KIMIA ANALIS
Disusun Oleh :
Nama : Diyah Puspita Sari
Nim : 221003242010449
Dosen Pengampu : Ahmad Shobib, ST. MT
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK KIMIA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan
puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inyah-Nya kepada
kami semua, sehingga dapat menyelesaikan makalah kimia analis tentang titrasi asisi-alkalimetri,
titrasi permanganometri, titrasi iodo idiometri, titrasi argentometri dan titrasi kompleksometri.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.Terlepas dari
semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang kimia analis
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................4
BAB I PENDAHULUAN................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................6
3.1 Kesimpulan...........................................................................................36
3.2 Saran.....................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................37
LEMBAR PENGESAHAN
Fakultas : Teknik
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan
zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis
reaksiyang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam-basa maka
disebut sebagai titrasi asam-basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya. Zat yang akan ditentukan kadarnyadisebut sebagai ”titrant” dan biasanya
sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa
larutan. Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi penetralan,
maka tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi
asam-basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-
basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-
asam kuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa disebut juga titrasi asidi-
alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam-basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri
dengan teknik titrasi asam-basa. Solumetri adalah teknik analisis kimia kuantitati untuk
menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan
kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari
perubahan warna indikator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan
persamaan reaksi. Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen ( equivalen point )
indikator asam-basa. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi
dengan disertai perubahan warna indikatornya sedangkan titik akhir titrasi adalah saat perubahan
warna indikator.
BAB II PEMBAHASAN
Asidi-alkalimetri (lebih dikenal sebagai Titrasi asam-basa) adalah teknik analisis kimia
berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering disebut titrasi asam-basa. Reaksi
dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai
jumlah zat-zat yang direksikan tepat menjadi ekivalen (telah tepat banyaknya untuk menghabiskan
zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan
larutan yang ditambah titran disebut titrat (dalam hal ini titran dan titrat berupa asam dan basa atau
sebaliknya). Pada saat ekivalen, penambahan titran harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir
titrasi. Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu zat
yang dinamakan indikator asam-basa. Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warna
apabila pH lingkungannya berubah. Asidi-alkalimetri menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat,
asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa kuat-
Alkalimetri dan asidimetri adalah jenis analisis volumetrik yang menjadi reaksi fundamental
dalam suatu reaksi netralisasi. Alkalimetri merupakan analisis khusus menggunakan titrasi asam-
basa untuk menentukan konsentrasi basa (alkalin). Asidimetri, terkadang dieja asidometri, adalah
konsep serupa yang merupakan analisis khusus menggunakan titrasi asam-basa, tetapi untuk zat
asam.
Peralatan
Peralatan titrasi
Buret
Pipet
Labu Erlenmeyer
Pentiter atau titran (suatu larutan standar dengan konsentrasi yang telah diketahui, biasanya
Metode
Pengaturan titrasi. Buret normalnya disokong dengan klem (tidak ditunjukkan). Warna merah muda
Pemilihan indikator
Sebelum memulai titrasi indikator asam-basa yang sesuai harus ditentukan. Titik ekivalen reaksi,
keadaan di mana sejumlah ekivalen reaktan telah bereaksi, akan memiliki pH yang bergantung pada
kekuatan relatif asam dan basa yang digunakan. Nilai pH pada titik ekivalen dapat diestimasi
Asam kuat akan bereaksi dengan basa lemah membentuk larutan asam (pH < 7).
Asam lemah akan bereaksi dengan basa kuat membentuk larutan basa (pH > 7).
Ketika suatu asam lemah bereaksi dengan basa lemah, larutan pada titik ekivalen akan bersifat basa
jika kebasaannya cukup kuat serta bersifat asam jika keasamannya cukup kuat. Jika keduanya sama
kuat, maka pH ekivalen akan netral. Tetapi, asam lemah tidak selalu ditirasi dengan basa lemah
karena perubahan warna yang ditunjukkan oleh indikator terkadang sangat cepat, sehingga karenanya
Keadaan di mana indikator mengalami perubahan warna disebut sebagai titik akhir titrasi. Suatu
indikator yang sesuai harus dipilih, lebih disukai indikator yang akan mengalami perubahan warna
(titik akhir titrasi) yang terdekat dengan titik ekivalen titrasi. Titrasi asam-basa dilakukan dengan
indikator bromotimol biru, untuk titrasi asam kuat-asam lemah, indikator fenolftalein pada titrasi
asam lemah – basa kuat, dan metil jingga untuk titrasi asam kuat – basa lemah. Jika basa berada di
luar rentang pH indikator-indikator tersebut, misalnya basa dengan pH >13.5, dan asam dengan pH
>5.5, dapat digunakan indikator Alizarin kuning. Sementara itu, jika asam di luar rentang pH,
misalnya pH <0.5, dan basa dengan pH <8.5, indikator Timol biru dapat digunakan.
