................... 28
Percobaan 4 Analisis Volumetri…………………………………………. 37
Percobaan 5 Distilasi ………………………………………..................... 47
Percobaan 6 Indikator dan pH............................................................ …... 54
Percobaan 7 Elektrolisis, Tetapan Faraday dan Bilangan Avogadro......... 59
Percobaan 8 Penentuan Titik Leleh……………………...……................. 67
Daftar Pustaka .............................................................................................. 72
ii
TUGAS PRAKTIKAN
1. Membuat jurnal persiapan praktikum. Jurnal ditulis di satu buku ukuran A4.
Format jurnal:
Nama/Prinsip Prosedur/Langkah Hasil
Reaksi Catatan
Percobaan Kerja Pengamatan
1
d. Sikat, sabun, korek api, lap, tissu, label, spatula disediakan oleh mahasiswa.
Mahasiswa wajib membersihkan meja tempat kerjanya. Sisa zat kimia
dibuang/dikumpulkan pada tempat yang telah disediakan. Kertas tisue,
batang korek api, dan sampah lainnya disimpan di keranjang sampah
yang telah disediakan. TIDAK DIPERKENANKAN MEMBUANG
SISA ZAT KIMIA KE DALAM BAK CUCI/WASTAFEL. Botol
pereaksi dikembalikan pada tempat semula. Kran gas, air diperiksa dan
ditutup rapi.
5. Setelah selesai praktikum, jurnal; yang telah diisi hasil pengamatan,
dikumpulkan dan dinilai oleh Asisten pembimbing, selanjutnya
dikembalikan kepada mahasiswa yang bersangkutan.
2
PETUNJUK UMUM
3
MENANGANI KECELAKAAN
4
DAFTAR HARGA ALAT GELAS YANG HARUS
DIGANTI OLEH MAHASISWA YANG MEMECAHKAN/
MENGHILANGKAN ALAT (Berlaku Tahun Ajaran 2019-2020)
5
6
Percobaan 1
TUJUAN
• Mengetahui cara membersihkan, mengeringkan, dan menggunakan berbagai alat gelas yang
digunakan di laboratorium kimia.
• Mengatur nyala pembakar bunsen untuk memperoleh cahaya dan nyala yang efisien.
• Mengembangkan keterampilan penggunaan neraca.
• Mengembangkan teknik penggunaan pipet volume.
DISKUSI AWAL
Pada waktu melakukan percobaan, para mahasiswa akan mengaplikasikan teknik-teknik
laboratorium berulang kali, serta cara menggunakan alat-alat gelas. Pada percobaan ini,
diperkenalkan cara membersihkan, mengeringkan, dan menggunakan berbagai macam alat
gelas yang digunakan di laboratorium kimia. Selanjutnya, dilakukan penggunaan beberapa
teknik laboratorium yaitu penggunaan pembakar bunsen, neraca, dan pipet volume.
6
Pembakar Bunsen
Dikenal berbagai macam bentuk dan ukuran pembakar bunsen, tetapi yang penting
adalah menghasilkan panas dan nyala yang efisien dengan pengaturan komposisi gas dan udara.
Karena yang pertama merancang pembakar ini untuk laboratorium adalah Robert Bunsen
(1811-1899) maka sampai sekarang alat pembakar di laboratorium dinamakan pembakar
bunsen.
Puncak terluar
Puncak dalam
Tabung pembakar
Kontrol gas
s
Gambar 1.1 Pembakar Bunsen
Gas alam yang digunakan pada pembakar bunsen biasanya adalah hidrokarbon metana
(CH4). Dengan penambahan oksigen, gas metana akan terbakar, berwarna biru dengan nyala
yang jernih, menghasilkan karbon dioksida dan uap air. Apabila penambahan oksigen tidak
sebanding, sejumlah kecil partikel karbon akan dihasilkan yang menyebabkan panas yang
dihasilkan tidak sempurna, sehingga nyala api berwarna kuning, dan nyala yang tidak jernih.
Pembakaran ini, memungkinkan menghasilkan produk tambahan selain karbon dioksida dan
air, yaitu karbon monoksida yang bersifat racun.
Neraca Laboratorium
Banyak jenis dan model neraca yang digunakan di Laboratorium Kimia Dasar. Neraca
triple beam dan neraca top loading banyak digunakan.
Kerapatan
Setiap zat murni memperlihatkan sifat-sifat intensif yang dimilikinya. Salah satunya
adalah kerapatan, yaitu massa zat per satuan volume. Dalam Sistem Inggris, kerapatan air pada
7
4°C adalah 8,34 lb/gal atau 62,2 lb/ft3. Sedangkan menurut Satuan Internasional (SI) kerapatan
air adalah 1,00 g/cm3 atau 1,00 g/mL. Dengan mengukur massa dan volume zat, kerapatan
dapat dihitung. Pada percobaan ini akan dihitung kerapatan logam dan kerapatan cairan yang
tidak diketahui.
CARA KERJA
Rangkuman kerja: mengenal alat gelas, menyalakan pembakar bunsen, mengatur dan
menganalisisnya, menggunakan neraca laboratorium, pencatatan data massa dan volume untuk
digunakan dalam perhitungan kerapatan zat padat dan zat cair.
A. Alat-alat Gelas
1. Alat gelas yang tersedia di lemari anda, dicuci ,dan dikeringkan:
2. Dengan menggunakan neraca teknis ditimbang 1,21 g padatan kalsium karbonat dan
dilarutkan dalam akuades 42,5 mL. Larutan dibagi menjadi dua bagian. Sebagian larutan
disaring sehingga endapan terpisah dari filtratnya. Cara melipat kertas saring dan cara
menyaring dilihat pada Gambar 1.2 dan 1.3.
8
Gambar 1.2 Cara melipat kertas saring
3. Bagian larutan No.2 yang belum disaring, dimasukan ke dalam tabung sentrifugasi.
Selanjutnya tabung ini diseimbangkan beratnya dengan tabung sentrifugasi lainnya (teman
sekelompok). Setelah disentrifugasi, endapan dipisahkan dari cairannya dengan
menggunakan pipet.
9
4. Dengan menggunakan neraca analitis, ditimbang 1,5000 g padatan natrium klorida
menggunakan kertas timbang. Selanjutnya ditimbang kembali ditimbang 1,5500 g padatan
natrium klorida menggunakan kertas timbang. Ditimbang kembali 1,4356 g padatan
natrium klorida. Dilarutkan secara kuantitatif di dalam labu ukur ukuran 100 mL. Larutan
ini dipipet secara kuantitatif menggunakan pipet volume 10 mL (lihat Gambar 1.5) dan
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer (pekerjaan ini dilakukan 3 kali).
5. Buret diisi dengan larutan x sampai titik nol (lihat Gambar 1.6 sampai 1.8). Larutan No.4
dititrasi sampai volume dari buret yang dikeluarkan:
I = 20,50 mL
II = 23,25 mL
III= 24,15 mL
5. Dengan menggunakan gelas ukur, diisi 10 mL akuades dan dimasukkan ke dalam gelas
kimia 250 mL. Ditambahkan 5 mL larutan natrium klorida sedikit demi sedikit ke dalam
gelas kimia yang berisi akuades sambil diaduk. Dihitung berapa % v/v pengenceran yang
dilakukan!
10
0
1
0
Klem
2
0
Buret
3
0
4
Statif 0
5
0
Labu
erlenmeyer
Botol
semprot
Kertas putih
Meniskus
11
B. Pembakar Bunsen
1. Menyalakan pembakar bunsen. Dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
• Disambungkan selang pembakar bunsen ke outlet gas pada meja kerja laboratorium.
Ditutup katup pengontrol gas pada pembakar bunsen (lihat Gambar 1.1) dan bukalah
katup gas pada outlet.
• Ditutup lubang udara yang adiabatik pada bagian dasar pembakar bunsen dan perlahan-
lahan buka katup pengontrol gas.
• Dinyalakan korek api kemudian didekatkan ke bagian atas bejana berputar, sampai gas
menyentak ujung pengapian.
• Setelah menyala, diatur katup pengontrol gas sampai nyalanya biru muda dan terlihat
dua atau lebih nyala yang berbeda.
• Secara perlahan, dibuka katup pengontrol udara sampai sedikit terdengar desisan. Bunyi
ini adalah ciri khas dari api paling panas dari pembakar bunsen. Terlalu banyak udara
dapat menyebabkan semburan api dan nyala pembakar bunsen akan padam (Gambar
1.9)
Gambar 1.9 Nyala yang diatur secara efisien pada pembakar bunsen.
