Anda di halaman 1dari 216

BUKU AJAR

KIMIA DASAR I

0
TUJUAN INSTRUKTIONAL UMUM (TIU)

 Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan metode dan
satuan pengukuran, materi dan perubahan, struktur atom, massa atom dan molekul,
sistem periodik, ikatan kimia, orbital molekul, stokiometri, padatan, cairan,
kestimbangan kimia, dan gas.

TUJUAN INSTRUKTIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah menyelesaikan kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan


konsep-konsep ilmu kimia, satuan pengukuran, konversi satuan, mengukur beberapa sifat
ekstensif dan intensif materi, serta massa atom.

SUB POKOK BAHASAN

1. Ilmu Kimia
2. System International (SI)
3. Satuan Metrik
4. Konversi Satuan
5. Pengukuran yang Tidak Pasti
6. Angka Signifikan
7. Pengukuran Volume
8. Pengukuran Massa
9. Densiti
10. Konversi Temperatur
11. Pengukuran Waktu
12. Massa Atom

1
PENDAHULUAN

1. Ilmu Kimia

Kimia (dari bahasa Arab , transliterasi: kimiya = perubahan benda/zat


atau bahasa yunani: χημεία, transliterasi: khemeia) adalah ilmu yang mempelajari
mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom
hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk
materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi
atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat
makroskopik.

Menurut kimia modern, sifat fisik materi umumnya ditentukan oleh struktur pada tingkat
atom yang pada gilirannya ditentukan oleh gaya antar atom dan ikatan kimia. Kimia
mengkaji sifat zat dan secara khusus, reaksi yang memntrasformasi satu zat menjadi zat
lain. Kimia menyediakan pedoman untuk menyesuaikan sifat-sifat zat yang ada agar dapat
memenuhi beberapa kebutuhan atau penerapan khusus dan menciptakan bahan yang benar-
benar baru yang dirancang sejak awal agar memiliki sifat tertentu yang diinginkan. Melalui
semua keberhasilan itu, kimia telah memberi andil yang luar biasa dalam perbaikan produk
pertanian, pengendalian penyebaran penyakit, peningkatan efesiensi produksi energy dan
penurunan pencemaran lingkungan.Sebagian besar hal yang menarik dalam kimia modern
berkaitan dengan kajian tentang perubahan, tentang dinamika dari transformasi-
transformasi menjadi zat baru tersebut. Dinamika perubahan kimia begitu merasuk,
meliputi gejala yang sangat beragam seperti evolusi molekul yang mengandung karbon
berukuran kecil di dalam ruang antarbintang, perubahan pola atmosfer dan pola iklim darat
yang diakibatkan oleh pencemaran dan pengungkapan proses kehidupan makhluk hidup.
Seperangkat asas ilmiah dasar menyatukan deskripsi dari gejala-gejala yang begitu
beragam tersebut

Kimia sering disebut sebagai "ilmu pusat" karena menghubungkan berbagai ilmu
lain, seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi, biologi, farmasi, kedokteran,bioinformatika,
dan geologi. Koneksi ini timbul melalui berbagai subdisiplin yang memanfaatkan konsep-
konsep dari berbagai disiplin ilmu. Sebagai contoh, kimia fisik melibatkan penerapan
prinsip-prinsip fisika terhadap materi pada tingkat atom dan molekul.

2
Kimia berhubungan dengan interaksi materi yang dapat melibatkan dua zat atau
antara materi dan energi, terutama dalam hubungannya dengan hokum pertama
termodinamika. Kimia tradisional melibatkan interaksi antara zat kimia dalam reaksi kimia
yang mengubah satu atau lebih zat menjadi satu atau lebih zat lain. Kadang reaksi ini
digerakkan oleh pertimbangan entalpi, seperti ketika dua zat berentalpi tinggi seperti
hidrogen dan oksigen elemental bereaksi membentuk air, zat dengan entalpi lebih rendah.
Reaksi kimia dapat difasilitasi dengan suatu katalis, yang umumnya merupakan zat kimia
lain yang terlibat dalam media reaksi tapi tidak dikonsumsi (contohnya adalah asam
sulfat yang mengkatalisasi elektrolisis air) atau fenomena immaterial (seperti radiasi
elektromagnet dalam reaksi fotokimia). Kimia tradisional juga menangani analisis zat
kimia, baik di dalam maupun di luar suatu reaksi, seperti dalam spektroskopi.

Semua materi normal terdiri dari atom atau komponen-komponen subatom yang
membentuk atom, proton, elektron dan neutron. Atom dapat dikombinasikan untuk
menghasilkan bentuk materi yang lebih kompleks seperti ion, molekul, atau kristal.
Struktur dunia yang kita jalani sehari-hari dan sifat materi yang berinteraksi dengan kita
ditentukan oleh sifat zat-zat kimia dan interaksi antar mereka.

Ilmu kimia secara sejarah merupakan pengembangan baru, tapi ilmu ini berakar
pada alkimia yang telah dipraktikkan selama berabad-abad di seluruh dunia. Akar ilmu
kimia dapat dilacak hingga fenomena pembakaran. Api merupakan kekuatan mistik yang
mengubah suatu zat menjadi zat lain dan karenanya merupakan perhatian utama umat
manusia. Adalah api yang menuntun manusia pada penemuan besi dan gelas.
Setelah emas ditemukan dan menjadi logam berharga, banyak orang yang tertarik
menemukan metode yang dapat mengubah zat lain menjadi emas. Hal ini menciptakan
suatu protosains yang disebut Alkimia. Alkimia dipraktikkan oleh banyak kebudayaan
sepanjang sejarah dan sering mengandung campuran filsafat, mistisisme, dan protosains

Selama berabad-abad, para ahli alkimia sia-sia berusaha mengubah logam “ dasar”
menjadi emas. Mereka bekerja atas asumsi yang salah , bahwa sifat suatu materi dengan
cara tertentu dapat diekstrak (diambil) dari materi tersebut dan ditransfer ke materi
lain.Jika sifat-sifat penting, seperti warna kuning, lembut dan keuletan (liat) dapat dirakit
dari berbagai materi yang harganya lebih murah, maka emas dapat diciptakan dan
menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Para alkimiawan tersebut terus berusaha

3
selama lebih dari seribu tahun. Mereka berhasil mengumpulkan banyak hasil empiris
bermanfaat yang nantinya menjadi bagian dari ilmu kimia modern, tetapi mereka tidak
pernah berhasil mengubah logam dasar menjadi emas..

Alkimiawan menemukan banyak proses kimia yang menuntun pada pengembangan


kimia modern. Memasuki pertengahan abad ke-17Seiring berjalannya sejarah,
alkimiawan-alkimiawan terkemuka (terutama Abu Musa Jabir bin Hayyan dan Paracelsus)
mengembangkan alkimia menjauh dari filsafat dan mistisisme dan mengembangkan
pendekatan yang lebih sistematik dan ilmiah. Alkimiawan pertama yang dianggap
menerapkan metode ilmiah terhadap alkimia dan membedakan kimia dan alkimia
adalah Robert Boyle (1627–1691) dengan bukunya The Sceptical Chymist. Walaupun
demikian, kimia seperti yang kita ketahui sekarang diciptakan oleh Antonie
Lavoisier dengan hokum kekekalan massanya pada tahun 1783. Penemuan
unsurkimia memiliki sejarah yang panjang yang mencapai puncaknya dengan
diciptakannya tabel periodik unsur kimia oleh Dmitri Mendeleyef pada tahun 1869.

Robert Boyle, perintis kimia modern dengan menggunakan eksperimen terkontrol, sebagai kontras dari
metode alkimia terdahulu.

Bagi pengamat abad ke-20, kesalahan para ahli alkimia tersebut langsung terlihat jelas.
Mereka tidak mengikuti metode ilmiah. Dalam metode ilmiah, gagasan baru hanya
diterima sementara saja, yaitu dalam bentuk hipotesis. Hipotesis ini kemudian diuji habis-
habisan di bawah kondisi yang ketat dan terkendali dalam serangkaian eksperimen. Hanya
sedikit uji hipotesis yang layak mendapat cukup kepercayaan karena keshahihannya dan

4
akhirnya mendapat status hukum ilmiah. Konsep atau gagasan yang telah mendapat status
hukum ilmiah lewat uji langsung dan berulang tersebut kemudian dapat diterapkan
dilingkungan baru dengan penuh keyakinan. Seandainya saja seperangkat uji tersebut
dibuat secara terpisah, lewat eksperimen yang bebas dan dengan cara yang tepat, para ahli
kimia ini mungkin akan mengenali bahwa sifat materi pada dasarnya adalah intrinsic, yaitu
ciri melekat yang dibawa oleh materi itu dan tidak dapat dipisahkan darinya.

Kisah ahli alkimia tadi menunjukkan asal muasal dualitas tertentu dalam sifat kimia
modern, yang bertahan sampai sekarang. Di satu sisi, seseorang melihat perlunya
menerapkan pengetahuan kimia yang sudah mapan untuk meraih keuntungan, sebab kimia
memiliki andil atas berdirinya banyak profesi dan industry. Di sisi lain, seseorang melihat
perlunya menciptakan pengetahuan kimia baru, didorong oleh keingintahuan intelektual
dan keinginan untuk memiliki informasi yang terpercaya untuk diterapkan. Kedua segi itu
membutuhkan keterlibatan banyak ilmuan dan insinyur, selain kimiawan professional.
Apapun kepentingan khususnya, segi yang kedua menuntut ketaatan penuh pada metode
ilmiah, yaitu pengetahuan baru harus diperiksa sebelum keyakinan dari kalangan ilmiah
diperoleh.

Di sisi lain, kebanyakan mahasiswa kimia akan lebih tertarik pada penerapan kimia
dibandingkan pada pengembangan pengetahuan kimia baru. Meskipun demikian, siasat
yang berguna untuk mempelajari ilmu kimia adalah dengan menganggap bahwa mereka
sendirilah yang membuat dasar-dasar ilmiah kimia yang pertama kali. Sewaktu
menghadapi satu topic, banyangkan bahwa anda merupakan orang pertama yang melihat
hasil mengenai dasar ilmiah tadi. Bayangkan bahwa anda harus membangun konsep dan
penjelasan baru untuk menafsirkan hasil yang diperoleh itu dan bahwa anda harus
menyajikan dan mempertahankan kesimpulan anda dihadapan kalangan ilmuwan. Anda
harus waspada, memeriksa segala sesuatunya dan melakukan berbagai konformasi secara
mandiri. Dengan cara ini kita akan membuat ilmu kimia sendiri dan dengan sendirinya
akan meningkatkan kemampuan dan kepuasan intelektual dari temuan dan penafsiran
kita.Sehingga menjadi bukti, bahawa ilmu kimia bukanlah sekedar seperangkat fakta dan
rumus yang tertutup, namun kimia adalah metode yang hidup dan terus berkembang untuk
menyelidiki semua segi pengalaman manusia yang bergantung pada perubahan komposisi
zat.

5
Penghargaan Nobel dalam KimiaPenghargaan Nobel dalam Kimia yang diciptakan
pada tahun 1901 memberikan gambaran bagus mengenai penemuan kimia selama 100
tahun terakhir. Pada bagian awal abad ke-20, sifat subatomik atom diungkapkan dan
ilmu mekanika kuantum mulai menjelaskan sifat fisik ikatan kimia. Pada pertengahan abad
ke-20, kimia telah berkembang sampai dapat memahami dan memprediksi aspek-
aspek biologi yang melebar ke bidang biokimia. Kenyataan juga menunjukkan bahwa
Industri kimia mewakili suatu aktivitas ekonomi yang penting. Pada abad 20-21, produsen
bahan kimia 50 teratas global memiliki penjualan mencapai 587 bilyun dolar AS dengan
margin keuntungan 8,1% dan pengeluaran riset dan pengembangan 2,1% dari total
penjualan.

