Anda di halaman 1dari 76

PEDOMAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
(D1OB.16B0102)
(UNTUK PRODI S1 FISIKA, GEOFISIKA)
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Disusun Oleh :
TIM Kimia Dasar
Departemen Kimia, Fakultas MIPA

PUSAT PELAYANAN BASIC SCIENCE


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Dasar edisi 2020, merupakan hasil penyempurnaan dari
Diktat Petunjuk Praktikum sebelumnya. Materi diktat disusun dengan pemikiran pemberian
contoh sifat-sifat kimia yang beraneka-ragam, sehingga praktikan memperoleh wawasan
yang lebih luas dibandingkan dengan materi praktikum serupa pada diktat sebelumnya.

Diktat ini digunakan untuk mahasiswa Fisika dan Geofisika. Walaupun tidak semua
percobaan yang sama diberikan pada masing-masing program studi, penekanan materi dan
pengembangan wawasan studi dapat dicapai dengan mengkaji semua percobaan-percobaan
yang ditampilkan yang terkait dengan bidang ilmu masing-masing.

Diktat ini dibuat untuk menunjang materi Kuliah Kimia Dasar, disadur dari: General
Chemistry Laboratory Manual, 1991; 2nd Ed., Dep. of Chem. Univ. of Kentucky, Lexington,
Kentucky, mencakup: Pengenalan Alat, Analisis Kimia Kualitatif dan Kuantitatif, Dasar-
dasar Reaksi Kimia, Kimia Fisika, Kimia Organik, dan Biokimia.

Mudah-mudahan diktat ini berguna dalam memberikan ilmu dasar pengetahuan kimia yang
memadai untuk masing-masing bidang ilmu terkait.

Saran dan pendapat untuk peningkatan sangat dihargai.

Tim penyusun,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………. I

Daftar isi…………………………………………………………………... Ii

Tugas Praktikan………………………………………………………….... 1

Daftar harga alat gelas yang harus diganti oleh mahasiswa yang
memecahkan / menghilangkan alat………………….................................. 3
Petunjuk Umum…………………………………………………………… 4
Menangani Kecelakaan…………………………………………………..... 5
Percobaan 1 Penggunaan Alat Dasar Laboratorium……………………... 6
Percobaan 2 Reaksi Kimia.......................................................................... 19
Percobaan 3 Pembuatan Larutan Baku....................................................... 28
Percobaan 4 Analisis Volumetri…………………………………………. 37
Percobaan 5 Distilasi ………………………………………..................... 47
Percobaan 6 Indikator dan pH............................................................ …... 54
Percobaan 7 Elektrolisis, Tetapan Faraday dan Bilangan Avogadro......... 59
Percobaan 8 Penentuan Titik Leleh……………………...……................. 67
Daftar Pustaka .............................................................................................. 72

ii
TUGAS PRAKTIKAN

1. Membuat jurnal persiapan praktikum. Jurnal ditulis di satu buku ukuran A4.
Format jurnal:
Nama/Prinsip Prosedur/Langkah Hasil
Reaksi Catatan
Percobaan Kerja Pengamatan

Persamaan reaksi dipelajari serta ditulis lengkap dan benar. Hasil


pengamatan diisi pada waktu praktikum.
2. Mengerjakan “Pertanyaan Pendahuluan” pada selembar kertas.
3. Membuat Laporan Hasil Praktikum dengan format yang tersedia.
4. Setelah mengisi daftar hadir, dilakukan pembicaraan/diskusi, setiap
kelompok dibimbing oleh satu Asisten. Bagi mahasiswa yang belum mengerti
prosedur percobaan tidak diperkenankan mengikuti praktikum. Selama
bekerja di laboratorium, mahasiswa wajib :
a. Menggunakan jas laboratorium, tidak memakai sandal, rambut yang
terurai panjang diikat.
b. Bekerja pada meja masing-masing yang telah ditentukan, tas dan buku
disimpan dalam laci, hanya alat praktikum yang terletak di atas meja.
Setiap meja digunakan oleh satu kelompok mahasiswa (8 orang) secara
bergantian per hari, per minggu, atau selama satu semester. Meja
praktikum dikunci, dapat dibuka hanya oleh mahasiswa kelompok meja
tersebut.
Semua peralatan yang ada di dalam meja menjadi tanggung jawab
mahasiswa anggota kelompok meja tersebut. Jumlah alat yang ada
didalam meja harus sama pada awal praktikum dengan akhir praktikum.
c. Sebelum praktikum dimulai, semua alat yang tersedia di dalam lemari
meja praktikum diperiksa kelengkapannya sesuai dengan daftar.
Mahasiswa yang memecahkan alat wajib mengganti sejumlah uang
sesuai dengan harga alat yang pecah/retak/hilang dengan harga terlampir
pada halaman 3.

1
d. Sikat, sabun, korek api, lap, tissu, label, spatula disediakan oleh mahasiswa.
Mahasiswa wajib membersihkan meja tempat kerjanya. Sisa zat kimia
dibuang/dikumpulkan pada tempat yang telah disediakan. Kertas tisue,
batang korek api, dan sampah lainnya disimpan di keranjang sampah
yang telah disediakan. TIDAK DIPERKENANKAN MEMBUANG
SISA ZAT KIMIA KE DALAM BAK CUCI/WASTAFEL. Botol
pereaksi dikembalikan pada tempat semula. Kran gas, air diperiksa dan
ditutup rapi.
5. Setelah selesai praktikum, jurnal; yang telah diisi hasil pengamatan,
dikumpulkan dan dinilai oleh Asisten pembimbing, selanjutnya
dikembalikan kepada mahasiswa yang bersangkutan.

2
PETUNJUK UMUM

1. Setiap waktu selama bekerja di laboratorium, mata selalu dilindungi dari


percikan zat kimia yang berbahaya.
2. Praktikan harus memakai sepatu dan memakai jas laboratorium. Bagi yang
berambut panjang diikat ke belakang, hati-hati terbakar oleh pembakar bunsen
atau zat kimia.
3. Dilarang merokok, makan dan minum selama bekerja di laboratorium.
Setiap zat kimia adalah berbahaya.
4. Tidak boleh meninggalkan percobaan yang sedang berlangsung tanpa
dijaga. Percobaan harus sesuai dengan prosedur/program. Jangan bermain-
main di laboratorium.
5. Tas dan buku, disimpan dalam rak yang disediakan. Tidak boleh disimpan
di atas meja praktikum.
6. Percobaan yang menimbulkan gas, harus dilakukan di lemari asam/alat
pengisap pada posisi On. Hindari menghisap uap/gas beracun.
7. Biasakanlah mengenal sifat-sifat kimia zat yang akan digunakan.
8. Sisa zat kimia tidak boleh dibuang ke dalam bak cuci/wastafel. Sisa zat
kimia dikumpulkan/disimpan ke dalam botol/ember yang telah disediakan.

3
MENANGANI KECELAKAAN

Bila terjadi kecelakaan di laboratorium, beberapa hal yang dilakukan :


1. Semua kecelakaan harus dilaporkan lengkap kepada Dosen penanggung
jawab praktikum. Bila diperlukan segera, lakukan tindakan dengan
memindahkan penderita ke tempat yang aman dan sesuai dengan tingkat
kecelakaan.
2. Harus diketahui dengan jelas tempat dan cara menggunakan alat-alat
keselamatan berikut ini :
- pelindung/pencuci mata
- emergency shower
- alat pemadam kebakaran
- P3K/kotak obat
3. Jika mata terkena zat kimia :
- cuci mata dengan air segera selama lebih kurang 5-10 menit.
- Jika terjadi iritasi, segera diperiksa ke dokter mata.
4. Jika kulit terkena zat kimia :
- cuci kulit dengan menggunakan air sebanyak mungkin. Bila perlu
gunakan emergency shower. Bila terkena H2SO4 pekat, jangan dicuci
dengan air tetapi menggunakan salep khusus.
- bila merasa sakit atau iritasi,segera diperiksa ke dokter.
5. Luka sayat :
- Luka sayat yang kecil, dicuci dengan air segera ditutup dengan kain
kasa/plester. Selama bekerja di laboratorium, luka sayat harus tertutup baik.
- Jika luka sayat lebih parah, hentikan pendarahan dengan
menekan/mengikat dengan kain bersih, segera diperiksa ke dokter.
6. Luka bakar :
- Untuk luka bakar yang kecil, simpan air es ke bagian yang terasa sakit.
Jangan gunakan apa pun di atas bagian yang terbakar, kecuali analgesik
setempat.
- Untuk luka bakar yang lebih parah, segera diperiksa ke dokter.

4
DAFTAR HARGA ALAT GELAS YANG HARUS
DIGANTI OLEH MAHASISWA YANG MEMECAHKAN/
MENGHILANGKAN ALAT (Berlaku Tahun Ajaran 2019-2020)

No Nama Alat Ukuran Spesifikasi Harga(Rp)


1. Gelas kimia 250 mL Iwaki / Pyrex 54.000
2. Labu Erlenmeyer 250 mL Iwaki / Pyrex 65.000
3. Gelas ukur 25 mL Iwaki / Pyrex 89.000
4. Gelas ukur 10 mL Iwaki / Pyrex 85.000
5. Corong Ø 5 cm Iwaki / Pyrex 30.000
6. Pipet volume 25 mL Iwaki / Pyrex 76.500
7. Pipet volume 10 mL Iwaki / Pyrex 67.000
8. Bulb pipet DN-Germany 100.000
9. Batang pengaduk 15 cm 14.000
10. Labu ukur 100 mL Iwaki / Pyrex 133.000
11. Buret with teflon 50 mL Iwaki / Pyrex 1.300.000
Stopcock
12. Pipet tetes 12 cm 4.000
13. Tabung reaksi 10.000
14. Tabung sentrifugasi 15 mL 62.000
15. Kawat kasa 18 x 18 cm Lokal 29.000
16. Botol semprot 500 mL Polietilen/Nikko 80.000
17. Kaki tiga 17 cm Lokal 32.000
18. Rak tabung 24 Hole Stainless 80.000
19. Penjepit kayu Lokal 8.000
20. Penjepit besi 30 cm Stainless 150.000

5
6
Percobaan 1

PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM

TUJUAN
• Mengetahui cara membersihkan, mengeringkan, dan menggunakan berbagai alat gelas yang
digunakan di laboratorium kimia.
• Mengatur nyala pembakar bunsen untuk memperoleh cahaya dan nyala yang efisien.
• Mengembangkan keterampilan penggunaan neraca.
• Mengembangkan teknik penggunaan pipet volume.

DISKUSI AWAL
Pada waktu melakukan percobaan, para mahasiswa akan mengaplikasikan teknik-teknik
laboratorium berulang kali, serta cara menggunakan alat-alat gelas. Pada percobaan ini,
diperkenalkan cara membersihkan, mengeringkan, dan menggunakan berbagai macam alat
gelas yang digunakan di laboratorium kimia. Selanjutnya, dilakukan penggunaan beberapa
teknik laboratorium yaitu penggunaan pembakar bunsen, neraca, dan pipet volume.

Mengenal Alat-Alat Gelas


Semua alat gelas dicuci dengan larutan deterjen menggunakan sikat yang sesuai. Air
panas dapat digunakan untuk menghilangkan zat yang menempel pada dasar/dinding gelas. Bila
kotoran masih menempel, digunakan larutan asam encer atau basa encer. Selain itu, larutan
kalium dikromat (K2Cr2O7) dapat digunakan untuk mengoksidasi lapisan/kotoran yang masih
menempel pada alat gelas dengan cara merendam alat tersebut menggunakan larutan tersebut.
Alat-alat gelas dikatakan bersih jika air dilalukan pada permukaan gelas, tidak ada sisa cairan
yang menempel.
Pengeringan alat gelas dilakukan di dalam oven. Alat-alat gelas yang mempunyai skala
yang digunakan untuk mengukur sejumlah tertentu secara kuantitatif, dikeringkan dengan
meniup alat tersebut dengan udara panas (blower). Cara penggunaan alat akan dijelaskan
bertahap sesuai dengan materi praktikum.

6
Pembakar Bunsen
Dikenal berbagai macam bentuk dan ukuran pembakar bunsen, tetapi yang penting
adalah menghasilkan panas dan nyala yang efisien dengan pengaturan komposisi gas dan udara.
Karena yang pertama merancang pembakar ini untuk laboratorium adalah Robert Bunsen
(1811-1899) maka sampai sekarang alat pembakar di laboratorium dinamakan pembakar
bunsen.

Puncak terluar
Puncak dalam

Tabung pembakar

Kunci pipa Katup

Kontrol gas

s
Gambar 1.1 Pembakar Bunsen

Gas alam yang digunakan pada pembakar bunsen biasanya adalah hidrokarbon metana
(CH4). Dengan penambahan oksigen, gas metana akan terbakar, berwarna biru dengan nyala
yang jernih, menghasilkan karbon dioksida dan uap air. Apabila penambahan oksigen tidak
sebanding, sejumlah kecil partikel karbon akan dihasilkan yang menyebabkan panas yang
dihasilkan tidak sempurna, sehingga nyala api berwarna kuning, dan nyala yang tidak jernih.
Pembakaran ini, memungkinkan menghasilkan produk tambahan selain karbon dioksida dan
air, yaitu karbon monoksida yang bersifat racun.