2. Pengamatan suhu nyala api menggunakan kawat Ni-Cr. Suhu dalam daerah tertentu
dari nyala non-iluminasi (berwarna biru) mendekati 1500°C. Didekatkan kawat Ni-Cr ke
nyala api pada pembakar bunsen (lihat Gambar 1.10) . Diamati daerah panas relatif pada
nyala api tersebut. Buatlah diagram pengamatan pada lembar laporan. Ditutup katup
pengontrol udara dan diulangi pengamatan dengan nyala iluminasi.
12
Kawat Ni-Cr
3. Pengamatan suhu nyala menggunakan titik leleh logam. Diatur nyala api pada
pembakar bunsen ke nyala non-iluminasi untuk menentukan suhu di macam-macam daerah
nyala. Digunakan tang penjepit untuk memegang 2 cm kawat tembaga, kawat besi, dan
kawat aluminium di macam-macam daerah nyala. Titik leleh besi adalah 1535°C, tembaga
1083°C, dan aluminium 660°C. Pada lembar laporan, catat suhu kira-kira nyala di daerah
yang ditunjukkan pada Gambar 1.15. Dipadamkan nyala api jika tidak digunakan dengan
cara memutar katup gas keluar.
C. Neraca Laboratorium
1. Latihan menggunakan neraca. Seperti yang disarankan, ditentukan massa beberapa zat.
Digunakan neraca top-loading hanya setelah asisten menjelaskan cara pemakaiannya.
Dicatat massa zat untuk menentukan kepekaan neraca: ± 0,01 g untuk neraca triple beam
dan ± 0,001 g untuk neraca top-loading.
D. Kerapatan
Tanyakan kepada asisten, neraca mana yang digunakan untuk menentukan kerapatan zat
yang tidak diketahui. Tulis nomor neraca pada lembar laporan.
1. Padatan. Ditimbang suatu padatan yang tidak diketahui, dicatat nomornya, dan dicatat
massanya. Diisi setengah gelas ukur 10 mL dengan akuades dan dicatat volumenya
(Gambar 1.11). Dipindahkan massa padatan yang diketahui ke dalam gelas ukur.
13
Diusahakan tidak ada gelembung udara yang terjebak atau menempel pada padatan. Dicatat
kenaikan volumenya. Volume padatan adalah perbedaan antara dua batas air. Perlakuan ini
dilakukan dua kali.
2. Cairan, air. Dibersihkan dan dikeringkan gelas kimia yang terkecil. Gunakan neraca yang
telah ditentukan, ditimbang teliti dan dicatat massanya. Dipipet 5 mL air ke dalam gelas
kimia. Ditentukan massa gelas kimia dan air. Dihitung kerapatan air dari data yang baik.
Diulangi penentuan kerapatan untuk percobaan kedua.
3. Cairan yang tidak diketahui. Dikeringkan gelas kimia dan pipet. Tanyakan kepada
asisten untuk cairan yang tidak diketahui dan catat nomornya. Dibilas pipet dengan dua
kali 1 mL cairan yang tidak diketahui dan dibuang. Diulangi pengukuran bagian D.2, dan
diganti cairan yang tidak diketahui dengan air. Diulangi percobaan ini untuk percobaan
kedua. Dihitung rata-rata kerapatan cairan.
14
PERTANYAAN PENDAHULUAN
Sebelum memulai percobaan ini dalam laboratorium, anda harus dapat menjawab pertanyaan di
bawah ini:
1. Bedakan antara nyala iluminasi dengan nyala non-iluminasi. Yang mana yang memiliki
panas lebih tinggi?
2. Apa warna nyala efisien yang dominan untuk pembakar bunsen?
3. Gambarkan nyala non-iluminasi yang efisien yang diatur pada pembakar bunsen memiliki
(satu, dua, tiga) kerucut yang khas.
4. Berapa suhu dalam nyala pembakar bunsen yang ditentukan dalam percobaan ini?
5. Dua jenis neraca laboratorium masing-masing memiliki kepekaannya sendiri untuk
mengukur massa suatu zat yang digunakan dalam percobaan ini. Berilah nama setiap jenis
neraca tersebut berkaitan dengan kepekaannya.
6. (a) Apa definisi meniskus? (b) Jelaskan (bisa dengan diagram) teknik pembacaan
meniskus.
7. Massa suatu gelas kimia adalah 6,684 gram. Setelah diisi 2,5 mL bensin, massa gelas kimia
tersebut dengan bensin menjadi 8,248 g. Berdasarkan data tersebut, tentukan kerapatan
bensin.
8. Teknik penggunaan pipet yang efisien membantu seorang ahli kimia untuk memperoleh
data yang bagus dan reproducible. Apa yang harus dilakukan dalam situasi berikut:
a). Meneteskan suspensi dari tip pipet dipindahkan dengan _______________
b). Untuk menghilangkan sedikit cairan sisa yang terakhir setelah dikeluarkan dari pipet
___________________________________________________
c). Suatu pipet harus diisi dengan bantuan ____________________________
d) Jari yang mana yang digunakan untuk mengontrol suatu volume cairan dalam pipet.
15
Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................
Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ……………. ..........................
A. Alat-Alat Gelas
Tuliskan dengan singkat langkah-langkah penyiapan alat gelas.
B. Pembakar Bunsen
1. Diagram pada sebelah kanan daerah panas nyala non-iluminasi yang dideteksi dengan kawat
kassa yang ditempatkan sejajar terhadap pembakar.
2. Pada sebelah kanannya, gambarkan sebuah gambar nyala non-iluminasi peada pembakar
bunsen dan tunjukkan suhu kira-kira dari daerah nyala berikut (lihat Gambar 1.13).
(a) Pada puncak nyala ____ °C
(b) Antara puncak nyala dan di dalam kerucut ____ °C
(c) Pada puncak di dalam kerucut ____ °C
3. Apakah gambar anda sesuai dengan uji kawat kassa? Jelaskan!
C. Neraca Laboratorium
Tentukan massa zat-zat berikut pada neraca yang ditentukan. Jelaskan hasil anda dengan
kepekaan yang benar. Bandingkan massa-massa yang dicatat untuk zat yang sama pada neraca
yang berbeda.
Zat Neraca triple-beam Neraca top-loading
Tabung reaksi 75 mm/(g)
Gelas kimia 250 mL/(g)
Cawan penguap/(g)
Gelas ukur 10 mL/(g)
Gelas ukur 10 mL
dengan 4 mL air (g)
Lain-lain (g)
16
D. Kerapatan
Berapa nomor neraca? _____
Perc. 1 Perc. 2
(a) Massa padatan/(g) ________ ________
(b) Volume air/(cm3) ________ ________
(c) Volume air dan padatan/(cm3) ________ ________
(d) Volume padatan/(cm3) ________ ________
(e) Kerapatan padatan/(g/cm3) ________ ________
(f) Rata-rata kerapatan padatan/(g/cm3) ____________
2. Cairan
Air Cairan cuplikan no. __
Perc. 1 Perc. 2 Perc. 1 Perc. 2
(a) Massa tabung reaksi
dan gelas kimia/(g) _____ _____ _____ _____
(b) Massa tabung reaksi,
gelas kimia dan cairan/(g) _____ _____ _____ _____
(c) Massa cairan/(g) _____ _____ _____ _____
(d) Volume cairan/(mL) _____ _____ _____ _____
(e) Kerapatan cairan/(g/mL) _____ _____ _____ _____
(f) Rata-rata kerapatan
Cairan/(g/mL) ________ ________
17
Pertanyaan :
1. Kerapatan padatan A adalah 2,70 g/cm3 dan padatan B adalah 3,87 g/cm3. Suatu cuplikan
1,00 g masing-masing padatan dipindahkan ke dalam gelas ukur yang mengandung 5,00
mL air. Padatan yang mana yang menempati volume air lebih besar? Berapa mL?
2. Kerapatan logam timbal adalah 11,35 g/cm3. Jika 16,44 g timbal ditambahkan ke dalam
gelas ukur 10 mL yang mengandung 4,2 mL air, bagaimana pembacaan volume akhir air
pada gelas ukur ?
3. Pada bagian D.1 gelembung udara yang terdapat pada permukaan logam ketika
dimasukkan ke dalam air, Jelaskan bagaimana fenomena ini mempengaruhi densitas logam
yang dilaporkan.
4. Pada bagian D.3, beberapa tetes cairan yang tidak diketahui ke dalam dinding tabung pipet
(karena pipetnya kotor) setelah cairannya dikeluarkan. Apakah volume sebenarnya cairan
yang dikeluarkan lebih besar atau lebih kecil dari 2 mL yang tertera pada pipet ? Jelaskan!