2. Satuan Sistem Internasional (SI).

Penelitian ilmiah memerlukan pengukuran kuantitas atau sifat yang diamati


dilaboratorium. Hasilnya dinyatakan bukan sebagai bilangan murni melainkan lebih
sebagai dimensi yang mencerminkan sifat dasar dari sifat yang sedang dikaji. Sebagai
contoh, massa, waktu, panjang, luas, volume, energi dan suhu pada dasarnya merupakan
kuantitas khusus, masing-masing dibri dimensi yang khusus. Magnitudo dari setiap
kuantitas dimensi dapat dinyatakan dengan berbagai satuan (sebagai contoh, kaki atau
sentimeter untuk panjang).Ada beberapa system satuan yang dapat digunakan dan
kemudahan untuk melakukan konversi antara system-sistem ini sangat diperlukan dalam
penelitian ilmiah. Sepanjang sejarah, berbagai Negara mengembangkan perangkat satuan
yang berbeda-beda untuk menyatakan panjang, massa dan berbagai dimensi fisik lainnya.
Secara berangsur-angsur, semua kelompok satuan yang bermacam-macam tersebut
digantikan dengan standar internasional yang mempermudah perbandingan antara
pengukuran-pengukuran yang dibuat ditempat-tempat berbeda dan hal ini membantu
mencegah terjadinya kesulitan dan kebingungan. Sistem gabungan yang satuan
direkomendasikan oleh perjanjian internasional dinamakan SI.

Sistem Internasional (SI) yang dipakai secara internasional sesuai hasil dari
General Conference of Weight and Measures thn. 1960 terdiri atas sistem MKS yang
menggunakan satuan dasar meter, kg dan secon serta sistem CGS, yang menggunakan
satuan dasar sentimeter, gram dan secon.

6
Sistem satuan internasional (SI) ialah sistem satuan yang berlaku untuk seluruh
dunia, mempunyai nilai yang tetap dan mudah diubah (dikonversi) ke dalam sistem satuan
sejenis lainnya. Satuan yang sudah diakui secara internasional disebut satuan baku, yaitu
satuan yang bila digunakan untuk mengukur maka hasil ukurannya sama antara orang
yang satu dengan orang yang lain.

Syarat Sistem Satuan Internasional, ialah :

a. Satuan itu tetap

b. Tidak mengalami perubahan oleh apapun

c. Mudah ditiru dan diadakan kembali

d. Dapat digunakan di seluruh dunia

Jika kita menemukan satuan tidak baku dan hanya digunakan di negara-negara
tertentu, sebagai contoh : kaki,inci, mil, yard,dan lain-lain, maka kita dapat mengunakan
konversi satuan ke SI di bawah ini :

1 feet = 1 kaki = 30,5 cm

1 yard = 3 kaki, 1 kaki = 12 inci, 1 inci = 2,54 cm

1 mil = 1610 m

1cc = 1 cm3

3. Satuan Matriks

3.1. Pengertian Besaran dan Satuan.

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka
dan satuan. Satuan adalah pembanding dalam suatu pengukuran.Besaran yang dapat
diukur dengan pasti dan dapat dinyatakan dengan angka disebut besaran fisika,
sedangkan segala sesuatu yang tidak dapat diukur dengan pasti dan tidak dapat
dinyatakan dengan nilai atau angka disebut besaran non fisika. Besaran ini tidak memiliki
satuan.

7
Contoh :

a. Besaran Fisika : panjang meja belajarmu 100 cm, dimana: Panjang menyatakan
besaran, 100 menyatakan nilai, cm menyatakan satuan
b. Besaran Non Fisika : warna bajumu merah.

3.2. Macam-macam Satuan

1. Satuan Dasar adalah : besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu. Ada 7
satuan dasar dalam fisika, yaitu

Tabel 1. Satuan-satuan dasar dalam system internasional

Kuantitas Satuan Simbol


Panjang Meter m
Massa Kilogram kg
Waktu Detik s
Suhu Kelvin K
Jumlah kimia (zat) Mol mol
Arus listrik Ampere A
Intensitas cahaya Candela cd

Beberapa penjelasan terkait dengan satuan internasional : (Satuan Panjang)

Satuan panjang dalam SI adalah meter (m). Dalam konferensi umum tentang berat dan
pengukuran tahun 1983 ditetapkan bahwa satu meter sama dengan1.650.76373 kali
panjang sinar jingga yang dipancarkan oleh atom-atom gas krypton 86 di dalam ruang
hampa udara pada suatu lucutan listrik.

Satuan panjang lainnya yang diturunkan dari satu meter adalah:

1 desimeter (dm) = 0,1 m 1 dekameter (dam) = 10 m

1 centimeter (cm) = 0,01 m 1 hektometer (hm) = 100 m

1 milimeter (mm) = 0,001 m 1 kilometer (km) = 1000m

8
2. Satuan Turunan adalah besaran yang satuanya diturunkan dari satuan dasar. Beberapa
contoh satuan turunan yaitu :

Tabel 2.Satuan-satuan Turunan dalam SI

Kuantitas Satuan Simbol Definisi


Energi joule J kg m2 s-2
Gaya newton N kg m s-2 = J m-1
Daya watt W kg m2 s-3 = J s-1
Tekanan pascal Pa kg m-1 s-2 = N m-2
Muatan listrik coulomb C As
Beda potensial volt V kg m2 s-3 A-1 = J C-1

3.3. Lambang Matriks

Para Ilmuwan bekerja dalam skala mikroskopis sampai astronomis, ada rentang
yang sangat besar dalam kuantitas yang harus diukur. Sebagai akibatnya, sekelompok
awalan telah digabungkan ke dalam system satuan internasional untuk menyederhanakan
deskripsi dari kuantitas kecil dan besar (Tabel 3). Awalan-awalan ini menunjukkan
berbagai pangkat dari 10 kali satuan dasar dan satuan turunannya. Beberapa dari mereka
sudah lazim digunakan sehari-hari, sebagai contoh kilometer adalah 103 m. Ada juga yang
lainnya mungkin terdengar sedikit asing, seperti femtosekon ( 1 fs = 10-15 s) atau
gigapascal (1 GPa = 109 Pa)

Tabel 3. Awalan dalam SI

Pecahan Awalan Simbol Faktor Awalan Simbol


10-1 desi d 10 deka da
10-2 senti c 102 hekto h
10-3 mili m 103 kilo k
10-6 mikro µ 106 mega M
10-9 nano n 109 giga G
10-12 piko p 1012 tera T
10-15 femto f
10-18 atto a

9
4. Konversi Satuan

Keuntungan dari sebuah system satuan yang sama adalah jika semua kuantitas
dalam sebuah perhitungan dinyatakan dalam satuan SI, hasil akhirnya harus dalam satuan
SI. Meskipun demikian, kita harus terbiasa dengan cara mengkonversi satuan karena
satuan-satuan selain satuan dasar SI sering muncul dalam perhitungan. Metode konversi
satuan menyediakan sebuah pendekatan sistematik terhadap masalah ini

Sebagai contoh sederhana, andaikan massa dari sebuah sampel yang diukur adalah 64,3 g.
Jika harus digunakan dalam rumus yang mencakup satuan-satuan SI, maka satuan gram
harus dikonversika ke kilogram (satuan dasar SI untuk massa). Untuk melakukan ini, kita
menggunakan fakta bahwa 1 kg = 1000 gdan menuliskan

64,3
= 0,0643
1000

Perhatikan bahwa ini, sebagai akibatnya, merupakan pembagian dengan 1, karena 1000 g =
1 g/kg = 1 dan kita dapat menghilangkan satuan-satuan antara pembilang dan penyebutnya
untuk mendapatkan hasil akhir.

Konversi satuan ini juga dapat dituliskan sebagai :

64,3 = 0,0643

Dalam buku ini kita menggunakan versi pertama karena lebih singkat, daripada membagi
dengan 1000 g/kg, sehingga kita dapat mengalikan dengan 1 = 10-3 kg/g

Yaitu : (64,3 g) (10-3 kg/g) = 0,0643 kg

Konversi satuan lainnya bias saja melibatkan lebih dari sekedar pangkat 10, tetapi mereka
sama mudahnya untuk dilaksanakan. Sebagai contoh, untuk menyatakan 16,4 inci dalam
meter, kita menggunakan fakta bahwa 1 inci = 0,0254 m, sehingga :

(16,4 inci) (0,0254 m / inci) = 0,417 m

Kombinasi yang lebih rumit biasa saja terjadi, sebagai contoh untuk mengkonversikan dari
liter atmosfer ke joule (satuan SI untuk energy), digunakan dua konversi satuan terpisah.

10
(1 L atm) (10-3 m3 L-1) (101,325 Pa atm-1) = 101,325 kg m2 s-2 = 101,325 Pa m3

= 101,325 J

Ketika melakukan perhitungan kimia, kita harus menuliskan satuan secara tegas dan
menghilangkan satuan-satuan antara untuk mendapatkan satuan-satuan yang benar pada
hasil akhir.Cara ini digunakan untuk memastikan bahwa satuan-satuan tidak tercampur
secara salah tanpa konversi satuan atau bahwa sebuah rumus yang salah digunakan. Jika
sebuah hasil yang seharusnya sebuah suhu ternyata keluar dalam satuan m 3 s-2, berarti telah
terjadi sebuah kesalahan.

Metode Faktor

 Harus menjaga satuan-satuan yang digunakan adalah benar

 Harus menggunakan faktor konversi dan hilangkan satuan dengan cara mengecek
perhitungan

Faktor konversi yang Umum

Inggris Faktor

1 galon= 4 kuart 4 qt/gal

1 mil = 5280 kaki 5280 ft/mil

1 ton = 2000 pond 2000 lb/ton

Konversi Inggris ke Metrik

1 liter = 1,057 kuart 1,057 qt/L

1 kilogram = 2,2 pond 2,2 lb/kg

1 meter = 1,094 yar 1,094 yd/m

1 inci = 2,54 cm 2,54 cm/inh

11
Contoh:

Detak jantung manusia adalah 400 kaki/detik Berapakah kecepatannya dalam


m/menit?

Contoh:

Kreatinin adalah senyawa yang terdapat dalam darah. Dari suatu analisis didapatkan
bahwa kandungan kreatinin dalam serum darah sebanyak 0.58 mg, berapa mikrogramkah
itu? (diketahui)

Jawab:

5. Pengukuran yang tidak pasti (galat)

Kimia adalah ilmu pengetahuan eksperimental di mana setiap pengukuran


kuantitatif biasanya memiliki sejumlah galat hingga tingkat tertentu. Kita dapat mencoba
mengurangi galat dengan melakukan pengkuran-pengukuran tambahan atau dengan
mengganti alat eksperimen, tetapi kita tidak akan pernah bias menghilangkannya sama
sekali. Oleh karena itu, kita harus dapat menyimpulkan hasil dari sebuah eksperimen
secara kuantitatif untuk menentukan batas validitas eksperimen. Ada dua tipe galat : Acak
(kurang presisi) dan Sistematis (kurang akurat).

