Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TITRASI ASAM BASA

Disusun Oleh :
Aprilia Nanda Utami
Fadia Nurul Fitri
Nandi Tri Saputra

Dosen Pembimbing :
Dr.Ir. Rusdianasari, M.Si.

Mata Kuliah :
Kimia Analisis

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PRODI DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik. Makalah ini ditunjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kimia Analisis di semester satu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari
segi isi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan kemampuan dan pengetahuan
penulis yang masih sangat terbatas. Walaupun demikian penulis berusaha
semaksimal mungkin untuk menyajikan makalah ini dengan sebaik- baiknya.
Akhir kata Penulis mengharapkan semoga makalah yang disusun ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Palembang, September 2019

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................ 2
Daftar Isi .................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................4
1.2 Tujuan................................................................................................... 5
1.3 Manfaat...........................,..................................................................... 5
BAB II : DASAR TEORI
2.1 Teori Asam Basa ..................................................................................6
2.2 Pengertian Titrasi...................................................................................8
2.3 Prinsip Titrasi Asam dan Basa............................................................ 10
2.4 Macam-Macam Titrasi Asam dan Basa ..............................................14
BAB III : APLIKASI TITRASI ASAM BASA................................................... 18
BAB IV : Penutup
4.1 Kesimpulan .........................................................................................25
4.2 Saran ....................................................................................................25
Daftar Pustaka .......................................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa
digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan.
Karena pengukuran volume memainkan peranan penting dalam titrasi, maka
teknik ini juga dikenali dengan analisis volumetrik. Analisis titrimetri merupakan
satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan
hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri
berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan keterangan: (a) molekul
analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran,
ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk
larutan dengan konsentrasi yang diketahui.
Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya
ditentukan dengan suatu proses standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan
hingga sejumlah T yang ekuivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan
baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran
berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator,
yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna.
Indikator asam basa terbuat dari asam atau basa organik lemah, yang mempunyai
warna berbeda ketika dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak. Perubahan warna
ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat
indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan,
bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator
untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih
keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrimetri. Istilah
titrasi menyangkut proses ntuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalen.
Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik sering digunakan daripada
titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik,

4
karena pengukuran-pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada
analisis tertentu misalnya, orang dapat mengukur volume gas.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui dan
mampu menjelaskan tentang titrasi asam basa beserta penerapannya. Selain itu
makalah ini juga dibuat dengan tujuan untuk membuka pola pikir serta memenuhi
tugas yang diberikan.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini agar pembaca dapat mengetahui lebih
lanjut mengenai titrasi asam basa dan penerapannya.

5
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Teori Asam-Basa

1. Teori Arrheius

Teori Asam dan Basa ini dikemukakan oleh Svante August


Arrhenius yang merupakan Seorang Ilmuwan Kimia berasal dari Swedia
yang lahir pada tanggal 19 Februari 1859 sampai 02 Oktober 1927 silam.
Svante August Arrhenius pada tahun 1884 Silam menjelaskan bahwa
Kekuatan Asam didalam Air tergantung pd Konsentrasi Ion – Ion
Hidrogen didalam-nya.

Menurut Svante August Arrhenius bahwa Asam adalah Zat yang


jika didalam Air dapat melepaskan Ion Hidrogen (H+), sebenarnya Ion –
Ion Hidrogen yang dihasilkan oleh Asam tersebut ketika dilarutkan
didalam Air akan terkait dengan Molekul – Molekul Air (H2O) dalam
bentuk Ion Hidronium yakni Ion Positif yg dibentuk atas penambahan
sebuah Ion Hidrogen (Proton) pada sebuah Molekul Air.

Namun tidak semua Senyawa Hidrogen itu Asam misalnya Etanol


yang mempunyai Rumus Kimia C2H5OH, walaupun didalam Etanol
terdapat Unsur H namun Etanol bukanlah Asam. Kemudian Asam
berdasarkan Kekuataannya menurut Svante August Arrhenius ini terdiri
dari Asam Kuat dan Asam Lemah, sedangkan jika dilihat dari Jumlah Ion
H+ yang dilepaskannya maka dibedakan menjadi Asam Monoprotik,
Asam Diprotik dan Asam Triprotik.

