Disusun Oleh :
Aprilia Nanda Utami
Fadia Nurul Fitri
Nandi Tri Saputra
Dosen Pembimbing :
Dr.Ir. Rusdianasari, M.Si.
Mata Kuliah :
Kimia Analisis
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................ 2
Daftar Isi .................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................4
1.2 Tujuan................................................................................................... 5
1.3 Manfaat...........................,..................................................................... 5
BAB II : DASAR TEORI
2.1 Teori Asam Basa ..................................................................................6
2.2 Pengertian Titrasi...................................................................................8
2.3 Prinsip Titrasi Asam dan Basa............................................................ 10
2.4 Macam-Macam Titrasi Asam dan Basa ..............................................14
BAB III : APLIKASI TITRASI ASAM BASA................................................... 18
BAB IV : Penutup
4.1 Kesimpulan .........................................................................................25
4.2 Saran ....................................................................................................25
Daftar Pustaka .......................................................................................................26
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
karena pengukuran-pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada
analisis tertentu misalnya, orang dapat mengukur volume gas.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui dan
mampu menjelaskan tentang titrasi asam basa beserta penerapannya. Selain itu
makalah ini juga dibuat dengan tujuan untuk membuka pola pikir serta memenuhi
tugas yang diberikan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini agar pembaca dapat mengetahui lebih
lanjut mengenai titrasi asam basa dan penerapannya.
5
BAB II
DASAR TEORI
1. Teori Arrheius
Lalu Teori Asam Basa Menurut Arrhenius ini bahwa Asam adalah
senyawa yg dalam Air mampu menghasilkan Ion Hidroksida (OH-) dan
Basa berdasarkan pada Ion OH- yang dilepaskan tersebut pada reaksi
Ionisasi Basa maka dibedakan menjadi dua macam yang antara lain Basa
Monohidrolik dan Basa Polihidroksi.
6
2. Teori bronsted Lowry
Teori Asam Basa Bronsted dan Lowry ini merupakan sebuah Teori
yang melengkapi dari kekurangan Teori Asam dan Basa Arrhenius karena
tak semua Senyawa itu bersifat Asam ataupun Basa dapat menghasilkan
sebuah Ion H+ atau OH- jika dilarutkan didalam Air.
Sebaliknya jika Suatu Zat lebih mudah menerima Proton maka Zat
tersebut akan berperan sebagai basa dan dalam suatu Larutan Asam dalam
Air, Air tersebut berperan sebagai Basa. Namun didalam Teori Asam –
Basa Bronsted Lowry ini memiliki kelemahan yakni tak dapat
memperlihatkan Sifat Asam maupun Sifat Basa suatu senyawa jika tidak
terdapat proton yang terlibat didalam Reaksi.
7
Adapun Teori Asam Basa Menurut Lewis bahwa Asam ialah Zat
yang dapat menerima Elektron dan menurut Lewis bahwa Basa ialah Zat
yang bisa mendonorkan Pasangan Elektron. Semua Zat yg didefinisikan
sebagai Asam didalam Teori Asam – Basa Arrhenius juga merupakan
Asam di dlm Kerangka Teori Lewis ini karena Proton ialah Aksepator
Pasangan Elektron dan didalam Reaksi Netralis Proton dapat membentuk
ikatan koordinat dengan Ion Hidroksida.