Semua pengukuran yang tidak pasti

 Akan terjadi kesalahan

 Alat terbatas

12
Dilakukan dengan:

 Presisi : Seberapa dekat nilai dengan sesama


 Akurat : seberapa dekat dengan nilai sebenarnya

Galat Presisi

Presisi adalah tingkat kesesuaian di dalam sebuah kumpulan hasil eksperimental


dan diperkirakan dengan mengulang-ulang pengukuran di bawah kondisi yang hamper
seserupa mungkin. Jika kondisinya benar-benar serupa, maka perbedaan di antara
percobaan-percobaan disebabkan oleh galat acak. Sebagai sebuah contoh khusus,
perhatikan beberapa hasil actual dari sebuah eksperimen permulaan penting yang
dilakukan oleh ahli fisika Amerika Robert Millikan pada tahun 1909, untuk mengukur
muatan e pada elektron. Eksperimennya mencakup studi dari gerakan tetesan minyak
bermuatan yang digantungkan di udara dalam sebuah medan listrik. Millikan melakukan
ratusan pengukuran dalam banyak tetesan minyak yang berbeda, tetapi kita hanya
meninjau satu kumpulan hasil e yang ditemukan untuk satu tetesan khusus (Tabel.1).

Nilai-nilai yang ditemukannya berkisar dari 4,894 sampai 4,941 x 10 -10 esu. Nilai mana
yang kita pilih sebagai perkiraan terbaik untuk e ? Prosedur yang tepat adalah memeriksa
data terlebih dulu untuk melihat apakah ada hasil yang meleset jauh dari yang lainnya
(nilai di atas 5 x 10-10 esu akan masuk dalam kategori ini). Nilai-nilai yang demikian
biasanya terjadi akibat beberapa kesalahan dalam melakukan atau mencatat suatu
pengukuran dan oleh karena itu tidak digunakan (meskipun pernah ada kasus dalam sains
di mana hasil-hasil perkecualian tersebut ternyata menghasilkan terobosan penting). Pada
data Millikan angka-angka semacam itu tidak ditemukan. Untuk memperoleh, nilai
perkiraan terbaik untuk e, kita menghitung purata (mean), atau nilai rerata (average-rata-
rata), dengan menambahkan nilai-nilai yang ditemukan tersebut dan membaginya dengan
jumlah pengukuran, dirumuskan sebagai berikut :

χ¯ = ( + + )= ∑

Pada kasus ini rerata untuk e adalah 4,917 x 10-10 esu. Rerata ini sendiri tidak
menyampaikan ketidakpastian, jika semua pengukuran memberikan hasil antara 4,91 dan

13
4,92 x 10-10 esu, ketidakpastian akan tidak sebanyak daripada jika hasilnya berkisar 4 x 10 -
10
sampai 6 x 10-10 esu. Lebih jauh lagi, rerata dari seratus pengukuran harus mempunyai
lebih sedikit ketidakpastian daripada rerata dari 5 pengukuran, jika dituangkan dalam
rumusan penyimpangan baku σ.

Galat Akurasi

Muatan e pada elektron telah diukur dengan berbagai teknik yang berbeda sejak
penemuan Millikan. Perkiraan e terbaik untuk sekarang ini adalah :

e = (4,8032068 + 0,0000015) x 10-10 esu

= (1,60217733 + 0,00000049) x 10-19 C

Nilai ini terletak di luar jangkauan ketidakpastian yang telah kita ukur dari data asli
Millikan. Pada kenyataannya, nilai ini terletak jauh di bawah nilai terkecil dari ketiga kelas
hasil pengukuran nilai e, Mengapa?

Untuk memahami ketidaksesuaian ini, kita perlu mengingat bahwa ada sumber
galat kedua dalam eksperimen: galat sistematis yang menyebabkan bergesernya suatu nilai
yang diukur dari nilai yang benar dan mengurangi keakuratan sebuah hasil. Dengan
melakukan lebih banyak pengukuran, kita dapat mengurangi ketidakpastian yang
disebabkan oleh galat acak dan mendapatkan hasil yang lebih presisi, tetapi jika terdapat
galat sistematis, nilai reratanya akan terus menyimpang dari nilai yang benar. Galat
sistematis seperti ini dapat terjadi karena miskalibrasi alat eksperimen atau kekurangan
mendasar dari teknik pengukuran satuan. Dalam kasus eksperimen Millikan, nilai yang
diterima untuk viskositas udara ( digunakan dalam menghitung muatan e) kemudian
menjadi salah. Hal ini menyebabkan hasilnya secara sistematis menjadi terlalu tinggi.

Jadi, galat berasal dari dua sumber. Kekurangan presisi (galat acak) dapat
diperkirakan dengan melakukan analisis statistik untuk serangkaian pengukuran.
Kekurangan akurasi (galat sistematis) akan menimbulkan kesulitan yang lebih besar lagi.
Jika galat sistematis terjadi, kita harus melakukan yang terbaik untuk mengorekainya
sebelum melaporkan hasilnya. (Sebagai contoh, jika alat milik kita belum dikalibrasi
dengan benar, maka kalibrasi ulang harus dilakukan). Masalahnya adalah bisa saja terjadi
galat sistematis yang tidak kita ketahui sebelumnya.

14
Dalam kasus ini, harus dilakukan eksperimen ulang dengan alat yang berbeda dengan
tujuan menghilangkan galat sistematis yang ditimbulkan oleh satu bagian tertentu dari
suatu perlengkapan, yang lebih baik adalah melakukan cara lain yang berbeda dan
independen untuk mengukur satuan tersebut. Hanya setelah data eksperimental
indenpenden yang tersedia cukup banyak, barulah kita dapat menyakini keakuratan dari
sebuah hasil – artinya, seberapa dekatnya hasil tersebut dengan hasil sebenarnya.

6. Angka Signifikan

Bilangan angka signifikan adalah banyaknya digit yang digunakan untuk menyatakan
sebuah kuantitas yang diukur atau dihitung, mengabaikan nol-nol yang dapat mendahului
digit tak-nol pertama. Andaikan massa dari sebuah sampel natrium klorida diukur 8,241 g
dan ketidakpastian diperkirakan + 0,001 g. Massa tersebut dikatakan dinyatakan sampai
empat angka signifikan karena kita pasti akan tiga digit pertama (8, 2, 4) dan
ketidakpastiannya muncul pada digit keempat (1), yang walaupun demikian masih
signifikan. Namun demikian, menulis digit tambahan melebihi 1 tidak dibenarkan
terkecuali kalau keakuratan dari penimbangan dapat diperbaiki. Ketika kita mencatat suatu
volume sebagai 22,4 L, kita menyatakan secara tidak lanagsung bahwa ketidakpastian
pengukuran ada pada digit terakhir yang dituliskan (sebagai contoh V = 22,4 + 0,3 L).
Suatu volume yang dituliskan sebagai 22,43 L, di lain pihak, secara tidak langsung
menyatakan bahwa ketidakpastiannya jauh lebih sedikit dan muncul hanya pada angka
signifikan keempat.

Demikian pula halnya, menulis 20,000 m sungguh berbeda dari menulis 20,0 m.
Pengukuran kedua (dengan tiga angka signifikan) dapat dilakukan dengan mudah
menggunakan meteran biasa. Yang pertama (dengan lima angka signifikan) membutuhkan
metode yang lebih presisi. Bagaimanapun juga, kita harus menghindari melaporkan hasil
sebagai ‘700 m’ karena dua nol yang tertinggal mungkin penting atau mungkin tidak.
Ketidakpastian dalam pengukuran ini berkisar + 1 m atau + 10 m atau mungkin + 100 m.
Kita tidak mungkin tahu yang mana yang tidak memiliki informasi lebih lanjut. Untuk
menghindari ambiguitas ini, kita dapat menulis pengukuran tersebut dengan menggunakan
notasi ilmiah.

15
Pengukuran “700 m” diterjemahkan menjadi bentuk-bentuk berikut :

7,00 x 102 m Tiga angka signifikan

7,0 x 102 m Dua angka signifikan

7,0 x 102 m Satu angka signifikan

Seringkali kita perlu mengkombinasikan beberapa pengukuran eksperimental yang


berbeda untuk mendapatkan hasil akhir. Beberapa operasi mencakup penambahan dan
pengurangan dan perkalian atau pembagian. Operasi ini mempengaruhi banyaknya angka
signifikan yang harus disimpan dalam hasil perhitungan. Sebagai contoh, seandainya
sampel 8,241 g natrium klorida dilarutkan dalam 160,1 g air. Berapakah massa larutan
yang dihasilkan? Kita mungkin tergoda untuk menulis 160,1 + 8,241 = 168,341 g, tetapi
ini tidak benar. Untuk mengatakan bahwa massa air adalah 160,1 g, kita secara tidak
langsung menyatakan bahwa ada ketidakpastian mengenai banyaknya persepuluhan dari
satu gram yang diukur. Ketidakpastian in juga harus diterapkan dalam jumlah massa-
massanya, sehingga dua digit terakhir dalam jumlah adalah tidak penting dan harus
dibulatkan menjadi 168,3 sebagai hasil akhir.

Sesudah penambahan atau pengurangan, bulatkan hasilnya ke tempat decimal paling


kiri yang berisi sebuah digit tidak pasti dari bilangan-bilangan asli.

Pembulatan adalah operasi sederhana. Operasi ini diawali dengan pembuangan digit-digit
yang tidak penting dan kemudian menyesuaikan digit sisa terakhir. Jika digit pertama yang
dibuang kurang dari 5, digit-digit sisanya ditinggalkan sebagaimana adanya (sebagai
contoh, 168,341 dibulatkan ke bawah menjadi 168,3 karena digit pertama yang dibuang, 4,
lebih kecil dari 5). Jika digit yang dibuang pertama kali lebih besar dari 5, atau sama
dengan 5 dan setelah itu diikuti dengan sebuah bilangan tak-nol atau lebih, maka digit
terakhirnya bertambah 1 (sebagai contoh 168,364 dan 168,3503 kedua-duanya akan
menjadi 168,4 apabila dibulatkan menjadi empat digit). Akhirnya jika digit pertama yang
dibuang adalah 5 dan semua digit yang berikutnya adalah nol, digit terakhir yang tersisa
dibulatkan ke digit genap terdekat.

Dalam perkalian atau pembagian, bukan jumlah dari tempat decimal yang menjadi
masalah (seperti dalam penambahan dan pengurangan) tetapi jumlah angka signifikan pada

16
kuantitas paling rendah tingkat presisinya.Sebagai contoh, seandainya pengukuran volume
dari suatu sampel adalah 4,34 cm3 dan massanya adalah 8,241 g. Berat jenisnya
didapatkan dengan membagi massa dengan volume pada kalkulator, sebagai contoh,
adalah..

8,241 g / 4,34 cm3 = 1,89884…g cm-3

Berapa banyak angka signifikan yang harus kita laporkan? Karena volume adalah kuantitas
yang lebih rendah tingkat presisinya (tiga angka signifikan dibandingkan terhadap empat
angka signifikan untuk massa), maka volume mengontrol seberapa presisi nilai yang harus
dicantumkan pada jawaban. Hanya tiga angka signifikan yang dibenarkan, sehingga
hasilnya dibulatkan menjadi 1,90 g cm-3.

Banyaknya angka signifikan pada hasil dari suatu perkalian atau pembagian adalah
yang terkecil dari jumlah angka signifikan yang digunakan sebagai masukan.

