Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN SEMENTARA PERCOBAAN 3

ANALISIS KUANTITATIF ALKALIMETRI

(PENETAPAN KADAR ASAM CUKA)


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Analisis Senyawa Kimia

Dosen Pengampu Dea Santika Rahayu, M.Pd

Oleh :

Alifah (2010303026)

PRODI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TIDAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
laporan ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini dapat
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami penyusun masih merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan
ini.

Magelang, 27 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

PERCOBAAN 1 .......................................................................................... 1

ANALISIS KUALITATIF IDENTIFIKASI KATION ............................... 1

I. TUJUAN ....................................................................................... 1
II. LANDASAN TEORI ................................................................... 1
III. RUMUSAN MASALAH ............................................................ 5
IV. HIPOTESIS .................................................................................. 5
V. MENGUJI HIPOTESIS ................................................................ 7
VI. PENGAMATAN .......................................................................... 8
VII. PEMBAHASAN ........................................................................... 10
VIII. PERTANYAAN ............................................................................ 11
IX. PENERAPAN KONSEP DALAM KEHIDUPAN ...................... 12
X. LAMPIRAN ................................................................................. 13
XI. DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 17

ii
PERCOBAAN 3

ANALISIS KUANTITATIF ALKALIMETRI

(PENETAPAN KADAR ASAM CUKA)

1. Tujuan
a. Mahasiswa dapat menjelaskan proses titrasi alkalimetri
b. Mahasiswa mampu menghitung kadar asam cuka
2. Landasan Teori
A. Pengertian Asidi Alkalimetri
Zat-zat anorganik dibedakan menjadi tiga golongan yaitu asam, basa, dan
garam. Asam dapat didefinisikan sebagai zat yang apabila dilarutkan dalam air,
berdisosiasi dengan pembentukan ion hydrogen sebagai ion positif sebenarnya ion
hydrogen (proton) tak ada dalam larutan air. Dengan reaksi 𝐻 + + 𝐻2 𝑂 → 𝐻𝑂.
Basa, didefinisikan sebagai zat, yang apabila dilarutkan dalam air, berdisosiasi
dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai ion negative. Dengan reaksi
𝑁𝑎𝑂𝐻 ↔ 𝑁𝑎+ + 𝑂𝐻 − atau 𝐾 + + 𝑂𝐻 − ↔ 𝐾𝑂𝐻. yang termasuk basa kuat.
Sementara yang termasuk basa lemah contohnya amonia yang membentuk
ammonium hiroksida yang berdisosiasi menjadi ion ammonium dan ion hidroksida.
Dengan reaksi 𝑁𝐻3 = 𝐻2 𝑂 ↔ 𝑁𝐻4− + 𝑂𝐻 − .
Garam merupakan hasil reaksi antara asam dan basa dengan proses-
prosesnya yang dikenal sebagai netralisasi. Asidi berasal dari kata Bahasa Inggris
“acid” yang artinya asam dan metri dari dari Bahasa Yunani yang artinya ilmu,
proses, atau seni mengukur. Asimetri didefinisikan sebagai pengukuran jumlah
asam. Titrasi aside alkalimetri adalah titrasi yang terkait dengan asam-basa dilihat
dari reaksi yang terjadi dengan pelarut. Asam dan basa dibedakan jadi asam-basa
kuat dan lemah, sehingga termuat titrasi asam kuat dengan basa kuat, asam kuat
dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam yang
berasal dari asam lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah.
Perbedaan asidimetri dengan alkalimetri pada titran dan analitnya.
Asidimetri menganalisis titrimetric asam kuat sebagai titrannya, sedangkan
analitnya basa atau senyawa yang bersifat basa. Sedangkan alkalimetri
menganalisis titrimetric basa kuat sebagai titrannya dan analitnya adalah asam atau
senyawa bersifat asam.