Tahapan titrasi :
Pertama, buret harus dibilas dengan larutan standar, pipet larutan yang tidak diketahui
Kedua, larutan dengan konsentrasi yang belum diketahui dengan sejumlah volume tertentu
harus diambil dengan pipet ukur dan ditempatkan ke dalam labu erlenmeyer, bersama dengan
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya kemudian harus dikeluarkan dari buret, ke dalam labu
erlenmeyer. Pada tahap ini perkiraan kasar jumlah larutan dibutuhkan untuk menetralisasi larutan
dengan konsentrasi yang belum diketahui. Larutan dibiarkan keluar dari buret sampai indikator
berubah warna dan nilai pada buret harus dicatat. Nilai tersebut dicatat sebagai volume (kasar) titrasi
Setidaknya tiga kali titrasi (triplo) atau lebih harus dilakukan, agar lebih akurat, dengan
mempertimbangkan kira-kira di mana titik akhir akan terjadi. Pembacaan awal dan akhir pada buret
(sebelum memulai titrasi dan pada titik akhir, masing-masing) harus dicatat. Mengurangkan volume
awal dari volume akhir akan menghasilkan jumlah titran digunakan untuk mencapai titik akhir. Titik
Metode grafik
Proses titrasi membuat larutan dengan komposisi mulai dari asam murni hingga basa murni.
Mengidentifikasi pH yang terkait dengan setiap tahap dalam proses titrasi relatif sederhana untuk
asam dan basa monoprotik. Kehadiran lebih dari satu asam atau basa gugus mempersulit perhitungan
ini. Metode grafik, seperti equiligraph, telah lama digunakan untuk menjelaskan interaksi
kesetimbangan ganda. Metode grafik larutan tersebut sederhana untuk diimplementasikan, namun
Permanganometri merupakan titrasi redoks yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium
permanganat (KmnO4). Titrasi ini melibatkan dua tahapan, yakni titrasi analit dengan larutan kalium
permanganat dan kemudian standardisasi kalium permanganat dengan larutan natrium oksalat.
Bergantung pada bagaimana titrasi dilakukan, ion permanganat dapat direduksi menjadi Mnx di
mana x adalah +2, +3, +4 and +6. Menggunakan permanganometri dapat mengestimasi secara
kuantitatif kehadiran dari Fe+2, Mn+2, Fe+2 dan Mn+2 dan Mn+2 ketika keduanya hadir sebagai
Prinsip dasar
Dalam banyak kasus, permanganometri dilakukan dalam larutan yang sangat asam di mana reaksi
berikut terjadi :
EO = +1.51 V
Yang menunjukkan bahwa KMnO4 (dalam medium asam) adalah suatu agen pengoksidasi yang
sangat kuat.
Dalam larutan asam lemah MnO4− tidak dapat menerima 5 elektron untuk membentuk Mn+2 kali ini
hanya menerima 3 elektron dan membentuk MnO2(s) melalui reaksi elektrokimia berikut :
Dan jika larutan memiliki konsentrasi c(NaOH)>1 mol dm−3 reaksi berikut terjadi:
Reaksi
Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan
baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi
dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat
yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara
Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah
endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam
oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat
Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci,
dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+
dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang
terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh
pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan asam oksalat (H2C2O4) yang telah
ditambahkan asam sulfat (H2SO4) dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan (H2C2O4 ) yang telah ditambahkan
( H2SO4 )dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk
H2O2 → H2O + O2
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada
Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada reaksi
oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika dibandingkan dengan
metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan stoikometri yang sederhana
pelaksanannya praktis dan tidak benyak masalah dan mudah. (Rivai, 1995:98)
Iodometri Iodimetri
penambah
( Titran)
Selain itu juga terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan dari metode iodimetri yaitu sebagai
berikut:
1. Kelebihan
Pemutaran berlangsung lebih cepat karena titrat dan titran langsung bereaksi
Warna titik akhir lebih mudah teramati dan tidak berwarna menjadi biru
2. Kekurangan
Panitarnya mudah terurai oleh cahaya sehingga preparasi contoh harus dilakukan
terlebih dahulu
Diantara sekian banyak contoh teknik atau cara dalam analisis kuantitatif terdapat dua cara
melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Cara langsung disebut iodimetri (digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-
reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya). Namun, metode iodimetri
ini jarang dilakukan mengingatiodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan cara
tidaklangsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisis kemudiandireaksikan dengan ion iodida
berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan
Iodium merupakan oksidator yang sedikit / relative kuat dengan nilai potensial oksidasi sebesar
+ 0,535 V. Pada saat reaksi osidasi, iodium akan direduksi menjadi iodida sesuai dengan reaksi :
I2 + 2e ↔ 21-
Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil
dari pada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium.
