BIOKIMIA
“Energi Basal dan Kajian Nutrisi”
KELOMPOK 1
KELAS PARAREL I
DISUSUN OLEH :
1. Sheirina Suhartojo (110119023)
2. Meliana Setiawan (110119057)
3. Yusron Assidqy Aw (110119187)
4. Wahyu Yusroy Nabilah (110119196)
5. Komang Mentari Mutiara Dewi (110119223)
6. Zahra Wine F. (110119226)
7. Audrey Valentia (110119238)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
2020
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I. TUJUAN PERCOBAAN ........................................................................... 1
1.1 Tujuan Percobaan........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Khusus............................................................................................ 1
ii
BAB I
TUJUAN PERCOBAAN
1
BAB II
HASIL PERCOBAAN
kacangan,umbi-umbian/polisakarida
2 Konstipasi Makan sayur,bauah,kacang yang Biochemistry hal
508,517
tinggi serat
3 Intoleransi laktosa Mengurangi konsumsi susu Biochemistry hal169
4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Indeks Masa Tubuh (BMI)
BMI adalah inidikator pengukuran berat badan berdasarkan tinggi dan berat
badan. Meskipun BMI anda tidak benar-benar “ukuran” persentase lemak tubuh, itu
adalah alat yang berguna untuk memperkirakan berat badan yang sehat berdasarkan
tinggi badan. Karena kemudahan pengukuran dan perhitungan itulah yang paling
banyak digunakanan indikator diagnostik untuk mengidentifikasi berat badan optimal
seseorang tergantung pada tinggi badannya. Angka BMI akan memberitahu jika kita
underweight, atau berat badan normal, kelebihan berat badan, atau obesitas. Namun,
karena berbagai tipe tubuh, distribusi otot dan massa tulang, dll, itu tidak tepat untuk
menggunakan ini sebagai satu-satunya atau akhir indikasi untuk diagnosis.
Body Mass Index (BMI) menunjukkan pedoman untuk menentukan apakah
seseorang kelebihan berat badan atau obesitas. Ini didasarkan pada metode khusus untuk
menentukan indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh (BMI), berat badan dibandingkan
dengan tinggi badan. BMI dihitung dengan menentukan berat badan seseorang (tanpa
pakaian) dalam kilogram dan ketinggian tanpa alas kaki dalam meter. BMI adalah berat
dalam kilogram dibagi dengan tinggi dalam meter kuadrat:
weight∈kilograms
BMI =
(height ∈meters)²
BMR (Basal Metabolic Rate) atau laju metabolisme basal adalah energi yang
dibutuhkan tubuh untuk metabolisme dasar, yang diukur pada kondisi dasar yaitu pada
keadaan setelah selesai menyerap nutrisi dari makanan, kondisi relaks, suhu tubuh tetap
(36°C), dan bebas darirasa tertekan. Laju metabolisme basal atau basal metabolic rate
(BMR) diukur pada kondisi subjek beristirahat pada posisi berbaring, 12-16 jam setelah
tidur 8 jam di ruang gelap atau setelah 12 jam berpuasa. BMR bisa juga dinyatakan
sebagai laju metabolisme saat istirahat (resting metabolic rate, RMR). Nilai BMR
setiap individu sangat bervariasi. Metabolisme basal dapat dinyatakan dalam :
1. Kalori yang dihasilkan
2. Oշ yang dipakai
3. Coշ yang dibebaskan
5
Seseorang dianggap gemuk jika indeks massa tubuhnya 30 kg / m2 atau lebih.
Seseorang yang obesitas memiliki peningkatan risiko yang signifikan untuk banyak
penyakit. Secara umum, semakin tinggi indeks massa tubuh seseorang, semakin
signifikan risikonya. Orang dewasa yang memiliki BMI antara 25 dan 29,9 dianggap
kelebihan berat badan. Orang dewasa yang memiliki BMI 30 atau lebih dianggap
obesitas. Risiko kesehatan yang terkait dengan kelebihan berat badan atau bahkan
obesitas dapat dikurangi dengan meningkatkan kebugaran seseorang. Kebugaran adalah
ukuran seberapa efisien seseorang dapat berfungsi baik secara fisik maupun mental.
Seseorang dengan BMI 30 mungkin lebih bugar daripada seseorang dengan BMI 23 jika
ia terlibat dalam program rutin latihan fisik dan mental. Ketika kebugaran meningkat,
metabolisme, kekuatan, ketajaman mental, dan koordinasi juga meningkat.