1
B. Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi dilaksanakan dengan mereaksi larutan dengan larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya. yang dilakukan bertahap (tetes demi tetes) hingga
mencapai titik stoikiometri/titik setara, denagn melibatkan asam maupun basa
sebagai titer ataupun titran. Kadar larutan asam ditentukan menggunakan larutan
basa atau sebaliknya. penambahan titer pada titran secara tetes demi tetes hingga
keadaan ekuivalen (secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi) yang
ditandai perubahan warna indikator. Titrasi dihentikan dengan melihat perubahan
warna indikator atau dikenal sebagai "titik akhir titrasi".
C. Indikator Asam Basa
Indikator asam basa adalah zat yang peka (dapat berubah warna) bila pH
lingkungannya berubah. seperti biru bromtimol (bb). dengan larutan asam berwarna
kuning, akan tetapi berwarna biru dalam lingkungan basa . Warna dalam keadaan
asam disebut warna asam dari indikator (kuning untuk bb), sedangkan warna dalam
keadaan basa disebut warna basa. Asam dan basa disini tidak berarti pH kurang atau
lebih dari tujuh. Asam dapat diartikan pH lebih rendah dan basa berarti pH lebih
besar dari trayek indikator/trayek perubahan warna yang indikator. Perubahan
warna karena resonansi isomer elektron. tiap indikator mempunyai tetapan ionisasi
berbeda dan sehingga menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Khopkar.
2003).
D. Jenis-Jenis Titrasi Asidi Alkalimetri
Titrasi asam basa di bagi menjadi lima, dilihat dari jenis asam dan basa yang
direaksikan, jenis asam basa yang bereaksi memberikan pengaruh pada perubahan
pH yang digambarkan dalam kurva titrasi yang dihasilkan dari plot antara pH
dengan asam atau basa yang ditambahkan. Dalam titrasi asam basa bisa dibagi
menjadi lima jenis akan tetapi hal ini tergantung dengan jenis asam dan basa yang
akan direaksikan. Dari jenis asam basa tersebut akan memberikan pengaruh
terhadap pH pada kurva titrasi sehingga akan memunculkan perbedaan dari tiap
konsentrasi dari sifat kekuatan asam basa tersebut.

2
1) Tirasi Asam Kuat dengan Basa Kuat

Keterangan:
a) Zat pentiter adalah basa kuat.
b) Daerah perubahan pH drastis 4 – 10.
c) pH titik ekuivalen 7.
d) Indikator yang dapat digunakan adalah metil merah, bromtimol biru, dan
fenolftalein (lebih tajam).
e) Contoh : HCl dan NaOH
2) Titrasi Asam Kuat dan Basa Lemah

Keterangan:
a) Zat pentiter adalah basa lemah
b) Daerah perubahan pH drastic 4-7
c) pH titik ekuivalen 5-6
d) Indikator yang dapat digunakan adalah metil merah

3
e) Contoh : HCl dan 𝑁𝐻4 𝑂𝐻
3) Titrasi Asam Lemah dan Basa Kuat

Keterangan:
a) Zat pentiter adalah basa kuat
b) Daerah perubahan pH drastic 7-10
c) pH titik ekuivalen 8-9
d) Indikator yang dapat digunakan adalah fenolftalein
e) Contoh : 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 dengan NaOH
E. Prosedur Titrasi Asam Basa
Larutan standar/larutan baku adalah suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui secara tepat dari unsur atau zat. Larutan standar umumnya sebagai titran
sehingga ditempatkan buret, sekaligus sebagai alat ukur volume larutan baku.
Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya/kadarnya, diukur volumenya
menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer larutan standar yang
digunakan untuk menentukan konsentrasi zat lain, seperti larutan dalam titrasi.
1) Larutan Baku Primer
Larutan baku primer adalah larutan dengan zat padat murni yang konsentrasi
larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan
massa), dapat digunakan penetapan konsentrasi larutan lain yang belum
diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah
penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume
tertentu. larutan baku primer seperti larutan kalium dikromat (𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7 ),