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-
senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar dari pada sistem Iodium-Iodida atau
senyawa-senyawa yang bersifat oksidator, seperti CuSO4.5H2O, garam besi (III), dimana zat-zat
oksidator ini direduksi lebih dulu dengan ICI, dan iodin yang dihasilkandalam jumlah yang setara
ditentukan kembali dengan larutan baku natrium tiosulfat. Larutan standar yang dipergunakan dalam
kebanyakan proses iodometrik adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai
pentahidrat Na2S2O 3.5 H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung,
tetapi harus distandarisasi terhadap standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu
yang lama. Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer untuk larutannatrium tiosulfat.
Iodium murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran dalam
penanganan dan penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi yang kuat yang membebaskan
Larutan iodium sendiri dapat digunakan sebagai indikator suatu tetes larutan iodium 0,1 mL air
memberikan warna pucat yang masih dapatdiamati. Supaya lebih peka, digunakan larutan kanji
sebagai indicator,dimana kanji dengan iodium membentuk kompleks yang berwarna birudan masih
dapat diamati pada kadar yang sangat rendah. Ada juga dapat bahwa warna biru adalah disebabkan
absorbs iodium atau ion triiodia pada permukaan makromolekul kanji.Komponen utama dari kanji
ada dua yaitu : amilosa danamilopektin yang perbandingannya pada setiap tumbuh-tumbuhan
berbeda. Amilosa, senyawa yang mempunyai rantai lurus dan dapat banyak / sedikit terdapat dalam
kentang dan memberikan rantai bercabang memebentuk warna merah violet, mungkin karena
absorbs. Indikator kanji bersifat reversibel, artinya warna biru yang timbul akan hilang lagi apabila
yodium direduksi oleh natrium tiosulfat atau reduktor lainnya. Selain indikatornya tersebut, maka
untuk menetapkan titik akhir titrasi dapat juga digunakan pelarut-pelarut organik ini penting terutama
sebagai berikut :
Dalam suatu titrasi, bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya tidak pasti, perlu dilakukan
pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut larutan baku primer, yaitu
larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara penimbangan zat secara seksama yang
Selain itu, pembakuan juga bisa dilakukan dengan menggunakan larutan baku sekunder, yaitu
larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan cara dibakukan oleh larutan baku primer, karena
sifatnya yang labil, mudah terurai, dan higroskopis. Titrasi iodimetri harus dilakukan dengan lambat
agar I2 sempurna bereaksi dengan sampel, jika titrasi cepat maka I 2 tidak bereaksi sempurna dengan
sampel sehingga titik akhir titrasi lebih cepat tercapai dan hasilnya tidak akurat. Deteksi titik akhir
titrasi pada iodimetri dilakukan dengan menggunakan indikator kanji atau amilum yang akan
Iodin hanya larut sedikit dalam air (0,00134 mol/liter pada 25˚C) namun larut dalam larutan yang
I2 + I- ↔ I3-
Dengan konstanta kesetimbangan sekitar 710 pada 25˚C. Kalium iodida berlebih ditambahkan untuk
Larutan-larutan iodin standar dapat dibuat melalui penimbangan langsung iodin murni dan
pengenceran dalam labu volumetrik. Iodin akan dimurnikan oleh sublimasi dan ditambahkan ke
dalam larutan KI yang konsentrasinya diketahui yang ditimbang secara akurat sebelum dan sesudah
penambahan iodin. Namun demikian, biasanya larutan tersebut distandarisasi terhadap larutan
standar primer seperti As2O3. Kekuatan reduksi dari HAsO2 tergantung pada pH, seperti yang
Nilai konstanta kesetimbangan untuk reaksi ini adalah 0,17 karena itu reaksi ini tidak berjalan
sampai selesai pada titik ekivalen. Namun demikian, jika konsentrasi ion hidrogen diturunkan, reaksi
dipaksa bergeser ke kanan sehingga bisa digunakan untuk titrasi. Biasanyalarutannya disangga pada
1. Larutan iod adalah oksidator lemah, tak stabil karena mudah menguap.
4. Tidak dapat dilakukan pada suasana basa yakni pada Ph > 9 karena akan terjadi reaksi :
Indikator Iodo-Iodimetri
Larutan I2 dalam larutan KI encer berwarna coklat muda. Bila 1 tetes larutan I 2 0,1 N
dimasukkan kedalam 100 ml aquadest akan memberikan warna kuning muda, sehingga
dapatdikatakan bahwa dalam suatu larutan yang tidak berwarna I 2 dapat berfungsi sebagai indikator.