Adapun kategori BMI menurut WHO:
7
3.2 Pemeriksaan Berat dan Tinggi Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil dalam keadaan
normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Pengukuran berat badan pada remaja dan dewasa dapat menggunakan timbangan injak
biasa atau timbangan dengan pengukur tinggi badan. Tinggi badan merupakan salah
satu parameter yang dapat melihat status gizi. Pengukuran tinggi badan dapat
menggunakan pengukur tinggi (mictptoise) yang memiliki ketelitian 0,1 cm.
Pengeluaran energi yang signifikan diperlukan untuk aktivitas otot. Namun,
bahkan ketika tubuh dalam keadaan diam, energi diperlukan untuk mempertahankan
pernapasan, detak jantung, dan fungsi tubuh normal lainnya. Tingkat metabolisme basal
(BMR) adalah tingkat di mana tubuh menggunakan energi saat diam. Tingkat
metabolisme basal dari kebanyakan orang membutuhkan lebih banyak energi daripada
aktivitas otot voliarier mereka. Sebagian besar energi ini digunakan untuk menjaga suhu
tubuh tetap konstan. Pengukuran sejati laju metabolisme basal membutuhkan
pengukuran oksigen yang digunakan selama periode tertentu dalam kondisi yang
terkendali.
Beberapa faktor memengaruhi laju metabolisme basal seseorang, termasuk :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Tinggi badan
4. Berat badan.
8
sebanyak 0,4 cm. Perubahan LILA selama kehamilan ini tidak cukup banyak
sehingga bisa digunakan untuk mengukur status gizi ibu sebelum hamil.
9
3.3.4 Mengurangi Resiko KEK pada Ibu Hamil Trimester Pertama
KEK bisa dicegah melalui program promosi kesehatan, melakukan tatalaksana
kasus dengan pelayanan antenatal terpadu, dan edukasi gizi yang tepat untuk ibu
hamil. Edukasi akan berhasil jika dilakukan secara intensif oleh tenaga kesehatan
yang memiliki ikatan sosial dan hubungan yang baik dengan ibu hamil maupun
yang sedang mempersiapkan kehamilan. Pada saat ini pravalensi yaitu masih
menjadi masalah gizi dan diharapkan tidak ada lagi ibu hamil yang menderita KEK
sesuai dengan target SDG‟s yaitu pada 2030, mengurangi angka kematian ibu
hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup serta mengurangi sepertiga
kematian prematur akibat penyakit tidak menular melalui pencegahan dan
perawatan, serta mendorong kesehatan dan kesejahteraan mental.
LILA pada ibu hamil trimester I perlu mendapatkan perhatian dalam mengkonsumsi
makanan untuk peningkatan status gizi ibu hamil karena akan mempengaruhi
pertumbuhan janin yang dikandungnya. Ibu hamil perlu mengkonsumsi makanan
yang beragam dan porsi yang lebih banyak serta agar kecukupan gizinya terpenuhi.
Ibu hamil dengan IMT kurus mengalami resiko tinggi melahirkan BBLR dan
mengalami perdarahan saat bersalin. IMT ibu sebelum dan selama hamil sangat
mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungannya. Seorang wanita hamil
dapat dinilai dengan IMT, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Berat badan badan kurang dapat mengakibatkan risiko
terhadap penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.
Dengan mengetahui indeks massa tubuh seorang wanita sacara dini sebelum
kehamilan berlangsung maka dengan mudah akan menentukan penambahan berat
badan yang harus dicapai selama kehamilan agar dapat melahirkan bayi yang sehat
dan normal.
3.4.1 Harris-Benedict
Persamaan Harris-Benedict merupakan metode yang juga dapat digunakan
untuk memperkirakan kebutuh energi basal (BMR) dan juga kebutuhan energi
sehari. Kebutuhan energi basal dikalikan dengan aktivitas fisik masing-masing
individu yang akan menghasilkan kebutuhan energi sehari yang direkomendasikan
untuk mempertahankan berat badan. Melalui perhitungan kebutuhan energi ini
maka akan didapatkan total kebutuhan energi bagi seseorang. Kebutuhan energi
bersifat individual karena pada persamaan Harris-Benedict, terdapat faktor pengali
berat badan, umur, tinggi badan, dan aktivitas. Faktor-faktor pengali ini tentunya
akan berbeda-beda bagi setiap orang. Berikut ini adalah persamaan Harris-
Benedict:
BMR laki-laki= 66,5+[13,8xBB(kg)]+[5xTB(cm)]-[6,8xusia(th)]
BMR perempuan=655,0+[9,6xBB(kg)]+[1,8xTB(cm)]-[4,7xusia(th)]
Keterangan:
11
BB= berat badan
TB= tinggi badan
Menggunakan rumus persamaan Harris-Benedict, didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Manusia coba pertama adalah Meliana dengan kebutuhan energi sejumlah 1376,9
kkal/hari.