Yang terbaik adalah melakukan operasi aritmetika baru kemudian membulatkan hasil
akhirnya ke jumlah angka signifikan yang benar dan bukan membulatkan data masukan
terlebih dahulu. Perbedaannya seringkali kecil, tetapi rekomendasi ini walaupun demikian
tetap layak diikuti. Sebagai contoh, cara yang benar untuk menambahkan ke tiga jarak 15
m, 6,6 m dan 12,6 m adalah :

15 m 15 m ……… 15 m

+ 6,6 m 6,6 m ……… 7m

+ 12,6 m dan bukan dengan 12,6 m ……… 13 m


34,2 m atau 34 35 m

Untuk alasan yang sama, kita seringkali membawa digit tambahan pada pengerjaan
langkah-langkah dari suatu contoh dan melakukan pembulatan hanya untuk jawaban
akhirnya. Jika perhitungan dilakukan dengan menggunakan kalkulator ilmiah atau
computer, beberapa digit tambahan sering terbawa secara otomatis. Sebelum jawaban akhir
dilaporkan, penting untuk membulatkan sampai ke angka signifikan yang tepat.

17
Kadangkala konstanta murni muncul dalam persamaan. Dalam kasus ini,
keakuratan dari hasil ditentukan dari keakuratan dari factor lainnya. Ketidakpastian pada
volume bola, 4/3πr3, tergantung hanya pada ketidakpastian dalam radius r; 4 dan 3 adalah
konstanta murni (artinya 4,000 … dan 3,000 …), dan π dapat diberikan sebanyak mungkin
angka signifikan ( 3,14159265…) seperti yang dijamin oleh radius.

7. Pengukuran Volume

Selain satuan-satuan SI dasar dan turunannya, beberapa satuan lain yang tidak
disetujui secara resmi juga digunakan dalam buku ini. Seperti Liter adalah unit
pengukuran volume. Liter bukan salah satu dari unit SI, namun disenaraikan sebagai salah
satu dari "unit di luar SI yang diterima penggunaanya dengan SI". Unit SI untuk volume
adalah meter kubik (m³).

1 l = 1 dm3 = 1.000 cm3 = 1.000 cc

1 ml = 1 cm3 = 1 cc

Simbol liter adalah huruf l kecil atau huruf besarnya, L. Huruf l kecil yang lebih
melengkung (ℓ) juga digunakan, namun tidak diterima oleh BIPM.

Satu liter sama dengan:

 0.001 meter kubik,


 1 desimeter kubik,
 1000 sentimeter kubik
 volume sebuah kubus dengan sisi masing-masing 10 sentimeter.

Ada 1.000 liter dalam satu meter kubik (m³).

Liter dapat dibagi lagi kepada satuan yang lebih kecil lagi. 1 liter sama dengan:

 1.000.000 mikroliter (µL)


 1.000 mililiter (mL) = 1.000 sentimeter kubik (cm³),
 100 sentiliter (cL),
 10 desiliter (dL), atau 0,01 hektoliter (hL).

18
Volume yang lebih besar dapat dihitung dengan kiloliter (1 kL = 1.000 liter) atau megaliter
(1 ML = 1.000.000 liter).

mikroliter <<mililiter <sentiliter < desiliter < liter

Tidak ada standar internasional mengenai kapan menggunakan liter dan kapan
menggunakan meter kubik. Biasanya liter digunakan dengan barang-barang yang diukur
menurut kapasitas atau ukuran wadahnya (misalnya cairan), sementara meter kubik
biasanya digunakan dengan barang-barang yang diukur menurut dimensi mereka. Liter
juga sering digunakan dalam beberapa pengukuran yang telah diperhitungkan, seperti
kepadatan (kg/L), sehingga mudah untuk dibandingkan dengan kepadatan air.

8. Pengukuran Massa

Massa (berasal dari bahasa yunani μάζα) adalah suatu sifat fisika dari suatu benda
yang digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku objek yang terpantau. Dalam
kegunaan sehari-hari, massa biasanya disinonimkan dengan berat. Namun menurut
pemahaman ilmiah modern, berat suatu objek diakibatkan oleh interaksi massa
dengan medan gravitasi.

Sebagai contoh, seseorang yang mengangkat benda berat di Bumi dapat


mengasosiasi berat benda tersebut dengan massanya. Asosiasi ini dapat diterima untuk
benda-benda yang berada di Bumi. Namun apabila benda tersebut berada di Bulan, maka
berat benda itu akan lebih kecil dan lebih mudah diangkat namun massanya tetap sama.

Tubuh manusia dilengkapi dengan indera-indera perasa yang membuat kita dapat
merasakan berbagai fenomena-fenomena yang diasosiasikan dengan massa. Seseorang
dapat mengamati suatu objek untuk menentukan ukurannya, mengangkatnya untuk
merasakan beratnya, dan mendorongnya untuk merasakan gaya gesek inersia benda
tersebut. Penginderaan ini merupakan bagian dari pemahaman kita mengenai massa,
namun tiada satupun yang secara penuh dapat mewakili konsep abstrak massa. Konsep
abstrak bukanlah berasal dari penginderaan, melainkan berasal dari gabungan berbagai
pengalaman manusia.

Konsep modern massa diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727) dalam
penjelasan gravitasi dan inersia yang dikembangkannya. Sebelumnya, berbagai fenomena

19
gravitasi dan inersia dipandang sebagai dua hal yang berbeda dan tidak berhubungan.
Namun, Isaac Newton menggabungkan fenomena-fenomena ini dan berargumen bahwa
kesemuaan fenomena ini disebabkan oleh adanya keberadaan massa.

8.1. Satuan Massa (Mengukur Massa)

Satuan massa dalam SI adalah kilogram. Satu kilogram standar adalah massa
sebuah silinder platina iridium yang aslinya disimpan di Sevres dekat Paris. Massa
satu kilogram standar mendekati massa 1 liter air murni pada suhu 4oC

Satuan massa lainya adalah sebagai berikut :

1 ton (t) = 1000 kg 1 gram (g) = 0,001 kg

1 kuintal (kw) = 100 kg 1 desigram (dg) = 0,0001 kg

1 hektogram (hg) = 0,1 kg 1 centigram (cg) = 0,00001 kg

1 dekagram (dag) = 0,01 kg 1 miligram (mg) = 0,000001 kg

Pada situasi normal, berat suatu objek adalah sebanding dengan massanya.
Namun perbedaan antara massa dengan berat diperlukan untuk pengukuran berpresisi
tinggi. Oleh karena hubungan relativistik antara massa dengan energi, adalah mungkin
untuk menggunakan satuan energi untuk mewakili massa. Sebagai contoh, eV normalnya
digunakan sebagai satuan massa (kira-kira 1,783×10−36 kg) dalam fisika partikel.

9. Densiti / Massa Jenis

Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi
massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis
rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah
benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang
lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah
(misalnya air). Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3)

20
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa
jenis yang sama. Rumus untuk menentukan massa jenis adalah

dengan

ρ adalah massa jenis,


m adalah massa,
V adalah volume.

Satuan massa jenis CGS [centi-gram-sekon] adalah : (g/cm3) gram per sentimeter kubik

1 g/cm3=1000 kg/m3 Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3.
Selain karena angkanya yang mudah diingat dan mudah dipakai untuk menghitung, maka
massa jenis air dipakai perbandingan untuk rumus ke-2 menghitung massa jenis.

Tabel 4. Beberapa jenis density zat.

Nama zat ρ dalam kg/m3 ρ dalam gr/cm3

Air (4 derajat Celcius) 1.000 kg/m3 1 gr/cm3

Alkohol 800 kg/m3 0,8 gr/cm3

Air raksa 13.600 kg/m3 13,6 gr/cm3

Aluminium 2.700 kg/m3 2,7 gr/cm3

Besi 7.874 kg/m3 7,87 gr/cm3

Emas 19.300 kg/m3 19,3 gr/cm3

Kuningan 8.400 kg/m3 8,4 gr/cm3

Perak 10.500 kg/m3 10,5 gr/cm3

Platina 21.450 kg/m3 21,45 gr/cm3

Seng 7.140 kg/m3 7,14 gr/cm3

Udara (27 derajat Celcius) 1,2 kg/m3 0,0012 gr/cm3

Es 920 kg/m3 0,92 gr/cm3

21
10. Konversi Temperatur

Temperatur menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu


suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan
energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing
bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat getaran. Makin
tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.

Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer . Empat macam
termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit dan Kelvin.
Perbandingan antara satu jenis termometer dengan termometer lainnya mengikuti:

C:R:(F-32) = 5:4:9 dan


K = C + 273.(derajat)

Karena dari Kelvin ke derajat Celsius, Kelvin dimulai dari 273 derajat, bukan dari -273
derajat. Dan derajat Celsius dimulai dari 0 derajat. Suhu Kelvin sama perbandingan nya
dengan derajat Celsius yaitu 5:5, maka dari itu, untuk mengubah suhu tersebut ke suhu
yang lain, sebaiknya menggunakan atau mengubahnya ke derajat Celsius terlebih dahulu,
karena jika kita menggunakan Kelvin akan lebih rumit untuk mengubahnya ke suhu yang
lain. Contoh: K=R 4/5X[300-273] daripada: C=R 4/5X27 Sebagai contoh:

dan .

10.1. Alat Ukur suhu

Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin atau
hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita
dapat mengetahuinya dengan menggunakan thermometer. Suhu dapat diukur dengan
menggunakan termometer yang berisi air raksa atau alkohol. Kata termometer ini diambil
dari dua kata yaitu thermoyang artinya panas dan meter yang artinya mengukur (to
measure).

Tabel 5. Satuan Suhu

22
Celsius Reamur Fahrenheit Kelvin

Titik didih 100 80 212 373

Titik beku 0 0 32 273

Selisih kedua titik 100 80 180 100

5 (tdk sama dgn


perbandingan 5 4 9
celcius)

10.2. Mengubah Skala Temperatur

Tabel 6. Daftar Perhitungan Skala Suhu

ke
Dari
Celsius Reamur Fahrenheit Kelvin

Celsius 4C/5 9C/5 + 32 C + 273

Reamur 5R/4 9R/4 + 32 5R/4 + 273

Fahrenheit 4 (F – 32)/9 4 (F – 32)/9

Kelvin K - 273 4 (K – 273)/5

Cara mudah untuk mengubah dari Celsius, Fahrenheit, dan Reamur adalah dengan
mengingat perbandingan C:F:R = 5:9:4. Caranya, adalah (Skala tujuan)/(Skala
awal)xSuhu.

23
Dari Celsius ke Fahrenheit setelah menggunakan cara itu, ditambahkan

 77 °F pada skala Celsius adalah 5/9 x (77-32) = 25

Suhu paling dingin di bumi pernah dicatat di Stasiun Vostok, Antarktika pada 21
Juli 1983 dengan suhu -89,2 °C.

Contoh :

Jika 20 oF, berapakah dalam oC?

Jawab:

o
C = 5oC (oF – 32oF)/9oF

= 5oC (20oF – 32oF)/9oF = -6,7 oC (Dua angka signifikan)

11. Pengukuran Waktu


Satuan internasional untuk waktu adalah detik atau sekon. Satu sekon standar
adalah waktu yang dibuuhkan oleh atom Cesium-133 untuk bergetar sebanyak
9.192.631.770 kali.
Alat yang digunakan untuk mengukur waktu, antara lain jam matahari, jam dinding, arloji
(dengan ketelitian 1 sekon), dan stopwatch (ketelitian 0,1 sekon).