4
natrium klorida (NaCl), asam oksalat, dan asam benzoat. Syarat-syarat larutan
baku primer:
a) Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada
suhu 110-120 °C) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya
tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk
menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan
pernguraian parsial).
b) Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopis, tak pula dioksidasi oleh
udara atau dipengaruhi karbon dioksida.
c) Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan
kepekaan tertentu.
d) Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen
yang besar.
e) Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
f) Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung.
2) Larutan Baku Sekunder
Larutan baku sekunder adalah suatu larutan yang konsentrasi zat didalamnya
tidak dapat dipastikan karena zat yang terkandungbukan dari zat murni. Dalam
penentuan konsentrasi larutan ini melalui pembakuan larutan baku primer,
biasanya melalui metode titrimetri. Contoh larutan baku sekunder diantaranya
larutan perak nitrat (AgNO3), kalium permanganat (KMnO4), besi(II) sulfat
(FeSO4) dan natrium hidroksida (NaOH). Dengan syarat-syarat:
a) Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
b) Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
c) Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses titrasi alkalimetri ?
b. Bagaimana cara menghitung kadar asam cuka ?
4. Hipotesis
a. Proses titrasi alkalimetri yaitu dilaksanakan dengan mereaksi larutan dengan larutan
yang sudah diketahui konsentrasinya. yang dilakukan bertahap (tetes demi tetes)
5
hingga mencapai titik stoikiometri/titik setara, denagn melibatkan asam maupun
basa sebagai titer ataupun titran. Kadar larutan asam ditentukan menggunakan
larutan basa atau sebaliknya. penambahan titer pada titran secara tetes demi tetes
hingga keadaan ekuivalen (secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi)
yang ditandai perubahan warna indikator. Titrasi dihentikan dengan melihat
perubahan warna indikator atau dikenal sebagai "titik akhir titrasi".
b. Cara menghitung kadar asam cuka
Dalam menentukan kadar 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 asam cuka pada makanan kita dapat
menggunakan metode titrasi netralisasi dengan indikatorfenolftalein (PP). "titran"
adalah sebutan zat yang akan ditentutkan kadarnya dan diletakkan didalam
erlenmeyer. "titer" adalah zat yang telah diketahui konsentrasinya dan biasanya
diletakkan pada "buret". Penentuan kadar 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 dalam asam cuka
perdagangan merupakan titrasi alkalimetri sehingga memerlukan larutan NaOH
sebagai standar basa/titrasi basa. Pada titrasi asam asetat dengan NaOH sebagai
larutan standar akan dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.
Cara kerja menentukan kadar asam cuka :
1) Ambil 5 ml larutan asam cuka dengan pipet, kemudian masukan ke dalam labu
ukur 250 mL dan tambahkan aquadest sampai volume 250 mL.
2) Ambil erlenmeyer 250 mL, kemudian timbang erlenmeyer tersebut kemudian
tanpa diangkat dari timbangan, re-zero kembali timbangan, lalu pipet 25 mL
(gunakan pipet ukur atau pipet volum 25 mL) larutan asam cuka dari dalam labu
ukur masukan ke dalam erlenmeyer yang terdapat dalam timbangan, kemudian
timbang dan catat hasilnya.
3) Setelah ditimbang, angkat dari timbangan dan tambahkan 2 tetes indikator pp
(fenolftalein). Sebelum melakukan titrasi baca dan catat skala terakhir volume
NaOH terpakai pada buret.
4) Setelah itu, titrasi larutan tersebut dengan larutan baku NaOH sampai tepat
terjadi perubahan warna dan catat volume NaOH yang terpakai.
5) Lakukan lagi titrasi sesuai prosedur nomor 2 – 4 sebanyak 2 kali
6) Isilah data pengamatan anda pada Tabel Hasil Kegiatan di Lembaran Kerja dan
carilah nilai rata-ratanya.
7) Menentukan nilai faktor pengenceran (fp) dan hitunglah kadar asam asetat
(𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛)
Rumus fp :
(𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑐𝑢𝑘𝑎)

6
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000)
Kadar asam cuka (%) = 𝑥 100%
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000)

Keterangan:

fp : factor pengenceran

Mr Asam cuka yaitu 60

5. Menguji Hipotesis
a. Alat dan Bahan
Alat:
1) Beaker glas 50 mL, 250 mL
2) Labu takar 100 mL, 250 mL, 1000 mL
3) Buret
4) Statif klem
5) Corong
6) Pipet volum

Bahan

1) Larutan NaOH 0,1 M


2) Larutan asam oksalat 0,1 N
3) Indikator pp
4) Cuka
b. Cara Kerja
1) Pembuatan Larutan NaOH 0,I N dan standardisasinya
- Pembuatan Larutan 0,1 N NaOH
a) Menimbang 4 gram NaOH dan memasukkannya ke dalam beaker glass
250 mL.
b) Melarutkan NaOH dengan akuades hingga larut.
c) Memasukan larutan NaOH ke dalam labu takar 1000 mL dan
menambahkan aquades hingga batas tanda.
d) Menggojog larutan NaOH hingga homogen.
e) Menempatkan larutan NaOH 0,1 N dalam botol plastik.
- Membuat Larutan Standar Asam Oksalat 0,1 N
a) Menimbang 1,575 gram asam oksalat (H2C2O4.2H2O) dan
memasukkannya ke dalam beaker glass 100 mL.