Neraca Laboratorium
Banyak jenis dan model neraca yang digunakan di Laboratorium Kimia Dasar. Neraca
triple beam dan neraca top loading banyak digunakan.

Kerapatan
Setiap zat murni memperlihatkan sifat-sifat intensif yang dimilikinya. Salah satunya
adalah kerapatan, yaitu massa zat per satuan volume. Dalam Sistem Inggris, kerapatan air pada

7
4°C adalah 8,34 lb/gal atau 62,2 lb/ft3. Sedangkan menurut Satuan Internasional (SI) kerapatan
air adalah 1,00 g/cm3 atau 1,00 g/mL. Dengan mengukur massa dan volume zat, kerapatan
dapat dihitung. Pada percobaan ini akan dihitung kerapatan logam dan kerapatan cairan yang
tidak diketahui.

CARA KERJA
Rangkuman kerja: mengenal alat gelas, menyalakan pembakar bunsen, mengatur dan
menganalisisnya, menggunakan neraca laboratorium, pencatatan data massa dan volume untuk
digunakan dalam perhitungan kerapatan zat padat dan zat cair.

A. Alat-alat Gelas
1. Alat gelas yang tersedia di lemari anda, dicuci ,dan dikeringkan:

Tabel 1.1. Daftar peralatan gelas.

Nama alat Jumlah


tabung reaksi 2
batang pengaduk 1
pipet volume 1
buret 1
labu ukur 1
corong gelas 1
pipet tetes 2
labu erlenmeyer 2
gelas kimia 2
gelas ukur 1

2. Dengan menggunakan neraca teknis ditimbang 1,21 g padatan kalsium karbonat dan
dilarutkan dalam akuades 42,5 mL. Larutan dibagi menjadi dua bagian. Sebagian larutan
disaring sehingga endapan terpisah dari filtratnya. Cara melipat kertas saring dan cara
menyaring dilihat pada Gambar 1.2 dan 1.3.

8
Gambar 1.2 Cara melipat kertas saring

Gambar 1.3 Cara Menyaring Gambar 1.4 Cara Membaca Skala

3. Bagian larutan No.2 yang belum disaring, dimasukan ke dalam tabung sentrifugasi.
Selanjutnya tabung ini diseimbangkan beratnya dengan tabung sentrifugasi lainnya (teman
sekelompok). Setelah disentrifugasi, endapan dipisahkan dari cairannya dengan
menggunakan pipet.

9
4. Dengan menggunakan neraca analitis, ditimbang 1,5000 g padatan natrium klorida
menggunakan kertas timbang. Selanjutnya ditimbang kembali ditimbang 1,5500 g padatan
natrium klorida menggunakan kertas timbang. Ditimbang kembali 1,4356 g padatan
natrium klorida. Dilarutkan secara kuantitatif di dalam labu ukur ukuran 100 mL. Larutan
ini dipipet secara kuantitatif menggunakan pipet volume 10 mL (lihat Gambar 1.5) dan
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer (pekerjaan ini dilakukan 3 kali).

Gambar 1.5 Teknik menggunakan pipet volume

5. Buret diisi dengan larutan x sampai titik nol (lihat Gambar 1.6 sampai 1.8). Larutan No.4
dititrasi sampai volume dari buret yang dikeluarkan:
I = 20,50 mL
II = 23,25 mL
III= 24,15 mL
5. Dengan menggunakan gelas ukur, diisi 10 mL akuades dan dimasukkan ke dalam gelas
kimia 250 mL. Ditambahkan 5 mL larutan natrium klorida sedikit demi sedikit ke dalam
gelas kimia yang berisi akuades sambil diaduk. Dihitung berapa % v/v pengenceran yang
dilakukan!

10
0

1
0
Klem
2
0
Buret
3
0
4
Statif 0

5
0

Labu
erlenmeyer

Botol
semprot
Kertas putih

Gambar 1.6 Susunan peralatan titrasi Gambar 1.7 Teknik titrasi

Meniskus

Buret berisi larutan basa

Labu erlenmeyer berisi


larutan asam dan indikator

Gambar 1.8 Pembacaan skala pada buret setelah titrasi selesai

11
B. Pembakar Bunsen
1. Menyalakan pembakar bunsen. Dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
• Disambungkan selang pembakar bunsen ke outlet gas pada meja kerja laboratorium.
Ditutup katup pengontrol gas pada pembakar bunsen (lihat Gambar 1.1) dan bukalah
katup gas pada outlet.
• Ditutup lubang udara yang adiabatik pada bagian dasar pembakar bunsen dan perlahan-
lahan buka katup pengontrol gas.
• Dinyalakan korek api kemudian didekatkan ke bagian atas bejana berputar, sampai gas
menyentak ujung pengapian.
• Setelah menyala, diatur katup pengontrol gas sampai nyalanya biru muda dan terlihat
dua atau lebih nyala yang berbeda.
• Secara perlahan, dibuka katup pengontrol udara sampai sedikit terdengar desisan. Bunyi
ini adalah ciri khas dari api paling panas dari pembakar bunsen. Terlalu banyak udara
dapat menyebabkan semburan api dan nyala pembakar bunsen akan padam (Gambar
1.9)

Nyala api terluar (violet)


Bagian nyala api terpanas
Nyala api dalam (biru muda)

Gambar 1.9 Nyala yang diatur secara efisien pada pembakar bunsen.

2. Pengamatan suhu nyala api menggunakan kawat Ni-Cr. Suhu dalam daerah tertentu
dari nyala non-iluminasi (berwarna biru) mendekati 1500°C. Didekatkan kawat Ni-Cr ke
nyala api pada pembakar bunsen (lihat Gambar 1.10) . Diamati daerah panas relatif pada
nyala api tersebut. Buatlah diagram pengamatan pada lembar laporan. Ditutup katup
pengontrol udara dan diulangi pengamatan dengan nyala iluminasi.

12
Kawat Ni-Cr

Gambar 1.10 Uji nyala

3. Pengamatan suhu nyala menggunakan titik leleh logam. Diatur nyala api pada
pembakar bunsen ke nyala non-iluminasi untuk menentukan suhu di macam-macam daerah
nyala. Digunakan tang penjepit untuk memegang 2 cm kawat tembaga, kawat besi, dan
kawat aluminium di macam-macam daerah nyala. Titik leleh besi adalah 1535°C, tembaga
1083°C, dan aluminium 660°C. Pada lembar laporan, catat suhu kira-kira nyala di daerah
yang ditunjukkan pada Gambar 1.15. Dipadamkan nyala api jika tidak digunakan dengan
cara memutar katup gas keluar.

C. Neraca Laboratorium
1. Latihan menggunakan neraca. Seperti yang disarankan, ditentukan massa beberapa zat.
Digunakan neraca top-loading hanya setelah asisten menjelaskan cara pemakaiannya.
Dicatat massa zat untuk menentukan kepekaan neraca: ± 0,01 g untuk neraca triple beam
dan ± 0,001 g untuk neraca top-loading.

D. Kerapatan
Tanyakan kepada asisten, neraca mana yang digunakan untuk menentukan kerapatan zat
yang tidak diketahui. Tulis nomor neraca pada lembar laporan.

1. Padatan. Ditimbang suatu padatan yang tidak diketahui, dicatat nomornya, dan dicatat
massanya. Diisi setengah gelas ukur 10 mL dengan akuades dan dicatat volumenya
(Gambar 1.11). Dipindahkan massa padatan yang diketahui ke dalam gelas ukur.

13
Diusahakan tidak ada gelembung udara yang terjebak atau menempel pada padatan. Dicatat
kenaikan volumenya. Volume padatan adalah perbedaan antara dua batas air. Perlakuan ini
dilakukan dua kali.

Gambar 1.11 Peralatan untuk mengukur kerapatan logam.

2. Cairan, air. Dibersihkan dan dikeringkan gelas kimia yang terkecil. Gunakan neraca yang
telah ditentukan, ditimbang teliti dan dicatat massanya. Dipipet 5 mL air ke dalam gelas
kimia. Ditentukan massa gelas kimia dan air. Dihitung kerapatan air dari data yang baik.
Diulangi penentuan kerapatan untuk percobaan kedua.
3. Cairan yang tidak diketahui. Dikeringkan gelas kimia dan pipet. Tanyakan kepada
asisten untuk cairan yang tidak diketahui dan catat nomornya. Dibilas pipet dengan dua
kali 1 mL cairan yang tidak diketahui dan dibuang. Diulangi pengukuran bagian D.2, dan
diganti cairan yang tidak diketahui dengan air. Diulangi percobaan ini untuk percobaan
kedua. Dihitung rata-rata kerapatan cairan.

14
PERTANYAAN PENDAHULUAN

Sebelum memulai percobaan ini dalam laboratorium, anda harus dapat menjawab pertanyaan di
bawah ini:
1. Bedakan antara nyala iluminasi dengan nyala non-iluminasi. Yang mana yang memiliki
panas lebih tinggi?
2. Apa warna nyala efisien yang dominan untuk pembakar bunsen?
3. Gambarkan nyala non-iluminasi yang efisien yang diatur pada pembakar bunsen memiliki
(satu, dua, tiga) kerucut yang khas.
4. Berapa suhu dalam nyala pembakar bunsen yang ditentukan dalam percobaan ini?
5. Dua jenis neraca laboratorium masing-masing memiliki kepekaannya sendiri untuk
mengukur massa suatu zat yang digunakan dalam percobaan ini. Berilah nama setiap jenis
neraca tersebut berkaitan dengan kepekaannya.
6. (a) Apa definisi meniskus? (b) Jelaskan (bisa dengan diagram) teknik pembacaan
meniskus.
7. Massa suatu gelas kimia adalah 6,684 gram. Setelah diisi 2,5 mL bensin, massa gelas kimia
tersebut dengan bensin menjadi 8,248 g. Berdasarkan data tersebut, tentukan kerapatan
bensin.
8. Teknik penggunaan pipet yang efisien membantu seorang ahli kimia untuk memperoleh
data yang bagus dan reproducible. Apa yang harus dilakukan dalam situasi berikut:
a). Meneteskan suspensi dari tip pipet dipindahkan dengan _______________
b). Untuk menghilangkan sedikit cairan sisa yang terakhir setelah dikeluarkan dari pipet
___________________________________________________
c). Suatu pipet harus diisi dengan bantuan ____________________________
d) Jari yang mana yang digunakan untuk mengontrol suatu volume cairan dalam pipet.

15
Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................
Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ……………. ..........................

Lembar Laporan Percobaan 1


Penggunaan Alat Dasar Laboratorium

A. Alat-Alat Gelas
Tuliskan dengan singkat langkah-langkah penyiapan alat gelas.
B. Pembakar Bunsen
1. Diagram pada sebelah kanan daerah panas nyala non-iluminasi yang dideteksi dengan kawat
kassa yang ditempatkan sejajar terhadap pembakar.
2. Pada sebelah kanannya, gambarkan sebuah gambar nyala non-iluminasi peada pembakar
bunsen dan tunjukkan suhu kira-kira dari daerah nyala berikut (lihat Gambar 1.13).
(a) Pada puncak nyala ____ °C
(b) Antara puncak nyala dan di dalam kerucut ____ °C
(c) Pada puncak di dalam kerucut ____ °C
3. Apakah gambar anda sesuai dengan uji kawat kassa? Jelaskan!
C. Neraca Laboratorium
Tentukan massa zat-zat berikut pada neraca yang ditentukan. Jelaskan hasil anda dengan
kepekaan yang benar. Bandingkan massa-massa yang dicatat untuk zat yang sama pada neraca
yang berbeda.
Zat Neraca triple-beam Neraca top-loading
Tabung reaksi 75 mm/(g)
Gelas kimia 250 mL/(g)
Cawan penguap/(g)
Gelas ukur 10 mL/(g)
Gelas ukur 10 mL
dengan 4 mL air (g)
Lain-lain (g)

16
D. Kerapatan
Berapa nomor neraca? _____

1. Nomor padatan yang tidak diketahui _____________

Perc. 1 Perc. 2
(a) Massa padatan/(g) ________ ________
(b) Volume air/(cm3) ________ ________
(c) Volume air dan padatan/(cm3) ________ ________
(d) Volume padatan/(cm3) ________ ________
(e) Kerapatan padatan/(g/cm3) ________ ________
(f) Rata-rata kerapatan padatan/(g/cm3) ____________

2. Cairan
Air Cairan cuplikan no. __
Perc. 1 Perc. 2 Perc. 1 Perc. 2
(a) Massa tabung reaksi
dan gelas kimia/(g) _____ _____ _____ _____
(b) Massa tabung reaksi,
gelas kimia dan cairan/(g) _____ _____ _____ _____
(c) Massa cairan/(g) _____ _____ _____ _____
(d) Volume cairan/(mL) _____ _____ _____ _____
(e) Kerapatan cairan/(g/mL) _____ _____ _____ _____
(f) Rata-rata kerapatan
Cairan/(g/mL) ________ ________

Data kelas / kelompok 1 2 3 4 5 6


Kerapatan cairan cuplikan ____ ____ ____ ____ ____ ____
Rata-rata nilai kerapatan cairan yang tidak diketahui: _________________

17
Pertanyaan :
1. Kerapatan padatan A adalah 2,70 g/cm3 dan padatan B adalah 3,87 g/cm3. Suatu cuplikan
1,00 g masing-masing padatan dipindahkan ke dalam gelas ukur yang mengandung 5,00
mL air. Padatan yang mana yang menempati volume air lebih besar? Berapa mL?
2. Kerapatan logam timbal adalah 11,35 g/cm3. Jika 16,44 g timbal ditambahkan ke dalam
gelas ukur 10 mL yang mengandung 4,2 mL air, bagaimana pembacaan volume akhir air
pada gelas ukur ?
3. Pada bagian D.1 gelembung udara yang terdapat pada permukaan logam ketika
dimasukkan ke dalam air, Jelaskan bagaimana fenomena ini mempengaruhi densitas logam
yang dilaporkan.
4. Pada bagian D.3, beberapa tetes cairan yang tidak diketahui ke dalam dinding tabung pipet
(karena pipetnya kotor) setelah cairannya dikeluarkan. Apakah volume sebenarnya cairan
yang dikeluarkan lebih besar atau lebih kecil dari 2 mL yang tertera pada pipet ? Jelaskan!

