Anda di halaman 1dari 29

TITRASI ASAM BASA

Diajukan Sebagai
Tugas Mata Kuliah Kimia Analitik

Kelompok 2

Azyarah Afrilianti 2007125652


Fiolla Aprilisty 2007113913
Wenny Mulana 2007113927
Gunawan Alfonsus Silaen 1807113228

Dosen Pengampu:
Dra. Wisrayetti, M.Si

Program Studi Sarjana Teknik Kimia


Fakultas Teknik Universitas Riau
Pekanbaru
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Shalawat dan salam
kita kirimkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw., karena atas hidayah-
Nyalah makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini penulis sampaikan kepada
dosen mata kuliah Kimia Analitik. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada Bapak/Ibu yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada penulis yaitu
mengajar Kimia Analitik.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang titrasi asam-basa. Penulis akan
menyajikan defenisi asam-basa, klasifikasi asam-basa, definisi titrasi asam-basa,
macam-macam titrasi asam-basa, indicator asam-basa, macam indikator asam-
basa dan stoikiometri.
Penulis memohon kepada ibu dosen khususnya, umumnya para pembaca
apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini, baik dari segi
bahasanya maupun isinya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun kepada semua pembaca agar kami bisa memperbaikinya di masa
mendatang.

Pekanbaru, 08 Maret 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II DASAR TEORI .........................................................................................3
2.1 Pengertian Asam Basa ..................................................................................3
2.1.1 Teori Asam-Basa Arehenius ........................................................................3
2.1.2 Teori Asam-Basa Brønsted-Lowry ..............................................................4
2.1.3 Klasifikasi Asam Basa ................................................................................6
2.2 Pengertian Titrasi Asam Basa ......................................................................9
2.3 Prinsip Titrasi Asam Basa ..........................................................................12
2.4 Cara Mengetahui Titik Ekuivalen ..............................................................12
2.5 Rumus Umum Titrasi .................................................................................16
2.5 Macam Macam Titrasi Asam Basa ............................................................17
BAB III APLIKASI TITRASI ASAM BASA....................................................20
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................23
4.1 Kesimpulan.................................................................................................23
4.2 Saran ...........................................................................................................27

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rumus menghitung ionisasi asam pada asam kuat……………...…7


Gambar 2.2 Rumus menghitung ionisasi [H+] pada asam lemah……………….7
Gambar 2.3 Rumus menghitung ionisasi [OH-] pada basa kuat dengan:………..8
Gambar 2.4 Rumus tetapan ionisasi pada basa lemah…………………………..8
Gambar 2.5 Rumus menghitung ionisasi [OH+] pada basa lemah……………...8
Gambar 2.6 Warna sebelum & Sesudah mencapai titik ekuivalen……………13
Gambar 2.7 Keadaan warna setelah titrasi…………………………………….13
Gambar 2.8 Struktur Fenolftalein…………………………………………...…14
Gambar 2.9 Set alat titrasi……………………………………………………..16
Gambar 2.10 Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat……………………………..17
Gambar 2.11 Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah……………………….…18
Gambar 2.12 Kurva Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat…………………………18

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perubahan Warna jika menggunakan PP……………………………...13