7
b) Melarutkan asam oksalat dengan akuades hingga larut.
c) Memasukan larutan asam oksalat ke dalam labu takar 250 mL dan
menambahkan aquades hingga batas tanda.
d) Menggojog larutan asam oksalat hingga homogen.
e) Menempatkan larutan okasalat 0,1 N dalam botol.
- Standardisasi Larutan NaOH
a) Memasang buret secara tegak pada statif klem.
b) Membilas buret yang sudah bersih dengan larutan 25 mL NaOH.
c) Mengisi buret dengan larutan NaOH sampai tanda 0 mL.
d) Mengambil 10 mL larutan asam oksalat dengan menggunakan pipet
volum dan masukkannya dalam labu erlenmeyer.
e) Menetesi larutan asam oksalat dengan 3 tetes indikator phenolptalin.
f) Menitrasi larutan asam oksalat dengan NaOH yang akan distandarisasi.
g) Mengulangi langkah d-f sebanyak 2 kali.
h) Menghitung konsentrasi NaOH dalam molaritas dan normalitas.
2) Penetapan Kadar Asam Cuka
a) Menyediakan sampel asam cuka yang beredar di pasaran.
b) Mengambil 25 mI larutan sampel asam cuka dengan pipet volum dan
memasukkannya ke dalam labu ukur 100 mL.
c) Mengencerkan asam cuka dengan aquades sampai tanda batas.
d) Mengambil 10 mL sampel asam cuka yang telah diencerkan dan
memasukkannya dalam labu erlenmeyer.
e) Menambahkan 3 tetes indikator phenolptalin ke dalam sampel asam cuka.
f) Menitrasi sampel asam cuka dengan NaOH yang telah distandarisasi.
g) Menghitung % kadar asam cuka.
6. Pengamatan
1) Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N dan standarisasinya
No Volume 𝑯𝟐 𝑪𝟐 𝑶𝟒 0,5 M Volume NaOH
1. 10 mL 10,5 mL
2. 10 mL 11,5 mL
Rata-rata 11 mL

Reaksi Penguraian Asam Oksalat yaitu:


𝑯𝟐 𝑪𝟐 𝑶𝟒 ↔ 𝟐𝑯+ + 𝑪𝟐 𝑶𝟐−
𝟒

8
Berdasarkan reaksi diatas maka asam oksalat menghasilkan 2 ion 𝐻 + sehingga
memiliki bilangan valensi 2.
Reaksi Penguraian Natrium Hidroksida yaitu:
𝑵𝒂𝑶𝑯 → 𝑵𝒂+ + 𝑶𝑯−
Berdasarkan reaksi diatas maka natrium hidroksida menghasilkan 1 ion 𝑂𝐻 −
sehingga memiliki bilangan valensi 1.
Perhitungan Konsentrasi NaOH
mol asam = mol basa
Ma x Va x a = Mb x Vb x b
0,5 x 10 x 2 = Mb x 11 x 1
10 = 11 Mb
10
Mb =
11

Mb = 0,9 M

2) Penetapan Kadar Asam Cuka


No Volume NaOH 0,9 M Volume Asam Asetat
1. 5,5 mL 10 mL
2. 4,6 mL 10 mL
5,05 mL Rata-rata

Reaksi:
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O

Konsentrasi asam cuka saat dititrasi dengan NaOH (sudah diencerkan)


Molaritas NaOH: 0,9 M
5,5 𝑚𝑙+4,6 𝑚𝑙
Volume titrasi rata-rata: = 5,05 𝑚𝑙
2

(M asam cuka x V asam cuka) = (M NaOH x V NaOH) x Fp


(M NaOH x V NaOH) x Fp
M asam cuka =
V asam cuka

Titrasi 1
(M NaOH x V NaOH) x Fp (0,9 M x 5,5 ml)𝑥 10
M asam cuka = = = 0,495 M
V asam cuka 100