Pengukuran Waktu. Sebelum melakukan pengukuran waktu ada baiknya terlebih dahulu
mengenal istilah-istilah yang ada dalam satuan waktu. Banyak sekali istilah yang
digunakan untuk satuan waktu, diantaranya adalah sebagai berikut :

24
 Milenium, Milenium adalah bilangan untuk tiap jangka waktu seribu tahun dalam
kalender. Tahun 2000 disebut sebagai awal dari abad baru dalam memasuki abad ketiga
(tahun 2000 sampai tahun 2999).
 Abad, Abad adalah sebutan untuk jangka waktu seratus tahun. Satu abad bersamaan
dengan sepuluh dekade. Abad ini, abad ke-21, bermula pada tahun 2001 hingga tahun
2100.
 Dasawarsa ( dasa artinya sepuluh (jawa) warsa artinya tahun), Dasawarsa atau dekade
adalah unit waktu yang terdiri dari 10 tahun. Umumnya, satu dasawarsa dimulai pada
tahun yang berakhir dengan angka 0, dan berakhir pada tahun yang berakhir dengan
angka 9. Contoh: dasawarsa 80-an, dimulai dari tahun 1980 sampai 1989
 Windu = 8 tahun, Windu adalah istilah untuk selang waktu selama 8 tahun
 Lustrum adalah istilah untuk selang waktu 5 tahun
 1 tahun = 12 bulan = 52 minggu = 365 hari
 1 bulan = 28 – 31 hari
 1 minggu = 7 hari
 1 hari = 24 jam
 1 tahun = 4 triwulan
 1 tahun = 3 caturwulan
 Tahun kabisat, Tahun Kabisat (Bahasa Inggris: Leap Year) adalah sebuah Tahun
Syamsiah di mana pada tahun tersebut jumlah hari tidak terdiri dari 365 hari tetapi 366
hari. Satu tahun syamsiah tidak secara persis terdiri dari 365 hari, tetapi 365 hari 5 jam
48 menit 45,1814 detik. Jika hal ini tidak dihiraukan, maka setiap 4 tahun akan
kekurangan hampir 1 hari (tepatnya 23 jam 15 menit 0,7256 detik).Maka untuk
mengkompensasi hal ini, setiap 4 tahun sekali (tahun yang bisa dibagi 4), diberi 1 hari
ekstra: 29 Februari. Tetapi karena 5 jam 48 menit 45,1814 detik kurang dari 6 jam, maka
tahun-tahun yang bisa dibagi 100 (seperti tahun 1900), bukan tahun kabisat, kecuali bisa
dibagi dengan 400 (seperti tahun 2000).

25
Mengubah ke satuan yang lebih kecil
1. 5 milinium = 5 × 10 abad = 50 abad
2. 7 dasawarsa = 7 × 10 tahun = 70 tahun
3. 10 lustrum = (10 × 5) tahun = 50 × 12 bulan = 600 bulan
4. 5.000 tahun =5 000/100 = 50 abad
5. 48 tahun =48/8 windu = 6 windu
6. 64 minggu =64/4 bulan = 16 bulan

Operasi Hitung Satuan Waktu


a. 3 milenium + 5 abad – 100 windu = ... tahun.
3 milenium = 3 × 1.000 = 3.000 tahun
5 abad = 5 × 100 = 500 tahun
100 windu = 100 × 8 = 800 tahun
Jadi, 3 milenium + 5 abad – 100 windu = 3.000 + 500 – 800 tahun = 2.700 tahun
b. 10 windu – 48 bulan – 104 minggu = ... tahun
10 windu = 10 × 8 = 80 tahun
48 bulan = 48/12 = 4 tahun
104 minggu =104/52 = 2 tahun
Jadi, 10 windu – 48 bulan – 104 minggu = 80 – 4 – 2 tahun = 74 tahun.

Hubungan jam, menit, dan detik

 1 hari = 24 jam
 1 jam = 60 menit = 3.600 detik
 ¼ Jam = 15 menit = 900 detik
 ½ Jam = 30 menit = 1.800 detik
 ¾ Jam = 45 menit = 2.700 detik
 1 menit = 60 detik

Contoh:
a. 2 hari = 2 × 24 jam = 48 jam
b. 120 detik =120/60 menit = 2 menit
c. 240 menit = 240/60 jam = 4 jam

26
Operasi hitung jam, menit, dan detik
Operasi hitung jam menit dan detik harus memperhatikan bahwa 1 jam =60 menit, 1 menit
= 60 detik. Artinya apabila meminjam satu menit berarti menjadi ditambah 60 detik. Misal
72 detik berarti 60 detik + 12 detik atau 1 menit 12 detik.
Contoh:
1) 10 jam 46 menit 41 detik
08 jam 32 menit 15 detik
–––––––––––––––––––––– +
.... jam .... menit .... detik
10 jam 46 menit 41 detik
08 jam 32 menit 15 detik
–––––––––––––––––––––– +
18 jam 78 menit 56 detik
Bentuk terakhir dapat kita tulis:
18 jam 78 menit 56 detik = 18 jam + (1 jam + 18 menit) + 56 detik
= 19 jam + 18 menit + 56 detik

12. Massa Atom

Bobot atom atau Berat atom (bahasa Inggris: Atomic Weight, simbol: Ar) adalah
suatu kuantitas fisik tak berdimensi yang merupakan perbandingan massa rata-rata atom
suatu unsure terhadap 1/12 massa satu atom karbon-12. Istilah ini biasanya digunakan juga
untuk merujuk pada bobot atom relatif yang dipublikasikan secara berkala
oleh International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC). Daftar bobot atom
standar dapat ditemukan secara meluas dalam buku-buku kimia, katalog-katalog komersial,
dan papan informasi di laboratorium kimia. Penggunaan kata "berat atom" telah
mengundang banyak kontroversi, paling tidak sejak tahun 1960-an.

Definisi IUPAC bobot atom adalah: Suatu bobot atom (massa atom relatif) suatu
unsur dari suatu sumber tertentu adalah perbandingan rata-rata massa per atom unsur
terhadap 1/12 massa satu atom 12C.

27
Definisi ini dengan sengaja menggunakan kata "Suatu bobot atom…" oleh karena
suatu unsur dapat memiliki bobot atom yang berbeda-beda tergantung pada sumber.
Sebagai contoh,boron yang berasal dari Turki memiliki bobot atom lebih rendah daripada
bobot atom boron California. Hal ini disebabkan oleh komposisi isotop sampel. Walaupun
demikian, oleh karena ketidakpraktisan dan sulitnya melakukan analisis isotop, adalah
umumnya digunakan nilai bobot atom standar yang ditabulasi oleh IUPAC. Bobot atom,
berbeda dengan massa atom (massa atom individu), bukanlah tetapan fisika dan dapat
berbeda-beda dari sampel yang satu ke sampel yang lain. Walau demikian, bobot atom
cukuplah konstan dalam sampel "normal" untuk digunakan dalam bidang kimia.

Penggunaan nama "bobot atom" telah mengundang banyak kontroversi di antara


para ilmuwan. Pihak-pihak yang berkeberatan biasanya akan menggunakan istilah massa
atom relatif ataupun hanya massa atom. Dasar dari keberatan ini adalah bobot/berat atom
bukanlah benar-benar berat, yakni gaya yang diberikan pada suatu benda dalam medan
gravitasi.

Perhitungan bobot atom


Kelimpahan dapat dilihat pada silikon.
Isotop Massa atom relatif
Standar Kisaran Secara alami, silikon yang
terdapat di alam bebas
28
Si 27,976 926 532 46(194) 92,2297(7)% 92,21–92,25%
terdiri dari campuran tiga
29
Si 28,976 494 700(22) 4,6832(5)% 4,69–4,67% isotop: 28Si, 29Si dan 30Si.

30
Si 29,973 770 171(32) 3,0872(5)% 3,10–3.08%
Massa atom relatif ketiga
nuklida ini diketahui dengan presisi satu dari 14 triliun untuk 28Si dan satu dari satu triliun
untuk yang lainnya. Perhitungan bobot atom silikon oleh karena itu:

Ar(Si) = (27,97693 × 0,922297) + (28,97649 × 0,046832) + (29,97377 × 0,030872)


= 28,0854

Perkiraaan ketidapastian untuk nilai di atas cukup rumit, utamanya dikarenakan oleh
distribusi sampel yang tidak simetris. Nilai bobot atom beserta ketidakpastiannya untuk
silikon adalah 28,0855(3). Ketidakpastian standar relatif pada nilai ini ialah 1×10–5 atau
10 ppm.

28
12.1 Massa Atom dan Massa Rumus

 Massa Atom Relatif (Ar)


merupakan perbandingan antara massa 1 atom dengan 1/12 massa 1 atom karbon 12
 Massa Molekul Relatif (Mr)
merupakan perbandingan antara massa 1 molekul senyawa dengan 1/12 massa 1 atom
karbon 12.
Massa molekul relatif (Mr) suatu senyawa merupakan penjumlahan dari massa atom
unsur-unsur penyusunnya.

Contoh:

Jika Ar untuk X = 10 dan Y = 50 berapakah Mr senyawa X2Y4 ?

Jawab:

Mr X2Y4 = 2 x Ar . X + 4 x Ar . Y = (2 x 10) + (4 x 50) = 220

29
MATERI DAN PERUBAHAN

1. Pendahuluan
2. Pembagian Materi
2.1 Zat dan campuran
2.2 Usur dan senyawa
3. Sifat Materi
3.1 Sifat Fisika dan Perubahan Fisika
3.2 Sifat Kimia dan Perubahan Kimia
4. Pemisahan Materi
5. Hukum-Hukum Dasar Mengenai Materi
4.1 Hukum Kekekalan Massa
4.2 Hukum Perbandingan Tetap
4.3 Hukum Perbandingan Berganda

1. Pendahuluan

Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari struktur materi dan perubahaan-perubahaan
yang terjadi pada materi baik secara alami ataupun melalui eksperimen dilaboratorium.
Pernahkah mengamati telur yang direbus (Gambar 1 (a))? Menurutmu apakah telur yang
direbus mengalami perubahan? Tentu saja, telur tersebut mengalami perubahan setelah
dipanaskan. Demikian juga dengan benda lainnya seperti besi dan makanan. Pagar besi yang
kokoh menjadi rapu dan berkarat. Makanan menjadi basi karena membusuk (Gambar 1 (b)).
Lewat ilmu kimia kita akan mengenal komposisi dari suatu zat dan penggunaanya. Dalam
bab ini, mempelajari tentang pembagian materi, sifatnya, perubahan-perubahan yang terjadi,
proses apa saya yang dapat dilakukan untuk mememisahkan materi dari campurannya dan
hukum-hukum dasar yang berhubungan dengan materi.

(a) (b)
Gambar 1. Perubahan materi (a) makanan membusuk dan (b) telur rebus

30
2. Pembagian Materi

Materi (matter) mempunyai massa dan menempati ruang. Massa merupakan ukuran
yang menunjukkan jumlah materi yang yang menyusun suatu benda. Dalam satuan SI,
standar massa dinyatakan dalam 1 kilogram (Kg), yang merupakan satuan cukup besar untuk
sebagian besar aplikasi kimia. Lazimnya kita menggunakan satuan gram (g). Besarnya massa
suatu zat dapat diukur menggunakan timbangan (Gambar 2). Massa (m) berbeda dengan berat
(W). Berat adalah gaya gravitasi (g) yang bekerja pada suatu benda yang bermassa (m).
Satuan berat biasanya dalam Newton (N=Kg.m/s2)

W=mxg

Gambar 2. Timbangan digital untuk mengukur mengukur


massa (m) suatu materi.