18
Percobaan 2

REAKSI KIMIA

TUJUAN
Mengamati jenis reaksi kimia, mengidentifikasi hasil reaksi kimia, dan meringkas
perubahan kimia dalam persamaan kimia dalam kesetimbangan.

ALAT DAN BAHAN


Pembakar bunsen, kui pembakar dan tutup, statif dan ring, segitiga porselen, dan tabung reaksi.
Bubuk belerang, Larutan Na2C2O4 0,1M, larutan KMnO4 0,1M, larutan NaOH 10M, larutan
Pb(NO3)2 0,1M, larutan BaCl2 0,1M, larutan K2CrO4 1M, larutan NaHSO3 0,1M (dibuat segar),
larutan NH3 6M, kawat Cu 21,5 cm (14, 16, 18 gauge), larutan HCl 6M, Zn (mossy), larutan
CuSO4 0,01M, larutan HNO3 pekat, larutan (NH4)2CO3 3M, KMnO4 padat, Na2CO3 padat,
Na2SO3 padat, dan ZnS padat.

DISKUSI AWAL
Persamaan kimia dapat menunjukan apa yang terjadi dalam reaksi kimia. Sebagai
contoh dalam persamaan ini :
2 KClO3 (aq) → 2 KCl (s) + 3 O2 (g)
Artinya bahwa kalium klorat (KClO3) dapat terurai dengan pemanasan menghasilkan
kalium klorida (KCl) dan oksigen (O2). Sebelum persamaan reaksi ditulis, kita harus sudah
menetapkan apa produknya. Bagaimana kita dapat memutuskan apa produknya itu? Produk
dapat diidentifikasi berdasarkan sifat-sifat kimia dan fisiknya melalui analisis yang baik. Yang
terbentuk adalah gas oksigen dan bukan klor yang dihasilkan dalam reaksi di atas berdasarkan
sifat yang telah ditetapkan yaitu oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau. Klor
merupakan gas yang berwarna kuning – hijau pucat dan berbau menyegat.

Dalam percobaan ini, anda akan mengamati reaksi-reaksi yang dapat menghasilkan gas,
endapan atau perubahan warna yang terjadi selama reaksi berlangsung. Hal ini menunjukkan
bahwa reaksi kimia dapat terjadi. Untuk mengidentifikasi beberapa produk yang dihasilkan
dalam suatu reaksi dapat dilihat pada Tabel 2.1.
19
Tabel 2.1. Sifat dari produk yang dihasilkan dalam reaksi kimia

Kelarutan zat Ketidaklarutan zat Anion


Gas
padat dalam air padat dalam air oksimangan
KCl, putih,
CuS, biru gelap atau H2, tidak berwarna,
larutan tidak MnO4-, ungu
hitam tidak berbau
berwarna
NH4Cl, putih, NO2 coklat, berbau
MnO2-, hijau
larutan tidak Cu2S, hitam menyengat (bersifat
gelap
berwarna racun)
NO, tidak
MnO43-, biru berwarna, berwarna
KMnO4, ungu BaCrO4, kuning
gelap terang, berbau
lembut
CO2, tidak
MnCl2, pink BaCO3, putih berwarna, tidak
berbau
Cl2, hijau kuning-
Cu(NO3)2, biru PbCl2, putih pucat, berbau
menyengat (racun)
SO2 tidak
MnO2, hitam
berwarna, berbau
kecoklatan
(beracun)
H2S, tidak
berwarna, berbau
telur busuk
(beracun)

20
PROSEDUR
A. Reaksi antara unsur Cu dan S
Sekitar 5 cm kawat Cu dan catat sifatnya. Diamati permukaannya mengkilat, sangat mudah
ditarik jadi pita, dan berwarna yang karakteristik. Digulung kawat tersebut dan ditempatkan di
kui pembakar dan ditambahkan bubuk sulfur, ditutup, dan dipanaskan di atas pembakar bunsen
yang telah ditempatkan segitiga porselen. PERALATAN HARUS DIPASANG SERAPAT
MUNGKIN. Karena jika sulfur terbakar akan menghasilkan sulfurdioksida yang berbahaya.
Pemanasan mula-mula rendah sampai bagian bawah kui berwarna merah. Dilanjutkan
pemanasan sampai tidak terbentuk asap lagi, hal ini menunjukkan bahwa semua sulfur telah
terbakar. Diangkat kui menggunakan krustang dan jangan dibuka tutupnya,lalu ditempatkan
pada blok tahan panas (jangan ditempatkan diatas meja untuk mendinginkannya). Setelah
dingin dibuka tutup kui dan diamati. Dicatat semua sifat zat tersebut. Dipastikan semua
jawaban anda.
1. Apakah zat tersebut menyerupai tembaga?
2. Apakah mungkin untuk menekukkan zat tersebut tanpa memecahkannya?
3. Apa warna zat tersebut?
4. Apakah reaksinya terjadi?
Tembaga(II) sulfida (CuS), tidak larut dalam larutan amonia (NH3), artinya tidak bereaksi
dengan NH3, kemudian tembaga(I) sulfida (Cu2S), larut (artinya bereaksi) memberikan
larutan berwarna biru dengan NH3. Ditempatkan sejumlah kecil hasil dari reaksi tersebut
ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL larutan NH3 6M. Dipanaskan perlahan-
lahan menggunakan pembakar bunsen.
5. Apakah hasil dari reaksi dapat bereaksi dengan NH3?
6. Perkirakan rumus yang mungkin dari hasil tersebut!
7. Tulis reaksi yang menunjukkan pembentukan dari hasil yang anda perkirakan
Cu (s) + S (g) → ?

B. Reaksi Oksidasi dan Reduksi


Beberapa logam dapat bereaksi dengan asam dan membebaskan gas hidrogen dan
membentuk garam logam dari asamnya. Logam mulia tidak dapat bereaksi dengan asam untuk

21
menghasilkan gas hidrogen. Beberapa logam tidak reaktif bereaksi dengan asam nitrat (HNO3)
dan menghasilkan gas nitrogen oksida dan pembentukannya lebih cepat dari hidrogen.
Ditambahkan sepotong kecil Zn ke dalam tabung reaksi yang berisi 2 mL larutan HCl 6 M dan
dicatat apa yang terjadi.
1. Dicatat hasil pengamatan anda!
2. Perkirakan hasil yang mungkin untuk reaksi yang telah diamati;
Zn (s) + HCl (aq) → ?
Ditempatkan sepotong kawat tembaga dalam tabung reaksi yang bersih dan ditambahkan
2 mL larutan HCl 6M dan dicatat jika terjadi reaksi.
3. Dicatat pengamatan anda!
4. Apakah Cu logam aktif atau tidak aktif
Ditempatkan sepotong kawat tembaga kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL
larutan HNO3 pekat.
5. Dicatat hasil pengamatan anda!
6. Apakah gasnya berwarna?
7. Perkirakan rumus gas tersebut
8. Setelah reaksi berlangsung selama 5 menit, dengan hati-hati ditambahkan 5 mL
akuades. Berdasarkan warna larutan di atas zat apa yang ada dalam larutan tersebut?
Kalium permanganat (KMnO4 ) adalah zat oksidator yang baik dalam media asam. Ion
permanganat berwarna ungu dan dapat direduksi menjadi ion mangan (Mn2+) yang
berwarna merah muda. Ditempatkan 1 mL larutan natrium oksalat (Na2C2O4) 0,1 M
dalam tabung reaksi bersih dan ditambahkan 10 tetes larutan asam sulfat 6 M. Diaduk
perlahan-lahan, ke dalam larutan yang dihasilkan, ditambahkan 2 tetes larutan SKMnO4
0,1M dan diaduk. Jika tidak menunjukkan adanya perubahan reaksi yang terjadi,
dipanaskan perlahan-lahan dalam penangas air (water-bath).
9. Dicatat pengamatan anda. Apakah KMnO4 dapat direduksi menjadi Mn2+?
Ditempatkan 3 mL larutan natrium hidrogen sulfit (NaHSO3) 0,1M dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 1 mL larutan natrium hidroksida (NaOH) 10 M, dan dicampurankan ke
dalam tabung rekasi, lalu ditambahkan 1 tetes larutan KMnO4 0,1M.
10. Dicatat pengamatan anda. Apakah KMnO4 dapat direduksi? Identifikasi senyawa mangan
yang terbentuk.

22
Ditambahkan larutan KMnO4 0,1M satu tetes setiap waktu sampai 10 tetes dan diamati
efek dari setiap penambahan larutan tersebut.
11. Dicatat pengamatan anda!
12. Diperkirakan mengapa ada efek terhadap setiap penambahan larutan KMnO4.
Kedalam tabung reaksi ditambahkan satu kristal kalium permanganat (KMnO4) terhadap
satu mL larutan HCl 6 M.
13. Dicatat pengamatan anda!
14 Dicatat warna gas yang dibebaskan!
15. Berdasarkan warna gas, gas apa yang terjadi?

C. Reaksi Metatesis
Penambahan pengamatan diperlukan sebelum persamaan reaksi dapat ditulis untuk reaksi
di atas, tetapi kita melihat bahwa kita dapat mengidentifikasi beberapa produk/hasil. Sisa dari
reaksi sangat sederhana dan anda akan mampu mengidentifikasinya berdasarkan informasi yang
ada, dan tidak hanya mengidentifikasi hasil tetapi juga untuk menuliskan persamaan. Sejumlah
reaksi dapat diwakilkan melalui persamaan di bawah ini.
AB + CD → AD + CB
Hal ini disebut reaksi penguraian ganda atau metatesis. Jenis reaksi termasuk perubahan
atom atau kelompok atom antara senyawa, di bawah ini suatu contoh yang spesifik.
NaCl (aq) + AgNO3 (aq) → NaNO3 (aq) + AgCl (s)

Ditempatkan sejumlah kecil sampel natrium karbonat (Na2CO3) dalam tabung reaksi dan
ditambahkan beberapa tetes larutan HCl 6 M.
1. Dicatat pengamatan anda!
2. Dicatat warna dan bau gas yang terbentuk (Gambar 2.1)!

23
3. Gas apa yang dibebaskan?
4. Tulis untuk persamaan reaksi HCl (aq) + Na2CO3 (s) →
Catatan : H2CO3 dan H2SO3 dengan mudah terurai menjadi:
H2CO3 (aq) → H2O + CO2(g)
H2SO3 (aq) → H2O + SO2 (g)
Diulangi dengan tes yang sama untuk natrium sulfit (Na2SO3)
5. Dicatat pengamatan anda!
6. Apa gas yang terjadi?
7. Tulis persamaan reaksi untuk HCl (aq) + Na2SO3 (aq) → ?
Diulangi tes yang sama untuk seng sulfida (ZnS)
8. Dicatat pengamatan anda!
9. Apa gas yang terjadi?
10. Tulis persamaan untuk reaksi HCl (aq) + ZnS (s) → ?
Terhadap 1 mL larutan timbal nitrat (Pb(NO3)2) 0,1 M yang ada dalam tabung reaksi,
ditambahkan beberapa tetes larutan HCl 6 M
11. Dicatat pengamatan anda!
12. Endapan apa yang terjadi ?
13. Tulis persamaan reaksi untuk Pb(NO3)2 (aq) + HCl(aq) ?
Terhadap 1 mL larutan barium klorida (BaCl2) 0,1 M, ditambahkan 2 tetes larutan kalium
kromat (K2CrO4) 1 M.
14. Dicatat hasil pengamatan anda!
15. Endapan apa yang terjadi ?
16. Tulis persamaan reaksi untuk BaCl2 (aq) + K2CrO4 (aq) → ?