18
Percobaan 2
REAKSI KIMIA
TUJUAN
Mengamati jenis reaksi kimia, mengidentifikasi hasil reaksi kimia, dan meringkas
perubahan kimia dalam persamaan kimia dalam kesetimbangan.
DISKUSI AWAL
Persamaan kimia dapat menunjukan apa yang terjadi dalam reaksi kimia. Sebagai
contoh dalam persamaan ini :
2 KClO3 (aq) → 2 KCl (s) + 3 O2 (g)
Artinya bahwa kalium klorat (KClO3) dapat terurai dengan pemanasan menghasilkan
kalium klorida (KCl) dan oksigen (O2). Sebelum persamaan reaksi ditulis, kita harus sudah
menetapkan apa produknya. Bagaimana kita dapat memutuskan apa produknya itu? Produk
dapat diidentifikasi berdasarkan sifat-sifat kimia dan fisiknya melalui analisis yang baik. Yang
terbentuk adalah gas oksigen dan bukan klor yang dihasilkan dalam reaksi di atas berdasarkan
sifat yang telah ditetapkan yaitu oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau. Klor
merupakan gas yang berwarna kuning – hijau pucat dan berbau menyegat.
Dalam percobaan ini, anda akan mengamati reaksi-reaksi yang dapat menghasilkan gas,
endapan atau perubahan warna yang terjadi selama reaksi berlangsung. Hal ini menunjukkan
bahwa reaksi kimia dapat terjadi. Untuk mengidentifikasi beberapa produk yang dihasilkan
dalam suatu reaksi dapat dilihat pada Tabel 2.1.
19
Tabel 2.1. Sifat dari produk yang dihasilkan dalam reaksi kimia
20
PROSEDUR
A. Reaksi antara unsur Cu dan S
Sekitar 5 cm kawat Cu dan catat sifatnya. Diamati permukaannya mengkilat, sangat mudah
ditarik jadi pita, dan berwarna yang karakteristik. Digulung kawat tersebut dan ditempatkan di
kui pembakar dan ditambahkan bubuk sulfur, ditutup, dan dipanaskan di atas pembakar bunsen
yang telah ditempatkan segitiga porselen. PERALATAN HARUS DIPASANG SERAPAT
MUNGKIN. Karena jika sulfur terbakar akan menghasilkan sulfurdioksida yang berbahaya.
Pemanasan mula-mula rendah sampai bagian bawah kui berwarna merah. Dilanjutkan
pemanasan sampai tidak terbentuk asap lagi, hal ini menunjukkan bahwa semua sulfur telah
terbakar. Diangkat kui menggunakan krustang dan jangan dibuka tutupnya,lalu ditempatkan
pada blok tahan panas (jangan ditempatkan diatas meja untuk mendinginkannya). Setelah
dingin dibuka tutup kui dan diamati. Dicatat semua sifat zat tersebut. Dipastikan semua
jawaban anda.
1. Apakah zat tersebut menyerupai tembaga?
2. Apakah mungkin untuk menekukkan zat tersebut tanpa memecahkannya?
3. Apa warna zat tersebut?
4. Apakah reaksinya terjadi?
Tembaga(II) sulfida (CuS), tidak larut dalam larutan amonia (NH3), artinya tidak bereaksi
dengan NH3, kemudian tembaga(I) sulfida (Cu2S), larut (artinya bereaksi) memberikan
larutan berwarna biru dengan NH3. Ditempatkan sejumlah kecil hasil dari reaksi tersebut
ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL larutan NH3 6M. Dipanaskan perlahan-
lahan menggunakan pembakar bunsen.
5. Apakah hasil dari reaksi dapat bereaksi dengan NH3?
6. Perkirakan rumus yang mungkin dari hasil tersebut!
7. Tulis reaksi yang menunjukkan pembentukan dari hasil yang anda perkirakan
Cu (s) + S (g) → ?
21
menghasilkan gas hidrogen. Beberapa logam tidak reaktif bereaksi dengan asam nitrat (HNO3)
dan menghasilkan gas nitrogen oksida dan pembentukannya lebih cepat dari hidrogen.
Ditambahkan sepotong kecil Zn ke dalam tabung reaksi yang berisi 2 mL larutan HCl 6 M dan
dicatat apa yang terjadi.
1. Dicatat hasil pengamatan anda!
2. Perkirakan hasil yang mungkin untuk reaksi yang telah diamati;
Zn (s) + HCl (aq) → ?
Ditempatkan sepotong kawat tembaga dalam tabung reaksi yang bersih dan ditambahkan
2 mL larutan HCl 6M dan dicatat jika terjadi reaksi.
3. Dicatat pengamatan anda!
4. Apakah Cu logam aktif atau tidak aktif
Ditempatkan sepotong kawat tembaga kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL
larutan HNO3 pekat.
5. Dicatat hasil pengamatan anda!
6. Apakah gasnya berwarna?
7. Perkirakan rumus gas tersebut
8. Setelah reaksi berlangsung selama 5 menit, dengan hati-hati ditambahkan 5 mL
akuades. Berdasarkan warna larutan di atas zat apa yang ada dalam larutan tersebut?
Kalium permanganat (KMnO4 ) adalah zat oksidator yang baik dalam media asam. Ion
permanganat berwarna ungu dan dapat direduksi menjadi ion mangan (Mn2+) yang
berwarna merah muda. Ditempatkan 1 mL larutan natrium oksalat (Na2C2O4) 0,1 M
dalam tabung reaksi bersih dan ditambahkan 10 tetes larutan asam sulfat 6 M. Diaduk
perlahan-lahan, ke dalam larutan yang dihasilkan, ditambahkan 2 tetes larutan SKMnO4
0,1M dan diaduk. Jika tidak menunjukkan adanya perubahan reaksi yang terjadi,
dipanaskan perlahan-lahan dalam penangas air (water-bath).
9. Dicatat pengamatan anda. Apakah KMnO4 dapat direduksi menjadi Mn2+?
Ditempatkan 3 mL larutan natrium hidrogen sulfit (NaHSO3) 0,1M dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 1 mL larutan natrium hidroksida (NaOH) 10 M, dan dicampurankan ke
dalam tabung rekasi, lalu ditambahkan 1 tetes larutan KMnO4 0,1M.
10. Dicatat pengamatan anda. Apakah KMnO4 dapat direduksi? Identifikasi senyawa mangan
yang terbentuk.
22
Ditambahkan larutan KMnO4 0,1M satu tetes setiap waktu sampai 10 tetes dan diamati
efek dari setiap penambahan larutan tersebut.
11. Dicatat pengamatan anda!
12. Diperkirakan mengapa ada efek terhadap setiap penambahan larutan KMnO4.
Kedalam tabung reaksi ditambahkan satu kristal kalium permanganat (KMnO4) terhadap
satu mL larutan HCl 6 M.
13. Dicatat pengamatan anda!
14 Dicatat warna gas yang dibebaskan!
15. Berdasarkan warna gas, gas apa yang terjadi?
C. Reaksi Metatesis
Penambahan pengamatan diperlukan sebelum persamaan reaksi dapat ditulis untuk reaksi
di atas, tetapi kita melihat bahwa kita dapat mengidentifikasi beberapa produk/hasil. Sisa dari
reaksi sangat sederhana dan anda akan mampu mengidentifikasinya berdasarkan informasi yang
ada, dan tidak hanya mengidentifikasi hasil tetapi juga untuk menuliskan persamaan. Sejumlah
reaksi dapat diwakilkan melalui persamaan di bawah ini.
AB + CD → AD + CB
Hal ini disebut reaksi penguraian ganda atau metatesis. Jenis reaksi termasuk perubahan
atom atau kelompok atom antara senyawa, di bawah ini suatu contoh yang spesifik.
NaCl (aq) + AgNO3 (aq) → NaNO3 (aq) + AgCl (s)
Ditempatkan sejumlah kecil sampel natrium karbonat (Na2CO3) dalam tabung reaksi dan
ditambahkan beberapa tetes larutan HCl 6 M.