Tabel 2.2 Indikator titrasi asam & basa…………………………………….……15

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam
basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya.
Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik
dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia.
Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan
keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi
T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret,
dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui.
Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan
konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standardisasi. Penambahan titran
dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekuivalen dengan A telah ditambahkan. Maka
dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila
penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang
disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan
perubahan warna.
Indikator asam basa terbuat dari asam atau basa organik lemah, yang
mempunyai warna berbeda ketika dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak.
Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik
titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan
suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen.
Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan
koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisis
titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses untuk mengukur volume titran yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari asam dan basa?
2. Apakah yang dimaksud dengan titrasi asam basa?
3. Apa saja jenis jenis titas asam basa?
4. Apa yang dimaksud dengan indikator asam basa?
5. Apa yang dimaksud larutan buffer?
6. Bagaimana stoikiometri dalam perhitungan titrasi asam basa?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan asam dan basa
2. Untuk mengetahui titrasi asam basa
3. Untuk mengetahui jenis-jenis titrasi asam basa
4. Untuk mengetahui indikator asam basa
5. Untuk mengetahui larutan buffer
6. Untuk mengetahui stoikiometri dalam perhitungan titrasi asam basa
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Asam Basa
Terdapat beberapa teori yang menyatakan pengertian asam dan
basa yakni sebagai berikut:
2.1.1 Teori Asam-Basa Arehenius
Arrhenius mengemukakan suatu teori dalam disertasinya (1883), yaitu
bahwa senyawa ionik dalam larutan akan terdissosiasi menjadi ion-ion
penyusunnya. Menurut Arrhenius:
Asam : Zat atau senyawa yang dapat menghasilkan H+ dalam air.
HCl (aq) H+(aq) + Cl -(aq)
Basa : Zat atau senyawa yang dapat menghasilkan OH- dalam air.
NaOH (aq) → Na+ (aq) + OH – (aq)
Reaksi netralisasi adalah reakai antara asam dengan basa yang menghasilkan
garam:
HCl(aq) + NaOH (aq) NaCl(aq) + H2O(ℓ)
H+(aq) + OH–(aq) → H2O(ℓ)
Teori Arhenius memiliki keterbatasan yaitu contohnya, asam klorida
dapat dinetralkan baik oleh larutan natrium hidroksida maupun amonia. Pada
kedua kasus tersebut, akan didapatkan larutan hasil reaksi yang jernih yang dapat
dikristalkan menjadi garam berwarna putih, baik natrium klorida maupun
amonium klorida. Kedua reaksi tersebut merupakan reaksi yang sangat mirip.
Reaksi yang terjadi adalah:

Pada kasus reaksi antara natrium hidroksida dengan asam klorida, ion
hidrogen dari asam bereaksi dengan ion hidroksida dari NaOH. Hal ini sesuai
dengan teori asam-basa Arrhenius. Akan tetapi pada kasus reaksi amonia dengan
asam klorida, tidak terdapat ion hidroksida.

3
4

Dapat dikatakan bahwa amonia bereaksi dengan air menghasilkan ion


amonium dan hidroksida, menurut reaksi sebagai berikut:

Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel, dan dalam larutan amonia


pekat tertentu, sekitar 99% amonia tetap berada sebagai molekul amonia.
Meskipun demikian, ion hidroksida tetap dihasilkan, walau dalam jumlah yang
sangat kecil. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa reaksi tersebut sesuai dengan
teori asam- basa Arrhenius. Tetapi pada saat yang bersamaan, terjadi reaksi antara
gas amoniadengan gas hidrogen klorida.

Dalam kasus reaksi di atas, tidak dihasilkan ion hidrogen ataupun ion
hidroksida, karena reaksi tidak terjadi dalam larutan. Teori Arrhenius tidak
menggolongkan reaksi di atas sebagai reaksi asam-basa, meskipun faktanya,
reaksi tersebut menghasilkan produk yang sama manakala kedua senyawa
tersebut dilarutkan dalam air.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa keterbatasan teori Arrhenius
adalah bahwa reaksi asam – basa hanyalah sebatas pada larutan berair (aqueus,
aq) dan asam-basa adalah zat yang hanya menghasilkan H+ dan OH-.

2.1.2 Teori Asam-Basa Brønsted-Lowry


J.N. Brønsted di Denmark dan T.M Lowry di Inggris secara sendiri-
sendiri mengusulkan definisi baru untuk asam dan basa pada tahun 1923. Menurut
teorinya, asam adalah donor proton (pemberi proton) dan basa adalah aseptor
proton (penerima proton), dimana proton adalah H+. Untuk menjelaskan perilaku
dasar dari amonia, yang sulit dilakukan melalui teori Arrhenius, dapat dituliskan:

+
NH3 + H2O NH4 + OH–

Basa Asam
Pada reaksi di atas H2O bertindak sebagai asam yang memberikan proton
(H+) yang diterima oleh NH3, yang bertindak sebagai basa. Sebagai hasil
perpindahan ini terbentuklah ion-ion NH4+ dan OH–, ion yang sama yang
dihasilkan oleh NH4OH hipotetis dari teori Arrhenius. Fakta menunjukkan bahwa
5

NH3 adalah basa lemah. Hal ini dapat dilakukan dengan menuliskan kebalikan dari
persamaan di atas, kalau betul-betul dikenali NH4+ sebagai asam dan OH– sebagai
basa.