24
Terhadap 1 mL larutan barium klorida (BaCl2) 0,1M ditambahkan beberapa tetes larutan
amonium karbonat ((NH4)2CO3) 3 M.
17. Endapan apa yang terjadi ?
18. Tulis persamaan reaksi untuk BaCl2 (aq) + (NH4)2CO3 (aq) → ?
Setelah endapan terbentuk, secara hati-hati didekantasi. ditambahkan 1 mL akuades dan
dikocok, akan terbentuk endapan dan secara hati-hati lagi didekantasi. Untuk memperoleh
sisa endapan, ditambahkan beberapa tetes larutan HCl 6M.
19. Dicatat pengamatan anda!
20. Dicatat bau yang terjadi!
21. Gas apa yang dibebaskan?

PERTANYAAN
Sebelum memulai percobaan ini di laboratorium, anda harus dapat menjawab pertanyaan di
bawah ini:
1. Sebelum dapat menuliskan persamaan reaksi, apa yang harus anda ketahui?
2. Pengamatan apa yang mungkin anda buat untuk memperkirakan bahwa reaksi kimia itu
terjadi?
3. Bagaimana anda dapat membedakan antara NO2 dan NO?
4. Definisikan reaksi metatesis, berikan contohnya!
5. Apa yang dimaksud dengan endapan?
6. Setimbangkan persamaan reaksi dibawah ini!
KBrO3 (s) → KBr(s) + O2 (g)
MnBr2 (aq) + AgNO3 (aq) → MnNO3 (aq) + AgBr (s)
7. Bagaimana anda dapat membedakan antara gas H2 dan H2S?
8. Dengan menggunakan air bagaimana anda dapat membedakan padatan KCl putih dan
PbCl2 ?
9. Tulislah persamaan untuk penguraian H2CO3 (aq) dan H2SO3 (aq)

25
Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................
Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ……………. ..........................

Lembar Laporan Percobaan 2


Reaksi Kimia

A. Reaksi kimia antara unsur tembaga dan belerang


1. ........................................................................................................................
2. ........................................................................................................................
3. ........................................................................................................................
4. ........................................................................................................................
5. ........................................................................................................................
6. ........................................................................................................................
7. Cu(s) + S8 (s)

B. Reaksi Oksidasi-Reduksi
1. ........................................................................................................................
2. Zn(s) + HCl(aq) →
3. ........................................................................................................................
4. ........................................................................................................................
5. ........................................................................................................................
6. ........................................................................................................................
7. ........................................................................................................................
8. ........................................................................................................................
9. ........................................................................................................................
10. ........................................................................................................................
11. ........................................................................................................................
12. ........................................................................................................................
13. ........................................................................................................................
14. ........................................................................................................................
15. ........................................................................................................................
26
C. Reaksi Metatesis
1. ........................................................................................................................
2. ........................................................................................................................
3. ........................................................................................................................
4. HCl (aq) + Na2CO3 (aq) →
5. ........................................................................................................................
6. ........................................................................................................................
7. HCl (aq) + Na2SO3 (s) →
8. ........................................................................................................................
9. ........................................................................................................................
10. HCl (aq) + ZnS (s) →
11. ........................................................................................................................
12. ........................................................................................................................
13 Pb(NO3) (aq) + HCl (aq) →
14. ........................................................................................................................
15. ........................................................................................................................
16. BaCl2 (aq) + K2CrO4 (aq) →
17. ........................................................................................................................
18. (NH4)2 CO3 (aq) + BaCl2 (aq)
19. ....................................................................................................................
20. ........................................................................................................................
21. ........................................................................................................................

LENGKAPI DAN SETIMBANGKAN PERSAMAAN DI BAWAH INI


HCl (aq) + BaCO3 (s) →
HI (aq) + K2SO3 (s) →
Pb(NO3)2 (aq) + KCl (aq) →
Ba(NO3)2 (aq) + Na2CrO4 (aq) →
K2CO3 (aq) + Ba(NO3)2 (aq) →
HCl (aq) + AgNO3 (aq) →

27
Percobaan 3
PEMBUATAN LARUTAN BAKU

TUJUAN
Mengetahui cara pembuatan larutan baku pertama dan larutan baku kedua, serta dapat
menghitung konsentrasi dan normalitas dari setiap zat baku yang diperlukan.

DISKUSI AWAL
Larutan baku adalah suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, dapat
digunakan untuk menetapkan kadar suatu larutan lain yang belum diketahui konsentrasinya.
Larutan baku dapat dibedakan menjadi:
1. Larutan baku pertama, yaitu larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan lain yang
belum diketahui. Karakteristik larutan baku pertama:
Harus tersedia dengan mudah dalam bentuk murni
Zat harus stabil, mudah dikeringkan, dan tidak higroskopis
Mempunyai berat molekul yang cukup besar
2. Larutan baku kedua, yaitu larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui
dengan tepat, sebab dibuat dari zat yang tidak pernah murni (bersifat higroskopis atau
sangat mudah bereaksi dengan udara). Karakteristik larutan baku kedua:
Tidak tersedia dalam keadaan murni
Tidak stabil, sangat higroskopis, mudah bereaksi dengan udara
Mempunyai berat molekul relatif kecil.
Sebelum digunakan, larutan baku kedua harus distandarisasi / dibakukan dengan
larutan baku pertama.
Larutan baku NaOH bukan merupakan larutan baku pertama karena dapat bereaksi dengan
CO2 dari udara membentuk senyawa Na2CO3 sehingga dapat merendahkan kadar NaOHnya.
Sebelum digunakan, maka larutan baku kedua harus dibakukan terlebih dahulu terhadap
larutan baku pertama.
Contoh larutan baku pertama:
a. Boraks (Na-tetraborat (Na2B4O7, Mr 381,4)
Boraks stabil dengan rumus : Na2B4O7.10H2O
28
Reaksinya: Na2B4O7 + 7 H2O 2 NaOH + 4 H3BO3
2 NaOH + 2 HCl 2 NaCl + 2 H2O
Berarti 1 mol Na2B4O7 sebanding dengan 2 grek H+ atau 1 grek = ½ mol atau N = ½ M.
Pembuatan larutan boraks: 1,0 M = 381,4 gram/Liter
0,1 M = 38,14 gram/Liter
0,05 M= ¼ x 19,07 = 4,7675 gram/250 mL

b. Asam oksalat (H2C2O4.2H2O, Mr 126,08)


Reaksinya: C2O42- 2 CO2 + 2 elektron
Berarti 1 mol = 2 grek H+ atau N = ½ M.
Pembuatan larutan asam oksalat:
1,0 M = 126,080 gram/Liter
0,1 M = 12,608 gram/Liter
0,05 M = 6,304 gram/Liter
= ¼ x 6,304 = 4,7675 gram/250 mL

c. Feroamonium sulfat (Fe(NH4)2(SO4).6H2O, Mr 392)


Biasa disebut garam Mohr
Reaksinya: Fe2+ Fe3+ + elektron
Berarti 1 mol = 1 grek atau N = 1 M.
Pembuatan larutan feroamonium sulfat:
1,0 M = 392 gram/Liter
0,1 M = 39,2 gram/Liter
0,05 M = 19,6 gram/Liter
= 4,9 gram/250 mL
d. Kalium Bromat (KBrO3, Mr 167,02)
Reaksinya: KBrO3 + 5 KBr + 3 H2SO4 3K2SO4 + 3Br2 + 3H2O
(Br2 + 1 elektron 2 Br-) x 3
Jadi 1 mol KBrO3 sebanding dengan 3 mol Br2
1 mol KBrO3 sebanding dengan 6 grek Br2
1 grek KBrO3 = 1/6 mol Br2 atau 1 N = 1/6 M.

29
Pembuatan Larutan KBrO3 :
1,0 M = 167,02 gram/L
0,1 M = 16,702 gram/L
0,05 M = 8,351 gram/L
= 2,08775 gram/250 mL

e. Larutan kalium iodidat (KIO3) Mr 214,02


Reaksinya : KIO3 + 5 KI + 3H2SO4 3 K2SO4 + 3 I2 + 3 H2O
(I2 + 2 e- 2 I-) x 3
Jadi 1 mol KIO3 sebanding dengan 3 mol I2 (1 mol I2 = 2 grek I-) atau 1 mol KIO3
sebanding dengan 6 grek I2. 1 grek KIO3 = 1/6 mol yaitu: 1 N = 1/6 M.
Pembuatan larutan KIO3: 1,0 M = 214,02 gram/L
0,1 M = 21,402 gram/L
0,05 M = 10,701 gram/L
= 2,6750 gram/250 mL.

Contoh-contoh larutan baku kedua:


a. Larutan HCl
Reaksinya : HCl H+ + Cl-
Berarti 1 mol = 1 grek, 1 N = 1 M.
Rumus : V1 x N1 = V2 x N2
HCl pekat 12 N, akan dibuat menjadi 4 N
Maka : V1 x 12 N = 250 mL x 4 N
Jadi V1 = 83,33 mL

Larutan HCl 4,0 M =


85 mL HCl pekat diencerkan hingga 100 mL dalam gelas ukur.
Larutan HCl 2,0 M =
50 mL HCl 4 M diencerkan hingga 100 mL dalam gelas ukur.
Larutan HCl 1,0 M =
50 mL HCl 2 M diencerkan hingga 100 mL dalam gelas ukur.

30
Larutan HCl 0,5 M =
50 mL HCl 1 M diencerkan hingga 100 mL dalam gelas ukur.
Larutan HCl 0,1 M =
20 mL HCl 0,5 M diencerkan hingga 100 mL dalam gelas ukur.
Larutan HCl 0,05 M =
50 mL HCl 0,1 M diencerkan hingga 100 mL dalam gelas ukur.

b. Larutan baku iodium (I2, Mr 253,84).


Reaksinya : I2 + 2 e 2 I-
Jadi : 1 mol sebanding dengan 2 grek I-
Atau : 1 grek = ½ mol
1N=½M
Pembuatan larutan I2:
1,0 N = (253,84:2) gram I2 + 200 gram KI
0,1 N = 0,05 M = 12,692 gram (sukar larut dalam air) + 20 gram KI kristal padat + 40 mL
H2O + H2O hingga 1 L.

c. Larutan baku kalium permanganat (KMnO4, Mr = 160)


Reaksinya :
1. Dalam suasana asam:
MnO4- + 8 H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O
(1 mol = 5 grek)
2. Dalam suasana asam sangat lemah atau netral:
MnO4- + 4 H+ + 3e- MnO2 + 2H2O
(1 mol = 3 grek)
3. Dalam suasana basa kuat:
MnO4- + e- MnO42- E0 = + 0,56 V
MnO42- + 2 H2O + 2 e- MnO2 + 4OH- E0 = +0,03 V
MnO4- + 2 H2O + 3e- MnO2 + 4OH- Esist 0 = +0,03 V
Catatan:

31
Jadi, tergantung pada suasana larutan, maka jumlah elektron yang tersangkut yang ada
hubungannya dengan kekuatan oksidator KMnO4 tersebut, dapat bervariasi antara 1
sampai 5 elektron.
Asam yang digunakan untuk mengasamkan larutan biasanya dipakai larutan asam sulfat
4 N sebanyak 15 mL, sebab bila menggunakan larutan HCl, maka HCl dapat bertindak
sebagai oksidator (2 Cl- Cl2 + 2e)
2 KMnO4 + 16 HCl 2 KCl + MnCl2 + 5 Cl2 + 6 H2O
Reaksi oksidasi

Pembakuan KMnO4:
a. Reaksi asam oksalat dengan KMnO4:
Reaksi oksidasi : (C2O4 2 CO2 + 2 e-) x 5
Reaksi reduksi : (MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O) x 2
Reaksi Redoks :
2KMnO4 +3H2SO4 + 5H2C2O4 2MnSO4 + K2SO4 + 10CO2 + 8H2O

b. Reaksi garam Mohr dengan KMnO4


Reaksi oksidasi : (Fe 2+ Fe3+ + e-) x 5
Reaksi reduksi : (MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O) x 2
Reaksi Redoks :
5 Fe(NH4)2(SO4) + 2 KMnO4 + 8 H2SO4 5 Fe(SO4)3 + 2 MnSO4 + K2SO4+
10(NH4)2SO4 + 8H2O
Pembuatan Larutan baku kedua KMnO4:
Reaksi : MnO4- + 8 H+ + 5e- Mn2+ + 4 H2O
Jadi : 1 mol = 5 grek, 1 grek = 1/5 mol, 1 N = 1/5 M

Larutan baku KMnO4: (1,0 N) = (0,2 M) = 1/5 x 160 gram/L


(0,1 N) = (0,02 M) = 3,2 gram/L
= 0,8 gram/250 mL
(0,01 M) = 0,4 gram/250 mL
(0,05 M) = 2,0 gram/250 mL