Titrasi 2

9
(M NaOH x V NaOH) x Fp (0,9 M x 4,6 ml)𝑥 10
M asam cuka = = = 0,414 M
V asam cuka 100

Titrasi rata-rata
0,495+0,414
M asam cuka rata-rata = = 0,4545 𝑀
2

Molaritas Asam Cuka sebelum Diencerkan


𝑛𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 = 𝑛𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ

𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2

𝑀1 𝑥 25 = 0,4545 𝑥 100
𝑀1 𝑥 25 = 45,45
45,45
𝑀1 = = 1,818 𝑀
25

𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐶𝑢𝑘𝑎


Kadar Asam Cuka (%) = 𝑥100%
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐶𝑢𝑘𝑎 𝑀𝑢𝑟𝑛𝑖
1,818
= 𝑥100%
17,4

= 10,45 %

7. Pembahasan
Dalam proses analisis kuantitatif titrasi asam-basa atau penetralan sangat
penting. Dalam penentuan konsentrasi senyawa bersifat asam dapat menggunakan
titran NaOH karena termasuk dalam jenis basa kuat sehingga dapat menetralkan asam
dengan cepat. Namun NaOH adalah larutan standar baku sekunder yang memiliki sifat
tidak terlalu stabil dan dipengaruhi oleh beberapa factor misalnya udara. Sehingga
penggunaan NaOH dalam proses titrasi harus distandarisasi terlebih dahulu untuk
mengetahui konsentrasi NaOH yang akan digunakan titrasi dengan asam cuka. Proses
standarisasi NaOH yaitu ditritrasi dengan asam oksalat.
Penggunaan asam oksalat dalm proses standarisasi NaOH karena asam oksalat
merupakan larutan baku primer. Larutan baku primer adalah larutan dengan zat padat
murni dengan konsentrasi larutannya diketahui secara tepat emlalui proses gravimetri
atau perhitungan massa. Sehingga asam oklasat ini dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi larutan lain (NaOH) yang belum diketahui. Pada poses standarisasi NaOH
terdapat tahap pembilasan buret dengan larutan NaOH. Hal tersebut bertujuan