NH4+ + OH– ⇄ NH3 + H2 O

Asam Basa
Pendekatan yang lazim untuk reaksi reversible (bolak balik) adalah
dengan menggunakan tanda dua anak panah. Dengan demikian keempat spesies
dalam persamaan harus diberi tanda ‘asam’ dan ‘basa’.
NH3 + H2O ⇄ NH4+ + OH–
basa (2) asam (1) asam (2) basa (1)
Pada persamaan di atas, ada dua pasangan asam basa yaitu NH3/NH4+ dan
H2O/OH–. Setiap pasangan ini disebut pasangan konjugat, NH3 bertindak sebagai
basa karena menerima proton, dan NH4+ adalah asam konjugat dari basa NH3.
Demikian juga dengan H2O sebagai asam dan OH– adalah basa konjugat dari
H2O.
NH3 = basa NH4+ = asam konjugat dari basa NH3
H2O = asam OH– = basa konjugat dari asam H2O
Ionisasi asam asetat di bawah ini dapat membantu untuk lebih memahami
perpindahan proton pada reaksi ke kanan maupun reaksi kebalikannya.
H2C2H3O2 + H2O ⇄ H3O+ + C2H3O2
asam (1) basa (2) asam (2) basa (1)
Ion asetat, C2H3O2–, adalah basa konjugat dari asam H2C2H3O.
Sedangkan H2O bertindak sebagai basa. Konjugat asamnya disebut ion hidronium,
H3O+. Ionisasi HCl dapat dinyatakan seperti ionisasi asam asetat, akan tetapi
dengan perbedaan penting bahwa reaksi kebalikannya praktis cenderung tidak
terjadi.
HCl + H2O →H3O+ + Cl–
Perilaku ini dapat dirasionalisasi dengan menyatakan bahwa HCl adalah
asam yang sangat kuat, Cl– adalah basa yang sangat lemah. Artinya, molekul HCl
memiliki kecenderungan kuat untuk memberikan proton, sedangkan ion Cl– praktis
tidak memiliki kecenderungan untuk menerima proton. Reaksi ke kanan berjalan
dengan sempurna. Beberapa ide dasar tentang asam kuat dan basa kuat serta faktor
6

yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut.


a. Asam menyumbang proton kepada senyawa lainnya yang disebut
b. Basa, yang menerima proton.
c. Pada umumnya, reaksi asam – basa adalah reversible (bolak balik)
d. Setiap asam mempunyai basa konjugat dan
e. Setiap basa memiliki asam konjugat.
f. Setiap spesies yang menurut teori Arrhenius adalah asam, tetap asam
dalam teori Brønsted– Lowry. Hal yang sama untuk basa.
g. Spesies tertentu, karena tidak mengandung gugus hidroksi, tidak dapat
diklasifikasi sebagai basa oleh teori Arrhenius. Akan tetapi, menurut teori
Brønsted – Lowry, spesies tersebut diklasifikasi sebagai basa, seperti
OCl– dan H2PO4–.
h. Teori Brønsted – Lowry dapat menjelaskan senyawa yang dapat
berfungsi sebagai asam maupun basa (amfiprotik). Teori Arrhenius tidak
dapat dengan mudah menjelaskan perilaku ini.