Warna dari larutan iodin 0,1N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi
dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut
seperti karbon tetraklorida dan kloroform dan terkadang kondisiini digunakan untuk mendeteksi titik
akhir titrasi. Namun demikian, suatu larutan (penyebaran koloidal) dari kanji lebih umum digunakan,
karena warna biru gelap darikompleks iodin-kanji bertindak sebagai tes yang sensitif untuk iodin.
Komponen utama kanji yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki rantai lurus dan
memberikan warna biru jika bereaksi dengan iodium. Amilopektin memiliki rantai bercabang dan
memberikan warna merah violet jika bereaksi dengan iodium. Keuntungan penggunaan kanji adalah
harganya murah, sedangkan kerugiannya adalah tidak mudah larut dalam air dingin, tidak stabil pada
suspensi dengan air, karenanya dalam proses pembuatannya harus dibantu dengan pemanasan.
Penambahan indikator kanji sebaiknya dilakukan pada saat medekati titik akhir titrasi karena iod
dengan kanji membentuk kompleks yang berwarna biru yang tidak larut dalam air dingin sehingga
dikhawatirkan mengganggu penetapan titik akhir titrasi. Karena adanya kelemahan ini dianjurkan
pemakaian kanji natrium glukonat yang mana indikator ini tidak higroskopis; cepat larut dan stabil
dalam penyimpanan, tidak membentuk kompleks yang tidak larut dengan iodium sehingga boleh
ditambahkan pada awal titrasi dan titik akhir jelas reprodusibel dan tidak tiba-tiba. Namun indikator
Perbedaan dari iodometri dan iodimetri berdasarkan perbedaan warna pada titik ekivalennya adalah :
pada iodometri perubahan warna pada titik ekivalen (TE) dari biru menjadi tak berwarna sedangkan
pada iodimetri perubahan warna pada titik ekivalen (TE) dari tak berwarna menjadi biru.
Reaksi iodometri dilakukan dalam suasana asam sedikit basa (pH<8), jika terlalu basa,maka
Sehingga volume tiosufat (titran) berkurang, kesalahan sampai 4% terjadi pada pH sekitar
11,52.
Larutan kanji yang telah rusak akan memberi warna violet yang sulit hilang warnanya,
Pemberian kanji terlalu awal, dapat menyebabkan iodium menguraikan amilum dan hasil
Penambahan KI harus berlebih, karena I2 yang dihasilkan sukar larut dalam air tetapi mudah
larut dalam KI, jadi KI yang ditambahkan selain mereduksi analit juga melarutkan I 2 hasil
reaksi.
Larutan tiosulfat (H2S2O3) dapat terdekomposisi, pada suasana yang sangat asam dapat
Larutan standar yang umum digunakan dalam proses iodometri adalah natriumthiosulfat.
Natrium tiosulfat biasanya dibeli sebagai pentahidrat, Na2S2O3. 5H2O dan larutan-larutannya
distandarisasi terhadap sebuah larutan primer. Larutan-larutan tersebut tidak stabil dalam jangka
waktu lama, sehingga boraks atau natrium karbonat sering ditambahkan sebagai bahan pengawet.
Reaksinya berjalan cepat, sampai selesai dan tidak ada reaksi sampingan. Berat ekivalendari
Na2S2O3.H2O adalah berat molekularnya, 248,17; karena satu elektron per satu molekul hilang. Jika
Dalam larutan yang netral atau sedikit alkalin, oksidasi menjadi sulfat tidak muncul, terutama jika
iodin digunakan sebagai titran. Banyak agen pengoksidasi kuat, seperti garam permanganat, garam
dikromat, dan garam serium (IV), mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat,namun reaksinya tidak
kuantitatif.
