Diajukan Sebagai
Tugas Mata Kuliah Kimia Analitik
Kelompok 2
Dosen Pengampu:
Dra. Wisrayetti, M.Si
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Shalawat dan salam
kita kirimkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw., karena atas hidayah-
Nyalah makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini penulis sampaikan kepada
dosen mata kuliah Kimia Analitik. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada Bapak/Ibu yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada penulis yaitu
mengajar Kimia Analitik.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang titrasi asam-basa. Penulis akan
menyajikan defenisi asam-basa, klasifikasi asam-basa, definisi titrasi asam-basa,
macam-macam titrasi asam-basa, indicator asam-basa, macam indikator asam-
basa dan stoikiometri.
Penulis memohon kepada ibu dosen khususnya, umumnya para pembaca
apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini, baik dari segi
bahasanya maupun isinya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun kepada semua pembaca agar kami bisa memperbaikinya di masa
mendatang.
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam
basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya.
Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik
dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia.
Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan
keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi
T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret,
dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui.
Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan
konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standardisasi. Penambahan titran
dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekuivalen dengan A telah ditambahkan. Maka
dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila
penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang
disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan
perubahan warna.
Indikator asam basa terbuat dari asam atau basa organik lemah, yang
mempunyai warna berbeda ketika dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak.
Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik
titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan
suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen.
Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan
koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisis
titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses untuk mengukur volume titran yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen.
1
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan asam dan basa
2. Untuk mengetahui titrasi asam basa
3. Untuk mengetahui jenis-jenis titrasi asam basa
4. Untuk mengetahui indikator asam basa
5. Untuk mengetahui larutan buffer
6. Untuk mengetahui stoikiometri dalam perhitungan titrasi asam basa
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Asam Basa
Terdapat beberapa teori yang menyatakan pengertian asam dan
basa yakni sebagai berikut:
2.1.1 Teori Asam-Basa Arehenius
Arrhenius mengemukakan suatu teori dalam disertasinya (1883), yaitu
bahwa senyawa ionik dalam larutan akan terdissosiasi menjadi ion-ion
penyusunnya. Menurut Arrhenius:
Asam : Zat atau senyawa yang dapat menghasilkan H+ dalam air.
HCl (aq) H+(aq) + Cl -(aq)
Basa : Zat atau senyawa yang dapat menghasilkan OH- dalam air.
NaOH (aq) → Na+ (aq) + OH – (aq)
Reaksi netralisasi adalah reakai antara asam dengan basa yang menghasilkan
garam:
HCl(aq) + NaOH (aq) NaCl(aq) + H2O(ℓ)
H+(aq) + OH–(aq) → H2O(ℓ)
Teori Arhenius memiliki keterbatasan yaitu contohnya, asam klorida
dapat dinetralkan baik oleh larutan natrium hidroksida maupun amonia. Pada
kedua kasus tersebut, akan didapatkan larutan hasil reaksi yang jernih yang dapat
dikristalkan menjadi garam berwarna putih, baik natrium klorida maupun
amonium klorida. Kedua reaksi tersebut merupakan reaksi yang sangat mirip.
Reaksi yang terjadi adalah:
Pada kasus reaksi antara natrium hidroksida dengan asam klorida, ion
hidrogen dari asam bereaksi dengan ion hidroksida dari NaOH. Hal ini sesuai
dengan teori asam-basa Arrhenius. Akan tetapi pada kasus reaksi amonia dengan
asam klorida, tidak terdapat ion hidroksida.
3
4
Dalam kasus reaksi di atas, tidak dihasilkan ion hidrogen ataupun ion
hidroksida, karena reaksi tidak terjadi dalam larutan. Teori Arrhenius tidak
menggolongkan reaksi di atas sebagai reaksi asam-basa, meskipun faktanya,
reaksi tersebut menghasilkan produk yang sama manakala kedua senyawa
tersebut dilarutkan dalam air.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa keterbatasan teori Arrhenius
adalah bahwa reaksi asam – basa hanyalah sebatas pada larutan berair (aqueus,
aq) dan asam-basa adalah zat yang hanya menghasilkan H+ dan OH-.
+
NH3 + H2O NH4 + OH–
Basa Asam
Pada reaksi di atas H2O bertindak sebagai asam yang memberikan proton
(H+) yang diterima oleh NH3, yang bertindak sebagai basa. Sebagai hasil
perpindahan ini terbentuklah ion-ion NH4+ dan OH–, ion yang sama yang
dihasilkan oleh NH4OH hipotetis dari teori Arrhenius. Fakta menunjukkan bahwa
5
NH3 adalah basa lemah. Hal ini dapat dilakukan dengan menuliskan kebalikan dari
persamaan di atas, kalau betul-betul dikenali NH4+ sebagai asam dan OH– sebagai
basa.
Asam Basa
Pendekatan yang lazim untuk reaksi reversible (bolak balik) adalah
dengan menggunakan tanda dua anak panah. Dengan demikian keempat spesies
dalam persamaan harus diberi tanda ‘asam’ dan ‘basa’.
NH3 + H2O ⇄ NH4+ + OH–
basa (2) asam (1) asam (2) basa (1)
Pada persamaan di atas, ada dua pasangan asam basa yaitu NH3/NH4+ dan
H2O/OH–. Setiap pasangan ini disebut pasangan konjugat, NH3 bertindak sebagai
basa karena menerima proton, dan NH4+ adalah asam konjugat dari basa NH3.
Demikian juga dengan H2O sebagai asam dan OH– adalah basa konjugat dari
H2O.
NH3 = basa NH4+ = asam konjugat dari basa NH3
H2O = asam OH– = basa konjugat dari asam H2O
Ionisasi asam asetat di bawah ini dapat membantu untuk lebih memahami
perpindahan proton pada reaksi ke kanan maupun reaksi kebalikannya.