2.1.3 Klasifikasi Asam Basa


Asam dan Basa diklasifikasikan menjadi 2 yaitu asam basa lemah, dan
asam-basa kuat.
A. Asam
Kekuatan asam dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion H+ yang dihasilkan
oleh senyawa asam dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion H+
yang dihasilkan, larutan asam dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.
1. Asam Kuat
Asam kuat yaitu senyawa asam yang dalam larutannya terion seluruhnya
menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam kuat merupakan reaksi berkesudahan.
Secara umum, ionisasi asam kuat dirumuskan sebagai berikut.
HA(aq) → H+(aq) + A–(aq)
7

Gambar 2.1 Rumus menghitung ionisasi asam pada asam kuat


2. Asam Lemah
Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi
menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi
kesetimbangan.
Secara umum, ionisasi asam lemah valensi satu dapat dirumuskan sebagai
berikut.
HA(aq) ←→ H+(aq) + A–(aq)
Makin kuat asam maka reaksi kesetimbangan asam makin condong ke
kanan, akibatnya Ka bertambah besar. Oleh karena itu, harga Ka merupakan
ukuran kekuatan asam, makin besar Ka makin kuat asam. Berdasarkan
persamaan di atas, karena pada asam lemah [H+] = [A–], maka persamaan di
atas dapat diubah menjadi:

Gambar 2.2 Rumus menghitung ionisasi [H+] pada asam lemah

B. Basa
Kekuatan basa dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion OH- yang dihasilkan
oleh senyawa basa dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH yang
dihasilkan, larutan basa juga dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.
1. Basa Kuat
8

Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi
ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa kuat merupakan reaksi berkesudahan. Secara
umum, ionisasi basa kuat dirumuskan sebagai berikut.
M(OH)x(aq) → Mx+(aq) + x OH–(aq)

Gambar 2.3 Rumus menghitung ionisasi [OH-] pada basa kuatdengan:


x = valensi basa
M = konsentrasi basa
2. Basa Lemah
Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit
terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa lemah juga merupakan reaksi
kesetimbangan. Secara umum, ionisasi basa lemah valensi satu dapat dirumuskan
sebagai berikut.
M(OH)(aq) ←⎯⎯⎯⎯→ M+(aq) + OH–(aq)

Gambar 2.4 Rumus tetapan ionisasi pada basa lemah


Makin kuat basa maka reaksi kesetimbangan basa makin condong ke
kanan, akibatnya Kb bertambah besar. Oleh karena itu, harga Kb merupakan
ukuran kekuatan basa, makin besar Kb makin kuat basa. Berdasarkan persamaan
di atas, karena pada basa lemah [M+] = [OH–], maka persamaan di atas dapat
diubah menjadi:
9

Gambar 2.5 Rumus menghitung ionisasi [OH+] pada basa lemah

2.2 Pengertian Titrasi Asam Basa


Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi
asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi,
titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya.
Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan
asam atau larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan
basa yang telah diketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah larutan asam yang
belum diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga
asam dan basa tepat habis bereaksi. Waktu penambahan hingga asam dan basa
tepat habis disebut titik ekuivalen. Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa
dapat ditentukan jika salah satunya sudah diketahui. Proses penetapan
konsentrasi tersebut disebut titrasi asam- basa.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”.
Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Metode titrimetri yang didasarkan pada reaksi asam basa ini adalah titrasi
asam basa (Asidimetri dan alkalimetri). Titrasi ini termasuk reaksi netralisasi
yakni reaksi antara ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion yang berasal
dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain
reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam)
dengan penerima proton (basa). Dalam menganalisis sampel yang bersiaft basa,
maka kita dapat menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan
istilah asidimetri. Sebaliknya jika kita menentukan sampel yang bersifat asam,
kita akan menggunkan lartan standar basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri.
10

Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati


perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini
dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna
dari indikator
Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses
titrasi, yaitu:
1. Titrasi asam-basa
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi penetralan.
H+ + OH- → H2O
Yang terdiri dari H+ (asam), OH- (basa) dan menjadi H2O (netral).
2. Titrasi redoks (Oksidimetri)
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi reduksi dan oksidasi.
O+R → Hasil
Yang terdiri dari O (Oksidator) dan R (Reduktor).
3. Titrasi pengendapan
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah Proses pengendapan.
L+ (aq) + X-(aq) → LX(s)
Yang terdiri dari kation dan Ion sehingga membentuk endapan.
4. Titrasi pengompleksan
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi akseptor-donor pasangan
elektron.
Mn+ + :L → [M : L]n+
Yang terdiri dari ion logam dan ligan sehingga membentuk ion kompleks
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan
buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan
yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan
menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.
a. Larutan baku primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya
diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat
digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai
11

konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan


penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume
tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat larutan
baku primer :
▪ Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin
pada suhu 110- 120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni.
(Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena
sukar untuk menghilangkan air- permukaan dengan lengkap tanpa
menimbulkan pernguraian parsial.)
▪ Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh
udara atau dipengaruhi karbondioksida.
▪ Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan
kepekaan tertentu.
▪ Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa
ekuivalen yang besar.
▪ Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.

▪ Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik


dan langsung.
b. Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat
karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini
ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya
melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2.
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
▪ Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
▪ Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
▪ Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
12

2.3 Prinsip Titrasi Asam Basa


Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan
ekuivalen yang artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi,
dalam hal ini biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini
disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan
jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik
akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik
akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering
disebut juga sebagai titik ekuivalen.

2.4 Cara Mengetahui Titik Ekuivalen


Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam
basa, antara lain:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk
memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah
“titik ekuivalen”.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes
(sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator
ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah
titrasi dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah
indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan
indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga
tiga tetes.
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam
pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak
seakurat dengan pH meter. Gambar berikut merupakan perubahan warna yang
terjadi jika menggunakan indikator fenolftalein.
13

Tabel 2.1 Perubahan Warna jika menggunakan PP


pH <0 0-8.2 8.2−12.0 >12.0

Kondisi Sangat asam Asamatau Basa Sangat basa


mendekati
netral

Warna Jingga Tidak Pink keunguan Tidak


berwarna berwarna

Gambar 2.6 Warna sebelum & Sesudah mencapai titik ekuivalen


Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut
sebagai “titik akhir titrasi”.

Gambar 2.7 Keadaan warna setelah titrasi


Dalam titrasi asam basa, zat-zat yang bereaksi umumnya tidak berwarna
sehingga tidak diketahui kapan titik ekuivalen tercapai. Misalnya pada larutan
HCl dan larutan NaOH, keduanya tidak berwarna dan setelah bereaksi, larutan
NaCl yang terbentuk juga tidak berwarna. Untuk mengetahui bahwa titik
ekuivalen pada titrasi telah dicapai, maka digunakan indikator atau penunjuk.
14

Indikator ini harus berubah warna pada saat titik ekuivalen tercapai. Indikator
asam basa adalah petunjuk tentang perubahan pH dari suatu larutan asam atau
basa. Indikator bekerja berdasarkan perubahan warna indikator pada rentang pH
tertentu. Kertas lakmus merupakan salah satu indikator asam basa. Lakmus merah
berubah warna menjadi biru jika dicelupkan ke dalam larutan basa. Lakmus biru
berubah menjadi merah jika dicelupkan ke dalam larutan asam. Terdapat beberapa
indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH larutan
berubah, seperti indikator metil jingga, metil merah, fenolftalein, alizarin kuning,
dan bromtimol biru
Indikator asam basa umumnya berupa molekul organik yang
bersifat asam lemah dengan rumus HIn. Indikator memberikan warna tertentu
ketika ion H+ dari larutan asam terikat pada molekul HIn dan berbeda warna
ketika ion H+ dilepaskan dari molekul HIn menjadi In–. Salah satu indikator asam
basa adalah fenolftalein (PP), indikator ini banyak digunakan karena harganya
murah. Indikator PP tidak berwarna dalam bentuk HIn (asam) dan berwarna
merah jambu dalam bentuk In– (basa). Berikut struktur fenolftalein:

Gambar 2.8 Struktur Fenolftalein


15

Terdapat berbagai jenis indikator yang dapat digunakan untuk melakukan


titrasi asam basa, diantaranya adalah:
Tabel 2.2 Indikator titrasi asam & basa
NAMA pH RANGE WARNA TIPE(SIF
AT)
Biru timol 1,2-2,8 merah – kuning asam
Kuning metil 2,9-4,0 merah – kuning basa
Jingga metil 3,1 – 4,4 merah – jingga basa
Hijau bromkresol 3,8-5,4 kuning – biru asam
Merah metil 4,2-6,3 merah – kuning basa
Ungu bromkresol 5,2-6,8 kuning – ungu asam
Biru bromtimol 6,2-7,6 kuning – biru asam
Merah fenol 6,8-8,4 kuning – merah asam
Ungu kresol 7,9-9,2 kuning – ungu asam
Fenolftalein 8,3-10,0 t.b. – merah asam
Timolftalein 9,3-10,5 t.b. – biru asam
Kuning alizarin 10,0-12,0 kuning – ungu basa

Contohnya : titrasi HCl menggunakan NaOH dapat menggunakan


indicator yang mempunyai pH sekitar 7 misalnya fenol merah atau fenolftalein.
HCl bereaksi dengan NaOH akan membentuk NaCl dan H2O yang bersifat netral.
Contoh lain titrasi asam asetat menggunakan larutan NaOH dapat menggunakan
indicator dengan pH sesuai garam Natrium Asetat yaitu pH 9-10 dapat
menggunakan indikator pp.
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah jika menggunakan
sistem ekuivalen, sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang
dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar
dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik
akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa
organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi
daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih
rendah.
16

Salah satu contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti
natrium hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida (HCl), persamaan
reaksinya sebagai berikut:

NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Gambar 2.9 Set alat titrasi

2.5 Rumus Umum Titrasi


Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan
mol- ekuivalen basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N)
dengan volume, maka rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:
N asam x V asam = N asam x V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan
jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas
menjadi:
(n x Masam) x Vasam = (n x Mbasa) x Vbasa
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa)
17

2.5 Macam Macam Titrasi Asam Basa


Titrasi asam basa dibagi menjadi lima jenis tergantung pada jenis asam
dan basa yang direaksikan, jenis asam dan basa yang direaksikan akan
mempengaruhi perubahan pH yang dapat digambarkan sebagai kurva titrasi yang
dihasilkan dari plot antara pH dengan asam atau basa yang ditambahkan. Bentuk
karakteristik dari kurva yang berbeda-beda menggambarkan perbedaan
konsentrasi dan sifat kekuatan asam basanya,berikut ini merupakan jenis titrasi
asam basa beserta kurva titrasinya :
1. Asam kuat - Basa kuat
Titrasi asam kuat-basa kuat contohnya titrasi HCl dengan NaOH. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl (aq) + H2O(l)
Ion H+ bereaksi dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil akhir titrasi pada titik
ekuvalen PH adalah netral.

Gambar 2.10 Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat


2. Asam kuat - Basa lemah
Titrasi ini ini Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam
lemah dan basa kuat. Contoh titrasi ini adalah asam asam klorida sebagai asam
kuat dan larutan amonia sebagai basa lemah.dalam reaksi ini akan terbentuk
garam yang bersifat asam.
NH4OH (aq) + HCl (aq) → NH4Cl (aq) + H2O
18

Gambar 2.11 Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah


3. Asam lemah - Basa kuat
Titrasi Asam lemah-basa kuat contohnya adalah titrasi CH3COOH
sebagai asamlemah dengan NaOH sebagai basa kuat sehingga membentuk garam
yang bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O

Gambar 2.12 Kurva Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat


4. Asam Lemah Basa lemah
Titrasi Asam lemah-basa lemah contohnya adalah titrasi CH3COOH
sebagai asam lemah dengan NH4OH sebagai basa lemah sehingga membentuk
garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah. Jika Ka > Kb kelarutan
bersifat asam, jika Kb > Ka kelarutan bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut
CH3COOH + NH4OH → CH3COONH4 + H2O
19