Ada banyak aplikasi proses iodometrik dalam kimia analisis. Penentuan iodometrik tembaga
banyak digunakan baik untuk bijih maupun paduannya. Metode ini memberikan hasil yang sempurna
dan lebih cepat daripada penentuan elektrolitik tembaga. Metoda klasik dari Winkler adalah sebuah
metoda sensitif ntuk menentukan oksigen yang dilarutkan dalam air. Ke dalam sampel air
ditambahkan garam mangan (II),natrium iodida dan natrium hidroksida berlebih. Mn(OH) putih
diendapkan dan secara tepat dioksidasi menjadi Mn(OH)3 coklat. Larutannya kemudian diasamkan,
dan Mn(OH)3 mengoksidasi iodida menjadi iodin, yang kemudian di titrasi dengan larutan standar
ANALIT REAKSI
Penentuan antimon serupa dengan penentuan arseni, kecuali ion-ion tartrat, C 4H4O62-
SbOCl ketika larutan dinetralkan. Titrasi dilakukan di dalam sebuah penyangga bikarbonat dengan
pH sekitar 8. Dalam penentuan timah dan sulfit, larutanyang sedang dititrasi harus dilindungi dari
oksidasi oleh udara. Titrasi hidrogen sulfi dan digunakan untuk menentukan belerang di dalam besi
atau baja.
ANALIT REAKSI
Ferisianida 2Fe(CN)4-6 + I2 ↔ 2Fe(CN)3-6 + 2I-
Dalam kimia analitik, argentometri adalah jenis titrasi yang melibatkan ion perak. Ini
digunakan untuk menentukan jumlah hadir klorida dalam sampel. Larutan sampel dititrasi terhadap
larutan perak nitrat dengan konsentrasi yang diketahui. Ion klorida bereaksi dengan ion perak untuk
Di dalam titrasi argentometri dikenal terdapat 3 metode yaitu metode Mohr, metode Volhard,
a. Metode Mohr
Dalam metode Mohr ini indikator yang digunakan yaitu kalium kromat (K2CRO4). Pada metode
ini larutan standar yang digunakan yaitu perak nitrat ( AgNO3 ). Ion klorida merupakan larutan yang
bertindak sebagai analit yang dapat ditentukan pada metode ini. Selama proses titrasi berlangsung
akan 46 terbentuk endapan putih akibat adanya perak klorida. Indikator yang digunakan pada metode
Berdasarkan data Ksp di atas, maka dapat dihitung kelarutan dari AgCl dan Ag2CrO4 dengan cara
sebagai berikut :
Misal kelarutan Ag2CrO4 = s mol/L , maka: [Ag⁺ ] = 2s dan [CrO₄²⁻] = s mpl/L, sehingga :
s³ = (7,5 × 10-12) / 4
Jadi berdasarkan perhitungan di atas Ksp AgCl lebih kecil dibandingkan dengan Ksp Ag2CrO4,
maka dapat dipastikan bahwa pengendapan terlebih dahulu terjadi pada AgCl sebab memiliki Ksp
(kelarutan) yang lebih rendah. Setelah semua ion klorida membentuk endapan, kelebihan ion Ag⁺
akanbereaksi dengan indikator metode Mohr ini (kalium kromat) yang akan membentuk endapan
dari Ag2CrO4 yang memiliki warna coklat kemerahan. Konsentrasi dari ion perak pada saat titik
dengan demikian konsentrasi dari ion kromat yang diperlukan untuk memperoleh endapan perak
kromat yaitu :
Pada dasarnya agar terbentuk endapan perak kromat perlu penambahan konsentrasi ion kromat
sebesar 0,01 M. Tetapi jika ditambahkan sedemikian akan menyebabkan terbentuknya warna kuning
yang sangat intensif pada analit. Hal ini menyebabkan warna endapan dari perak kromat akan sukar
diamati karna adanya warna kuning tersebut. Oleh karena itu, penambahan konsentrasi ion kromat
lebih kecil dari 0,01 M agar warna endapan dari perak kromat akan dapat dengan mudah terlihat.
Biasanya konsentrasi ion kromat yang digunakan yaitu 0,005 M sampai dengan 0,01 M.
Pada titrasi argentometri metode Mohr ini harus dilakukan pada pH kisaran 6,5-10. Hal ini
dikarenakan ion 48 kromat merupakan basa konjugasi dari asam kromat. Jika titrasi dilakukan pada
pH <6,5 , maka ion kromat akan terprotonasi dalam bentuk HCrO₄. Ion tersebut selanjutnya berubah
menjadi ion kromat. Ion kromat inilah yang akan mendominasi didalam larutan. Oleh sebab itu,
keasaman larutan pada titrasi argentometri metode Mohr ini sangat penting untuk diperhatikan.