Materi dapat berada dalam tiga wujud dengan rapatan partikel yang berbeda yaitu, zat
padat, zat cair dan gas (Gambar 3). Jarak partikel pada zat padat sangat dekat sehingga daya
tarik antar partikelnya sangat kuat dan bentuknya kaku (rigid). Jarak antar partikel gas sangat
jauh sehingga daya tarik menariknya sangat kecil. Sedangkan zat cair mempunyai jarak antar
partikel antara zat padat dan gas. Zat cair juga mempunyai sifat fluida yaitu dapat mengalir
dan mengambil bentuk sesuai wadahnya.

Gambar 3. Makroskopik dan


mikroskopik dari materi (a) Es (air
dalam wujud padat) (b) air dalam
wujud cair dan (c) air dalam
wujud gas

31
Ketiga zat padat ini dapat berubah dari wujud yang satu menjadi wujud lainnya
(Gambar 4). Contonhya, es di panaskan maka akan mencair dan jika pemanasannya masih
berlanjut maka air tersebut akan menguap menjadi gas (uap air). Setelah suhu diturunkan, uap
air akan menjadi air kembali dan kembali menjadi es ketika suhunya dibawah 0ºC.

Gambar 4. Skema perubahan


wujud zat padat, cair dan gas

2.1 Zat dan Campuran

Zat adalah materi yang memiliki susunan tertentu dengan sifat tertentu. Contohnya
air, etanol, natrium klorida dan sukrosa. Masing-masing zat tersebut mempunyai susunan
yang berbeda dan dapat diidentifikasi rasanya, bau, tampilannya dan sifat-sifat lainnya.
Sedangkan campuran adalah penggabungan dua atau lebih zat dimana masing-masing zat
masih mempertahankan identitasnya masing-masing dan susunannya tidak tetap. Contoh
campuran adalah minuman ringan, susu dan larutan gula.
Campuran terbagi menjadi 2 jenis yaitu campuran homogen dan heterogen. Ketika
sesendok garam dilarutkan dalam air, setelah pengadukan yang cukup lama maka susunan
dari campurannya diseluruh bagian akan sama. Larutan garam ini dinamakan campuran
homogen. Namun jika pasir air dicampur dengan butiran pasir maka akan terlihat pemisahan
antara pasir dan air, berarti susunannya tidak sama di seluruh bagian. Pasir dicampurkan
dengan serbuk besi juga akan menghasilkan campuran heterogen karena serbuk besinya akan
tetap terlihat dan terpisah dari pasir (Gambar 5 (a)).

32
(a) (b)
Gambar 5. (a) campura serbuk besi dan pasir (b) Memisahkan serbuk besi dari campuran heterogen. Teknik
yang sama digunakan pada pemisahan besi dan baja dalam skla besar dari benda-benda nonmagnetik seperti
kaca dan plastik.

Campuran homogen dan heterogen dapat dibuat dan kemudian dipisahkan secara
fisika menjadi komponen murninya tanpa mengubah karakteristik dari komponen tersebut.
Larutan garam dapat dijadikan garam kembali dengan proses pemanasan, sehingga air
menguap dan diperoleh garam kembali. Pemisahan serbuk besi dari pasir dapat dilakukan
dengan menggunakan magnet, karena pasir tidak tertarik oleh magnet (Gambar 5 (b)).
Pemisahan pasir dengan air dapat dilakukan dengan penyaringan seperti pada Gambar 6 (a).
Gambar 6 (b) menunjukkan proses pemisahan camuran homogen dapat dilakukan secara
destilasi.

Gambar 6. (a) pemisahan


campuran heterogen (b)
pemisahan campuran
homogen

33
2.2 Unsur dan Senyawa

Suatu zat dapat berupa unsur atau senyawa. Unsur merupakan suatu zat yang tidak
dapat dipisahkan lagi menjadi zat-zat lebih sederhana. Sekarang ini, terdapat 113 unsur yag
telah diidentifikasi. Delapan puluh tiga diantaranya terdapat secara alami dibumi, sisanya
telah dibuat oleh ilmuan.
Ilmuan menggunakan lambang-lambang abjad untuk mewakili nama-nama unsur.
Huruf pertama lambang huruf besar dan huruf kedua ditulis dengan huruf kecil. Sebagai
contoh Co adalah lambang untuk konalt sedangkan CO adalah rumus dari karbon monoksida,
yang tersusun dari unsur karbon (C) dan oksigen (O). Beberapa unsur umum dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Beberapa elemen dan simbol umum


Nama Simbol Nama Simbol Nama Simbol

Aluminium Al Nitrogen N Natrium Na


Arsenik As Iodin I Perak Ag
Barium Ba Magnesium Mg Klorin Cl
Kalsium Ca Merkuri Hg Seng Zn
Fluorin F Hidrogen H Nikel Ni
Besi Fe Oksigen O Karbon C
Belerang S Tembaga Cu Brom Br
Boron B Kalium K Fosfor P

Sebagian besar unsur dapat bereaksi dengan satu atau lebih unsur lain untuk
membentuk senyawa. Ilmuan telah mengidentifikasi jutaan jenis senyawa kimia. Contohnya
senyawa air yang tersusun atas dua hidrogen dan satu oksigen (Gambar 7 (a)). Senyawa yang
dihasilkan tersebut mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan sifat unsur-unsur
pembentuknya. Contoh lainnya yaitu satu molekul protein darah gamma globulin tersusun
dari 19.000 atom, terdiri dari 4 jenis atom: karbon, oksigen, hidrogen dan nitrogen (Gambar 7
(b)). Jadi, Senyawa dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang tersusun atas atom-atom dari
dua unsur atau lebih dan terikat secara kimia dengan perbandingan tetap.

34
(a) (b)
Gambar 7. Senyawa (a) air dan (b) protein darah gamma globulin

Hubungan antara unsur, senyawa dan dan campuran dapat dilihat pada gambar dibawah ini
(Gambar 8).

Materi

Pemisahan dengan
Campuran Metode fisika
Zat Murni

Pemisahan dengan
Homogen Heterogen Senyawa Metode kimia Unsur

Gambar 8. Klasifikasi Materi

Latihan 1.

Nyatakan apakah setiap sampel materi berikkut adalah zat atau campuran; jika campuran
homogen atau heterogen.
a. udara segar yang bersih
b. es
c. garam bawang putih
d. sedok dengan sepuh perak
e. tinta merah
f. air suling
g. jus jeruk yang baru diperas
h. air dan minyak zaitun
i. tinta merah
j. susu

35
Latihan 2.

Nyatakan apakah apakah sampel zat berikut unsur atau senyawa


a. Hidrogen
b. Air
c. Emas
d. Gula
e. Garam

3. Sifat Materi

Sifat (property) adalah atribut yang dapat kita gunakan untuk membedakan materi
yang satu dengan lainnya. Air, gula, garam dan besi memiliki sifat atau karakteristik yang
berbeda. Gula dan garam berwarna putih, padat, kristalin, larut dalam air dan tidak berbau.
Gula manis, bila dipanaskan dalam cawan penguap akan meleleh dan menjadi coklat, tetapi
garam asin dan tidak berwarna coklat setelah dipanaskan.
Sifat intrinsik adalah sifat khas dari materi tidak bergantung pada bentuk dan ukuran,
seperti Sifat ekstrinsik adalah sifat yang tidak khas dari suatu materi dan bergantung pada
jumlah/ukuran materi seperti ukuran, bentuk, panjang, bobot dan temperatur.
Setiap hari kita selalu melihat dan menggunakan materi. Baik di sadari atau pun tidak
materi/Bahan disekitar kita dapat berubah. Logam berkarat, air membeku bila temperaturnya
turun, kayu melapuk (Gambar 10 (b)), dan air laut menguap merupakan salah satu contoh
perubahan dari materi. Perubahan-perubahan tersebut dipelajari dan dapat dikelompokkan
dalam dua jenis perubahan yaitu perubahan kimia dan perubahan fisika.

3.1 Sifat Fisika dan Perubahan Fisika

Sifat fisika merupakan karakteristik materi yang tidak melibatkan perubahan apapun
kemateri lain. Warna, titik leleh, titik didih, viskositas, massa jenis, kekerasan dan kerapatan
merupakan sifat-sifat fisika. Kualitas dalam kelompok ini dapat diukur dengan mudah dan
dinyatakan dalam bilangan. Zat yang dinamakan dengan air mendidih pada 100ºC, membeku
pada 0ºC, mempunyai massa jenis 1 g/mL. Tidak ada zat lain yang karakteristik yang sama
seperti ini.
Kita juga dapat membedakan antara tembaga padat berwarna coklat kemerahan
dengan sulfur yan berwarna kunin berdasarkan perbedaan warna (sifat fisika). Sifat fisis lain
dari tembaga yaitu dapat ditempa menjadi lembaran foil tipis dan dapat ditarik menjadi kawat
tipis ( keuletan, ductility). Sulfur tidak dapat ditempa, akan menjadi serbuk jika ditempa
dengan palu dan sulfur juga memiliki sifat rapuh (getas).

36
Gambar 9. Sebongkah
sulfur (kiri) hancur
menjadi serbuk kuning
bila ditempa. Tembaga
(kanan) dapat ditempa
menjadi lembaran tipis
dan ditarik menjadi
kawat.

Suatu sampel materi dapat mengalami perubahan tampilan fisis. Perubahan fisika
adalah perubahan materi yang tidak menghasilkan zat baru. Sebagai contoh es meleleh
berubah menjadi air. Air dan es hanya berbeda dari penampilannya dan susunannya tetap
sehingga perubahan ini tergolong perubahan fisika. Kita dapat membekukan air untuk
memperoleh esnya kembali. Perubahan fisika ini bersifat reversibel, yaitu dapat kembali ke
bentuk semula.

3.2 Sifat Kimia dan Perubahan Kimia

Sifat kimia merupakan kualitas yang khas dari suatu materi yang menyebabkan materi
tersebut berubah ke materi lain, baik sendirian ataupun berinteraksi dengan materi lain. Sifat
kimia ini tergolong sifat intrinsik. Besi berkarat, etil alkohol mudah terbakar dan kayu
melapuk merupakan contoh dari sifat kimia. Sifat kimia bisa diamati setelah terjadi
perubahan kimia.
Perubahan kimia merupakan perubahan materi yang mengakibatkan hilangnya zat-zat
dan terbentuknya zat baru. Perubahan kimia juga dikenal dengan reaksi kimia yang berisifat
irreversibel. Setiap kali kita merebus telur, kita melakukan perubahan kimia. Ketika telur
dipanaskan dalam air mendidih, putih telur dan kuning telur akan mengalami reaksi yang
tidak hanya mengalami perubahan tampilan fisik tetapi juga susunan kimianya. Ketika
dimakan telur dicerna lagi oleh enzim dan proses pencernaan ini merupakan contoh lain dari
perubahan kimia.