1. Titrasi asam-basa
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi penetralan
H+ + OH- H2O
Yang terdiri dari H+ (asam), OH- (basa) dan menjadi H2O (netral)
2. Titrasi redoks (Oksidimetri)
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi reduksi dan oksidasi
O+R Hasil
Yang terdiri dari O (Oksidator) dan R (Reduktor)
3. Titrasi pengendapan
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah Proses pengendapan
L+ (aq) + X-(aq) LX(s)
Yang terdiri dari kation dan Ion sehingga membentuk endapan
4. Titrasi pengompleksan
8
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi akseptor-donor pasangan
elektron
Mn+ + :L [M : L]n+
Yang terdiri dari ion logam dan ligan sehingga membentuk ion kompleks
HCl H+ + Cl-
CH3COOH H+ + CH3COO-
9
termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari
asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton
dengan akseptor proton.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan
ekuivalen yang artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi,
dalam hal ini biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini
disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan
jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik
akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik
akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering
disebut juga sebagai titik ekuivalen.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam
basa yaitu:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan,kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran
untuk memperoleh kurvatitrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut
adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant
sebelum prosestitrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna
ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan,
tidakdiperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam
titrasi asam basa adalah indicator yangperbahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua
10
hingga tiga tetes.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi
dipilih sedekat mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan
memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warnaindicator
disebut sebagai “titik akhir titrasi”
Dalam titrasi asam basa, zat-zat yang bereaksi umumnya tidak berwarna
sehingga tidak diketahui kapan titik ekuivalen tercapai. Misalnya pada larutan
HCl dan larutan NaOH, keduanya tidak berwarna dan setelah bereaksi, larutan
NaCl yang terbentuk juga tidak berwarna. Untuk mengetahui bahwa titik
ekuivalen pada titrasi telah dicapai, maka digunakan indikator atau penunjuk.
Indikator ini harus berubah warna pada saat titik ekuivalen tercapai. Indikator
asam basa adalah petunjuk tentang perubahan pH dari suatu larutan asam atau
basa. Indikator bekerja berdasarkan perubahan warna indikator pada rentang pH
tertentu. Kertas lakmus merupakan salah satu indikator asam basa. Lakmus merah
berubah warna menjadi biru jika dicelupkan ke dalam larutan basa. Lakmus biru
berubah menjadi merah jika dicelupkan ke dalam larutan asam. Terdapat beberapa
indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH larutan
berubah, seperti indikator metil jingga, metil merah, fenolftalein, alizarin kuning,
dan bromtimol biru
Indikator asam basa umumnya berupa molekul organik yang
bersifat asam lemah dengan rumus HIn. Indikator memberikan warna tertentu
ketika ion H+ dari larutan asam terikat pada molekul HIn dan berbeda warna
ketika ion H+ dilepaskan dari molekul HIn menjadi In–. Salah satu indikator asam
basa adalah fenolftalein (PP), indikator ini banyak digunakan karena harganya
murah. Indikator PP tidak berwarna dalam bentuk HIn (asam) dan berwarna
merah jambu dalam bentuk In– (basa). Berikut struktur fenolftalein:
11
Terdapat berbagai jenis indicator yang dapat digunakan untuk melakukan
titrasi asam basa, diantaranya adalah:
12
Contoh lain titrasi asam asetat menggunakan larutan NaOH dapat menggunakan
indicator dengan pH sesuai garam Natrium Asetat yaitu pH 9-10 dapat
menggunakan indicator pp.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan
mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion
H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N=Normalitas
V = Volume.
Salah satu contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti
natrium hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida (HCl), persamaan
reaksinya sebagai berikut:
13
Gambar 2.1 set alat titrasi
Titrasi asam basa dibagi menjadi lima jenis tergantung pada jenis asam
dan basa yang direaksikan, jenis asam dan basa yang direaksikan akan
mempengaruhi perubahan pH yang dapat digambarkan sebagai kurva titrasi yang
dihasilkan dari plot antara pH dengan asam atau basa yang ditambahkan. Bentuk
karakteristik dari kurva yang berbeda-beda menggambarkan perbedaan
konsentrasi dan sifat kekuatan asam basanya,berikut ini merupakan jenis titrasi
asam basa beserta kurva titrasinya :
14
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl (aq) + H2O(l)
Ion H+ bereaksi dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil akhir titrasi
pada titik ekuvalen PH adalah netral.
Titrasi ini ini Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari
asam lemah dan basa kuat. Contoh titrasi ini adalah asam asam klorida
sebagai asam kuat dan larutan amonia sebagai basa lemah.dalam reaksi ini
akan terbentuk garam yang bersifat asam.