Kondisi di atas dapat menyebabkan konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil (sedikit) untuk
memungkinkan terjadinya endapan Ag2CrO4 . Akibat dari kecilnya konsentrasi dari ion kromat akan
menyebabkan kesulitan dalam menentukan titik akhir titrasi. Oleh sebab itu, pada analit yang
memiliki sifat asam perlu untuk ditambahkan dengan kalsium karbonat agar pH tepat pada kisaran
6,5-10. Selain dengan penambahan kalsium karbonat juga dapat dilakukan dengan penambahan
padatan natrium hidrogen karbonat yang akan membuat pH larutan menjadi naik dengan kisaran pH
6,5-10. Sebaliknya jika titrasi argentometri dengan metode Mohr ini dilakukan pada pH >10 , maka
ion Ag⁺ akan bereaksi dengan ion OH⁻ membentuk endapan AgOH yang berwarna kecoklatan.
Endapan tersebut akan mempersulit dalam pengamatan saat titik akhir titrasi berlangsung.
Melakukan pengadukan pada saat penambahan larutan standar akan mempermudah pengamatan saat
tercapainya titik akhir titrasi. Selain hal tersebut sebelum titik akhir titrasi tercapai, pengadukan juga
akan menyebabkan endapan perak kromat akan terurai atau larut kembali. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam titrasi argentometri metode Mohr ini yaitu saat larutan perak nitrat dan endapan
perak klorida yang terbentuk harus jauh dari paparan sinar matahari sebab perak klorida dapat
Kedua hal yang telah dikemukakan di atas akan mempengaruh ketepatan dan kecermatan hasil
analisis. Oleh sebab itu, maka perlu dibutuhkan larutan blanko pada saat melakukan titrasi
argentometri ini. Larutan blanko untuk mengoreksi hasil dari titrasi yang telah dilakukan. Larutan
blanko diperlukan dengan menggunakan metode yang sama selama analisis akan tetapi tanpa larutan
analit.Sebelum dilakukan untuk menentukan kuantitas analit, larutan perak nitrat yang merupakan
larutan standar sekunder terlebih dahulu dilakukan standarisasi untuk mengetahui konsentrasi dari
larutan tersebut. Standarisasi oleh larutan perak nitrat dapat dilakukan menggunakan larutan natrium
klorida standar.
b. Metode Volhard
Titrasi argentometri metode Volhard ini indikator yang digunakan yaitu Fe(III) atau ion Fe³⁺
dan ion tiosianat (SCN⁻) bertindak sebagai larutan standar. Titik akhir titrasi pada metode Volhard
ini ditandai dengan perubahan warna putih menjadi merah. Titrasi dengan metode ini merupakan
titrasi langsung terhadap Ag⁺ serta merupakan titrasi balik terhadap ion klorida, bromida dan iodida.
Penambahan AgNO₃ dalam jumlah tertentu dan berlebih, kemudian kelebihan larutan perak nitrat
(AgNO₃) tersebut akan dititrasi dengan larutan standar ion tiosianat (SCN⁻). Setelah titik ekivalen
berlangsung, penambahan ion tiosianat (SCN⁻) ini akan bereaksi dengan indikator Fe(III)
membentuk ion kompleks yang berwarna merah. Dan saat perubahan warna inilah titrasi harus
Reaksi yang terjadi pada titrasi argentometri ini dengan menggunakan metode Volhard yaitu sebagai
berikut :
Titrasi argentometri dengan menggunakan metode Volhard ini biasanya disebut sebagai titrasi
balik atau titrasi kembali. Mol analit ditentukan dari pengurangan jumlah mol perak yang
ditambahkan dengan mol larutan standar tiosianat. Seperti larutan perak nitrat, larutan tiosianat juga
harus dilakukan standarisasi terlebih dahulu menggunakan perak nitrat standar yang digunakan untuk
c. Metode Fajans
Pada titrasi argentometri menggunakan metode Fajans ini menggunakan indikator yang disebut
dengan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ini merupakan senyawa organik yang dapat berubah
warnanya jika teradsorpsi pada permukaan endapan. Misalnya titrasi antara ion klorida dengan
Titrasi tersebut menunjukkan proses adsorpsi dengan menggunakan indikator yang bermuatan
negatif seperti fluoroscein (Fl⁻). Saat sebelum tercapai titik ekivalen larutan tersebut memiliki Cl⁻
yang berlebih , sehingga indikator fluoroscein (Fl⁻) tidak teradsorpsi pada permukaan endapan yang
menyebabkan permukaan endapan masih diselimuti oleh ion Cl⁻ yang bebas akibatnya antara
Reaksinya adalah
Endapan akan bersifat netral pada saat titik ekivalen berlangsung, karena pada saat titik ekivalen
berlangsung ion Cl⁻ maupun Ag⁺ tidak ada lagi dipermukaan endapan. Hilangnya kedua ion tersebut
akibat adanya reaksi yang berlangsung. Penambahan sejumlah kecil ion Ag⁺ pada saat setelah titik
ekuivalen berlangsung akan menyebabkan lebihnya jumlah muatan ion Ag⁺ didalam larutan tersebut,
sehingga pada permukaan endapan hanya terdapat ion Ag⁺ dan Fl⁻. Ion Fl⁻ akan teradsopsi pada
permukaan endapan melalui gaya elektrostatis. Gaya elektrostatis merupakan gaya yang timbul yang
memiliki muatan listrik statik. Jika muantan yang dimiliki sama atau sejenis maka akan saing tolak
menolak tetapi jika muatan yang dimiliki berlawanan jenis maka akan saling tarik menarik. Adanya
ion Fl⁻ yang teradsorpsi ini mengakibatkan terjadinya perubahan warna indikator.