H2C2H3O2 + H2O ⇄ H3O+ + C2H3O2
asam (1) basa (2) asam (2) basa (1)
Ion asetat, C2H3O2–, adalah basa konjugat dari asam H2C2H3O.
Sedangkan H2O bertindak sebagai basa. Konjugat asamnya disebut ion hidronium,
H3O+. Ionisasi HCl dapat dinyatakan seperti ionisasi asam asetat, akan tetapi
dengan perbedaan penting bahwa reaksi kebalikannya praktis cenderung tidak
terjadi.
HCl + H2O →H3O+ + Cl–
Perilaku ini dapat dirasionalisasi dengan menyatakan bahwa HCl adalah
asam yang sangat kuat, Cl– adalah basa yang sangat lemah. Artinya, molekul HCl
memiliki kecenderungan kuat untuk memberikan proton, sedangkan ion Cl– praktis
tidak memiliki kecenderungan untuk menerima proton. Reaksi ke kanan berjalan
dengan sempurna. Beberapa ide dasar tentang asam kuat dan basa kuat serta faktor
6
B. Basa
Kekuatan basa dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion OH- yang dihasilkan
oleh senyawa basa dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH yang
dihasilkan, larutan basa juga dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.
1. Basa Kuat
8
Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi
ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa kuat merupakan reaksi berkesudahan. Secara
umum, ionisasi basa kuat dirumuskan sebagai berikut.
M(OH)x(aq) → Mx+(aq) + x OH–(aq)
Indikator ini harus berubah warna pada saat titik ekuivalen tercapai. Indikator
asam basa adalah petunjuk tentang perubahan pH dari suatu larutan asam atau
basa. Indikator bekerja berdasarkan perubahan warna indikator pada rentang pH
tertentu. Kertas lakmus merupakan salah satu indikator asam basa. Lakmus merah
berubah warna menjadi biru jika dicelupkan ke dalam larutan basa. Lakmus biru
berubah menjadi merah jika dicelupkan ke dalam larutan asam. Terdapat beberapa
indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH larutan
berubah, seperti indikator metil jingga, metil merah, fenolftalein, alizarin kuning,
dan bromtimol biru
Indikator asam basa umumnya berupa molekul organik yang
bersifat asam lemah dengan rumus HIn. Indikator memberikan warna tertentu
ketika ion H+ dari larutan asam terikat pada molekul HIn dan berbeda warna
ketika ion H+ dilepaskan dari molekul HIn menjadi In–. Salah satu indikator asam
basa adalah fenolftalein (PP), indikator ini banyak digunakan karena harganya
murah. Indikator PP tidak berwarna dalam bentuk HIn (asam) dan berwarna
merah jambu dalam bentuk In– (basa). Berikut struktur fenolftalein:
Salah satu contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti
natrium hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida (HCl), persamaan
reaksinya sebagai berikut:
20
21
30 . 0,1 . 2 = 30 . M2 . 1
6 = 30 M2
M2 = 0,2
b. Molaritas dari KOH dengan menggunakan volume dari hasil titrasi KOH :
𝑔𝑟 1000 1,0 1000
N = 𝑀𝑟 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = = 0,595
56 30
gr = 0,07 x 40 x 100/1000
gr = 0,28 gr
jadi, maasa NaOH yang terlarut dalam 100 mL larutan NaOH tersebut sebanyak
0,28gr.
5. Campuran NaOH dan KOH padat yang massanya 4,2 gram dapat menetralkan
100 mL larutan HCl 1 M. Berapa gr massa NaOH dan KOH dalam campuran
tersebut ?
Jawab :
V1. M1. n1 = V2. M2. n2
100 . 1 M . 1 = mol OH-total
Mol OH-total = 100 mmol = 0,1 mol
22
perbandingan koefisien
𝑔𝑟 4,2− 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚
n KOH = = 𝑀𝑟 = , mol OH- dari KOH memiliki mol yang sama dengan
56
perbandingan koefisien
Mol OH-total = n OH-NaOH + n OH-KOH
𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚 4,2− 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,1 mol = +
40 56
56𝑥+168−40𝑥
0,1 mol = 2240
4.1 Kesimpulan
1. Titrasi merupakan suatu proses penentuan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara
lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis (belum
diketahui konsentrasinya).
2. Titrasi asam-basa merupakan suatu proses penentuan kadar/konsentrasi
suatu larutan basa dengan larutan standar asam yang sudah diketahui
konsentrasinya atau sebaliknya. Proses tritrasi dikenal dengan istilah
titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Penambahan larutan standar
dilakukan sampai mencapai titik eekivalen, yaitu suatu keadaan pada saat
asam dan basa tepat habis bereaksi. Titik ekivalen dapat ditentukan
dengan menggunakan suatu indikator yang harus berubah warna di
sekitar titik tersebut. Titik pada saat perubahan warna indikator itu terjadi
disebut titik akhir titrasi.
3. Titrasi asam basa dibagi menjadi lima jenis tergantung pada jenis asam
dan basa yang direaksikan, jenis asam dan basa yang direaksikan akan
mempengaruhi perubahan pH yang dapat digambarkan sebagai kurva
titrasi yang dihasilkan dari plot antara pH dengan asam atau basa yang
ditambahkan.
4. Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam
basa, antara lain memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH
selama titrasi dilakukan dan memakai indikator asam basa.
4.2 Saran
Untuk kemajuan makalah ini kedepannya, apabila terdapat kesalahan
yang terjadi, maka penulis mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun guna kelengkapan dan kebutuhan makalah ini
kedepannya.
23
DAFTAR PUSTAKA
24