32
d. Larutan baku natrium hidroksida (NaOH, Mr = 40)
Larutan NaOH 1,0 M = 40 gram/L
= 10 gram/250 mL
0,1 M = 1,0 gram/250 mL
0,05 M = 0,5 gram/250 mL

e. Larutan baku natrium bisulfit (Na2S2O3, Mr = 248)


Reaksinya : KIO3 + 5 KI + 3H2SO4 3 K2SO4 + 3 I2 + 3 H2O
(I2 + 2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaI) x 3
KIO3 + 5KI + 3H2SO4 + 6Na2S2O3 3K2SO4 +3H2O + 3Na2S4O6 + 6NaI
Berarti : 6 mol Na2S2O3 sebanding dengan 3 mol I2
6 mol sebanding dengan 6 grek I- (1 mol I2 = 2 grek I-)
Pembuatan larutan Na2S2O3 (1,0 M) = 250 gram/L
(0,1 M) = 25 gram/L
= 6,25 gram/mL
(0,05 M) = 3,125 gram/250 mL

Ketelitian Pengukuran
Karena pengukuran dengan ketelitian maksimum adalah maksud utama dari suatu analisis
kuantitatif, maka perlu diperhatikan:
1. Gangguan-gangguan kecil setiap waktu perlu diperhatikan (kebocoran pada buret, percikan-
percikan larutan pentiter yang keluar dari labu titrasi).
2. Sebelum digunakan, semua alat gelas harus dalam keadaan bersih dan kering.
3. Digunakan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan, diantaranya:
Untuk pengukuran suatu volume yang membutuhkan ketelitian yang tinggi,
misalnya; pengukuran volume larutan baku pertama, digunakan sebuah buret
(ketelitian sampai 0,05 mL). Sedangkan untuk pengukuran volume yang mendekati
seperti pada pembuatan larutan yang masih harus dibakukan (larutan baku kedua),
cukuplah alat gelas ukur (tingkat ketelitian 1 mL).
Penimbangan zat padat murni untuk pembuatan larutan baku pertama, perlu
menggunakan neraca analitis yang dapat memberikan tingkat ketelitian sampai

33
0,0001 gram. Penimbangan bahan yang masih akan dibakukan, cukup dipakai
neraca teknis dengan tingkat ketelitian penimbangan sampai 0,01 gram.
Pengukuran terhadap volume atau berat suatu bahan, minimal harus dilakukan dua
kali. Bila kedua hasil pengukuran menunjukkan perbedaan lebih dari 1%, maka
pengukuran perlu dilakukan sekali lagi.

Pengambilan alat-alat gelas


Dalam membilas alat-alat gelas yang akan digunakan dalam suatu titrasi, perlu diperhatikan:
1. Pipet, gelas ukur, dan buret dibilas dengan larutan zat baku.
2. Labu ukur harus dibilas dengan akuades.

PROSEDUR
A. Pembuatan larutan baku pertama asam oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,100 N 100 mL.
1. Ditimbang padatan asam oksalat 0,63 gram di atas kertas perkamen dengan timbangan
analitis.
2. Dimasukkan asam oksalat ke dalam labu ukur 100 mL dengan bantuan corong dan dibilas
kertas perkamennya dengan akuades dari botol semprot.
3. Ditambahkan akuades ke dalam labu ukur tersebut sampai kira-kira setengah bagian, dan
digoyangkan labu ukur sampai asam oksalat larut semua.
4. Setelah semua asam oksalat larut, ditambahkan akuades sampai tanda batas dan
dihomogenkan.

B. Pembuatan larutan baku kedua natrium hidroksida (NaOH) 0,100 N 250 mL.
1. Ditimbang natrium hidroksida pellet 1,00 gram menggunakan kaca arloji.
2. Disiapkan akuades bebas karbonat dengan cara dipanaskan terlebih dahulu akuades
sebangak 400 mL.
3. Setelah didinginkan akuadesnya, disediakan kira-kira 100 mL dalam gelas kimia.
4. Dimasukkan natrium hidroksida sedikit demi sedikit ke dalam gelas kimia yang berisi
akuades 100 mL dan diaduk perlahan-lahan dengan batang pengaduk.
5. Setelah larut semua, kemudian ditambahkan akuades sampai 250 mL.

34
C. Pembuatan larutan kedua asam klorida (HCl) 0,100 N 250 mL
1. Dipipet asam klorida pekat sebanyak 2 mL.
2. Disediakan akuades sebanyak 150 mL dalam gelas kimia dan dituangkan asam klorida
sedikit demi sedikit ke dalam gelas kimia tersebut sambil diaduk.
3. Ditambahkan akuades sampai 250 mL dan diaduk kembali sampai homogen.

HASIL PENGAMATAN
I. Pembuatan larutan baku pertama asam oksalat 0,100 N 100 mL.
Berat kertas perkamen:
Berat asam oksalat :
Berat kertas perkamen + asam oksalat:
II. Pembuatan larutan baku kedua natrium hidroksida 0,100 N 250 mL
Berat kaca arloji :
Berat natrium hidroksida :
Berat kaca arloji + natrium hidroksida :
PERHITUNGAN
1. Hubungan molaritas dan normalitas larutan dengan gram zat terlarut

massa zat terlarut 1000


M= x
Mr volume larutan (mL)

massa eqivalen (g.ek) 1000


N= x
Mr volume larutan (mL)

2. Rumus pengenceran dan penetralan

V1. N1 = V2. N2

35
PERTANYAAN
1. Berapa volume air yang ditambahkan untuk 10,0 mL NaOH 0,32 M supaya diperoleh
larutan NaOH 0,1 M?
2. Berapa massa (gram) Ca(OH)2 untuk membuat 250 mL Ca(OH)2 0,4 M?
3. Suatu larutan terdiri dari 1,848 gram asam oksalat (H2C2O4.2H2O) dalam 500 mL air.
Berapa molaritas dan normalitas larutan?

Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................


Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ……………. ..........................

Lembar Laporan Percobaan 3


Pembuatan Larutan Baku

Tunjukkan cara perhitungannya!

36
Percobaan 4
ANALISIS VOLUMETRI

TUJUAN
Membuat dan mentritrasi larutan natrium hidroksida
Menentukan konsentrasi molar dari asam kuat

DISKUSI AWAL
Suatu analisis kimia yang mengutamakan penggunaan alat gelas volumetri (seperti
pipet, buret, dan labu ukur) disebut analisis volumetri.
Suatu larutan air yang mengandung suatu zat yang tidak diketahui konsentrasinya dapat
dianalisis melalui suatu reaksi dengan reaktan kedua dengan jumlah molnya yang telah
ditentukan dengan tepat. Suatu prosedur dengan pengukuran volume secara akurat dari suatu
larutan standar yang mengandung reaktan secara hati-hati ditambahkan sampai semua zat yang
tidak diketahui bereaksi disebut titrasi. Prosedur titrasi dimana buret diisi dengan suatu cairan
yang disebut titran, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang mengandung
analits

Titran

Buret

Analit Kertas
indikator putih
Titik akhir titrasi
(perubahan warna)

Gambar 4.1 (a) Titran dalam buret yang dibutuhkan untuk analit
(b) Perubahan warna dari Indikator pada titik akhir titrasi
37
Titran dapat berupa larutan yang diketahui konsentrasinya atau tidak diketahui. Analit
dapat berupa larutan yang volumenya diukur dengan pipet atau zat padat yang dilarutkan
dengan ditimbang beratnya secara akurat. Suatu reaksi berjalan sempurna jika jumlahnya secara
stoikiometri dari zat yang direaksikan bergabung. Hal ini disebut titik ekuivalen/titik
stoikiometri dalam titrasi.
Dalam percobaan titik stoikiometri dari titrasi asam basa dapat dideteksi dengan
menggunakan indikator fenolftalein yang tidak berwarna dalam larutan bersifat asam tetapi
akan berwarna merah muda/pink dalam larutan bersifat basa. Keadaan titrasi pada saat
fenolftalein berubah warna disebut titik akhir titrasi dari indikator (Gambar 4.1b). Pemilihan
indikator berdasarkan pH pada saat titik stoikiometri, yang mendekati dengan titik akhir titrasi
dari indikator.
Jumlah stoikiometri : Jumlah untuk menyeimbangkan persamaan.
Indikator asam-basa : Suatu zat yang mempunyai warna berbeda pada struktur
bersifat asam dan bersifat basa.
pH : logaritma negatif dari konsentrasi molar H3O+

Standardisasi dari Larutan Natrium Hidroksida


Natrium hidroksida padat sangat higroskopis, sehingga beratnya/massa tidak dapat
diukur secara akurat. Untuk membuat larutan NaOH dengan konsentrasi molar yang tepat harus
distandardisasi dengan asam yang merupakan larutan standar primer.
Pada percobaan bagian A, kalium hidrogen ftalat kering (KHC8H4O4) yang digunakan
sebagai larutan standar primer untuk menentukan konsentrasi molar dari larutan natrium
hidroksida. Kalium hidrogen ftalat mempunyai sifat sebagai standar primer karena mempunyai
kemurnian yang tinggi, massa molar yang relatif tinggi serta tidak higroskopis.
Perhitungan KHC8H4O4 yang digunakan untuk analisis dihitung dari massa yang diukur
dengan massa molar (204,2 g/mol).
KHC 8 H 4 O 4
Massa (g) KHC8H4O4 x mol = mol KHC8H4O4 (4.1)
204,2 g KHC 8 H 4 O 4
Dari persamaan reaksi setimbang, satu mol KHC8H4O4 bereaksi dengan satu mol
NaOH.

HC8O4-(Aq) + OH-(Aq) → H2O(1) + C8O42-(Aq (4.2)

38
Dalam prosedur percobaan diukur secara akurat massa dari kalium hidrogen ftalat dan
dilarutkan dalam air deionisasi (air DM). Larutan KHC8H4O4 dititrasi oleh larutan NaOH
sampai titik stoikiometri/titik akhir titrasi tercapai, ditandai dengan terjadi perubahan warna
dari indikator fenolftalin. Volume NaOH nya dicatat. Konsentrasi molar dari larutan NaOH
dapat dihitung berdasarkan persamaaan (4.2) dan
mol NaOH
Konsentrasi Molar (M) NaOH (mol/Larutan) = (4.3)
L larutan NaOH

Konsentrasi Molar dari larutan Asam


Pada bagian b konsentrasi molar dari larutan asam yang tidak diketahui dapat
ditentukan. Larutan NaOH yang telah distandardisasi disebut Larutan Standar Sekunder yang
dapat digunakan untuk mentitrasi asam yang volumenya tidak diukur secara akurat pada titik
stoikiometri/TA.
Dengan mengetahui volume dan konsentrasi larutan NaOH, jumlah mol basa yang
digunakan dalam analisisis adalah
Volume (L) x Konsentrasi molar (mol/L) = mol NaOH (4.4)

Dari reaksi secara stoikiometri mol asam yang dinetralisasi dalam reaksi dapat dihitung.
Dari volume yang telah diukur dan mol asam yang bereaksi, konsentrasi molar dapat dihitung.
mol asam
Konsentrasi molar asam (mol/L) = (4.5)
volume asam (L)

PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur secara Umum
Larutan NaOH yang dibuat dengan konsentrasi perkiraan. Konsentrasi molar yang lebih
akurat dari larutan NaOH (sebagai titran) ditentukan dengan menggunakan larutan kalium
hidrogen ftalat sebagai standar primer. Larutan NaOH yang telah distandardisasi sebagai larutan
sekunder yang kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasi molar larutan asam.