5. Asam kuat - Garam dari asam lemah


Titrasi Asam kuat-garam dari asam lemah contohnya adalah titrasi HCl
sebagai asam kuat dengan NH4BO2 yang bersifat sebagai garam dari asam
lemah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
HCl + NH4BO2 → HBO2+ NH4Cl
Reaksi ion yang terjadi adalah H++ BO2- → HBO2
5. Basa kuat - Garam dari basa lemah
Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam
lemah dengan basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari
kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat. Sebagai contoh disini adalah titrasi
NaOH yang bersifat basa kuat dengan CH3COONH4 yang merupakan garam dari
basa lemah, dimana reaksinya dapat ditulis sebagai:
NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH
Reaksi ion yang terjadi OH-+ NH4-→ NH4OH
BAB III
APLIKASI TITRASI ASAM BASA

1. Jika 30 mL larutan HCl 0,01 M digunakan untuk mentitrasi 60 mL larutan


NaOH sampai titik ekivalen, berapakah konsentrasi larutan NaOH?
Jawab :
a. Persamaan reaksi setara :
HCl + NaOH → NaCl + H2O
b. mol HCl
Mol = M x V = (0,01 mol/L) (0,030 L) = 0,00030 mol
c. mol NaOH
Karena perbandingan ekivalen HCl dan NaOH adalah 1:1 maka mol NaOH sama
dengan mol HCl yaitu 0,00030 mol
d. Konsentrasi NaOH
0,00030 mol / 0,060 L = 0,005 M
Jadi, konsentrasi larutan NaOH yaitu 0,005 M

2. Sebanyak 20 mL HCl diperlukan untuk menetralkan 40 mL larutan Ca(OH)2


0,1 M hitunglah Molaritas HCl?
Jawab :
Molaritas dari larutan HCl, menggunakan rumus :
V1. M1. n1 = V2. M2. n2
20 . M1 . 1 = 40 . 0,1 . 2
20 . M1 = 8
M1 = 0,4 M
Jadi, Molaritas HCl yaitu 0,4 M.
3. Sebanyak 1 gr cuplikan KOH (mr KOH = 56) dilarutkan kedalam air dan
memerlukan 30 mL larutan H2SO4 0,1 M untuk menetralkannya. Kadar KOH
dalam cuplikan tersebut adalah ?
Jawab :
a. Molaritas dari KOH dengan menggunakan rumus :
V1. M1. n1 = V2. M2. n2

20
21

30 . 0,1 . 2 = 30 . M2 . 1
6 = 30 M2
M2 = 0,2
b. Molaritas dari KOH dengan menggunakan volume dari hasil titrasi KOH :
𝑔𝑟 1000 1,0 1000
N = 𝑀𝑟 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = = 0,595
56 30

c. Bagi molaritas hasil molaritas basa dengan molaritas hasil titrasi


Kadar KOH dalam cuplikan = 0,2 / 0,595 = 0,336 = 33,6%
Jadi, kadar KOH dalam cuplikan sebanyak 33,6%

4. Jika pada titrasi 30 mL NaOH membutuhkan 20 mL HCl 0,1 M, maka


berapakah massa NaOH yang terlarut dalam 100 mL larutan NaOH tersebut ? (Na
= 23, O = 16, H = 1)
Jawab :
V1. M1. n1 = V2. M2. n2
20 . 0,1 . 1 = 30 . M2 . 1
2 = 30 M2
M2 = 0,07 M
𝑔𝑟 1000
M = 𝑀𝑟 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑉
gr = M x Mr 1000

gr = 0,07 x 40 x 100/1000
gr = 0,28 gr
jadi, maasa NaOH yang terlarut dalam 100 mL larutan NaOH tersebut sebanyak
0,28gr.