1. Dicatat pengamatan anda!
2. Dicatat warna dan bau gas yang terbentuk (Gambar 2.1)!
23
3. Gas apa yang dibebaskan?
4. Tulis untuk persamaan reaksi HCl (aq) + Na2CO3 (s) →
Catatan : H2CO3 dan H2SO3 dengan mudah terurai menjadi:
H2CO3 (aq) → H2O + CO2(g)
H2SO3 (aq) → H2O + SO2 (g)
Diulangi dengan tes yang sama untuk natrium sulfit (Na2SO3)
5. Dicatat pengamatan anda!
6. Apa gas yang terjadi?
7. Tulis persamaan reaksi untuk HCl (aq) + Na2SO3 (aq) → ?
Diulangi tes yang sama untuk seng sulfida (ZnS)
8. Dicatat pengamatan anda!
9. Apa gas yang terjadi?
10. Tulis persamaan untuk reaksi HCl (aq) + ZnS (s) → ?
Terhadap 1 mL larutan timbal nitrat (Pb(NO3)2) 0,1 M yang ada dalam tabung reaksi,
ditambahkan beberapa tetes larutan HCl 6 M
11. Dicatat pengamatan anda!
12. Endapan apa yang terjadi ?
13. Tulis persamaan reaksi untuk Pb(NO3)2 (aq) + HCl(aq) ?
Terhadap 1 mL larutan barium klorida (BaCl2) 0,1 M, ditambahkan 2 tetes larutan kalium
kromat (K2CrO4) 1 M.
14. Dicatat hasil pengamatan anda!
15. Endapan apa yang terjadi ?
16. Tulis persamaan reaksi untuk BaCl2 (aq) + K2CrO4 (aq) → ?
24
Terhadap 1 mL larutan barium klorida (BaCl2) 0,1M ditambahkan beberapa tetes larutan
amonium karbonat ((NH4)2CO3) 3 M.
17. Endapan apa yang terjadi ?
18. Tulis persamaan reaksi untuk BaCl2 (aq) + (NH4)2CO3 (aq) → ?
Setelah endapan terbentuk, secara hati-hati didekantasi. ditambahkan 1 mL akuades dan
dikocok, akan terbentuk endapan dan secara hati-hati lagi didekantasi. Untuk memperoleh
sisa endapan, ditambahkan beberapa tetes larutan HCl 6M.
19. Dicatat pengamatan anda!
20. Dicatat bau yang terjadi!
21. Gas apa yang dibebaskan?
PERTANYAAN
Sebelum memulai percobaan ini di laboratorium, anda harus dapat menjawab pertanyaan di
bawah ini:
1. Sebelum dapat menuliskan persamaan reaksi, apa yang harus anda ketahui?
2. Pengamatan apa yang mungkin anda buat untuk memperkirakan bahwa reaksi kimia itu
terjadi?
3. Bagaimana anda dapat membedakan antara NO2 dan NO?
4. Definisikan reaksi metatesis, berikan contohnya!
5. Apa yang dimaksud dengan endapan?
6. Setimbangkan persamaan reaksi dibawah ini!
KBrO3 (s) → KBr(s) + O2 (g)
MnBr2 (aq) + AgNO3 (aq) → MnNO3 (aq) + AgBr (s)
7. Bagaimana anda dapat membedakan antara gas H2 dan H2S?
8. Dengan menggunakan air bagaimana anda dapat membedakan padatan KCl putih dan
PbCl2 ?
9. Tulislah persamaan untuk penguraian H2CO3 (aq) dan H2SO3 (aq)
25
Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................
Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ……………. ..........................
B. Reaksi Oksidasi-Reduksi
1. ........................................................................................................................
2. Zn(s) + HCl(aq) →
3. ........................................................................................................................
4. ........................................................................................................................
5. ........................................................................................................................
6. ........................................................................................................................
7. ........................................................................................................................
8. ........................................................................................................................
9. ........................................................................................................................
10. ........................................................................................................................
11. ........................................................................................................................
12. ........................................................................................................................
13. ........................................................................................................................
14. ........................................................................................................................
15. ........................................................................................................................
26
C. Reaksi Metatesis
1. ........................................................................................................................
2. ........................................................................................................................
3. ........................................................................................................................
4. HCl (aq) + Na2CO3 (aq) →
5. ........................................................................................................................
6. ........................................................................................................................
7. HCl (aq) + Na2SO3 (s) →
8. ........................................................................................................................
9. ........................................................................................................................
10. HCl (aq) + ZnS (s) →
11. ........................................................................................................................
12. ........................................................................................................................
13 Pb(NO3) (aq) + HCl (aq) →
14. ........................................................................................................................
15. ........................................................................................................................
16. BaCl2 (aq) + K2CrO4 (aq) →
17. ........................................................................................................................
18. (NH4)2 CO3 (aq) + BaCl2 (aq)
19. ....................................................................................................................
20. ........................................................................................................................
21. ........................................................................................................................
27
Percobaan 3
PEMBUATAN LARUTAN BAKU
TUJUAN
Mengetahui cara pembuatan larutan baku pertama dan larutan baku kedua, serta dapat
menghitung konsentrasi dan normalitas dari setiap zat baku yang diperlukan.
DISKUSI AWAL
Larutan baku adalah suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, dapat
digunakan untuk menetapkan kadar suatu larutan lain yang belum diketahui konsentrasinya.
Larutan baku dapat dibedakan menjadi:
1. Larutan baku pertama, yaitu larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan lain yang
belum diketahui. Karakteristik larutan baku pertama:
Harus tersedia dengan mudah dalam bentuk murni
Zat harus stabil, mudah dikeringkan, dan tidak higroskopis
Mempunyai berat molekul yang cukup besar
2. Larutan baku kedua, yaitu larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui
dengan tepat, sebab dibuat dari zat yang tidak pernah murni (bersifat higroskopis atau
sangat mudah bereaksi dengan udara). Karakteristik larutan baku kedua:
Tidak tersedia dalam keadaan murni
Tidak stabil, sangat higroskopis, mudah bereaksi dengan udara
Mempunyai berat molekul relatif kecil.
Sebelum digunakan, larutan baku kedua harus distandarisasi / dibakukan dengan
larutan baku pertama.
Larutan baku NaOH bukan merupakan larutan baku pertama karena dapat bereaksi dengan
CO2 dari udara membentuk senyawa Na2CO3 sehingga dapat merendahkan kadar NaOHnya.
Sebelum digunakan, maka larutan baku kedua harus dibakukan terlebih dahulu terhadap
larutan baku pertama.
Contoh larutan baku pertama:
a. Boraks (Na-tetraborat (Na2B4O7, Mr 381,4)
Boraks stabil dengan rumus : Na2B4O7.10H2O
28
Reaksinya: Na2B4O7 + 7 H2O 2 NaOH + 4 H3BO3
2 NaOH + 2 HCl 2 NaCl + 2 H2O
Berarti 1 mol Na2B4O7 sebanding dengan 2 grek H+ atau 1 grek = ½ mol atau N = ½ M.
Pembuatan larutan boraks: 1,0 M = 381,4 gram/Liter
0,1 M = 38,14 gram/Liter
0,05 M= ¼ x 19,07 = 4,7675 gram/250 mL
29
Pembuatan Larutan KBrO3 :
1,0 M = 167,02 gram/L
0,1 M = 16,702 gram/L
0,05 M = 8,351 gram/L
= 2,08775 gram/250 mL
30
Larutan HCl 0,5 M =
50 mL HCl 1 M diencerkan hingga 100 mL dalam gelas ukur.
Larutan HCl 0,1 M =
20 mL HCl 0,5 M diencerkan hingga 100 mL dalam gelas ukur.
Larutan HCl 0,05 M =
50 mL HCl 0,1 M diencerkan hingga 100 mL dalam gelas ukur.
31
Jadi, tergantung pada suasana larutan, maka jumlah elektron yang tersangkut yang ada
hubungannya dengan kekuatan oksidator KMnO4 tersebut, dapat bervariasi antara 1
sampai 5 elektron.
Asam yang digunakan untuk mengasamkan larutan biasanya dipakai larutan asam sulfat
4 N sebanyak 15 mL, sebab bila menggunakan larutan HCl, maka HCl dapat bertindak
sebagai oksidator (2 Cl- Cl2 + 2e)
2 KMnO4 + 16 HCl 2 KCl + MnCl2 + 5 Cl2 + 6 H2O
Reaksi oksidasi
Pembakuan KMnO4:
a. Reaksi asam oksalat dengan KMnO4:
Reaksi oksidasi : (C2O4 2 CO2 + 2 e-) x 5
Reaksi reduksi : (MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O) x 2
Reaksi Redoks :
2KMnO4 +3H2SO4 + 5H2C2O4 2MnSO4 + K2SO4 + 10CO2 + 8H2O
32
d. Larutan baku natrium hidroksida (NaOH, Mr = 40)
Larutan NaOH 1,0 M = 40 gram/L
= 10 gram/250 mL
0,1 M = 1,0 gram/250 mL
0,05 M = 0,5 gram/250 mL
Ketelitian Pengukuran
Karena pengukuran dengan ketelitian maksimum adalah maksud utama dari suatu analisis
kuantitatif, maka perlu diperhatikan:
1. Gangguan-gangguan kecil setiap waktu perlu diperhatikan (kebocoran pada buret, percikan-
percikan larutan pentiter yang keluar dari labu titrasi).