A. Standardisasi dari larutan natrium hidroksida (NaOH)


Saudara harus melakukan tidak kurang dari tiga percobaan dengan baik (± 1% kesalahan)
dalam standar larutan NaOH. Disediakan labu erlenmeyer 250 ml tiga buah untuk titrasi.
39
1. Membuat larutan NaOH Stock
Satu minggu sebelum jadwal praktikum dimulai, dilarutkan sekitar 4 g NaOH (pelet) dalam
5 mL air deionisasi dalam tabung uji 150 mm yang bertutup karet.
Diaduk secara sempurna dan didiamkan larutan untuk membentuk endapan natrium
karbonat Na2CO3
2. Mengeringkan standar primer asam
Dikeringkan 2-3 g KHC8H4O2 pada suhu 110oC untuk beberapa jam pada suhu konstan
pada oven pengering. Didinginkan sampel dalam desikator.
3. Membuat larutan NaOH encer
Dituangkan sekitar 4 mL larutan NaOH yang telah dibuat pada point
kesatu, ke dalam botol polietilen 500 mL (perhatikan larutan NaOH pekat menyebabkan
kulit terluka). Diencerkan terhadap 500 mL air deionisasi yang telah dididihkan. Ditutup
botol polietilen untuk menghindarkan absorpsi CO2. Diaduk larutan dan dibuat label botol
tersebut. Dihiitung perkiraan konsentrasi molar dari larutan NaOH yang telah di encerkan.
4. Pembuatan larutan standar primer asam
Ditentukan massa KHC8H4O2 yang akan diperlukan untuk sekitar 15-20 mL larutan NaOH
untuk mencapai titik stoikiometrik. Dimasukkan X g KHC8H4O2 ke dalam labu
erlenmeyer.
5. Menyiapkan berat bersih
Dicuci buret 50 mL dan corong dengan sabun dan air menggunakan sikat panjang. Dibilas
buret dengan air deionisasi beberapa kali. Lalu, dibilas buret tiga kali dengan larutan NaOH
encer.
6. Pengisian buret
Dengan menggunakan corong bersih, diisi buret dengan larutan NaOH. Setelah 30 detik,
dibaca volume (± 0,002 L) melalui pengamatan dasar meniskus dengan membaca garis
hitam di kertas putih. Dicatat volume awal ini. Ditempatkan kertas putih pada bagian bawah
labu erlenmeyer.
7. Standardisasi larutan NaOH oleh larutan kalium hidrogenftalat
Secara perlahan dititrasi larutan kalium hidrogenftalat oleh larutan NaOH dan diaduk labu
setiap penambahan larutan. Pada awalnya penambahan larutan NaOH 1-2 mL. Pada saat
mendekati titik akhir akan terjadi warna pudar dari indikator secara perlahan-lahan. Sekali-
kali dibilas dinding labu erlenmeyer dengan air deionisasi dari botol semprot. Pada titik
40
akhir titrasi ½ tetes akan terjadi warna mearah muda. Warna akan tetap selama 30 detik.
Dibaca dan dicatat volume akhir NaOH dalam buret.
8. Mengulangi analisis dengan sampel asam
Diisi buret dengan larutan NaOH dan diulangi titrasi tidak boleh kurang dari dua kali, tetapi
massa KHC8H4O4 telah diketahui secara akurat.
9. Melakukan perhitungan
Dihitung konsentrasi molar larutan NaOH dari ke-tiga analisis dengan ± 1 % .

Disposal : Buanglah larutan yang telah dinetralisasi dalam labu


erlenmeyer ke wadah buangan asam

B. KONSENTRASI MOLAR DARI LARUTAN ASAM


Tiga sampel asam yang tidak diketahui konsentrasinya dapat dianalisis.
Tanyakan pada asisten untuk tiga jenis asam yang tidak diketahui (misalnya; HA, H2A atau
H3A). Disediakan labu erlenmeyer, 125 mL atau 250 mL, sebanyak tiga labu.

1. Persiapan sampel asam yang tidak diketahui

Ke dalam labu erlenmeyer, dipipet 25 mL larutan asam, lalu ditambahkan 2 tetes


fenolftalin.

2. Pengisian Buret dan Titrasi


Diisi buret dengan larutan NaOH yang telah distandardisasi dan setelah 30 detik dibaca dan
dicatat volume awal. Diulangi perlakuan untuk A-6 dan A-7. Dititrasi sampel asam sampai
titik akhir dari fenoftalin tercapai. Setelah 30 detik dibaca dan dicatat volume akhir titran.

3. Pengulangan
Dengan cara yang sama titrasi sampel yang lain dari larutan asam.
4. Penyimpanan.
Simpanlah larutan NaOH yang telah distandarisasi dalam botol polietilen 500 mL tertutup
rapat.

Disposal : Buanglah larutan yang telah dinetralisasi dalam labu


erlenmeyer ke wadah buangan asam

41
Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................
Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ……………. ..........................

Tugas Pendahuluan
Analisis Volumetri

1. Perbedaan antara titik stoikiometri dan titik akhir titrasi

2. a. Tulis nama dan rumus formula dari standar primer yang digunakan untuk
menstandardisasi larutan NaOH dalam percobaan ini!

b. Tulis persamaan kesetimbangan dan perlihatkan reaksinya dengan NaOH!

3. Kalium hidrogen ftalat tidak higroskopis. Jelaskan apa artinya!

4. Jelaskan bagaimana setengah tetes dari titran dapat ditambahkan dari buret!

5. a. Suatu sampel kalium hidrogen ftalat (KHC8H4O4) 0,394 gram dilarutkan dalam 100 mL
air. Jika membutuhkan larutan NaOH 13,93 mL untuk bereaksi pada titik stoikiometri,
berapa konsentrasi molar dari larutan natrium hidroksida? Massa molar KHC8H4O4 204,2
g/mol.

42
b. Asam oksalat H2C2O4.2H2O (massa molar 126,07 g/mol) dapat digunakan sebagai standar
primer untuk standarisasi dari larutan NaOH.

Berapa massa asam oksalat yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan 13,93 mL NaOH
Asam oksalat sebagai H2A (diprotik) asam.

6. Suatu asam H2A dengan volume 25 mL konsentrasi tidak diketahui dengan dua tetes
fenoftalin membutuhkan 13,40 mL NaOH 0,1320 M pada titik akhir.
a. Perubahan warna apa yang terjadi pada titik akhir titrasi?

b. Berapa konsentrasi molar dari larutan asam?

43
Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................
Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ……………. ..........................

Lembar Laporan Percobaan 4


Analisis Volumetri

Gunakan tidak kurang tiga angka signifikan pada saat pencatatan data dan perhitungan

A . Standardisasi larutan NaOH


konsentrasi molar perkiraan dari larutan NaOH yang diencerkan, perlihatkan
perhitungannya

Perkirakan massa KHC8H4O4 untuk standarisasi NaOH, perlihatkan perhitungannya


No Percobaan 1 2 3
Massa dari labu erlenmeyer dan
1.
KHC8H4O4/ (g)
2. Massa erlenmeyer /(g)
3. Massa KHC8H4O4 /(g)
4. Massa molar KHC8H4O4 204,2 g/mol
Mol KHC8H4O4 (mol)
5.
Perkiraan hasil Titrasi
Pembacaan akhir NaOH dalam
6.
buret/(mL)
Pembacaan awal NaOH dalam
7.
buret/(mL)
Volume NaOH yang
8.
dibutuhkan/(mL)
Molar konsentrasi NaOH
9.
(mol/L)*
Konsentrasi molar perkiraan
10.
NaOH
*Lihat perhitungan pada percobaan satu

44
B. Konsentrasi molar dari larutan asam.
Jenis asam ______ No:________

No Sampel 1 2 3
1. Volume larutan asam/(mL) 25,0 25,0 25,0
2. Pembacaan akhir NaOH dalam buret/(mL)
3. Pembacaan awal NaOH dalam buret/(mL)
4. Volume NaOH yang dibutuhkan/(mL)
5. Konsentrasi molar NaOH/(mol/L) bagian A
6. mol NaOH yang dibutuhkan/(mol)
7. Konsentrasi molar larutan asam/(mol/L)

8. Perkiraan konsentrasi molar larutan


asam/(mol/L)
* Lihat perhitungan pada sampel 1

45
Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................
Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ……………. ..........................

Lembar Laporan Percobaan 4


Analisis Volumetri

Tunjukkan cara perhitungannya!

46
Percobaan 5
DISTILASI

TUJUAN
• Mahasiswa mengetahui cara melakukan pemisahan 2 (dua) jenis cairan atau lebih dengan
cara distilasi.
• Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam distilasi.
• Mahasiswa dapat menghitung titik didih cairan pada keadaan tekanan ruangan.
• Mahasiswa dapat memahami cara melakukan distilasi terfraksi.

DISKUSI AWAL

Distilasi adalah pemisahan dua atau lebih cairan yang mempunyai titik didih berbeda
pada tekanannya. Istilah ini seterusnya dikenal sebagai distilasi terfraksi. Ada beberapa macam
distilasi sebagai berikut:

1. Distilasi Uap.
Dalam hal ini pemisahan zat cair yang tidak larut dalam air, tetapi terbawa oleh uap air, yang
kemudian didinginkan, hasil distilasinya (distilat) berupa zat itu sendiri dan air yang dapat
dipisahkan dari zat tersebut.

2. Distilasi Vakum (Tekanan Rendah).


Pada distilasi ini terutama untuk cairan yang dapat terurai pada atau dekat titik didihnya,
sehingga untuk memisahkan dari komponennya tidak dapat dilakukan dengan distilasi biasa.
Dalam distilasi tekanan rendah, distilasi tidak dilakukan pada tekanan barometer biasa,
melainkan tekanan di bawah barometer sehingga cairan tersebut dapat mendidih jauh di
bawah titik didihnya, yang selanjutnya proses pemisahannya seperti distilasi terfraksi.

47
Perhitungan antara titik didih dan tekanan
B
log P = A + (5.1)
T

Dengan: P = tekanan
T = suhu
A, B = konstanta
Untuk mengoreksi titik didih yang didapat dengan titik didih yang ada di pustaka (76 cmHg)
dapat dipakai persamaan seperti di bawah ini:
Dengan: Tc = 0,0012 (76 – P) (T + 273) (5.2)
Tc = suhu koreksi dalam 0C
P = tekanan barometer
T = suhu
Untuk air, alkohol, asam-asam, dan cairan-cairan yang terisolasi, dipakai persamaan
berikut:
Tc = 0,0010 (76 – P) (T + 273) (5.3)

Distilasi Terfraksi
Hukum Raoult : Tekanan uap dari sebuah komponen larutan ideal, pada suhu tertentu
sebanding dengan tekanan uap murni dikalikan dengan mol frakasinya dalam larutan tersebut.
pA = pA’ . XA (5.4)
pA = tekanan uap A dalam larutan
pA’ = tekan uap zat A murni
XA = mol fraksi A
Bila dua campuran A dan B membentuk larutan ideal, sesuai dengan Hukum Raoult:
pA = pA’ XA
pB = pB’ XB
Tekanan total:
p = pA + pB = pA’ XA + pB’ XB (5.5)
Tekanan uap sebanding dengan mol fraksi dalam fraksi uapnya, komposisi uapnya
sebagai berikut:

48
pA pB
X VA = dan X VB = (5.6)
pA + pB pA + pB
Konsentrasi relatif dari salah satu komponen, misalnya B dalam bentuk uap dan
cairan sebagai berikut:
X VA pB pB'
=
X B pA + pB pB
1
=
pA'
XB + XA
pB'
Misalnya:
Campuran A dan B membentuk larutan ideal:
mol fraksi A = 0,25
tekanan uap A = 60 mmHg
mol fraksi B = 0,75
tekanan uap B = 100 mmHg
Jadi di dalam larutan:
pA = 0,25 x 60 = 15 mmHg
pB = 0,75 x 100 = 75 mmHg
Tekanan total:
p = pA + pB = 15 + 75 = 90 mmHg
komposisi dalam bentuk uap:
15
X VA = = 0,167
90
75
X VB = = 0 ,833
90
Dalam hal ini uap campuran tersebut relatif lebih banyak mengandung B daripada A.
Ini merupakan dasar dari distilasi terfraksi.

49
Gambar 5.1 Rangkaian Alat Distilasi

Bila suatu campuran yang terdiri atas cairan A dan B yang dapat tercampur, membentuk
larutan ideal, dengan titik didih masing-masing TA dan TB; akan dipisahkan atas bagian-
bagiannya secara distilasi terfraksi, terjadi hal sebagai berikut:
Lihat Gambar 5.2 mengenai kurva suhu terhadap komposisi dan gambar distilasi. Absis
sebagai komposisi dan ordinat menggambarkan suhu sistem.
Pada titik A: 100% zat A dan 0% zat B
Makin jauh dari A, % A makin turun.
Pada titik B: 100% zat B dan 0% zat A
Makin jauh dari A% B makin turun.
TA: Titik didih zat A, semua zat A dapat diubah menjadi uap (dapat terpisah dari
campuran tersebut).
TB: Titik didih zat B, semua zat B dapat diubah menjadi uap (dapat terpisah dari
campuran tersebut).

50
Gambar 5.2 Kurva suhu terhadap komposisi

Bila campuran cairan A dan B dipanaskan, panas yang diberikan akan dipakai untuk
menaikkan suhu sistem campuran tersebut. Mula-mula suhu campuran cairan sama dengan
suhu kamar. Lama-lama naik, misalnya sampai pada TA. Pada TA, absis menunjukkan 100% A,
artinya pada TA ini, terjadi keseimbangan fase gas dan fase cair. Panas yang diberikan dipakai
untuk merubah fase cair A menjadi fase gas yang selanjutnya ke luar sebagai cairan A murni
meninggalkan sistem campuran A dan B melalui pendinginan. Panas yang diberikan
selanjutnya dapat menaikkan suhu sampai t1, t2 dan seterusnya.
Pada T1: Komposisi uap = VI (banyak mengandung A tetapi sedikit B). Komposisi cairan = L1
(banyak mengandung B tetapi sedikit A).
Pada T2: Komposisi uap = V2 (menjadi A dan mendekati B, mulai banyak mengadung B),
Komposisi cairan = L2 (menjauhi A, mendekati B).
Demikian seterusnya, lebih dekat ke TB, fase uap lebih banyak mengandung B, sehingga
pada TB fase uap = fase cair = 100% B. Dengan cara distilasi ini, campuran A dan B dapat
dipisahkan menjadi masing-masing komposisi A dan B murni berdasarkan perbedaan titik didih
tadi.
Penampungan distilat dilakukan pada waktu suhu menunjukkan harga yang tetap.
Dalam praktiknya diperlukan kolom fraksionasi (vigreux) untuk memperoleh pemisahan yang
baik dari fase uap campuran tersebut.