Dengan reaksi :
bersifat ionik. Ion sulfat dengan ion barium dalam pelarut aseton yaitu thorin atau alizarin yang
Penggunaan indicator adsorpsi ini memiliki keuntungan yaitu memiliki galat yang kecil dalam
penentuan titik akhir titrasi dan pada saat titik akhir titrasi berlangsung perubahan warna dapat
diamati dengan jelas. Indikator ini saat digunakan pada saat titrasi argentometri menghasailkan
endapan yang luas permukaan yang besar, sehingga indicator dapat teradsorpsi dengan baik. Jenis
Sebagai contoh pada metode Mohr untuk penetapan klorida dan bromide. Larutan kalium
kromat ditambahkan sedikit pada suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak
nitrat. Penambahan sedikit larutan kalium kromat ini berfungsi sebagai indikator pada
larutan tersebut. Saat titik akhir titrasi berlangsung ion kromat dengan ion perak akan
membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah. Dalam titrasi menggunakan
metode Mohr ini hendaknya dilakukan pada suasana yang netral atau sedikit basa yaitu pH
sekitar 6,59.
Metode Volhard digunakan sebagai contoh dalam prosedur ini, titrasi dengan adanya
perak yaitu asam nitrat bebas dengan larutan standar kaliun atau ammonium tiosianat dan
sebagai indikatornya digunakan Fe³⁺. Saat penambahan larutan standar tiosianat awalnya
akan menghasilkan endapan perak klorida. Kelebihan larutan tiosianat akan dapat
Reaksinya :
Metode ini dapat juga digunakan untuk penetapan klorida, bromide dan iodide dalam larutan
asam. Ditambahkan secara berlebih larutan standar perak nitrat dan kelebihannya dititrasi
Reaksi :
Dinamakan indikator adsorpsi karena pada saat terjadi titik ekuivalen, indikator itu
diserap (diadsorpsi) oleh permukaan endapan tersebut dan selama proses itu suatu larutan
akan mengalami perubahan dalam indikator yang menimbulkan adanya perubahan warna
pada larutan tersebut. Zat yang digunakan yaitu zat-zat warna asam seperti, fluoresein yang
digunakan sebagai garam natriumnya. Pada titrasi menggunakan perak klorida dengan
larutan perak nitrat, perak klorida akan mengendap dan terjadi proses adsorpsi oleh ion-ion
klorida dan ion fluoresein akan membentuk senyawa yang kompleks dari perak yang
Reaksi dalam
buret
bata
Langsung bata
kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA( disodium
M2+ + (H2Y) = (MY)2- +2H + M3+ + (H2Y) =(MY)- +2H + M4+ +(H2Y) = (MY) + 2H+
atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam
titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit
terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion
logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral. Titrasi kompleksometri
juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ionkompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya
kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di
atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang
menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ionpusat, disebut ligan, dan dalam
logam digambarkan dengan baik menurut klarifikasi Schwarzenbach, yang dalam garis
besarnya didasarkan atas pembagian logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan
2. Ciri-ciri khas ligan itu. Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai
Keinertan dan kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi pengamatan umum
berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku kompleks-kompleks dari berbagai unsur,
yaitu diantaranya :
kompleks-kompleks labil.
Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk kompleks-kompleks inert.
Terbentuknya cepat.
NITA
NTA
Komplekson I
EDTA
DcyTA
DCTa
Komplekson IV
asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi
dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksilnya atau disebut ligan
multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul, misalnya asam 1,2
Suatu ETDA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam
sehingga ETDA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak masam, dapat terjadi
protonsi parsial ETDA tanpa pematahan sempurna kompleks logam yang menghasilkan spesies
eperti CuHY- . Ternyata bila beberapa ion logaam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi
dengan ETDA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut.