2. Sebelum digunakan, semua alat gelas harus dalam keadaan bersih dan kering.
3. Digunakan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan, diantaranya:
Untuk pengukuran suatu volume yang membutuhkan ketelitian yang tinggi,
misalnya; pengukuran volume larutan baku pertama, digunakan sebuah buret
(ketelitian sampai 0,05 mL). Sedangkan untuk pengukuran volume yang mendekati
seperti pada pembuatan larutan yang masih harus dibakukan (larutan baku kedua),
cukuplah alat gelas ukur (tingkat ketelitian 1 mL).
Penimbangan zat padat murni untuk pembuatan larutan baku pertama, perlu
menggunakan neraca analitis yang dapat memberikan tingkat ketelitian sampai
33
0,0001 gram. Penimbangan bahan yang masih akan dibakukan, cukup dipakai
neraca teknis dengan tingkat ketelitian penimbangan sampai 0,01 gram.
Pengukuran terhadap volume atau berat suatu bahan, minimal harus dilakukan dua
kali. Bila kedua hasil pengukuran menunjukkan perbedaan lebih dari 1%, maka
pengukuran perlu dilakukan sekali lagi.
PROSEDUR
A. Pembuatan larutan baku pertama asam oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,100 N 100 mL.
1. Ditimbang padatan asam oksalat 0,63 gram di atas kertas perkamen dengan timbangan
analitis.
2. Dimasukkan asam oksalat ke dalam labu ukur 100 mL dengan bantuan corong dan dibilas
kertas perkamennya dengan akuades dari botol semprot.
3. Ditambahkan akuades ke dalam labu ukur tersebut sampai kira-kira setengah bagian, dan
digoyangkan labu ukur sampai asam oksalat larut semua.
4. Setelah semua asam oksalat larut, ditambahkan akuades sampai tanda batas dan
dihomogenkan.
B. Pembuatan larutan baku kedua natrium hidroksida (NaOH) 0,100 N 250 mL.
1. Ditimbang natrium hidroksida pellet 1,00 gram menggunakan kaca arloji.
2. Disiapkan akuades bebas karbonat dengan cara dipanaskan terlebih dahulu akuades
sebangak 400 mL.
3. Setelah didinginkan akuadesnya, disediakan kira-kira 100 mL dalam gelas kimia.
4. Dimasukkan natrium hidroksida sedikit demi sedikit ke dalam gelas kimia yang berisi
akuades 100 mL dan diaduk perlahan-lahan dengan batang pengaduk.
5. Setelah larut semua, kemudian ditambahkan akuades sampai 250 mL.
34
C. Pembuatan larutan kedua asam klorida (HCl) 0,100 N 250 mL
1. Dipipet asam klorida pekat sebanyak 2 mL.
2. Disediakan akuades sebanyak 150 mL dalam gelas kimia dan dituangkan asam klorida
sedikit demi sedikit ke dalam gelas kimia tersebut sambil diaduk.
3. Ditambahkan akuades sampai 250 mL dan diaduk kembali sampai homogen.
HASIL PENGAMATAN
I. Pembuatan larutan baku pertama asam oksalat 0,100 N 100 mL.
Berat kertas perkamen:
Berat asam oksalat :
Berat kertas perkamen + asam oksalat:
II. Pembuatan larutan baku kedua natrium hidroksida 0,100 N 250 mL
Berat kaca arloji :
Berat natrium hidroksida :
Berat kaca arloji + natrium hidroksida :
PERHITUNGAN
1. Hubungan molaritas dan normalitas larutan dengan gram zat terlarut
V1. N1 = V2. N2
35
PERTANYAAN
1. Berapa volume air yang ditambahkan untuk 10,0 mL NaOH 0,32 M supaya diperoleh
larutan NaOH 0,1 M?
2. Berapa massa (gram) Ca(OH)2 untuk membuat 250 mL Ca(OH)2 0,4 M?
3. Suatu larutan terdiri dari 1,848 gram asam oksalat (H2C2O4.2H2O) dalam 500 mL air.
Berapa molaritas dan normalitas larutan?
36
Percobaan 4
ANALISIS VOLUMETRI
TUJUAN
Membuat dan mentritrasi larutan natrium hidroksida
Menentukan konsentrasi molar dari asam kuat
DISKUSI AWAL
Suatu analisis kimia yang mengutamakan penggunaan alat gelas volumetri (seperti
pipet, buret, dan labu ukur) disebut analisis volumetri.
Suatu larutan air yang mengandung suatu zat yang tidak diketahui konsentrasinya dapat
dianalisis melalui suatu reaksi dengan reaktan kedua dengan jumlah molnya yang telah
ditentukan dengan tepat. Suatu prosedur dengan pengukuran volume secara akurat dari suatu
larutan standar yang mengandung reaktan secara hati-hati ditambahkan sampai semua zat yang
tidak diketahui bereaksi disebut titrasi. Prosedur titrasi dimana buret diisi dengan suatu cairan
yang disebut titran, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang mengandung
analits
Titran
Buret
Analit Kertas
indikator putih
Titik akhir titrasi
(perubahan warna)
Gambar 4.1 (a) Titran dalam buret yang dibutuhkan untuk analit
(b) Perubahan warna dari Indikator pada titik akhir titrasi
37
Titran dapat berupa larutan yang diketahui konsentrasinya atau tidak diketahui. Analit
dapat berupa larutan yang volumenya diukur dengan pipet atau zat padat yang dilarutkan
dengan ditimbang beratnya secara akurat. Suatu reaksi berjalan sempurna jika jumlahnya secara
stoikiometri dari zat yang direaksikan bergabung. Hal ini disebut titik ekuivalen/titik
stoikiometri dalam titrasi.
Dalam percobaan titik stoikiometri dari titrasi asam basa dapat dideteksi dengan
menggunakan indikator fenolftalein yang tidak berwarna dalam larutan bersifat asam tetapi
akan berwarna merah muda/pink dalam larutan bersifat basa. Keadaan titrasi pada saat
fenolftalein berubah warna disebut titik akhir titrasi dari indikator (Gambar 4.1b). Pemilihan
indikator berdasarkan pH pada saat titik stoikiometri, yang mendekati dengan titik akhir titrasi
dari indikator.
Jumlah stoikiometri : Jumlah untuk menyeimbangkan persamaan.
Indikator asam-basa : Suatu zat yang mempunyai warna berbeda pada struktur
bersifat asam dan bersifat basa.
pH : logaritma negatif dari konsentrasi molar H3O+
38
Dalam prosedur percobaan diukur secara akurat massa dari kalium hidrogen ftalat dan
dilarutkan dalam air deionisasi (air DM). Larutan KHC8H4O4 dititrasi oleh larutan NaOH
sampai titik stoikiometri/titik akhir titrasi tercapai, ditandai dengan terjadi perubahan warna
dari indikator fenolftalin. Volume NaOH nya dicatat. Konsentrasi molar dari larutan NaOH
dapat dihitung berdasarkan persamaaan (4.2) dan
mol NaOH
Konsentrasi Molar (M) NaOH (mol/Larutan) = (4.3)
L larutan NaOH
Dari reaksi secara stoikiometri mol asam yang dinetralisasi dalam reaksi dapat dihitung.
Dari volume yang telah diukur dan mol asam yang bereaksi, konsentrasi molar dapat dihitung.
mol asam
Konsentrasi molar asam (mol/L) = (4.5)
volume asam (L)
PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur secara Umum
Larutan NaOH yang dibuat dengan konsentrasi perkiraan. Konsentrasi molar yang lebih
akurat dari larutan NaOH (sebagai titran) ditentukan dengan menggunakan larutan kalium
hidrogen ftalat sebagai standar primer. Larutan NaOH yang telah distandardisasi sebagai larutan
sekunder yang kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasi molar larutan asam.
3. Pengulangan
Dengan cara yang sama titrasi sampel yang lain dari larutan asam.
4. Penyimpanan.
Simpanlah larutan NaOH yang telah distandarisasi dalam botol polietilen 500 mL tertutup
rapat.
41
Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................
Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ……………. ..........................
Tugas Pendahuluan
Analisis Volumetri
2. a. Tulis nama dan rumus formula dari standar primer yang digunakan untuk
menstandardisasi larutan NaOH dalam percobaan ini!
4. Jelaskan bagaimana setengah tetes dari titran dapat ditambahkan dari buret!
5. a. Suatu sampel kalium hidrogen ftalat (KHC8H4O4) 0,394 gram dilarutkan dalam 100 mL
air. Jika membutuhkan larutan NaOH 13,93 mL untuk bereaksi pada titik stoikiometri,
berapa konsentrasi molar dari larutan natrium hidroksida? Massa molar KHC8H4O4 204,2
g/mol.