2. Manusia coba kedua adalah Sherina dengan kebutuhan energi sejumlah 1519,1
kkal/hari.
3. Manusia coba ketiga adalah Mentari dengan kebutuhan energi sejumlah 1649,9
kkal/hari.
4. Manusia coba keempat adalah Yusroy dengan kebutuhan energi sejumlah 1412,9
kkal/hari.
5. Manusia coba kelima adalah Yusron dengan kebutuhan energi sejumlah 1799,9
kkal/hari.
6. Manusia coba keenam adalah Audrey dengan kebutuhan energi sejumlah 1410,5
kkal/hari.
7. Manusia coba ketujuh adalah Zahra dengan kebutuhan energi sejumlah 1262,9
kkal/hari.
3.4.2 Schofield
Persamaan Schofield merupakan persamaan yang paling umum digunakan di
Inggris. Persamaan ini digunakan untuk memperkirakan kebutuhan energi
menggunakan usia, jenis kelamin, dan berat badan untuk memprediksi BMR.
Hasil dari persamaan ini lebih akurat dan lebih pasti. Rumus persamaan schofield
adalah sebagai berikut :
Usia
(tahun Pria Wanita
)
17,6 x BB (kg) + 13,3 x BB (kg) +
15-18
656 690
15,0 x BB (kg) + 14,8 x BB (kg) +
18-30
690 485
11,4 x BB (kg) + 8,1 x BB (kg) +
30-60
870 842
>60 11,7 x BB (kg) + 9,0 x BB (kg) +
12
585 656
Keterangan:
BB: berat badan
Menggunakan rumus persamaan Shofield, didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Manusia coba pertama adalah Meliana dengan kebutuhan energi sejumlah 1291,6
kkal/hari.
2. Manusia coba kedua adalah Sherina dengan kebutuhan energi sejumlah
1513,8 kkal/hari.
3. Manusia coba ketiga adalah Mentari dengan kebutuhan energi sejumlah
1720,8 kkal/hari.
4. Manusia coba keempat adalah Yusroy dengan kebutuhan energi sejumlah
1358,2 kkal/hari.
5. Manusia coba kelima adalah Yusron dengan kebutuhan energi sejumlah
1800 kkal/hari.
6. Manusia coba keenam adalah Audrey dengan kebutuhan energi sejumlah
1343,4 kkal/hari.
7. Manusia coba ketujuh adalah Zahra dengan kebutuhan energi sejumlah
Obesitas merupakan salah satu penyakit dari masalah gizi yang lebih. Banyak
faktor yang berperan terjadinya obesitas yang sebagian besar merupakan interaksi antara
faktor genetik dengan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik, sosial ekonomi dan
nutrisi. Keadaan obesitas meningkatkan risiko penyakit – penyakit kardiovaskuler
karena keterkaitannya dengan sindrom metabolik atau sindrom resistensi
insulin/hyperinsulinemia, intoleransi glukosa/diabetes melitus, dyslipidemia, hipertensi,
dan lainnya. Pada prinsipnya, obesitas terjadi karena asupan energi yang masuk lebih
besar dibandingkan yang keluar sehingga terjadi kelebihan energi dalam bentuk jaringan
lemak. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau
cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Obesitas secara umunya dapat
dibagi atas dua kelompok besar yaitu :
- obesitas tipe android ayau tipe sentral : badan berbentuk gendut seperti gentong, perut
membuncit ke depan, banyak didapatkan pada kaum pria. Tipe ini cenderung akan
timbul penyakit jantung coroner, diabetes dan stroke.
13
- Obesitas tipe Ginoid : banyak ditemukan pada kaum wanita terutama yang telah masuk
masa menopause, panggul dan pantatnya besar, dari jauh tampak seperti buah pir.