Lalu Teori Asam Basa Menurut Arrhenius ini bahwa Asam adalah
senyawa yg dalam Air mampu menghasilkan Ion Hidroksida (OH-) dan
Basa berdasarkan pada Ion OH- yang dilepaskan tersebut pada reaksi
Ionisasi Basa maka dibedakan menjadi dua macam yang antara lain Basa
Monohidrolik dan Basa Polihidroksi.

6
2. Teori bronsted Lowry

Teori Asam Basa Bronsted dan Lowry ini merupakan sebuah Teori
yang melengkapi dari kekurangan Teori Asam dan Basa Arrhenius karena
tak semua Senyawa itu bersifat Asam ataupun Basa dapat menghasilkan
sebuah Ion H+ atau OH- jika dilarutkan didalam Air.

Teori Asam Basa Menurut Bronsted – Lowry bahwa Asam ialah


Senyawa yg bisa menyumbang proton yakni Ion H+ ke Senyawa atau Zat
Lain. Sedangkan Basa ialah Senyawa yg bisa menerima Proton, yakni Ion
H+ dari Senyawa ataupun Zat Lain. Lalu menurut Johannes Nicolaus
Bronsted dan Thomas Martin Lowry bahwa Zat mampu berperan baik
sebagai Asam ataupun Basa, jika Zat tertentu lebih mudah melepas Proton
dan Zat tersebut akan berperan sebagai Asam dan Lawannya berperan
sebagai Basa.

Sebaliknya jika Suatu Zat lebih mudah menerima Proton maka Zat
tersebut akan berperan sebagai basa dan dalam suatu Larutan Asam dalam
Air, Air tersebut berperan sebagai Basa. Namun didalam Teori Asam –
Basa Bronsted Lowry ini memiliki kelemahan yakni tak dapat
memperlihatkan Sifat Asam maupun Sifat Basa suatu senyawa jika tidak
terdapat proton yang terlibat didalam Reaksi.

3. Teori Asam Basa Lewis

Gilbert Newton Lewis merupakan Ilmuwan Kimia berasal dari


Amerika Serikat yang lahir pada 23 Oktober 1875 dan meninggal pada 23
Maret 1946 yang terkenal dengan penemuan – penemuannya seperti Ikatan
Kovalen, Struktur Lewis dan Asam Basa Lewis. Menurut Gilbert Newton
Lewis bahwa Teori Asam – Basa merupakan masalah dasar yg harus
diselesaikan dengan landasan Teori Struktur Atom, bukan berdasarkan
oleh hasil percobaan.

7
Adapun Teori Asam Basa Menurut Lewis bahwa Asam ialah Zat
yang dapat menerima Elektron dan menurut Lewis bahwa Basa ialah Zat
yang bisa mendonorkan Pasangan Elektron. Semua Zat yg didefinisikan
sebagai Asam didalam Teori Asam – Basa Arrhenius juga merupakan
Asam di dlm Kerangka Teori Lewis ini karena Proton ialah Aksepator
Pasangan Elektron dan didalam Reaksi Netralis Proton dapat membentuk
ikatan koordinat dengan Ion Hidroksida.

2.2 Pengertian Titrasi

Titrasi merupakan suatu proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan


konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan
sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis (belum diketahui konsentrasinya).
Prosedur analisis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang
konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri.

Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses


titrasi, yaitu:

1. Titrasi asam-basa
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi penetralan
H+ + OH- H2O
Yang terdiri dari H+ (asam), OH- (basa) dan menjadi H2O (netral)
2. Titrasi redoks (Oksidimetri)
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi reduksi dan oksidasi
O+R Hasil
Yang terdiri dari O (Oksidator) dan R (Reduktor)
3. Titrasi pengendapan
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah Proses pengendapan
L+ (aq) + X-(aq) LX(s)
Yang terdiri dari kation dan Ion sehingga membentuk endapan
4. Titrasi pengompleksan

8
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi akseptor-donor pasangan
elektron
Mn+ + :L [M : L]n+
Yang terdiri dari ion logam dan ligan sehingga membentuk ion kompleks

Titrasi asam-basa merupakan suatu proses penentuan kadar/konsentrasi


suatu larutan basa dengan larutan standar asam yang sudah diketahui
konsentrasinya atau sebaliknya. Proses tritrasi dikenal dengan istilah titik
ekivalen dan titik akhir titrasi. Penambahan larutan standar dilakukan sampai
mencapai titik eekivalen, yaitu suatu keadaan pada saat asam dan basa tepat habis
bereaksi. Titik ekivalen dapat ditentukan dengan menggunakan suatu indikator
yang harus berubah warna di sekitar titik tersebut. Titik pada saat perubahan
warna indikator itu terjadi disebut titik akhir titrasi.

Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang apabila


dilarutkan di dalam air akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Beberapa asam dan hasil disosiasinya
adalah sebagai berikut:

HCl H+ + Cl-

Asam klorida ion klorida

CH3COOH H+ + CH3COO-

Asam asetat ion asetat

Basa di definisikan sebagai zat yang apabila dilarutkan di dalam air


mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya
ion negatif. Hidroksida-hidroksida yang larut seperti natrium hidroksida atau
kalium hidroksida hampir sempurna berdisosiasi dalam larutan air yang encer.
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan larutan baku asam. Sebaliknya
alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif senyawa-senyawa yang
bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa. Asidimetri dan alkalimetri

9
termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari
asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton
dengan akseptor proton.

2.3 Prinsip Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan
ekuivalen yang artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi,
dalam hal ini biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini
disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan
jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik
akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik
akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering
disebut juga sebagai titik ekuivalen.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam
basa yaitu:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan,kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran
untuk memperoleh kurvatitrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut
adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant
sebelum prosestitrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna
ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan,
tidakdiperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam
titrasi asam basa adalah indicator yangperbahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua

10
hingga tiga tetes.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi
dipilih sedekat mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan
memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warnaindicator
disebut sebagai “titik akhir titrasi”
Dalam titrasi asam basa, zat-zat yang bereaksi umumnya tidak berwarna
sehingga tidak diketahui kapan titik ekuivalen tercapai. Misalnya pada larutan
HCl dan larutan NaOH, keduanya tidak berwarna dan setelah bereaksi, larutan
NaCl yang terbentuk juga tidak berwarna. Untuk mengetahui bahwa titik
ekuivalen pada titrasi telah dicapai, maka digunakan indikator atau penunjuk.
Indikator ini harus berubah warna pada saat titik ekuivalen tercapai. Indikator
asam basa adalah petunjuk tentang perubahan pH dari suatu larutan asam atau
basa. Indikator bekerja berdasarkan perubahan warna indikator pada rentang pH
tertentu. Kertas lakmus merupakan salah satu indikator asam basa. Lakmus merah
berubah warna menjadi biru jika dicelupkan ke dalam larutan basa. Lakmus biru
berubah menjadi merah jika dicelupkan ke dalam larutan asam. Terdapat beberapa
indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH larutan
berubah, seperti indikator metil jingga, metil merah, fenolftalein, alizarin kuning,
dan bromtimol biru
Indikator asam basa umumnya berupa molekul organik yang
bersifat asam lemah dengan rumus HIn. Indikator memberikan warna tertentu
ketika ion H+ dari larutan asam terikat pada molekul HIn dan berbeda warna
ketika ion H+ dilepaskan dari molekul HIn menjadi In–. Salah satu indikator asam
basa adalah fenolftalein (PP), indikator ini banyak digunakan karena harganya
murah. Indikator PP tidak berwarna dalam bentuk HIn (asam) dan berwarna
merah jambu dalam bentuk In– (basa). Berikut struktur fenolftalein:

11
Terdapat berbagai jenis indicator yang dapat digunakan untuk melakukan
titrasi asam basa, diantaranya adalah:

NAMA pH RANGE WARNA TIPE(SIFAT)


Biru timol 1,2-2,8 merah – kuning asam
Kuning metil 2,9-4,0 merah – kuning   basa
Jingga metil 3,1 – 4,4 merah – jingga   basa
Hijau bromkresol 3,8-5,4 kuning – biru asam
Merah metil 4,2-6,3 merah – kuning   basa
Ungu bromkresol 5,2-6,8 kuning – ungu asam
Biru bromtimol 6,2-7,6 kuning – biru asam
Merah fenol 6,8-8,4 kuning – merah asam
Ungu kresol 7,9-9,2 kuning – ungu asam
Fenolftalein 8,3-10,0 t.b. – merah asam
Timolftalein 9,3-10,5 t.b. – biru asam
Kuning alizarin 10,0-12,0 kuning – ungu   basa

Contohnya : titrasi HCl menggunakan NaOH dapat menggunakan


indicator yang mempunyai pH sekitar 7 misalnya fenol merah atau fenolftalein.
HCl bereaksi dengan NaOH akan membentuk NaCl dan H2O yang bersifat netral.

12
Contoh lain titrasi asam asetat menggunakan larutan NaOH dapat menggunakan
indicator dengan pH sesuai garam Natrium Asetat yaitu pH 9-10 dapat
menggunakan indicator pp.

Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah jika menggunakan


sistem ekuivalen, sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang
dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar
dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik
akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa
organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi
daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih
rendah.

Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan
mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:

                           mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa


Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume
maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
                                             NxV asam = NxV basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion
H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
                                        nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N=Normalitas
V = Volume.

Salah satu contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti
natrium hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida (HCl), persamaan
reaksinya sebagai berikut:

NaOH(aq) + HCl(aq)    NaCl (aq) + H2O(l)

13
Gambar 2.1 set alat titrasi

2.4 Macam Macam Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa dibagi menjadi lima jenis tergantung pada jenis asam
dan basa yang direaksikan, jenis asam dan basa yang direaksikan akan
mempengaruhi perubahan pH yang dapat digambarkan sebagai kurva titrasi yang
dihasilkan dari plot antara pH dengan asam atau basa yang ditambahkan. Bentuk
karakteristik dari kurva yang berbeda-beda menggambarkan perbedaan
konsentrasi dan sifat kekuatan asam basanya,berikut ini merupakan jenis titrasi
asam basa beserta kurva titrasinya :

1. Asam kuat - Basa kuat

Titrasi asam kuat-basa kuat contohnya titrasi HCl dengan NaOH.


Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

14
NaOH(aq) + HCl(aq)    NaCl (aq) + H2O(l)

Ion H+ bereaksi dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil akhir titrasi
pada titik ekuvalen PH adalah netral.

Gambar 2.2.1 Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat

2. Asam kuat - Basa lemah

Titrasi ini ini  Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari
asam lemah dan basa kuat. Contoh titrasi ini adalah asam asam klorida
sebagai asam kuat dan larutan amonia sebagai basa lemah.dalam reaksi ini
akan terbentuk garam yang bersifat asam.
  NH4OH (aq) + HCl (aq)                  NH4Cl (aq) + H2O

15
Gambar 2.2.2 Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah

3. Asam lemah - Basa kuat

Titrasi Asam lemah-basa kuat contohnya adalah titrasi CH 3COOH


sebagai asamlemah dengan NaOH sebagai basa kuat sehingga membentuk
garam yang bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut

NaOH + CH3COOH  →   CH3COONa + H2O

Gambar 2.2.3 Kurva Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat

4. Asam Lemah Basa lemah

Titrasi Asam lemah-basa lemah contohnya adalah titrasi


CH3COOH sebagai asam lemah dengan NH4OH sebagai basa lemah
sehingga membentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah.
Jika Ka > Kb kelarutan bersifat asam, jika Kb > Ka kelarutan bersifat basa.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut

16
CH3COOH + NH4OH CH3COONH4 + H2O

5. Asam kuat - Garam dari asam lemah

Titrasi Asam kuat-garam dari asam lemah contohnya adalah titrasi


HCl sebagai asam kuat dengan NH4BO2 yang bersifat sebagai garam dari
asam lemah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
HCl + NH4BO2→ HBO2+ NH4Cl
Reaksi ion yang terjadi adalah H++ BO2-→ HBO2

5. Basa kuat - Garam dari basa lemah


Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam
lemah dengan basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan
dari kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat. Sebagai contoh disini
adalah titrasi NaOH yang bersifat basa kuat dengan CH3COONH4 yang
merupakan garam dari basa lemah, dimana reaksinya dapat ditulis sebagai:
NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH
Reaksi ion yang terjadi OH-+ NH4-→ NH4OH

17
BAB III

APLIKASI TITRASI ASAM BASA

1. Kristal KHP seberat 2,331 gram dengan Mr=204 gram/mol dilarutkan hingga
250 mL, kemudian dipipet 25 mL dan dititrasi dengan menggunakan larutan
NaOH sebanyak v = 13,9 mL. larutan NaOH digunakan untuk menentukan
kadar H2SO4 didalam Air Aki. 10 mL air aki di encerkan dengan 100 mL
aquades di dalam labu ukur kemudian dipipet 25 mL dan dititrasi dengan NaOH
volume = 19,3 mL. Berapakah kadar H2SO4 didalam air aki tersebut?

Penyelesaian :

Langkah 1

Diketahui:

w KHP = 2,331 gram

Mr = 204 gram/mol

V larutan= 250 mL = 0,25 L


V titrasi = 13,9 mL
V pipet = 25 mL

Ditanya: M NaOH?

Dijawab:

Massa 2,331 gr
Mol KHP= = = 0,011 mol
Mr 204 gram/mol

mol 0,011 mol


MKHP = = =0,044 M
volume 0,25 L

KH(C8H4O4)+NaOH KNa + H2O

18
Mol KHP mol NaOH

Mmol NaOH = MKHP x Vpipet

= 0,044 M x 25 mL

= 1,15 mmol

mmol 1,15 mmol


M NaOH = = =0.082 M
volume 13,9 mL

2. 200 mg Asam Benzoat dilarutkan dengan 30 ml dimetil formamida,


ditambahkan 3 tetes indikator biru timol 1%, kemudian dititrasi dengan natrium
metoksida hingga berubah warna kuning biru dan didapatkan volume titrasi
16,20 lalu dilakukan titrasi blangko dengan volume 0,10 ml. Hitung normalitas
Na Metoksida !

Penyelesaian :

Mmol = mgram = 200 mgram = 1,6380 mmol


Mr 122,1
Mgrek = mmol = 1,6380 mmol = 1,6380 mgrek
BE 1 mol
N = mgrek = 1,6380 mgrek = 0,1011 N
V 16,20

3. 20 tablet Salisilamid (Mr: 137) seberat 15 gram setelah digerus homogen


sejumlah 625 mg serbuk tablet dimasukan ke dalam erlenmeyer kemudian
ditambahkan 30ml dimetil formamida, ditambahkan 3 tetes indikator biru
timol, dititrasi dengan Na Metoksida 0,1018 N. Diperlukan 37,0 ml dan pada
titrasi blanko diperlukan 0,10 ml tertera pada etiket tiap tablet mengandung 600
mg Salisilamida. Berapakah kadar Salisilamida?