42
b. Asam oksalat H2C2O4.2H2O (massa molar 126,07 g/mol) dapat digunakan sebagai standar
primer untuk standarisasi dari larutan NaOH.
Berapa massa asam oksalat yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan 13,93 mL NaOH
Asam oksalat sebagai H2A (diprotik) asam.
6. Suatu asam H2A dengan volume 25 mL konsentrasi tidak diketahui dengan dua tetes
fenoftalin membutuhkan 13,40 mL NaOH 0,1320 M pada titik akhir.
a. Perubahan warna apa yang terjadi pada titik akhir titrasi?
43
Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................
Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ……………. ..........................
Gunakan tidak kurang tiga angka signifikan pada saat pencatatan data dan perhitungan
44
B. Konsentrasi molar dari larutan asam.
Jenis asam ______ No:________
No Sampel 1 2 3
1. Volume larutan asam/(mL) 25,0 25,0 25,0
2. Pembacaan akhir NaOH dalam buret/(mL)
3. Pembacaan awal NaOH dalam buret/(mL)
4. Volume NaOH yang dibutuhkan/(mL)
5. Konsentrasi molar NaOH/(mol/L) bagian A
6. mol NaOH yang dibutuhkan/(mol)
7. Konsentrasi molar larutan asam/(mol/L)
45
Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................
Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ……………. ..........................
46
Percobaan 5
DISTILASI
TUJUAN
• Mahasiswa mengetahui cara melakukan pemisahan 2 (dua) jenis cairan atau lebih dengan
cara distilasi.
• Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam distilasi.
• Mahasiswa dapat menghitung titik didih cairan pada keadaan tekanan ruangan.
• Mahasiswa dapat memahami cara melakukan distilasi terfraksi.
DISKUSI AWAL
Distilasi adalah pemisahan dua atau lebih cairan yang mempunyai titik didih berbeda
pada tekanannya. Istilah ini seterusnya dikenal sebagai distilasi terfraksi. Ada beberapa macam
distilasi sebagai berikut:
1. Distilasi Uap.
Dalam hal ini pemisahan zat cair yang tidak larut dalam air, tetapi terbawa oleh uap air, yang
kemudian didinginkan, hasil distilasinya (distilat) berupa zat itu sendiri dan air yang dapat
dipisahkan dari zat tersebut.
47
Perhitungan antara titik didih dan tekanan
B
log P = A + (5.1)
T
Dengan: P = tekanan
T = suhu
A, B = konstanta
Untuk mengoreksi titik didih yang didapat dengan titik didih yang ada di pustaka (76 cmHg)
dapat dipakai persamaan seperti di bawah ini:
Dengan: Tc = 0,0012 (76 – P) (T + 273) (5.2)
Tc = suhu koreksi dalam 0C
P = tekanan barometer
T = suhu
Untuk air, alkohol, asam-asam, dan cairan-cairan yang terisolasi, dipakai persamaan
berikut:
Tc = 0,0010 (76 – P) (T + 273) (5.3)
Distilasi Terfraksi
Hukum Raoult : Tekanan uap dari sebuah komponen larutan ideal, pada suhu tertentu
sebanding dengan tekanan uap murni dikalikan dengan mol frakasinya dalam larutan tersebut.
pA = pA’ . XA (5.4)
pA = tekanan uap A dalam larutan
pA’ = tekan uap zat A murni
XA = mol fraksi A
Bila dua campuran A dan B membentuk larutan ideal, sesuai dengan Hukum Raoult:
pA = pA’ XA
pB = pB’ XB
Tekanan total:
p = pA + pB = pA’ XA + pB’ XB (5.5)
Tekanan uap sebanding dengan mol fraksi dalam fraksi uapnya, komposisi uapnya
sebagai berikut:
48
pA pB
X VA = dan X VB = (5.6)
pA + pB pA + pB
Konsentrasi relatif dari salah satu komponen, misalnya B dalam bentuk uap dan
cairan sebagai berikut:
X VA pB pB'
=
X B pA + pB pB
1
=
pA'
XB + XA
pB'
Misalnya:
Campuran A dan B membentuk larutan ideal:
mol fraksi A = 0,25
tekanan uap A = 60 mmHg
mol fraksi B = 0,75
tekanan uap B = 100 mmHg
Jadi di dalam larutan:
pA = 0,25 x 60 = 15 mmHg
pB = 0,75 x 100 = 75 mmHg
Tekanan total:
p = pA + pB = 15 + 75 = 90 mmHg
komposisi dalam bentuk uap:
15
X VA = = 0,167
90
75
X VB = = 0 ,833
90
Dalam hal ini uap campuran tersebut relatif lebih banyak mengandung B daripada A.
Ini merupakan dasar dari distilasi terfraksi.
49
Gambar 5.1 Rangkaian Alat Distilasi
Bila suatu campuran yang terdiri atas cairan A dan B yang dapat tercampur, membentuk
larutan ideal, dengan titik didih masing-masing TA dan TB; akan dipisahkan atas bagian-
bagiannya secara distilasi terfraksi, terjadi hal sebagai berikut:
Lihat Gambar 5.2 mengenai kurva suhu terhadap komposisi dan gambar distilasi. Absis
sebagai komposisi dan ordinat menggambarkan suhu sistem.
Pada titik A: 100% zat A dan 0% zat B
Makin jauh dari A, % A makin turun.
Pada titik B: 100% zat B dan 0% zat A
Makin jauh dari A% B makin turun.
TA: Titik didih zat A, semua zat A dapat diubah menjadi uap (dapat terpisah dari
campuran tersebut).
TB: Titik didih zat B, semua zat B dapat diubah menjadi uap (dapat terpisah dari
campuran tersebut).
50
Gambar 5.2 Kurva suhu terhadap komposisi
Bila campuran cairan A dan B dipanaskan, panas yang diberikan akan dipakai untuk
menaikkan suhu sistem campuran tersebut. Mula-mula suhu campuran cairan sama dengan
suhu kamar. Lama-lama naik, misalnya sampai pada TA. Pada TA, absis menunjukkan 100% A,
artinya pada TA ini, terjadi keseimbangan fase gas dan fase cair. Panas yang diberikan dipakai
untuk merubah fase cair A menjadi fase gas yang selanjutnya ke luar sebagai cairan A murni
meninggalkan sistem campuran A dan B melalui pendinginan. Panas yang diberikan
selanjutnya dapat menaikkan suhu sampai t1, t2 dan seterusnya.
Pada T1: Komposisi uap = VI (banyak mengandung A tetapi sedikit B). Komposisi cairan = L1
(banyak mengandung B tetapi sedikit A).
Pada T2: Komposisi uap = V2 (menjadi A dan mendekati B, mulai banyak mengadung B),
Komposisi cairan = L2 (menjauhi A, mendekati B).
Demikian seterusnya, lebih dekat ke TB, fase uap lebih banyak mengandung B, sehingga
pada TB fase uap = fase cair = 100% B. Dengan cara distilasi ini, campuran A dan B dapat
dipisahkan menjadi masing-masing komposisi A dan B murni berdasarkan perbedaan titik didih
tadi.
Penampungan distilat dilakukan pada waktu suhu menunjukkan harga yang tetap.
Dalam praktiknya diperlukan kolom fraksionasi (vigreux) untuk memperoleh pemisahan yang
baik dari fase uap campuran tersebut.
51
BAHAN-BAHAN
1. Heksana
2. Metanol
3. Air
ALAT-ALAT
1. Labu distilasi 6. Penarnpung
2. Kolom vigreux 7. Selang air
3. Termometer 8. Heating mantle
4. Kondensor 9. Klem
5. Adapter 10. Statif
PROSEDUR PERCOBAAN
2. Dimasukkan cairan ke dalam labu distilasi (berisi pecahan porselen) melalui corong biasa.
3. Dipasang termometer, dijalankan air pendingin, dan dinyalakan heating mantle.
4. Dimati selama pengerjaan, distilat mulai ditampung pada waktu termometer menunjukkan
nilai yang konstan.
5. Jika suhu mulai naik, diganti penampung dengan tempat lain dan penampungan distilat
dilanjutkan jika suhu mulai konstan untuk kedua kalinya dan seterusnya sampai suhu naik.
6. Untuk cairan yang mudah menguap, hindarkan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi.
PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan titik didih dan titik didih normal?
2. Apakah fungsi dari pecahan porselen yang dimasukkan ke dalam labu distilasi pada
percobaan di atas?