37
Gambar 10. Perubahan kimia (a) paku berlapis zink bereaksi dengan HCL menghasilkan
gelembung gas hidrogen, sedangkan gelang emas tidak terpengaruh. dan (b) kayu melapuk

Zink bereaksi dengan larutan asam klorida (HCl) menghasilkan gelembung gas
hidrogen, ini merupakan salah satu sifat kimia zink yang khas. Sedangkan emas tidak
bereaksi dengan asam klorida. Natrium bereaksi dengan asam klorida dan air. Zink, natrium
dan emas memiliki sifat fisik yang serupa misalnya mampu ditempa dan merupakan
penghantar listrik yang baik. Namun sifat kimia ketiga unsur tersebut berbeda, dengan
mengetahui perbedaaan ini akan membantu kita dalam memahami penggunaan zink sebagai
pelapis paku yaitu karena zink tidak bereaksi dengan air. Selain itu emas memiliki harga jual
tinggi, sebab emas tidak ternoda atau bekarat. Zat-zat dapat memiliki sifat yang berbeda dan
penggunaannya juga akan berbeda.

Latihan 3.

Nyatakan apakah sifat materi berikut termasuk sifat fisika atau sifat kimia
a. paku besi tertarik ke magnet
b. secarik kertas terbakar spontan bila suhunya mencapai 451ºF
c. Sepotog kayu mengapung diair
d. patung perunggu berangsur-angsur memiliki lapisan hijau (platina) setelah sekian
lama
e. sepotong irisan apel berubah jadi coklat
f. selempeng marmer terasa dingin jika disentuh
g. keramik yang dibakar di tanur menjadi keras dan berlapis glazur.

38
4. Pemisahan Materi

Pemisahan materi dapat dilakukan secara penyaringan (filtrasi), penguapan


(evaporasi), destilasi , kristalisasi, sublimasi, kromatograf dan ekstraksi. Masing-masing
metode pemisahan ini akan dijelakan dibawah ini:

a. Filtrasi
Filtrasi (penyaringan) dilakukan berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Jadi tehnik
penyaringan dapat digunakan untuk memisahkan campuran yang zat penyusunnya berbeda.
Bagaimana proses penyaringan dilakukan dilaboratorium? Pertama siapkan kertas saring dan
selajutnya baru disaring campuran. Penyiapan kertas saring dilakukan dengan cara seperti
pada Gambar 11. Kertas saring yang telah dibentuk, kemudian diletakkan dalam corong dan
dibasahi dengan sedikit air agar kertas saring melekat pada corong.

Gambar 11.
Penyiapan kertas
saring.

Proses penyaringan ini akan menghasilkan residu dan filtrat. Residu adalah bagian
yang tertinggal pada kertas saring sedangkan filtrat adalah hasil penyaringan yang lolos dari
kertas saring. Proses filtrasi dapat dillihat pada Gambar 12. Pemisahan pasir dengan air
dengan menuangkan campuran pasir dengan air kedalam corong yang ada kertas saring.
Selanjutnya ditunggu hingga semua air turun, dan didapatlah residu berupa pasir dan
filtratnya adalah air.

39
Gambar 12. Proses penyaringan (filtrasi)

b. Evaporasi
Evaporasi (penguapan) adalah pemisahan berdasarkan perbedaan kemampuan
menguap dari setiap zat. Tehnik ini biasanya digunakan oleh petani garam, pertama disiapkan
air laut dan kemudian diuapkan airnya sehingga dihasilkan garam. Proses penguapan dapat
dilihat pada Gambar 13 .

Gambar 13. Pproses penguapan suatu materi

c. Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Komponen dari alat destilasi dapat
dilihat pada Gambar 14.

40
Gambar 14. Proses destilasi suatu materi

d. Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan induk yang
homogen. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang penting dalam
industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga 100%. Salah satu produk yang
dihasilkan dari proses kristalisasi adalah gula pasir (Gambar 15)

Gambar 15. Gula hasil dari proses


kristalisasi

e. Sublimasi
Sublimasi adalah perubahan wujud dari padat ke gas tanpa mencair terlebih dahulu.
Proses pemisahan kapur barus dari pasir dapat dilakukan secara sublimasi (Gambar 16).
dikarenakan pasir tidak dapat menyublim. Jadi campuran pasir dan kapur barus dapat di
pisahkan dengan memanaskannya dan kemudian didinginkan. Hasilnya akan terbentuk
kembali kabur barus tanpa adanya pengotor (pasir).

41
Gambar 16. Pemisahan kapur barus dari
pasir

f. Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan antara
fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada
larutan. Contoh pemisahan menggunakan kromatografi yaitu pemisahan komponen dari tinta
(Gambar 17)

Gambar 17.
Kromatografi kertas.

g. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses penyarian senyawa menggunakan pelarut tertentu.
Berbagai cara ekstraksi telah dilakukan untuk analisis senyawa kimia dalam tumbuhan. Zat
aktif dari bumbu masak seperti pada Gambar 18 dapat dipisahkan dengan cara ekstraksi

42
menggunakan pelarut tertentu. Kunyit memiliki zat aktif yang dikenal dengan kurkumin, cabe
mempunyai kapsaisin yang memberikan rasa pedas.

(a) (b)

(d)
(c)
Gambar 18. Zat aktif dari bumbu-bumbu dapur (a) kunyit, (b) cabai, (c) jahe dan (d) daun
suji dapat dipisahkan degan cara ekstraksi

43
5. Hukum-Hukum Dasar Mengenai Materi
5.1 Hukum Kekekalan Massa (Law of Conservation of Mass)

Pada tahun 1774, Antonine Lavoiser (1743-1794) melakukan pemanasan satu wadah
kaca tertutup yang mengandung sampel timah dan sedikit udara. Ia menemukan bahwa massa
sebelum pemanasan (wadah kaca+ timah + udara) dan sesudah pemanasan (wadah kaca +
kalk timah + udara tersisa) adalah sama. Kalk timah ini adalah timah oksida. Hasil percobaan
ini menjadi dasar bagi Lavoiser dalam mengambil kesimpulan. Lavoiser menyimpukan
bahwa massa total zat sesudah reaksi adalah sama dengan massa total zat sebelum reaksi.
Pernyataan ini kemudian dikenal dengan hukum kekekalan massa.

A+B C + D
Bobot pereaksi = Bobot hasil reaksi

Perak nitrat (bening) ditempatkan dalam gelas kimia dan kalium kromat (kuning)
dalam gelas ukur. Setelah ditimbang keduanya mempunyai bear sebesar 104,50 g.
Selanjutnya perak nitrat direaksikan dengan kalium kromat dan dihasilkan perak kromat
dalam kalium nitrat. Terbentuknya perak kromat ditandai dengan terbentuknya endapan
merah. Massa total sesudah reaksi tetap sama yaitu sebesar 104,50 g. Proses ini mengikuti
hukum kekekalan massa, yaitu massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama.

(a) (b)
Gambar massa tetap konstan selama reaksi kimia (a) sebelum reaksi massa gelas kimia
dengan larutan perak nitrat (bening) dan gelas ukur dengan kalium kromat (kuning) sebesar
104,50 g dan (b) kedua larutan bercampur terjadi reaksi kimia membentuk perak kromat
(endapan merah) dalam kalium nitrat massa total tetap sama yaitu 104,50 g.

44
Contoh 1

Sebanyak 0,455 g sampel magnesium dibiarkan terbakar dalam 2,315 g gas oksigen. Satu-
satunya produk adalah magnesium oksida. Sesudah reaksi, tidak ada magnesium tersisa dan
massa oksigen yang tidak bereaksi adalah 2,015 g. Berapa massa magnesium oksida yang
dihasilkan?

Pemecahan masalah untuk memecahkan masalah ini gunakan persamaan hukum kekekalan
massa yaitu masa sebelum reaksi sama dengan massa sesudah reaksi. Dan carilah variabel x
yang belum diketahui massanya.

Penyelesaian
Massa sebelum reaksi = 0,455 g magnesium + 2,315 g oksigen
= 2,770 g

2,770 g massa sesudah reaksi = g magnesium sesudah reaksi + 2,015 g oksigen sesudah
reaksi
g magnesium oksida yang sudah bereaksi = 2,770 g – 2,015 g
= 0,755 g

Jadi, terdapat sebanyak massa manesium oksida sesudah reaksi yaitu sebesar 0,755 g.

Contoh 2

Sebanyak 2,5 gram belerang direaksikan dengan sejumlah tembaga menghasilkan 12,5
gram tembaga (II) sulfida. Berapa banyak tembaga yang diperlukan untuk reaksi tersebut?

Pemecahan masalah Pertama buatlah reaksinya, kemudian tuliskan berat yang diketahui
dari soal dan berilah label x untuk mencari berat yang tidak diketahui. Selanjutnya gunakan
pesamaan matematika sederhana berdasarkan hukum kekekalan massa .

Penyelesaian:
Reaksi : belerang + tembaga tembaga (II) sulfida
2,5 gram x gram 12,5 gram

Maka harga x dapat dicari:


12,5 gram = 2,5 gram + x gram
x = 12,5 gram- 2,5 gram
x = 10 gram

Latihan 4 dan 5

4. Sebanyak 0,399 g magnesium bereaksi dengan 2,765 g gas nitrogen. Satu-satunya


produk adalah magnesium nitrida. Sesudah reaksi, massa nitrgen yang tidak bereaksi
adalah 2,505 g. Berapa massa magnesium nitrida yang dihasilkan?

45
5. Sebanyak 7,12 g sampel magnesium dipanaskan dengan 1,80 g bromin. Semua bromin
habis, dan 2,07 g magnesium bromida satu-satunya produk. Berapa massa magnesium
yang tidak bereaksi?

5.2 Hukum Perbandingan Tetap (Low of Definite Proportion)

Pada tahun 1799, Joseph Proust (1754-1826) membuat laporan mengenai “ seratus
pon tembaga yang dilarutkan dalam asam sulfat atau asam nitrat dan diendapkan oleh
karbonat dari natrium atau kalium selalu menghasilkan 180 pound karbonat hijau. Proust
menyatakan bahwa sampel-sampel yang berbeda dari senyawa yang sama selalu
mengandung unsur-unsur penyusunnya dengan perbandingan massa yang sama. Sampel gas
karbon monoksida yang diperoleh dari sumber yang berbeda dianalisis, akan kita temukan
perbandingan massa karbon dan oksigen yang sama dalam setiap sampel. Jika perbandingan
masa unsur-unsur yang berbeda dalam suatu senyawa tetentu adalah tetap, maka
perbandingan atom-atom dan unsur-unsur ini dalam senyawa harus tetap.

Contoh 3

Gunakan data contoh 1 untuk menentukan massa magnesium yang terkandung dalam 0,500
g sampel magnesium oksida?

Pemecahan masalah pada contoh satu, massa manesium oksida sesudah reaksi yaitu
sebesar 0,755 g dan massa sampel magnesium yang dibiarkan terbakar sebesar 0,455 g . Jadi
untuk menentukan berapa massa magnesium yang terkandung dalam 0,500 g magnesium
oksida dapat dilakukan.

Penyelesaian
0,455 g magnesium
g magnesium = 0,500 g magnesium oksida ×
0,755 g magnesium oksida
= 0,301 g magnesium

Latihan 6 dan 7.

6. Dalam suatu percobaaan pembakaran 0,312 g sulfur menghasilkan 0,623 g sulfur oksida
sebagai satu-satunya produk reaksi. Pada percobaan kedua diperoleh 0,842 g sulfur
dioksida. Berapa massa sulfur yang dibakar pada percobaan kedua?

7. Sebanyak 4 gram kalsium direaksikan dengan oksigen berlebih. Massa kalsium oksida
yang dihasilkan sebanyak 5,6 gram. Berapa massa kalsium oksida yang terbentuk jika 10
gram kalsium direaksikan dengan 4 gram oksigen?