Ada beberapa cara agar kita dapat mengurangi ataupun mencegah obesitas yaitu dengan
mengurangi makanan seperti pati, gula, kacang-kacangan. Memilih makanan yang kaya
serat, makan perlahan, makan yang rendah kalori, berolahraga dengan teratur,
mengurangi asupan garam, minum air secukupnya. Dengan melakukan hal tersebut kita
sudah dapat mengurangi ataupun mencegah resiko obesitas.
2. Konstipasi
Konstipasi biasa disebut sembelit atau susah buang air besar. Konstipasi adalah
suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan konsistensi feses menjadi keras, ukuran
besar, penururnan frekuensi atau kesulitan defekasi. konstipasi mengacu pada defekasi
abnormal yang tidak teratur dan juga mengacu pada pengerasan abnormal feses yang
membuatnya sulit untuk keluar dan terkadang sangat terasa sakit. Jenis yang demikian
disebut konstipasi kolonik. konstipasi merupakan hal yang biasa, tetapi jika tidak
diatasi, konstipasi dapat menimbulkan situasi yang lebih serius, seperti impaksi ( feses
menjadi keras dan kering ) dan obstruksi. Konstipasi kronis dapat mengakibatkan
diverticulosis, kanker, kolon, dan terjadinya hemoroid. Konstipasi biasanya terjadi pada
lansia yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurang minum, diet rendah serat,
kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, kurang olahraga, dan penggunaan obat-
obatan. Ada beberapa hal agar kita dapat mencegah terjadinya konstipasi yaitu dengan
memakan makanan yang kaya serat karena jika asupan serat yang kurang dapat
menimbulkan konstipasi.
3. Intoleransi laktosa
14
4. Operasi besar abdomen
5. Penyakit coeliac
6. Anemia pernisiosa
7. Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama yang menyebabkan
serangan jantung dan stroke, yang menyerang sebagian besar penduduk dunia.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg atau
lebih untuk usia 13 – 50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmHg untuk usia di
15
atas 50 tahun. Pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk lebih
memastikan keadaan tersebut (WHO, 2005). Hipertensi dapat dikelompokan menjadi
dua jenis, yaitu: Hipertensi primer atau essensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi
primer adalah hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya. Hipertensi
primer menyebabkan perubahan pada jantung dan pembuluh darah. Sedangkan
hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari adanya
penyakit lain dan biasanya penyebabnya sudah diketahui, seperti penyakit ginjal dan
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu.
Hipertensi merupakan faktor risiko utama dalam terjadinya stroke, penyakit
jantung iskemik, dan gagal ginjal. Terapi hipertensi dapat menurunkan risiko stroke
sebesar 40 % dan risiko miokard infark sampai 15 %. Perubahan gaya hidup yang
merupakan bagian dari penatalaksanaan hipertensi dapat menurunkan tekanan darah,
meningkatkan efektivitas obat antihipertensi, dan menurunkan risiko kardiovaskular.
Modifikasi pola asupan makanan sehari-hari merupakan salah satu komponen
perubahan gaya hidup yang mempunyai peran paling besar dalam menurunkan tekanan
darah. Modifikasi pola asupan makanan dimaksud adalah mengikuti pedoman umum
gizi seimbang juga sesuai dengan dietary approach to stop hypertension (DASH), yaitu
tinggi sayuran dan buah, bahan makanan tinggi serat, susu rendah lemak, daging, dan
kacang- kacangan. Perlu diperhatikan juga asupan energi, jumlah dan jenis protein, serta
komponen lemak dan karbohidrat. Selain itu, bahan makanan kaya akan mineral dan
vitamin, serta nutrien spesifik, seperti asam lemak tak jenuh omega-3 mempunyai peran
dalam pencegahan hipertensi.
17
BAB IV
KESIMPULAN
1. BMI adalah inidikator pengukuran berat badan berdasarkan tinggi dan berat badan.
Meskipun BMI anda tidak benar-benar “ukuran” persentase lemak tubuh, itu
adalah alat yang berguna untuk memperkirakan berat badan yang sehat
berdasarkan tinggi anda. Karena kemudahan pengukuran dan perhitungan itulah
yang paling banyak digunakanin indikator diagnostik untuk mengidentifikasi berat
badan optimal seseorang tergantung pada tinggi badanya.