10
memastikan agar buret yang digunakan tidak terkontaminasi dengan zat lain yang dapat
memengaruhi hasil analisis.
Pemberian indicator pada proses standarisasi dan titrasi yaitu penting. Karena
pemberian indicator betujuan untuk memberikan tanda bahwa proses titrasi telah
mencapai pada titik ekuivalen. Proses titrasi telah mencapai pada titik ekuivalen
ditandahi dengan adanya perubahan warna. Pada proses titrasi ini menggunakan NaOH
yang termasuk basa kuat dengan asam oksalat dan asam asetat yang keduanya termasuk
asam lemah. Maka indicator untuk basa kuat dan asam lemah yang tepat yaitu
fenolftalein dengan perubahan warna dari tidak ada warnanya menjadi wana pink.
Indikator fenolftalein adalah indicator yang disintesis dari kondensasi anhirida ftalat
dengan dua ekuivalen fenol dibawah kondisi asam. Indikator fenolftalein memiliki
rentan pH antara 8,3-9,7. Pada akhir titik titrasi akan menghasilkan warna pink
menunjukkan bahwa pada suasana basa aton oksigen akan terprotonasi sehingga akan
menghasilkan rangkap konjugasi yang semakin panjang. Sementara itu pada awal titrasi
belum terjadi perubahan warna karena belum adanya penambahan NaOH sehingga
kondisi larutan masih asam. NaOH yang ditambahakan pada asam oksalat maupun pada
asam asetat akan saling menetralkan.
Berdasarkan proses standarisasi NaOH dengan asam oksalat maka dapat
tetapkan bahwa konsentrasi NaOH adalah 0,9 M. Selanjutnya NaOH digunakan proses
titrasi dengan asam asetat. Sehingga dapat diketahui konsentrasi asam cuka setelah
diencerkan yaitu 0,4545 M. Dengan mengetahui konsentrasi asam cuka setelah
diencerkan maka dapat ditentukan asam cuka sebelum diencerkan yaitu 1,818 M. Maka
kadar cuka makan “Intisari” yaitu 10,45 %.
8. Pertanyaan
1) Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N dan standarisasinya
a. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi!
Jawab:
Reaksi standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat
𝐻2 𝐶2 𝑂4 + 2𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝑁𝑎2 𝐶2 𝑂4 + 𝐻2 𝑂
b. Sebutkan senyawa lain selain asam oksalat yang dapat digunakan sebagai
larutan standar primer!
Jawab:
Senyawa lain selain asam oksalat yang dapat digunakan sebagai larutan standar
primer yaitu kalium dikromat, natrium klorida, dan asam benzoate.
11
Adapun syarat-syarat dari larutan baku primer yaitu:
- Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada
suhu 110-120 °C) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya
tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk
menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan
pernguraian parsial.)
- Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopis, tak pula dioksidasi oleh
udara atau dipengaruhi karbon dioksida.
- Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan
kepekaan tertentu.
- Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen
yang besar.
- Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
- Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung.
2) Penetapan Kadar Asam Cuka
a. Tuliskan persamaan reaksi yang tejadi
Jawab:
𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 + 𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎 + 𝐻2 𝑂
b. Mengapa digunakan pp sebagai indicator titrasi?
Jawab:
Karena 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 merupakan asam lemah dan NaOH merupakan basa lemah.
Dimana zat pentiternya adalah basa kuat. asam lemah dan basa kuat saat dititrasi
akan mengalami perubahan pH dratis yaitu antara 7-10, dengan titik ekuivalen
8-9. Maka penggunaan indicator dibatasi pada indicator yang terletak pada
suatu titik infeksi yang terdapat pada kurva titrasi. Sehingga indicator pp
merupakan indicator yang sesuai karena memiliki rentang pH 8,0-9,8 dengan
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi pink.
9. Penerapan Konsep dalam Kehidupan Sehari-Hari
Manfaat asam cuka dalam kehidupan manusia sehari-hari yaitu:
a. Industri Makanan
Asam cuka dalam indutri makanan digunakan sebagai pengatur keasaman, pemberi
rasa masam dan aroma dalam makanan, serta menambah rasa sedap pada masakan.
12
b. Pereaksi Kimia
Asam cuka digunakan sebagai pereaksi kimia karena dapat menghasilkan berbagai
senyawa kimia misalnya dapat menghasilkan monomer vinil asetat.
c. Industri Bahan Kimia
Dalam industry bahan kimia asam cuka digunakan untuk memproduksi anhidrida
asetat, aspirin, dan ester.
d. Bidang Kesehatan
Asam asetat dalam bidang Kesehatan pada konsentrasi rendah dapat digunakan
sebagai antiseptic, antibakteri, dan deodorant alami yaitu penghilang bau.
e. Penghilang Bau Anyir dalam Produksi Perikanan
Dalam pembuatan asam cuka melalui fermentasi dengan A. acetil sehingga dapat
digunakan sebagai penghilang bau anyir pada pasca produksi perikanan.
10. Lampiran

13
14
15
16
DAFTAR PUSTAKA

Arifio, H. T.(2017). Asidi alkalimetri. Ask Expert Tutors, 3-9.

Basmatullah. 2011. Buchner of Laboratorium Chemistry. Jakarta:


Penebar Swadaya.

Freiser, Henry; Nancollas, George H (1987). Compendium of Analytical Nomenclature:


Definitive Rules 1987. Oxford: Blackwell Scientific Publications. hlm. 48. ISBN 0-632-
01907-7.

Gandjar, Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Keenan, dkk. 1989. Kimia Untuk Uniνersitas. Jakarta : Erlangga.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:


Universitas Indonesia.

Rahma, Eny. 2009. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sastrohamidjojo, Handjono. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT.
Kalman Media Pustaka.

Simanjuntak, R.(2018). Penetapan kadar asam lemak bebas pada sabun mandi cair merek “LX”
dengan metode titrasi asimidimetri. Jurnal Ilmiah Kohesi, 2(4): 59-70.

Syafrudin, S. Y. (2021). Laporan Paraktikum Kimia Dasar II “Penetapan Kadar Asam Cuka
Melalui Titrasi Asam Basa”. Universitas Pakuan

Ulfa, A. M., Retnaningsih, A., & Aufa, R. (2017). Penetapan kadar asah lemak bebas pada
minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak zaitun kemasan secara alkalimetri.
Jurnal Ananlis Farmasi, 2(4): 242-250.

17

Anda mungkin juga menyukai