51
BAHAN-BAHAN
1. Heksana
2. Metanol
3. Air

ALAT-ALAT
1. Labu distilasi 6. Penarnpung
2. Kolom vigreux 7. Selang air
3. Termometer 8. Heating mantle
4. Kondensor 9. Klem
5. Adapter 10. Statif

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Dipasang dandi susun alat sesuai dengan Gambar 5.1.

2. Dimasukkan cairan ke dalam labu distilasi (berisi pecahan porselen) melalui corong biasa.
3. Dipasang termometer, dijalankan air pendingin, dan dinyalakan heating mantle.

4. Dimati selama pengerjaan, distilat mulai ditampung pada waktu termometer menunjukkan
nilai yang konstan.

5. Jika suhu mulai naik, diganti penampung dengan tempat lain dan penampungan distilat
dilanjutkan jika suhu mulai konstan untuk kedua kalinya dan seterusnya sampai suhu naik.

6. Untuk cairan yang mudah menguap, hindarkan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi.

PERTANYAAN

1. Apakah yang dimaksud dengan titik didih dan titik didih normal?

2. Apakah fungsi dari pecahan porselen yang dimasukkan ke dalam labu distilasi pada
percobaan di atas?

3. Apakah fungsi dari kondensor liebeg?

4. Mengapa air yang masuk ke dalam kondensor dimulai dari bagian bawah bukan bukan
dibagian atas?

52
Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................
Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ……………. ..........................

Lembar Laporan Percobaan 5


Distilasi

Tulis hasil pengamatan anda!

53
Percobaan 6
INDIKATOR DAN pH

TUJUAN :
• Mengamati warna dari 5 indikator yang berbeda.
• Mengerti cara menggunakan pH Meter.
• Menentukan pH larutan yang tidak diketahui dengan menggunakan indikator pH dan pH
Meter.
• Menghitung konstanta disosiasi dari asam dan basa yang tidak diketahui.

PENDAHULUAN
Sifat keasaman dan kebasaan suatu larutan dapat ditunjukkan dari pH larutan tersebut,
di mana pH larutan merupakan konsentrasi [H+] dan [OH-]. pH suatu larutan dapat ditentukan
dengan menggunakan senyawa organik yang disebut indikator, perubahan warna indikator
merupakan fungsi dari pH. Pada daerah pH yang berbeda, indikator akan memberikan warna
yang berbeda.
Indikator adalah suatu asam atau basa lemah. Disosiasi dari molekul ini secara umum
dituliskan sebagai berikut:
Hin H+ + In-
(warna A) (warna B)

Prinsip Le Chatelier, di dalam media yang bersifat asam kesetimbangan bergeser ke arah
kiri, dan warna akan berbeda dalam bentuk asam (Hin). Di dalam media yang bersifat basa,
kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, dan warna akan berbeda dalam bentuk basa
konjugasi (In-). Daerah pH adalah daerah harga pH sepanjang indikator berubah warna.
Daerah ini tergantung pada konstanta ionisasi (Ka atau Kb) dari indikator. Untuk indikator
yang bersifat asam lemah, harga Ka lebih rendah, daerah pH yang lebih tinggi untuk perubahan
warna.

54
Pada percobaan ini akan ditentukan warna dari 5 indikator yang berbeda, di dalam 9
larutan buffer pada daerah pH 3 sampai dengan 11, dan dalam larutan asam dan basa yang tidak
diketahui.
Dapat dilihat pada Tabel 3.1 macam-macam indikator, dengan daerah pH dan perubahan
warna yang terjadi.

Tabel 6.1 Daerah pH dan perubahan warna dari beberapa indikator


pH yang lebih
Indikator pH yang lebih rendah Daerah pH
tinggi
Timol biru merah kuning 1,2-2,8
Bromfenol biru kuning biru 3,0-4,6
Metil jingga jingga kuning 3,1-4,4
Metil merah merah kuning 4,2-6,3
Bromtimol biru kuning biru 6,0-7,6
Kresol merah kuning merah 7,2-8,8
Fenolftalein bening merah muda 8,3-10,0
Alizarin kuning kuning merah 10,1-12,0

ALAT DAN BAHAN

5 indikator yang akan digunakan yaitu; Metil jingga (MO), Metil merah (MR),
Bromtimol biru (BB), Fenolftalein (PH), dan Alizarin kuning (AY).

PROSEDUR PERCOBAAN
Untuk menghemat waktu, mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 5 orang mahasiswa. Setiap mahasiswa menyiapkan 11 larutan dengan menggunakan
satu indikator. Setelah selesai maka setiap kelompok mempunyai 5 x 11 = 55 larutan yang
berbeda, warna diamati bersama.
1. Disediakan 11 tabung reaksi yang bersihdan kering. Setiap tabung diberi label 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10, 11, A, dan B.

55
2. Dimasukkan 5 mL larutan buffer pH 3 ke dalam tabung reaksi berlabel 3 dan seterusnya ke
dalam tabung lain masing-masing 5 mL larutan buffer dengan pH yang sesuai dengan
nomor tabung (4 s/d 11). Untuk tabung A diisi 5 mL larutan asam yang tidak diketahui pH-
nya, dan tabung B diisi larutan basa yang tidak diketahui pH-nya.

3. Tabung-tabung yang sudah diisi larutan buffer tersebut ditambahkan masing-masing 2 tetes
indikator, kecuali untuk indikator AY digunakan 4 tetes. Tabung dikocok.

4. Diamati warna yang terjadi dan dicatat ke dalam tabel.

5. Ditentukan pH dari larutan A dan B dengan membandingkan warna dari indikator.

6. Ditentukan pula harga pH dari larutan A dan B dengan menggunakan pH meter.

56
Percobaan 6 TUGAS PENDAHULUAN

INDIKATOR DAN pH

Nama :……………………………… No. Meja :……………………


NPM :……………………………… Asisten :……………………
Tanggal :………………………………

1. Larutan asam HX 0,025 M, mempunyai harga pH = 2,30. Berapa konstanta disosiasi dari
HX?

2. Berapa harga pH dari larutan HClO 0,050 M? Ka = 3,5x10-8

3. Berapa harga pH dari larutan basa lemah dimetilamin (CH3)2NH 0,030 M? Kb =


7,4x10-4

4. Berapa harga pH larutan garam (CH3)2NH2+Cl- 0,040 M?

5. Berapa harga konstanta disosiasi dari asam lemah fenolftalein, pKa = 9,1?

6. Larutan buffer yang terdiri dari 0,05 mol asam formiat (HCHO2) dan 0,060 mol natrium
formiat (NaCHO2) di dalam 1 L air (Ka asam formiat = 1,8x10-4). Berapa harga pH dari
larutan?

57
Percobaan 6 LAPORAN AKHIR

INDIKATOR DAN pH

Nama :……………………………… No. Meja :……………………


NPM :……………………………… Asisten :……………………
Tanggal :…………………………………

TABEL HASIL PENGAMATAN

LARUTAN MO MR BB PH AY
pH 3
pH 4
pH 5
pH 6
pH 7
pH 8
pH 9
pH 10
pH 11
Asam #
Basa #

Indikator pH meter
pH dari asam
pH dari basa

PERHITUNGAN
Untuk larutan HA, disosiasi ditulis sebagai berikut: HA H+ + A-
Pada kesetimbangan: Ka = [H+][A-]/[HA]
pH dari larutan adalah –log [H+]
Dalam percobaan ini, praktikan menghitung harga pH dari larutan asam yang tidak diketahui.
Dimisalkan konsentrasi dari asam tersebut 0,050 M, ditentukan konstanta disosiasi. pKa adalah
–log Ka. Tentukan harga pKa dari larutan tersebut.

58
Percobaan 7

ELEKTROLISIS, TETAPAN FARADAY DAN BILANGAN AVOGADRO

TUJUAN :
Menentukan tetapan Faraday dan bilangan Avogadro melalui elektrolisis.

PENDAHULUAN
Jika arus listrik dialirkan melalui sebuah larutan, maka akan terjadi reaksi kimia pada
kedua elektrodenya. Reaksi oksidasi (pelepasan elektron) terjadi pada anode, dan reaksi reduksi
(penerimaan elektron) terjadi pada katode. Banyaknya zat yang bereaksi pada kedua elektrode
tersebut berbanding lurus dengan jumlah elektron yang diberikan. Bilangan Faraday
didefinisikan sebagai muatan total yang dibawa oleh sejumlah 6,02 x 1023 elektron (bilangan
Avogadro) atau dengan kata lain satu Faraday menunjukkan muatan satu mol elektron. Dalam
percobaan ini, saudara akan menentukan nilai Faraday dengan mengukur muatan (coulomb)
yang dibutuhkan untuk mereduksi satu mol ion H+ berdasarkan persamaan reaksi di bawah ini:

2H+ (aq) + 2e- → H2(g) ....................................................................(7.1)

Satu coulomb (C) adalah jumlah muatan listrik yang melewati satu titik dalam satu
sirkuit jika arus listriknya satu ampere (A) dalam waktu satu detik (s).

1C = 1A x 1s

Kemudian, jumlah muatan (coulomb) yang melalui larutan dalam sel, dapat ditentukan
dengan cara mengalikan arus (ampere) dengan waktu (detik). Muatan dalam elektron dapat
dinyatakan dalam coulomb yaitu 1,60 x 10-19C.

Contoh 7.1.
Suatu arus 3,00 A, dilewatkan pada larutan asam sulfat dengan waktu 20,0 menit.
Berapa elektron dan berapa coulomb yang dilewatkan melalui larutan tersebut?

60 s 1C
Jawab : Coulomb = 3,00 A x 20,0 menit x x
1 menit A − s
= 3600 C
3600 C
Elektron = = 2,25x10 22 elektron
1,6 x 10 -19 /elektron

59
Dari persamaan (7.1), kita dapat mencatat bahwa satu ion hidrogen direduksi oleh satu
elektron yang melalui larutan, sehingga satu molekul H2 dihasilkan oleh setiap dua elektron.
Dalam Contoh 3.1, 2,25 x 1022 elektron dapat menghasilkan 1,125 x 1022 molekul H2.

Jika diukur volume, tekanan, dan suhu dari gas hidrogen yang dikumpulkan selama
elektrolisis dalam Contoh 7.1, maka kita dapat menghitung jumlah mol H2 yang dihasilkan
PV
dengan menggunakan rumus hubungan n = .
RT

Contoh 7.2 menggambarkan bagaimana informasi ini dapat digunakan untuk menghitung
bilangan Avogadro.

Contoh 7.2
Suatu arus 3,00 A dilewatkan pada larutan asam sulfat dengan waktu 20 menit.
Hidrogen yang dihasilkan dikumpulkan di atas air pada suhu 20ºC dan tekanan 657,5 mmHg
dan volumenya 534 mL. Berapa mol H2 yang dihasilkan dan berapa bilangan Avogadro N?

Jawab:
Pada suhu 20ºC, tekanan uap H2O = 17,5 mmHg
P total = P H 2O + P H 2
P H2 = 657,5 mmHg - 17,5 mmHg
= 640 mmHg
Persamaan gas ideal :

PV [640mmHg / (760mmHg / atm )](0.534 L )


n = =
RT (0.0821L − atm / mol − K )(293K )
= 0,0187 mol H2
Ketika dua mol elektron dibutuhkan untuk memproduksi satu mol H2 :
Mol elektron = (0,0187 mol H2) x (2 mol elektron / mol H2)
= 0,0374 mol elektron

Bilangan Avogadro adalah jumlah elektron dalam satu mol elektron. Pada contoh:
2,25 x 1022 elektron = 0,0374 mol elektron
2,25 x 10 22 elektron
Sehingga: N =
0,0374 mol
= 60,2 x 1022 elektron / mol
= 6,02 x 1023 elektron / mol

60
Tetapan Faraday, dikenal juga sebagai konstanta Faraday (simbol F), didefinisikan
sebagai jumlah coulomb yang ekuivalen dengan satu mol elektron. Jadi, dalam contoh di atas,
3.600 C sebanding dengan 0,0374 mol elektron.

3.600 C
= 96.300 C/mol elektron
0,0374 mol

Hubungan Faraday dengan elektron:

1F = 96.500 C/mol elektron

Contoh 7.2 di atas {(2,25 x 1022) : 2}, molekul H2 menghasilkan 0,0187 mol H2.

0,0187 mol H2 = {(2,25 x 1022) : 2} molekul H2 atau

(2,25 x 10 22 molekul H 2 )
satu mol H2 = = 6.02x10 23 molekul H 2 / mol H 2
2 x 0,0187 mol H 2
= N.