2. Selain menggunakan indikator BMI, kita dapat mengetahu resiko terkenanya
obesitas dengan mengukur lingkar pergelangan tangan dan pinggang.
3. Pengukuran LILA merupakan salah satu cara deteksi dini resiko KEK dimana ibu
mengalami kekurangan makanan yang berlangsung menahun yang dapat
mengganggu kesehatan ibu. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa LILA
mempunyai ukuran yang relatif stabil selama kehamilan dan merupakan
pengukuran yang diperlukan untuk mengidentifikasi wanita dengan resiko
persalinan.
4. Persamaan Harris-Benedict merupakan metode yang juga dapat digunakan untuk
memperkirakan kebutuh energi basal (BMR) dan juga kebutuhan energi sehari.
Kebutuhan energi basal dikalikan dengan aktivitas fisik masing-masing individu
yang akan menghasilkan kebutuhan energi sehari yang direkomendasikan untuk
mempertahankan berat badan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Crook, Martin A. 2008. Clinical Biochemistry and Metabolic Medicine 8th edition.
London : Hodder Arnold.
Gaw, Allan, Michael J. Murphy, Robert A. Cowan, Denis St. J. O’Reilly, Michael J.
Stewart, James Shepherd. 2010. Biokimia Klinis edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Lieberman, Michael dan Alisa Peet. 2015. Essentials of Medical Biochemistry A
Clinical Approach 2nd edition. China : Wolters Kluwer
Murray, Robert K., David A. Bender, dkk. 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry 28th
edition. United States : The McGraw-Hill
Pratt, Charlotte W. dan Kathleen Cornely. 2018. Essential Biochemistry 4th edition.
United States : Wiley
Rae, Peter, Mike Crane, Rebecca Pattenden. 2018. Clinical Biochemistry Lecturer
Notes 10th edition. United States : Wiley.
Rodwell, Victor W., David A. Bender, Kathleen M. Botham, dkk. 2016. Biokimia
Harper edisi 30. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Satyanarayana, U., U. Chakrapani. 2013. Biochemistry fourth edition. India : Elsevier.
Lasabuda, Trigisa dkk.2015. Jurnal eBm Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT).
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.vol 3,No3:794-797.
Husnah.2012. Jurnal Tatalaksanan Obesitas.Kedokteran Syiah Kuala.vol 12 No 2:99-
104.
Pradani, Vita Rizky dkk.2015. Hubungan Asupan Serat, Lemak, dan Posisi Buang Air
Besar dengan Kejadian Konstipasi Pada Lansia.Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
journal). Vol 3,No3:257-265.
Kumala, Meilani.2014. Peran Diet Dalam Pencegahan dan Terapi hipertensi. Damianus
Journal of Medicine.vol 13, No 1: 50-61.
Nugroho,Muhammad Ridho dkk.2018.Asupan Vitamin B12 terhadap Anemia
Megaloblastik Pada Vegetarian di Viahara Meitriya Khirti Palembang. Jurnal
Kesehatan komunitas.Vol 4,No 2.
Oktadiana,Harini dkk.2017.Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Coeliac. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia.Vol 4,No 3:157-165.
Yohmi,Elizabeth dkk.Intoleransi Laktosa pada Anak dengan Nyeri Perut Berulang.
Sari Pediatri.Vol 2,No 4:198-204.
Hubungan lingkar lengan atas dengan obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
universitas Sam Ratulangi. 2016.Jurnal e-Biomedik (eBm), Vol 4, No 2,
Muharni Harahap, Yusrizal Mochtar.2016. Gambaran Rasio Lingkar Pinggang Pinggul
Riwayat Penyakit dan Usia pada Pegawai Polres Pekanbaru.
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/
19
LAMPIRAN
Tugas Baca
The asia-pacific perspective ; redefining obesiry and it’s treatment. World health
organization collaborating centre for the epidemiology of diabetes mellitus and health
promotion for noncommunicable disease Melbourne 2000
20
Analisis Kasus
1. Nyonya T, 29 tahun mengeluh tidak tahan panas, banyak keringat, jantung berdebar-
debar dan gemetar. Sejak 3 bulan ini berat badannya turun drastis walaupun pola makan
tidak berubah dan nafsu makannya baik. Hasil pemeriksaan fisik denyut jantungnya 116
kali / menit, kulit terasa hangat, tremor dan kelihatan gelisah. Kelenjer tiroid tampak
membesar dan dokter meminta dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa nyonya T mengalami hipertiroidisme. Jelaskan hubungan
hipertiroidisme dengan keluhan yang dialami ny T dari sisi biokimia!