4. Mengapa air yang masuk ke dalam kondensor dimulai dari bagian bawah bukan bukan
dibagian atas?
52
Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................
Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ……………. ..........................
53
Percobaan 6
INDIKATOR DAN pH
TUJUAN :
• Mengamati warna dari 5 indikator yang berbeda.
• Mengerti cara menggunakan pH Meter.
• Menentukan pH larutan yang tidak diketahui dengan menggunakan indikator pH dan pH
Meter.
• Menghitung konstanta disosiasi dari asam dan basa yang tidak diketahui.
PENDAHULUAN
Sifat keasaman dan kebasaan suatu larutan dapat ditunjukkan dari pH larutan tersebut,
di mana pH larutan merupakan konsentrasi [H+] dan [OH-]. pH suatu larutan dapat ditentukan
dengan menggunakan senyawa organik yang disebut indikator, perubahan warna indikator
merupakan fungsi dari pH. Pada daerah pH yang berbeda, indikator akan memberikan warna
yang berbeda.
Indikator adalah suatu asam atau basa lemah. Disosiasi dari molekul ini secara umum
dituliskan sebagai berikut:
Hin H+ + In-
(warna A) (warna B)
Prinsip Le Chatelier, di dalam media yang bersifat asam kesetimbangan bergeser ke arah
kiri, dan warna akan berbeda dalam bentuk asam (Hin). Di dalam media yang bersifat basa,
kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, dan warna akan berbeda dalam bentuk basa
konjugasi (In-). Daerah pH adalah daerah harga pH sepanjang indikator berubah warna.
Daerah ini tergantung pada konstanta ionisasi (Ka atau Kb) dari indikator. Untuk indikator
yang bersifat asam lemah, harga Ka lebih rendah, daerah pH yang lebih tinggi untuk perubahan
warna.
54
Pada percobaan ini akan ditentukan warna dari 5 indikator yang berbeda, di dalam 9
larutan buffer pada daerah pH 3 sampai dengan 11, dan dalam larutan asam dan basa yang tidak
diketahui.
Dapat dilihat pada Tabel 3.1 macam-macam indikator, dengan daerah pH dan perubahan
warna yang terjadi.
5 indikator yang akan digunakan yaitu; Metil jingga (MO), Metil merah (MR),
Bromtimol biru (BB), Fenolftalein (PH), dan Alizarin kuning (AY).
PROSEDUR PERCOBAAN
Untuk menghemat waktu, mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 5 orang mahasiswa. Setiap mahasiswa menyiapkan 11 larutan dengan menggunakan
satu indikator. Setelah selesai maka setiap kelompok mempunyai 5 x 11 = 55 larutan yang
berbeda, warna diamati bersama.
1. Disediakan 11 tabung reaksi yang bersihdan kering. Setiap tabung diberi label 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10, 11, A, dan B.
55
2. Dimasukkan 5 mL larutan buffer pH 3 ke dalam tabung reaksi berlabel 3 dan seterusnya ke
dalam tabung lain masing-masing 5 mL larutan buffer dengan pH yang sesuai dengan
nomor tabung (4 s/d 11). Untuk tabung A diisi 5 mL larutan asam yang tidak diketahui pH-
nya, dan tabung B diisi larutan basa yang tidak diketahui pH-nya.
3. Tabung-tabung yang sudah diisi larutan buffer tersebut ditambahkan masing-masing 2 tetes
indikator, kecuali untuk indikator AY digunakan 4 tetes. Tabung dikocok.
56
Percobaan 6 TUGAS PENDAHULUAN
INDIKATOR DAN pH
1. Larutan asam HX 0,025 M, mempunyai harga pH = 2,30. Berapa konstanta disosiasi dari
HX?
5. Berapa harga konstanta disosiasi dari asam lemah fenolftalein, pKa = 9,1?
6. Larutan buffer yang terdiri dari 0,05 mol asam formiat (HCHO2) dan 0,060 mol natrium
formiat (NaCHO2) di dalam 1 L air (Ka asam formiat = 1,8x10-4). Berapa harga pH dari
larutan?
57
Percobaan 6 LAPORAN AKHIR
INDIKATOR DAN pH
LARUTAN MO MR BB PH AY
pH 3
pH 4
pH 5
pH 6
pH 7
pH 8
pH 9
pH 10
pH 11
Asam #
Basa #
Indikator pH meter
pH dari asam
pH dari basa
PERHITUNGAN
Untuk larutan HA, disosiasi ditulis sebagai berikut: HA H+ + A-
Pada kesetimbangan: Ka = [H+][A-]/[HA]
pH dari larutan adalah –log [H+]
Dalam percobaan ini, praktikan menghitung harga pH dari larutan asam yang tidak diketahui.
Dimisalkan konsentrasi dari asam tersebut 0,050 M, ditentukan konstanta disosiasi. pKa adalah
–log Ka. Tentukan harga pKa dari larutan tersebut.
58
Percobaan 7
TUJUAN :
Menentukan tetapan Faraday dan bilangan Avogadro melalui elektrolisis.
PENDAHULUAN
Jika arus listrik dialirkan melalui sebuah larutan, maka akan terjadi reaksi kimia pada
kedua elektrodenya. Reaksi oksidasi (pelepasan elektron) terjadi pada anode, dan reaksi reduksi
(penerimaan elektron) terjadi pada katode. Banyaknya zat yang bereaksi pada kedua elektrode
tersebut berbanding lurus dengan jumlah elektron yang diberikan. Bilangan Faraday
didefinisikan sebagai muatan total yang dibawa oleh sejumlah 6,02 x 1023 elektron (bilangan
Avogadro) atau dengan kata lain satu Faraday menunjukkan muatan satu mol elektron. Dalam
percobaan ini, saudara akan menentukan nilai Faraday dengan mengukur muatan (coulomb)
yang dibutuhkan untuk mereduksi satu mol ion H+ berdasarkan persamaan reaksi di bawah ini:
Satu coulomb (C) adalah jumlah muatan listrik yang melewati satu titik dalam satu
sirkuit jika arus listriknya satu ampere (A) dalam waktu satu detik (s).
1C = 1A x 1s
Kemudian, jumlah muatan (coulomb) yang melalui larutan dalam sel, dapat ditentukan
dengan cara mengalikan arus (ampere) dengan waktu (detik). Muatan dalam elektron dapat
dinyatakan dalam coulomb yaitu 1,60 x 10-19C.
Contoh 7.1.
Suatu arus 3,00 A, dilewatkan pada larutan asam sulfat dengan waktu 20,0 menit.
Berapa elektron dan berapa coulomb yang dilewatkan melalui larutan tersebut?
60 s 1C
Jawab : Coulomb = 3,00 A x 20,0 menit x x
1 menit A − s
= 3600 C
3600 C
Elektron = = 2,25x10 22 elektron
1,6 x 10 -19 /elektron
59
Dari persamaan (7.1), kita dapat mencatat bahwa satu ion hidrogen direduksi oleh satu
elektron yang melalui larutan, sehingga satu molekul H2 dihasilkan oleh setiap dua elektron.
Dalam Contoh 3.1, 2,25 x 1022 elektron dapat menghasilkan 1,125 x 1022 molekul H2.
Jika diukur volume, tekanan, dan suhu dari gas hidrogen yang dikumpulkan selama
elektrolisis dalam Contoh 7.1, maka kita dapat menghitung jumlah mol H2 yang dihasilkan
PV
dengan menggunakan rumus hubungan n = .
RT
Contoh 7.2 menggambarkan bagaimana informasi ini dapat digunakan untuk menghitung
bilangan Avogadro.
Contoh 7.2
Suatu arus 3,00 A dilewatkan pada larutan asam sulfat dengan waktu 20 menit.
Hidrogen yang dihasilkan dikumpulkan di atas air pada suhu 20ºC dan tekanan 657,5 mmHg
dan volumenya 534 mL. Berapa mol H2 yang dihasilkan dan berapa bilangan Avogadro N?
Jawab:
Pada suhu 20ºC, tekanan uap H2O = 17,5 mmHg
P total = P H 2O + P H 2
P H2 = 657,5 mmHg - 17,5 mmHg
= 640 mmHg
Persamaan gas ideal :
Bilangan Avogadro adalah jumlah elektron dalam satu mol elektron. Pada contoh:
2,25 x 1022 elektron = 0,0374 mol elektron
2,25 x 10 22 elektron
Sehingga: N =
0,0374 mol
= 60,2 x 1022 elektron / mol
= 6,02 x 1023 elektron / mol
60
Tetapan Faraday, dikenal juga sebagai konstanta Faraday (simbol F), didefinisikan
sebagai jumlah coulomb yang ekuivalen dengan satu mol elektron. Jadi, dalam contoh di atas,
3.600 C sebanding dengan 0,0374 mol elektron.
3.600 C
= 96.300 C/mol elektron
0,0374 mol
Contoh 7.2 di atas {(2,25 x 1022) : 2}, molekul H2 menghasilkan 0,0187 mol H2.