ALAT DAN BAHAN

Klem buret, gelas kimia 250 mL, termometer 110 0C, barometer, penggaris, buret 50
mL, standar ring, larutan H2SO4 3 M, sumber DC, kawat Cu yang terisolasi (2).

PROSEDUR PERCOBAAN

Disiapkan sumber DC dan dihubungkan dengan ammeter (alat pengukur tegangan).


Ditambahkan 100 mL air distilasi dan kemudian 50 mL asam sulfat encer (3M) ke dalam gelas
kimia 250 mL. Diaduk dengan batang pengaduk. Diisi buret 50 mL dengan larutan tersebut,
dibalikkan, dan diikatkan pada klem seperti pada Gambar 3.1. Dihubungkan katode kawat Cu
pada terminal negatif dari sumber DC dan ditempatkan pada ujung lain yang diisolasi terhadap
mulut buret yang dibalikkan. Dipastikan bahwa seluruh bagian dari kawat ada dibagian dalam
buret. Dengan demikian seluruh H2 yang dibebaskan akan terkumpul di dalam buret. Elektrode
anode tergantung di atas tepi gelas kimia dan direndam dalam larutan asam dan ujung lain
dihubungkan ke elektrode positif dari sumber DC.

Bagian atas dari larutan dalam buffer harus berada pada daerah yang mempunyai skala,
sehingga volumenya dapat diukur secara pasti seperti terlihat pada Gambar 7.1 di bawah ini.

61
Keterangan:
A : Buret
B : Ammeter
C : Sumber DC
A D : Kawat Cu
E : Statif
B
F : Larutan asam
C

E
F

Gambar 7.1 Rangkaian alat yang digunakan untuk elektrolisis


Dicatat waktunya, dinyalakan sumber DC, dan dicatat pembacaan pada ammeter.
Selama elektrolisis harus hati-hati, elektrode tidak boleh tergeser karena hal ini dapat
menyebabkan perubahan arus. Dijaga arusnya agar tetap selama elektrolisis berjalan. Jika arus
berfluktuasi diambil angka rata-ratanya. Elektrolisis dilanjutkan sampai minimal H2 yang
dihasilkan 20 mL. Dicatat waktu ketika elektrolisis dihentikan. Diukur volume H2 yang
dikumpulkan dengan cara menghitung selisih tinggi air pada buret selama percobaan. Diukur
suhu larutan asam dan tekanan barometer serta tekanan uap air pada suhu larutan tersebut
sehingga : PH2 = Pbarometer – PH2O kolom – PH2O uap

tinggi H 2O dalam mm
PH 2 O kolom =
13,6 mm H 2O/mm Hg
Jika waktu memungkinkan ulangi percobaan ini.

62
Percobaan 7 TUGAS PENDAHULUAN

ELEKTROLISIS, TETAPAN FARADAY DAN BILANGAN


AVOGADRO
Nama :……………………………… No. Meja :……………………
NPM :……………………………… Asisten :……………………
Tanggal :………………………………

1. Apa jenis reaksi kimia yang terjadi untuk menghasilkan H2 pada katode dalam percobaan
ini?

2. Definisikan istilah Coulomb!

3. Proses apa yang terjadi pada anode?

4. Mengapa tinggi kolom air dalam buret dihitung sebagai tekanan?

5. Mengapa ada larutan H2SO4 dalam larutan elektrolisis ?

63
6. Jika arus 80,0 µA (80,0 x 10-6A) digambarkan dari sel matahari selama 3 bulan. Berapa
tetapan Faraday yang terlibat di dalamnya.?

7. Jika larutan NaCl dalam air dielektrolisis, berapa tetapan Faraday yang dibutuhkan untuk
mentransfer ke anode untuk membebaskan 0,010 mol gas Cl2?
2 Cl-(ag) → Cl2(g) + 2e-

8. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melewatkan arus 0,75 A ke larutan H2SO4
untuk membebaskan 0,100 L gas H2 pada STP?

9. Berapa banyak perak dalam larutan, jika semua perak tersebut dibebaskan sebagai logam
Ag melalui elektrolisis dengan waktu 0,32 jam dan arus 1,20 mA
(1mA = 10-3A)?

10. Elektrolisis dari lelehan NaCl dilakukan pada sel Down yang beroperasi pada 7.0 Volt (V)
dan 4,0 x 104A. Berapa Na (padat) dan Cl2 (gas) dapat dihasilkan selama 4 jam dalam sel
tersebut?

64
Percobaan 7
LAPORAN AKHIR
ELEKTROLISIS, TETAPAN FARADAY DAN BILANGAN AVOGADRO

Nama :……………………………… No. Meja :……………………


NPM :……………………………… Asisten :……………………
Tanggal :…………………………………

1. Volume awal dalam buret ______________________________

2. Volume akhir dalam buret ______________________________

3. Volume hidrogen _____________________________________

4. Suhu _______________________________________________

5. Tinggi kolom air _____________________________________ mm

6. Tekanan barometer ____________________________________ mmHg

7. Tekanan uap H2O (lihat tabel) ___________________________ mmHg

8. Tekanan H2 __________________ mmHg ________________ atm

(perlihatkan cara perhitungannya)

9. Mol H2 yang dihasilkan (perlihatkan cara perhitungannya) _____

10. Waktu mulai reaksi ___________________________________

11. Waktu akhir reaksi ____________________________________

12. Selisih waktu ________________________________________

13. Arus _______________________________________________ A

14. Bilangan coulomb yang dilewatkan _______________________

15. Bilangan Faraday _____________ Nilai sebenarnya _________

(perlihatkan cara perhitungannya)

16. Nilai bilangan Avogadro _______ Nilai sebenarnya _________


(perlihatkan cara perhitungannya)

65
PERTANYAAN

1. Diskusikan sumber kesalahan yang paling besar dalam percobaan ini!

2. Hitunglah persentase kesalahan dalam F dan N!

3. Jika ampermeter dalam sel elektrolisis anda bertambah dengan faktor 2, efek apa yang
terjadi dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah hidrogen yang
sama?

4. Jika konsentrasi larutan H2SO4 bertambah, apakah kecepatan untuk menghasilkan


hidrogen bertambah? Jelaskan!

5. Elektrolisis dari larutan NaCl dengan arus 2,00 A dengan periode waktu 200 detik
menghasilkan 59,6 mL gas Cl2 pada tekanan 650 mm Hg dan suhu 270C.Hitunglah nilai
Faraday dari data ini?

6. Mengapa diperoleh hasil yang berbeda, jika lelehan NaCl dan larutan NaCl dalam air
dielektrolisis? Tunjukkan hasil dari setiap hal tersebut!

66
PERCOBAAN 8
PENENTUAN TITIK LELEH

TUJUAN
Mahasiswa mengetahui cara memeriksa kemurnian suatu zat padat dengan
menentukan titik lelehnya.

DISKUSI AWAL
Titik lebur atau titik leleh suatu zat padat didefinisikan sebagai suhu saat terjadinya
perubahan fase padat menjadi cair pada tekanan total 1 atmosfer. Pada titik leleh tekanan uap
dari fase padat sama dengan tekanan uap dari fase cair, secara nyata membentuk
kesetimbangan satu sama lain. Titik leleh suatu zat padat biasanya tajam, memiliki rentang
titik leleh dari 0,5oC sampai 1,0oC. Karena ketajaman dalam meleleh ini, titik leleh dapat
digunakan sebagai salah satu kriteria kemurnian atau identifikasi suatu zat padat. Cairan dari
suatu zat padat murni pada suhu yang tetap bila didinginkan akan membentuk fase padat
yang disebut titik beku. Dari fenomena ini dapat diketahui titik leleh dan titik beku untuk zat
padat murni adalah sama. Fenomena ini dapat dilihat dalam diagram fase berikut:

Gambar 6.1 Diagram Fase


Titik dimana cairan dan padatan berada dalam kesetimbangan pada tekanan 1 atm
disebut titik leleh standar atau titik leleh normal = [Tm]n. Titik ketiga fase dalam keadaan
setimbang disebut titik tripel (Tp).

67
Perubahan Suhu
Di atas titik tripel (Tp), pada tekanan tetap bila suhu terus dinaikkan maka zat padat
akan meleleh, lalu mendidih. Sebaliknya bila suhu diturunkan akan terjadi pengembunan dan
pembekuan. Sedangkan dibawah titik tripel, pada tekanan tetap bila suhu dinaikkan maka zat
padat akan menyublim.

Perubahan Tekanan
Bentuk umum diagram fase menunjukkan bahwa kenaikan tekanan pada suhu
konstan biasanya menghasilkan perubahan fase dari gas menjadi cair. Namun pada suhu
sedikit di atas titik tripel (Tp), perubahan menyangkut tiga fase. Kenaikan tekanan pada suhu
konstan dalam fase cair, menghasilkan zat padat; kenaikan tekanan pada fase gas
menyebabkan kondensasi, penurunan tekanan mengakibatkan perubahan menjadi fase cair,
kemudian mendidih.
Pengamatan rentang titik leleh dipengaruhi oleh kemurnian zat, ukuran kristal, jumlah
zat, dan laju pemanasan. Adanya pengotor dalam jumlah kecil yang tercampur dalam zat
murni, biasanya menghasilkan rentang titik leleh yang besar dan terjadi penurunan titik leleh
zat tersebut.

PROSEDUR

Dalam percobaan penentuan titik leleh anda akan melakukan dua tahap percobaan yaitu
tahap pertama menentukan titik leleh yang telah direkristalisasi dan tahap kedua
mengidentifikasi suatu zat padat murni yang tidak diketahui berdasarkan titik leleh zat padat
tersebut. Adapun langkah-langkah kerjanya sebagai berikut:
1. Zat padat digerus dalam keadaan kering lalu dimasukkan ke dalam pipa kapiler yang
salah satu ujungnya ditutup, lalu ditempatkan dengan jalan dijatuhkan dalam pipa kaca
panjang berdiameter ± 1 cm dalam keadaan tegak lurus, sampai zat padat dalam pipa
kapiler setinggi 3 mm.
2. Pipa kapiler yang telah berisi zat tersebut, diikat pada termometer sehingga ujungnya
yang tertutup berada pada bagian tengah penampang air raksa.
3. Dimasukkan pipa kapiler yang sudah diikat dengan termometer tersebut ke dalam dengan
alat thiele yang sudah diisi dengan parafin. (lihat Gambar 8.2 ).

68
Termometer

Pipa kapiler

Tabung thiele

Statif

Pembakar bunsen

Gambar 8.2 Peralatan penentuan titik leleh (Tabung Thiele)

4. Dipanaskan dengan api kecil, supaya kenaikan suhu cairan pada tabung thiele tidak
terlalu cepat.
5. Dicatat suhu pada saat zat padat mulai meleleh sampai tepat meleleh seluruhnya.
6. Percobaan ini dilakukan dua kali (duplo).
7. Titik leleh zat yang diperoleh dibandingkan dengan tabel 8.1.

Tabel 8.1. Daftar titik leleh beberapa senyawa organik


No. Senyawa Titik leleh (oC)
1 Asam benzoate 122
2 Asam salisilat 159
3 Asam suksinat 188
4 Asam adipat 153
5 Asam maleat 139
6 Urea 132

69
No. Senyaw Titik leleh (oC)
ooo
7 Vanilin a 83
8 Asetanilida 116
9 Fanasetin 136
10 Sulfanilamida 166
11 Sakarina 229
12 Fenolftalen 263
13 Kafeina 237
14 Naftalena 80

PERTANYAAN
1. Mengapa senyawa-senyawa anorganik memiliki titik leleh yang
lebih tinggi dibandingkan senyawa-senyawa organik?
2. Jelaskan cara penentuan titik leleh yang lain selain dengan tabung thiele!
3. Jelaskan dengan diagram fase, mengapa senyawa murni memiliki
rentang titik leleh yang tajam!
4. Gambarkan diagram fase komposisi terhadap titik leleh, bila suatu
senyawa A terkotori oleh senyawa B!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sublimasi, titik tripel, dan titik leleh!

70
Nama :……………………….NPM :.......................... NoMeja:..........................
Asisten: …………………... ...Tanggal Percobaan : ………... ..........................

Lembar Laporan
Penentuan
Titik leleh

Tulis hasil pengamatan anda!

71
DAFTAR PUSTAKA

Beran, J.A., 2004, Laboratory Manual for Principles of General Chemistry, 7th
Edition, John Wiley & Sons, Inc., New York.

Nelson, J. H., Kemp, K. C, 2000, Laboratory Experiments, 8th Edition, Prentice


Hall, New Jersey.

Seinko, M.J., Plane R.A., Marcus, S.T., 1984, Experimental Chemistry,


International Student Edition, Mc Graw Hill International Book Company,
Japan.

Vogel, A. I., 1986, A Text book of Quantitative Inorganic Analysis, 3rd Edition,
Longman, London.

72

Anda mungkin juga menyukai