Hormon tiroid terdiri dari T3 dan T4. Meningkanya T3 dan T4 mengakibatkan
hipertioid. Dengan adanya keberadaan Hormon Tiroid bias menyebabkan kepekaan
terhadap sel otot glikogenolitik. Efek T3 menyebabkan glíkolisis di otot meningkat
sehingga badan bisa semakin kurus. Hormon Tiroid.juga.dapat menyebabkan kepekaan
sistem saraf simpatis terhadap dingin. Kemampuan T3 meningkatkan pembentukan
panas berkaitan dengan efeknya pada jalur oksidasi bahan bakar yang menghasilkan
ATP sekaligus membebaskan energi panas. Hormon tiroid meningkatkan kerja
katekokalamin (norephineprin dan ephineprin) yang mampu meningkatkan regulasi
yang menyebabkan jantung beredetak kencang.
Sumber: Guyton dan triall Fisiologi kedokteran hal 869-866.
Sumber : Crook, Martin A. 2008. Clinical Biochemistry and Metabolic Medicine 8th
edition. London : Hodder Arnold. Page 164.
21
3. Seorang teman dari fakultas lain mengajak anda berdiskusi mengenai rencananya
untuk menurunkan badan berat dengan cara diet vegetarian yang terdiri dari banyak
sayuran tanpa daging, telur dan susu. Selain itu dia juga akan melakukan olahraga
teretur. Bagaimana menurut anda rencana diet tersebut? Apakah semua kebutuhan
nutrisi terutama asam amino untuk sintesis protein dalam tubuh terpenuhi?
Menurut saya kurang tepat karena orang yang diet vegetarian akan.rawan
terkena anemia difisiensi besi (berkurangnya penyerapan zat besi). Semua kebutuhan
nutrisi akan menurun terutama asam amino yang sangat dibuhuhkan dari kelompok
amino dari asam amino digunakan untuk pembentukan urea yang merupakan produk
akhir dari ekskresi metabolisme protein dengan fungsi asam amino untuk menghasilkan
energi, sintesis uterus, pembentukan lemak atau badan keton dan terlibat dalam
produksi asam amino non-essensial. Manusia sebagian besar mengandung 300-400
g/hari yang tergredasi disintesis dari kumpulan asam amino dan tiap hari membutuhkan
40-100 g asupan protein dan diperkirakan 30-50 g protein hilang. Maka hal ini sangat
berbahaya apabila teman saya diet protein karena protein sangat dibutuhkan bagi tubuh
manusia.
Sumber : Satyanarayana, U., U. Chakrapani. 2013. Biochemistry fourth edition. India :
Elsevier. Page 416. Page 331.
4. Respon metabolik terjadi saat seseorang mengalami trauma. Salah satu bentuk respon
metabolik adalah peningkatan protein C-reaktif (CRP) dan komplemen. Apakah tujuan
peningkatan protein C-reaktif dan komplemen saat trauma? Jelaskan tujuan pengukuran
CRP serum!
Tujuan peningkatan protein C-reaktif (untaian C untuk karbohidrat yang terikat
pada kapsul pneumokokus) terlibat dalam promosi sistem kekebalan melalui aktivase
kaskade komplemen. Tujuan pengukuran CPR serum penting untuk evaluasi respon fase
akut (infeksi, cedera, respon terhadap operasi, trauma berbagai kondisi inflamasi,
kanker, dll). Fase ini dikaitkan dengan pola karakteristik berbagai perubahan protein
plasma tertentu, secara kolektif disebut sebagai protein fase akut misalnya I-antitripsin,
seruloplasmin, protein komplemen, protein C-reaktif. Selama fase akut sintesis protein
plasma terus menurun dan mereka dianggap sebagai reaktan fase akut negatif misalnya
albumin dan tranferrin. CPR adalah komponen utama protein fase akut diproduksi di
22
hati dan hadir dalam sirkulasi dalam konsentrasi kecil (1mg/dL). CPR untuk
memprediksi resiko penyakit jantung koroner
Sumber : Satyanarayana, U., U. Chakrapani. 2013. Biochemistry fourth edition. India :
Elsevier. Page 186.
23