(2,25 x 10 22 molekul H 2 )
satu mol H2 = = 6.02x10 23 molekul H 2 / mol H 2
2 x 0,0187 mol H 2
= N.
Klem buret, gelas kimia 250 mL, termometer 110 0C, barometer, penggaris, buret 50
mL, standar ring, larutan H2SO4 3 M, sumber DC, kawat Cu yang terisolasi (2).
PROSEDUR PERCOBAAN
Bagian atas dari larutan dalam buffer harus berada pada daerah yang mempunyai skala,
sehingga volumenya dapat diukur secara pasti seperti terlihat pada Gambar 7.1 di bawah ini.
61
Keterangan:
A : Buret
B : Ammeter
C : Sumber DC
A D : Kawat Cu
E : Statif
B
F : Larutan asam
C
E
F
tinggi H 2O dalam mm
PH 2 O kolom =
13,6 mm H 2O/mm Hg
Jika waktu memungkinkan ulangi percobaan ini.
62
Percobaan 7 TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa jenis reaksi kimia yang terjadi untuk menghasilkan H2 pada katode dalam percobaan
ini?
63
6. Jika arus 80,0 µA (80,0 x 10-6A) digambarkan dari sel matahari selama 3 bulan. Berapa
tetapan Faraday yang terlibat di dalamnya.?
7. Jika larutan NaCl dalam air dielektrolisis, berapa tetapan Faraday yang dibutuhkan untuk
mentransfer ke anode untuk membebaskan 0,010 mol gas Cl2?
2 Cl-(ag) → Cl2(g) + 2e-
8. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melewatkan arus 0,75 A ke larutan H2SO4
untuk membebaskan 0,100 L gas H2 pada STP?
9. Berapa banyak perak dalam larutan, jika semua perak tersebut dibebaskan sebagai logam
Ag melalui elektrolisis dengan waktu 0,32 jam dan arus 1,20 mA
(1mA = 10-3A)?
10. Elektrolisis dari lelehan NaCl dilakukan pada sel Down yang beroperasi pada 7.0 Volt (V)
dan 4,0 x 104A. Berapa Na (padat) dan Cl2 (gas) dapat dihasilkan selama 4 jam dalam sel
tersebut?
64
Percobaan 7
LAPORAN AKHIR
ELEKTROLISIS, TETAPAN FARADAY DAN BILANGAN AVOGADRO
4. Suhu _______________________________________________
65
PERTANYAAN
3. Jika ampermeter dalam sel elektrolisis anda bertambah dengan faktor 2, efek apa yang
terjadi dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah hidrogen yang
sama?
5. Elektrolisis dari larutan NaCl dengan arus 2,00 A dengan periode waktu 200 detik
menghasilkan 59,6 mL gas Cl2 pada tekanan 650 mm Hg dan suhu 270C.Hitunglah nilai
Faraday dari data ini?
6. Mengapa diperoleh hasil yang berbeda, jika lelehan NaCl dan larutan NaCl dalam air
dielektrolisis? Tunjukkan hasil dari setiap hal tersebut!
66
PERCOBAAN 8
PENENTUAN TITIK LELEH
TUJUAN
Mahasiswa mengetahui cara memeriksa kemurnian suatu zat padat dengan
menentukan titik lelehnya.
DISKUSI AWAL
Titik lebur atau titik leleh suatu zat padat didefinisikan sebagai suhu saat terjadinya
perubahan fase padat menjadi cair pada tekanan total 1 atmosfer. Pada titik leleh tekanan uap
dari fase padat sama dengan tekanan uap dari fase cair, secara nyata membentuk
kesetimbangan satu sama lain. Titik leleh suatu zat padat biasanya tajam, memiliki rentang
titik leleh dari 0,5oC sampai 1,0oC. Karena ketajaman dalam meleleh ini, titik leleh dapat
digunakan sebagai salah satu kriteria kemurnian atau identifikasi suatu zat padat. Cairan dari
suatu zat padat murni pada suhu yang tetap bila didinginkan akan membentuk fase padat
yang disebut titik beku. Dari fenomena ini dapat diketahui titik leleh dan titik beku untuk zat
padat murni adalah sama. Fenomena ini dapat dilihat dalam diagram fase berikut:
67
Perubahan Suhu
Di atas titik tripel (Tp), pada tekanan tetap bila suhu terus dinaikkan maka zat padat
akan meleleh, lalu mendidih. Sebaliknya bila suhu diturunkan akan terjadi pengembunan dan
pembekuan. Sedangkan dibawah titik tripel, pada tekanan tetap bila suhu dinaikkan maka zat
padat akan menyublim.
Perubahan Tekanan
Bentuk umum diagram fase menunjukkan bahwa kenaikan tekanan pada suhu
konstan biasanya menghasilkan perubahan fase dari gas menjadi cair. Namun pada suhu
sedikit di atas titik tripel (Tp), perubahan menyangkut tiga fase. Kenaikan tekanan pada suhu
konstan dalam fase cair, menghasilkan zat padat; kenaikan tekanan pada fase gas
menyebabkan kondensasi, penurunan tekanan mengakibatkan perubahan menjadi fase cair,
kemudian mendidih.
Pengamatan rentang titik leleh dipengaruhi oleh kemurnian zat, ukuran kristal, jumlah
zat, dan laju pemanasan. Adanya pengotor dalam jumlah kecil yang tercampur dalam zat
murni, biasanya menghasilkan rentang titik leleh yang besar dan terjadi penurunan titik leleh
zat tersebut.
PROSEDUR
Dalam percobaan penentuan titik leleh anda akan melakukan dua tahap percobaan yaitu
tahap pertama menentukan titik leleh yang telah direkristalisasi dan tahap kedua
mengidentifikasi suatu zat padat murni yang tidak diketahui berdasarkan titik leleh zat padat
tersebut. Adapun langkah-langkah kerjanya sebagai berikut:
1. Zat padat digerus dalam keadaan kering lalu dimasukkan ke dalam pipa kapiler yang
salah satu ujungnya ditutup, lalu ditempatkan dengan jalan dijatuhkan dalam pipa kaca
panjang berdiameter ± 1 cm dalam keadaan tegak lurus, sampai zat padat dalam pipa
kapiler setinggi 3 mm.
2. Pipa kapiler yang telah berisi zat tersebut, diikat pada termometer sehingga ujungnya
yang tertutup berada pada bagian tengah penampang air raksa.
3. Dimasukkan pipa kapiler yang sudah diikat dengan termometer tersebut ke dalam dengan
alat thiele yang sudah diisi dengan parafin. (lihat Gambar 8.2 ).
68
Termometer
Pipa kapiler
Tabung thiele
Statif
Pembakar bunsen
4. Dipanaskan dengan api kecil, supaya kenaikan suhu cairan pada tabung thiele tidak
terlalu cepat.
5. Dicatat suhu pada saat zat padat mulai meleleh sampai tepat meleleh seluruhnya.
6. Percobaan ini dilakukan dua kali (duplo).
7. Titik leleh zat yang diperoleh dibandingkan dengan tabel 8.1.
69
No. Senyaw Titik leleh (oC)
ooo
7 Vanilin a 83
8 Asetanilida 116
9 Fanasetin 136
10 Sulfanilamida 166
11 Sakarina 229
12 Fenolftalen 263
13 Kafeina 237
14 Naftalena 80
PERTANYAAN
1. Mengapa senyawa-senyawa anorganik memiliki titik leleh yang
lebih tinggi dibandingkan senyawa-senyawa organik?
2. Jelaskan cara penentuan titik leleh yang lain selain dengan tabung thiele!
3. Jelaskan dengan diagram fase, mengapa senyawa murni memiliki
rentang titik leleh yang tajam!
4. Gambarkan diagram fase komposisi terhadap titik leleh, bila suatu
senyawa A terkotori oleh senyawa B!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sublimasi, titik tripel, dan titik leleh!
70
Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................
Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ………... ..........................
Lembar Laporan
Penentuan
Titik leleh
71
DAFTAR PUSTAKA
Beran, J.A., 2004, Laboratory Manual for Principles of General Chemistry, 7th
Edition, John Wiley & Sons, Inc., New York.
Vogel, A. I., 1986, A Text book of Quantitative Inorganic Analysis, 3rd Edition,
Longman, London.
72