Kompleks-kompleks sianida
Indikator
Anon-anion
‘penopengan kinetik’
Indikator
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan idikator yang berguna sebagai tanda
tercapai titk akhir titrasi. Ada lima syarat suatu iindictorion logam dapat digunakan pada
3. Kompleks indicator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup karena disosiasi
4. Kompleks indicator logam itu harus kurang stabil disbanding kompleks logam-ETDA
untuk menjamin agar pada titk akhir ETDA memindahkan ion-ion logam dari
5. Kontras warna antara indicator bebas dan kompleks indicator logam harus sedemikian
sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terahadap ion logam yaitu
adalah :
Hitam eriokrom
Bromopirogalol merah
Timolftalekson
Kesalahan Titrasi
Kesalahan titras kimpleksometri tergantung pada cara yang dipakai untuk mengetahui
titik akhir. Pada prinsipnya ada dua cara, yaitu kelebihan titran yang pertama ditunjukkan
atau berkurangnya konsentrasi komponen tertentu sampai batas yang ditentukkan dideteksi.
Pertama kesalahan titrasi dihitung dengan cara yangn sama pada titrasi pengendapan. Kedua
digunakan senyawa yang membntuk senyawa kompleks yangn berwarna tajam dengan logam
yang ditetapkan. Warna ini hilang atau berubah sewaktu logam telah diikat menjadi kompleks
Pada umumnya kesadahan jumlah air disebabkan oleh kandungan garam, kalsium
atau magnesium. Larutan Mg2+ dan ion Ca2+ dititar secara kopmpleksometri dengan
larutan ETDA dan digunakan petunjuk EBT. Pertama-tama ETDA akan bereaksi
dengan ion Ca2+ kemudian dengan ion Mg2+ dan akhirnya dengan senyawa rangaki
Mg-EBT yang berwarna merah anggur. Titik akhir pada pH 7-11 dengan adanya
perubahan warna dari merah anggur menjadi biru yang berasal larutan petunjuk yang
bebas.
bereaksi dengan ETDA dan menggunakan indicator EBT Mg dan EBT membentuk
senyawa rangkai yang berwarna merah anggur. Larutan petunjuk yang bebas warna
biru pada pH 7-11 warna larutan pada titik akhir berubah dari warna merah menjadi
biru.
Attapulgite dapat dititar dengan ETDA 0,05 M. Dengan indicator EBT akan
Kelebihan
ETDA stabil akan mudah larut dan menunjukkan komposisi kimiawi yang terentu.
Selektivitas kompleks dapat diukur dengan pengendalian pH, missal Mg, Cr, Cad an Ba dapat
dititrasi pada pH 11 : Mn2+, Fe, Co, Ni, Cd, Al, Pb, Cu, Ti dan V dapat dititrasi pada pH 4-7 terakhir
logam seperti Hg, BI, Cr, Ca, In, Sc, Ti, V dan Th dapat dititrasi pada pH 1-4 ETDA sebagai natrium
Na2H2Y sendiri merupakan standar primer sehingga tidak perlu distandarisasi lebih lanjut.
Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan. Suatu titik ekuivalen segera tercapai dalam titrasi
dan akhirnya titrasi kompleksometri dapat digunakan untuk penentuan logam pada operasi sekala
semi-mikro.
3.1 Kesimpulan
Asidimetri adalah analisia titrimetri yang menggunakan larutan baku asam kuat sebagai
titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa. Titrasi alkalimetri
adalah suatu proses titrasi untuk penentuan konsentrasi suatu asam dengan menggunakan larutan
basa sebagai standar. TAT dari asidimetri dan alkalimetri adalah terbentuknya warna pink. Iodometri
adalah analisa titrimetric yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator. TAT-nya
warna hijau muda terang. Sedangkan iodometri merupakan titrasi langsung dan merupakan metode
penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi
dengan sample. Indikator yang digunakan adalah amilum yang akan memberikan warna biru pada
titik akhir penitran. Permanganometri adalah penetepan kadar zat berdasarkan hasil oksidasi dengan
KMnO4. Selanjutnya Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam
suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan Ag+.
3.2 Saran
maupun argentometri haruslah memperhatikan prinsip dan metode apa yang digunakan dalam proses
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E 1994 “ Kimia Universitas Edisi Kelima “. Jilid Pertama. Penerbit Erlangga : Jakarta
Day, R.Ajr and, A. L. Underwood 1988 “ Analisi Kimia Kuantitatif “. Edisi Revisi Terjemahan.