5. Campuran NaOH dan KOH padat yang massanya 4,2 gram dapat menetralkan
100 mL larutan HCl 1 M. Berapa gr massa NaOH dan KOH dalam campuran
tersebut ?
Jawab :
V1. M1. n1 = V2. M2. n2
100 . 1 M . 1 = mol OH-total
Mol OH-total = 100 mmol = 0,1 mol
22

Mol OH-total = n OH-NaOH + n OH-KOH


Jika dimisalkan massa NaOH = x gram, maka massa KOH = (4,2 – x) gram
𝑔𝑟 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚
n NaOH = = = , mol OH- dari NaOH memiliki mol yang sama dengan
𝑀𝑟 40

perbandingan koefisien
𝑔𝑟 4,2− 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚
n KOH = = 𝑀𝑟 = , mol OH- dari KOH memiliki mol yang sama dengan
56

perbandingan koefisien
Mol OH-total = n OH-NaOH + n OH-KOH
𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚 4,2− 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,1 mol = +
40 56
56𝑥+168−40𝑥
0,1 mol = 2240

224 = 16x + 168


56 = 16x
x = 3,5gram (massa NaOH)
massa KOH = 4,2 gram – 3,5 gram = 0,7 gram
jadi, massa NaOH dan KOH dalam campuran tersebut sebanyak 3,5 gram dan 0,7
gram.

6. 42 mL larutan Ba(OH)2 0,135 M dititrasi dengan HF 0,720 M. Berapakah


volume HF yang digunakan untuk mencapai titik ekivalen titrasi ?
Jawab :
V1. M1. n1 = V2. M2. n2
42 . 0,135 . 2 = V2 . 0,720 . 1
11,34 = 0,720 V2
V2 = 15,75 mL
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Titrasi merupakan suatu proses penentuan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara
lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis (belum
diketahui konsentrasinya).
2. Titrasi asam-basa merupakan suatu proses penentuan kadar/konsentrasi
suatu larutan basa dengan larutan standar asam yang sudah diketahui
konsentrasinya atau sebaliknya. Proses tritrasi dikenal dengan istilah
titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Penambahan larutan standar
dilakukan sampai mencapai titik eekivalen, yaitu suatu keadaan pada saat
asam dan basa tepat habis bereaksi. Titik ekivalen dapat ditentukan
dengan menggunakan suatu indikator yang harus berubah warna di
sekitar titik tersebut. Titik pada saat perubahan warna indikator itu terjadi
disebut titik akhir titrasi.
3. Titrasi asam basa dibagi menjadi lima jenis tergantung pada jenis asam
dan basa yang direaksikan, jenis asam dan basa yang direaksikan akan
mempengaruhi perubahan pH yang dapat digambarkan sebagai kurva
titrasi yang dihasilkan dari plot antara pH dengan asam atau basa yang
ditambahkan.
4. Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam
basa, antara lain memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH
selama titrasi dilakukan dan memakai indikator asam basa.

4.2 Saran
Untuk kemajuan makalah ini kedepannya, apabila terdapat kesalahan
yang terjadi, maka penulis mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun guna kelengkapan dan kebutuhan makalah ini
kedepannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Titrasi (https://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi) (diakses tanggal 8 Maret


2022)
Pengertian, Sifat dan Teori Asam Basa Dalam
Kimia(https://rumusrumus.com/teori-asam-basa/(diakses tanggal 8 Maret
2022)
Rocky.2012.Jenis-Jenis Titrasi.
(http://rockychemistry.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-titrasi.html)
(diakses tanggal 8 Maret 2022)
Shofyan.2010.Larutan Baku.(http://forum.um.ac.id) Svehla,G.1985.Vogel Buku
Teks (diakses tanggal 8 Maret 2022)
Wiliana,Anggi.2012.Titrasi asam
Basa.(http://anggiwilianandini.wordpress.com/kimia-kelas-xi/larutan-
asam-basa/titrasi-asam-basa/) (diakses tanggal 8 Maret 2022)
(https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/36008448/TUGAS_KIMIA
_ANALISIS_1.docx?response-content-)(diakses tanggal 8 Maret 2022)

24

Anda mungkin juga menyukai