19
Penyelesaian :

Mgrek Salisilamida = Mgrek Na Metoksida


= (Vtitrasi zat – V blanko) x N
= (37ml – 0,10ml) x 0,1018 N
= 3,7564 mgrek
Mmol Salisilamida = Mgrek x BE
= 3,7564 mgrek x 1 mol
= 3,7564 mmol
Mgram Salisilamida = Mmol x Mr
= 3,7564 mmol x 137
= 514,6295 mgram
Mgram 1 tablet = Mgram x bobot 1 tablet
Mserbuk
= 514,6295 mgram x 750
625
= 617,5554 mgram
= 0,6176 gram
Kadar Salisilamida = Mgram x 100%
Etiket
= 617,5354 x 100%
600
= 102,93%

4. Pembakaran HCL dilakukan dengan menggunakan baku primer natrium


karbonat sebanyak 354,2 mg natrium karbonat dilarutkan dalam air dan
dititrasi dengan larutan HCL (yang akan dibakukan) menggunakan indikator
metil orange dan sampai titik akhir titrasi dibutuhakan voluma HCL sebesar
30,23 ml. Hitunglah berapa normalitas HCL?
Penyelesaian:

20
Dik: reaksi yang terjadi adalah = Na2CO3 + 2HCL 2NaCL + H2O +CO2
valensi = 2
massa Na2CO3 = 354,2 mg = 0,3542 g
V HCL = 30,23 ml = 0,03023 L
BM Na2CO3 = (2 . Na + 1.C + 3.O)
= (2 . 22,99 + 1 . 12 + 3 . 16)
= (45,98 + 12 + 48)
= 105,98
= 106 g/mol
Dit: N HCL..................................?
Jawab:
N HCL = g Na2CO3 x valensi
BM Na2CO3 x V HCL
= 0,3542 x 2
106 x 0,03023
= 0,7084
3,20438
= 0,2210724
= 0,2211 N
5. Sebanyak 250 mg serbuk yang mengandung asam salisilat (BM = 138,12)
ditimbang saksama dilarutkan dalam 15 ml etanol 95% yang telah dinetralkan
terhadap merah fenol LP (6,8-8,4) selanjutnya ditambahkan 20 ml air dan
dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator merah fenol. Sampai
terjadinya titik akhir titrasi dibutuhkan NaOH 0,1 N sebanyak 12,56 ml.
Berapakah kadar asam salisilat dalam serbuk diatas?
Penyelesaian:
Dik : reaksi yang terjadi adalah
COOH
COONa
+ NaOH
+H2O

21
OH OH
valensi = 1
V titran (NaOH) = 12,56 ml = 0,01256 L
N titran (NaOH) = 0,1 N
Berat sampel (asam salisilat) = 250 mg = 0,25 g
BM sampel = 138,12 g/mol
Dit: Kadar sampel % (b/b) ................?
Jawab:
Kadar sampel % (b/b) = Vtitran x Ntitran x BE x 100%
Berat sampel (g)
= Vtitran x Ntitran x BM x 100%
Berat sampel (g) x valensi
= 0,01256 x 0,1 x 138,12 x 100%
0,25 x 1
= 69,39148
= 69,39% (b/b)

6. Sebanyak 25,0 ml minuman ringan yang mengandung vitamin C (BM =


176,12) dilarutkan dalam campuran yang terdiri atas 100 ml air bebas CO 2 dan
25 ml asam sulfat encer. Selanjutnya dititrasi segera dengan iodium 0,1 N
menggunakan indikator kanji sampai terbentuk warna biru tetap. Sampai titik
akhir titrasi dibutuhkan volume titran sebanyak 5,25 ml. Berapakah kandungan
vitamin C dalam minuman ringan tersebut?
Penyelesaian:
Dik : Valensi = 2
ml sampel = 25,0 ml = 0,025 L
BM sampel = 176,12
N titran (I2) = 0,1 N
V titran = 5,25 ml = 0,00525 L
Dit: Kadar sampel % (b/v).............?
Jawab:

22
Kadar sampel % (b/v) = V titran x N titran x BE x 100 %
Liter sampel x 1000
= V titran x N titran x BM
x 100 %
Liter sampel x 1000 x valensi
= 0,00525 x 0,1 x 176,12 x 100
%
0,025 x 1000 x 2
= 0,18493
= 0,185 % (b/v)