NH4OH (aq) + HCl (aq) NH4Cl (aq) + H2O
15
Gambar 2.2.2 Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah
16
CH3COOH + NH4OH CH3COONH4 + H2O
17
BAB III
1. Kristal KHP seberat 2,331 gram dengan Mr=204 gram/mol dilarutkan hingga
250 mL, kemudian dipipet 25 mL dan dititrasi dengan menggunakan larutan
NaOH sebanyak v = 13,9 mL. larutan NaOH digunakan untuk menentukan
kadar H2SO4 didalam Air Aki. 10 mL air aki di encerkan dengan 100 mL
aquades di dalam labu ukur kemudian dipipet 25 mL dan dititrasi dengan NaOH
volume = 19,3 mL. Berapakah kadar H2SO4 didalam air aki tersebut?
Penyelesaian :
Langkah 1
Diketahui:
Mr = 204 gram/mol
Ditanya: M NaOH?
Dijawab:
Massa 2,331 gr
Mol KHP= = = 0,011 mol
Mr 204 gram/mol
18
Mol KHP mol NaOH
= 0,044 M x 25 mL
= 1,15 mmol
Penyelesaian :
19
Penyelesaian :
20
Dik: reaksi yang terjadi adalah = Na2CO3 + 2HCL 2NaCL + H2O +CO2
valensi = 2
massa Na2CO3 = 354,2 mg = 0,3542 g
V HCL = 30,23 ml = 0,03023 L
BM Na2CO3 = (2 . Na + 1.C + 3.O)
= (2 . 22,99 + 1 . 12 + 3 . 16)
= (45,98 + 12 + 48)
= 105,98
= 106 g/mol
Dit: N HCL..................................?
Jawab:
N HCL = g Na2CO3 x valensi
BM Na2CO3 x V HCL
= 0,3542 x 2
106 x 0,03023
= 0,7084
3,20438
= 0,2210724
= 0,2211 N
5. Sebanyak 250 mg serbuk yang mengandung asam salisilat (BM = 138,12)
ditimbang saksama dilarutkan dalam 15 ml etanol 95% yang telah dinetralkan
terhadap merah fenol LP (6,8-8,4) selanjutnya ditambahkan 20 ml air dan
dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator merah fenol. Sampai
terjadinya titik akhir titrasi dibutuhkan NaOH 0,1 N sebanyak 12,56 ml.
Berapakah kadar asam salisilat dalam serbuk diatas?
Penyelesaian:
Dik : reaksi yang terjadi adalah
COOH
COONa
+ NaOH
+H2O
21
OH OH
valensi = 1
V titran (NaOH) = 12,56 ml = 0,01256 L
N titran (NaOH) = 0,1 N
Berat sampel (asam salisilat) = 250 mg = 0,25 g
BM sampel = 138,12 g/mol
Dit: Kadar sampel % (b/b) ................?
Jawab:
Kadar sampel % (b/b) = Vtitran x Ntitran x BE x 100%
Berat sampel (g)
= Vtitran x Ntitran x BM x 100%
Berat sampel (g) x valensi
= 0,01256 x 0,1 x 138,12 x 100%
0,25 x 1
= 69,39148
= 69,39% (b/b)
22
Kadar sampel % (b/v) = V titran x N titran x BE x 100 %
Liter sampel x 1000
= V titran x N titran x BM
x 100 %
Liter sampel x 1000 x valensi
= 0,00525 x 0,1 x 176,12 x 100
%
0,025 x 1000 x 2
= 0,18493
= 0,185 % (b/v)
Penyelesaian :
1,007 gram
mol Na2B4O7.10H2O= = 2,643x10-3 mol
381 gr /mol
23
1
mmol boraks = × mmol HCl
2
mmol HCl = 2 x mmol Na2B4O7.10H2O
= 2 x 2,643x10-1 mmol = 5,286 x 10-1 mmol
5,286 x 10−1 mmol
M HCl = = 0,0523 M
10,1 mL
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Titrasi merupakan suatu proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan
sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis (belum diketahui konsentrasinya).
3. Titrasi asam basa dibagi menjadi lima jenis tergantung pada jenis asam dan basa
yang direaksikan, jenis asam dan basa yang direaksikan akan mempengaruhi
perubahan pH yang dapat digambarkan sebagai kurva titrasi yang dihasilkan dari
plot antara pH dengan asam atau basa yang ditambahkan.
4. Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa,
antara lain :
4.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
(https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/36008448/TUGAS_KIMIA_ANA
LISIS_1.docx?response-content-)(daiakses tanggal 24 September 2019)
26