7. larutan Natrium Tetraborat Dekahidrat (Na2B4O7.10H2O). Yang bertindak


sebagai larutan baku primer adalah Na2B4O7.10H2O. Sebanyak 1,007 gram
kemudian dilarutkan dengan aquades 100 mL. dipipet 10 mL larutan boraks
dipipet dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan beberapa tetes
indicator metil merah selanjutnya dititrasi dengan HCl 10,1 mL. Berapa
konsentrasi larutan asam klorida (HCl)? Apabila diketahui Mr
Na2B4O7.10H2O=381 gr/mol.

Penyelesaian :
1,007 gram
mol Na2B4O7.10H2O= = 2,643x10-3 mol
381 gr /mol

2,643 x 10−3 mol


M Na2B4O7.10H2O = = 2,643x10-2 M
0,1 L

Volume larutan boraks = 10 ml


Reaksi yang terjadi :
Na2B4O7.10H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO4 + 5H2O
mmol Boraks = V lar.boraks x M boraks
= 10 mL x 2,643x10-2 M = 2,643x10-1 mmol
Karena 1 mol Na2B4O7.10H2O 2mol HCl maka:

23
1
mmol boraks = × mmol HCl
2
mmol HCl = 2 x mmol Na2B4O7.10H2O
= 2 x 2,643x10-1 mmol = 5,286 x 10-1 mmol
5,286 x 10−1 mmol
M HCl = = 0,0523 M
10,1 mL

24
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Titrasi merupakan suatu proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan
sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis (belum diketahui konsentrasinya).

2. Titrasi asam-basa merupakan suatu proses penentuan kadar/konsentrasi suatu


larutan basa dengan larutan standar asam yang sudah diketahui konsentrasinya atau
sebaliknya. Proses tritrasi dikenal dengan istilah titik ekivalen dan titik akhir titrasi.
Penambahan larutan standar dilakukan sampai mencapai titik eekivalen, yaitu suatu
keadaan pada saat asam dan basa tepat habis bereaksi. Titik ekivalen dapat
ditentukan dengan menggunakan suatu indikator yang harus berubah warna di
sekitar titik tersebut. Titik pada saat perubahan warna indikator itu terjadi disebut
titik akhir titrasi.

3. Titrasi asam basa dibagi menjadi lima jenis tergantung pada jenis asam dan basa
yang direaksikan, jenis asam dan basa yang direaksikan akan mempengaruhi
perubahan pH yang dapat digambarkan sebagai kurva titrasi yang dihasilkan dari
plot antara pH dengan asam atau basa yang ditambahkan.

4. Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa,
antara lain :

a. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan. 

b. Memakai indikator asam basa.

4.2 Saran

Untuk kemajuan makalah ini kedepannya, apabila terdapat kesalahan yang


terjadi, maka penulis mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun guna kelengkapan dan kebutuhan makalah ini kedepannya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Titrasi (https://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi) (daiakses tanggal 24 September


2019)

Pengertian, Sifat dan Teori Asam Basa Dalam Kimia(https://rumusrumus.com/teori-


asam-basa/(daiakses tanggal 24 September 2019)

Rocky.2012.Jenis-Jenis Titrasi. (http://rockychemistry.blogspot.com/2012/01/jenis-


jenis-titrasi.html) (daiakses tanggal 24 September 2019)

Shofyan.2010.Larutan Baku.(http://forum.um.ac.id) Svehla,G.1985.Vogel Buku Teks


(daiakses tanggal 24 September 2019)

Wiliana,Anggi.2012.Titrasi asam Basa.(http://anggiwilianandini.wordpress.com/kimia-


kelas-xi/larutan-asam-basa/titrasi-asam-basa/) (daiakses tanggal 24 September
2019)

(https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/36008448/TUGAS_KIMIA_ANA
LISIS_1.docx?response-content-)(daiakses tanggal 24 September 2019)

26

Anda mungkin juga menyukai