8. Dalam suatu percobaan, 2,18 g natrium direaksikan dengan 16,12 klorin. Semua natrium
terpakai dan 5,54 g natrium klorida (garam) dihasilkan. Dalam percobaan kedua, 2,10 g
klorin dibiarkan bereaksi dengan 10 g natrium. Semua klorin terpakai, dan 3,46 g

46
natrium klorida dihasilkan. Tunjukkan bahwa hasil-hasil ini konsisten dengan hukum
perbandingan tetap.

5.3. Hukum Perbandingan Berganda (Low of Multiple Proportion)

Menurut hukum ini, jika dua unsur dapat bergabung membentuk lebih dari satu
senyawa, maka massa-massa dari unsur yang pertama dengan suatu massa tetap dari unsur
kedua akan berbanding sebagai bilangan bulat kecil. Satu atom karbon bergabung dengan
satu atom oksigen dalam karbon monoksida (CO) dan satu atom karbon dengan dua atom
oksigen dalam karbon dioksida. Jadi, perbandingan oksigen dalam karbon monoksidan
dengan oksigen dalam karbon dioksida adalah 1:2. Sesuai dengan hukum perbandingan
berganda.

Contoh 4

Suatu unsur tertentu, x, membentuk 3 macam senyawa biner dengan klor, yang masing-
masingnya mengandung 59,68%, 68,95% dan 74,75% klor. Tunjukkan bahwa data ini
menggambarkan hukum perbandingan berganda?

Pemecahan Masalah Menurut hukum perbandingan berganda.

Penyelesaian

Senyawa A Senyawa B Senyawa C


59,68 g Cl 68,95 g Cl 74,75 g Cl
40,32 g x 31,05 g x 25,25 g x
100 g A 100 g B 100 g C

Hitung jumlah jumlah relatif x yang besenyawa dengan 1 g Cl dalam masing-masing


senyawa.

Untuk senyawa A:
,
M (x) = 1 g Cl × ,
= 0,6756 g

Untuk senyawa B
,
M (x) = 1 g Cl × ,
= 0,4503 g

Untuk senyawa C
,
M (x) = 1 g Cl × ,
= 0,6756 g

Jumlah x dalam ketiga senyawa tersebut tidak akan berubah, jika dibagi dengan bilangan
paling kecil diantaranya;

47
, ,
0,6756 : 0,4503 : 0,3378 = : :
, , ,
= 2 : 1,333 : 1
Jumlah relatif diatas benar merupakan perbandingan bilangan utuh yang kecil yaitu 2, 4/3
dan 1.

Jika kita memilih x sebagai jumlah yang tetap, maka akan diperoleh perbandingan yang
sebaliknya. Mari kita hitung, umpamanya jumlah Cl yang bersenyawa dengan 1 g x dalam
masing-masing senayawa itu.
Untuk senyawa A:
,
M (Cl) = 1 g × = 1,480 g
,

Untuk senyawa B
,
M (Cl) = 1 g × = 2,221 g
,

Untuk senyawa C
,
M (Cl) = 1 g × = 2,960 g
,

, , ,
1,480 : 2,221 : 2,960 = : :
, , ,
= 1 : 1,5 : 2
Jumlah relatif diatas benar merupakan perbandingan bilangan utuh yang kecil yaitu 1, 3/2
dan 2.
Terbuktilah berlaku hukum perbandingan berganda.

Latihan 9

9. Sulfur membentuk dua senyawa dengan oksigen. Pada senyawa pertama 1 g sulfur
bergabung dengan 0,998 g oksigen, dan pada percobaan kedua, 1 g sulfur bergabung
dengan 1,497 g oksigen. Tunjjukkan bahwa hasilnya konsisten dengan hukum
perbandingan berganda.

10. Tembaga (Cu) dapat membentuk dua oksida. Salah satu oksida mengandung 1,36 g
oksigen yang bergabung dengan 10 g Cu. Oksida yang lain mengandung 2,72 g oksigen
yang bergabung dengan 10 g Cu. Tunjukkan bahwa data tersebut menggambarkan
hukum perbandingan berganda. Sebutkan juga nama kedua senyawa tembaga tersebut?

48
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK

1. Teori Atom
Konsep atom sudah dikenal sejak peradaban Yunani (500 SM). “Atom”
berasal dari bahasa Yunani, yaitu atomos, yang berarti tidak dapat dibagi. Menurut
filosof Yunani, atom dianggap sebagai partikel sangat kecil yang tidak dapat diurai
lagi. Sayangnya, tidak ditemukan data atau eksperimen yang dapat menjelaskan
pemikiran tersebut.

1.1. Model Atom Dalton


Masa modern kimia diawali sejak
proposal John Dalton tentang teori atom
dalam bukunya “New system of chemical
philosophy” pada tahun 1808. Jauh sebelum
Dalton sebenarnya beberapa teori telah
diajukan oleh ilmuwan Yunani Leucippos
yang dilanjutkan oleh Democritos pada abad
ketiga sebelum Masehi. Akan tetapi teori
Gambar 1. John Dalton
Dalton ini sangat melengkapi dan lebih
cocok, sehingga teori ini mampu menumbuhkan ilmu kimia. Pada tahun 1808, John
Dalton seorang ahli kimia bangsa Inggris mengemukakan gagasannya tentang atom
sebagai partikel penyusun materi. Menurut teori atom Dalton:
1. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi.
2. Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-
atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda.Senyawa kimia terbentuk
dari atom – atom dengan jumlah perbandingan tertentu.
3. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan
sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen.
4. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali
dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.

49
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti pada
tolak peluru.

Gambar 2. Model Atom Dalton


Teori atom Dalton tidak dapat menerangkan suatu larutan dapat menghantarkan
listrik. Bagaimana mungkin suatu bola pejal dapat menghantarkan listrik, padahal
listrik adalah elektron yang bergerak. Berarti ada partikel lain yang dapat
menyebabkan terjadinya daya hantar listrik.

1.2. Model Atom Thomson


Kelemahan dari Dalton diperbaiki oleh J. J. Thomson melalui eksperimen
yang dilakukannya menggunakan tabung sinar katoda. Hasil eksperimennya
menyatakan ada partikel bermuatan negatif dalam atom yang disebut elektron.
Penemuan elektron atas jasa J. J Thomson dan R. Millikan pada tahun-tahun
pertama abad ke-20 memberikan bukti ketidaksempurnaan model atom Dalton. J. J
Thomson merincikan model atom Dalton bahwa di dalam atom terdapat elektron-
elektron yang tersebar secara merata dalam “bola” bermuatan negatif. Keadaannya
mirip roti kismis. Kismis (diumpamakan sebagai elektron) tersebar dalam seluruh
bagian dari roti (diumpamakan sebagai bola bermuatan negatif).

Gambar 2. Model Atom Thomson

50
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

1.3. Struktur Atom


Menjelang abad ke-19 dengan ditemukan adanya elektron dan gejala
radioaktivitas, maka atom bukan lagi partikel yang tidak dapat dibagi-bagi lagi,
melainkan atom itu mengandung sejumlah partikel sub-atomik. Partikel-partikel
utama yang dimaksud ialah elektron, proton, dan neutron. Sedangkan partikel lain
yang terdapat di dalam atom diantaranya ialah positron, neutrino dan meson.
Partikel-partikel lain ini biasanya diperoleh selama terjadi perubahan-perubahan.
a. Elektron
Bila suatu muatan listrik dilewatkan melalui tabung Geisler yang berisi gas
dengan tekanan sangat rendah, maka akan diemisikan seberkas sinar dari katoda.
Sinar ini biasa disebut sinar katoda yang ditemukan oleh Plucker (1859) dan diteliti
oleh Hittorf (1869) dan William Crookes (1879 – 1885).

Gambar 3. Pembuktian Sinar Katoda

Sinar ini bergerak lurus meninggalkan katoda dengan kecepatan tinggi dan dapat
menimbulkan bayangan kabur bila diberi tabir, dapat dibelokkan oleh medan magnet
dan medan listrik. Thomson (1897) berhasil menentukan harga perbandingan e/m,
yaitu perbandingan muatan listrik dengan massa. Akhirnya Stoney (1874)
memberikan nama partikel itu sebagai elektron yang selalu dikandung oleh semua
materi dengan harga e/m yang sama. Harga e/m yang terbesar dimiliki oleh atom
hidrogen. Diperoleh harga e = 1,602 x 10-19 C dan m = 9,11 x 10-34 g.

b. Proton
Oleh karena elektron merupakan penyusun atom yang bermuatan negatif,
berarti materi harus mengandung penyusun lain yang bermuatan positif. Hal ini
dibuktikan oleh Goldstein (1886) dan Wien yang juga disebut sinar terusan atau

51
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

sinar kanal. Partikel positif ini terjadi karena tabrakan antara partikel gas dalam
tabung dengan elektron berenergi besar yang bergerak dari katoda ke anoda dalam
tabung gas.

Gambar 4. Pembuktian Sinar Positif

Dari berbagai eksperimen diperoleh dua perbedaan terpenting dari pengukuran e/m
terhadap elektron.
a. Perbandingan muatan/massa untuk ion positif berbeda, jika gas dalam tabung
berbeda. Pada massa pengukuran e/m elektron diperoleh harga yang sama
apapun jenis gas yang terdapat di dalamnya.
b. Harga muatan/massa untuk ion positif jauh lebih kecil dari harga untuk elektron.
Fakta ini menunjukkan bahwa ion positif terbentuk dari gas yang terdapat dalam
tabung dan massanya lebih besar dari massa elektron.
Diperoleh hasil, bahwa harga e/m untuk sinar terusan hidrogen lebih besar dari
e/m untuk elektron. Dari sini dipostulatkan, bahwa H+ adalah suatu partikel dasar
atom yang besar muatannya sama dengan muatan elektron tetapi tandanya
berlawanan.

52
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

c. Neutron
Rutherford (1920) meramalkan bahwa kemungkinan besar di dalam inti
terdapat partikel dasar yang tidak bermuatan. Akan tetapi karena netralnya, maka
partikel ini sukar dideteksi. Selanjutnya tahun 1932 James Chadwick dapat
menemukan neutron. Dari reaksi inti, partikel He dengan massa 4 dapat ditangkap
oleh boron (Ar = 11) menghasilkan nitrogen (Ar = 14) dan neutron dengan massa 1.
Reaksi inti ini ditunjukkan oleh persamaan : 2He4 + 5B11  7N14 + 0n1
Dengan demikian maka partikel elektron, proton dan neutron merupakan penyusun
dasar suatu materi.

Gambar 5. Percobaan Rutherford


Sifat-sifat partikel-partikel dasar penyusun atom yang dikemukan di atas dapat
ditabulasikan berikut ini.

Tabel 1. Beberapa sifat partikel dasar penyusun atom

Massa Muatan
Partikel dan Relatif Relatif
Penemu Sesungguhnya
Lambang terhadap Sesungguhnya terhadap
(gram)
proton proton
Goldstein +4,803 x 10-14 ses
Proton (p) 1,673 x 10-24 1 +1
(1886) (+1,6 x 10-19 C)
James
Neutron (n) Chadwick 1,675 x 10-24 1 0 0
(1932)
J. J.
-4,803 x 10-30 ses
Elektron (e) Thomson 9,11 x 10-28 1/1836 -1
(- 1,9 x 10-19 C)
(1897)

Catatan : ses = satuan elektrostatis


C = Coulomb

53
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

1.4. Model Atom Rutherford dan Kelemahannya


Eksperimen yang dilakukan Rutherford adalah penembakan lempeng tipis
dengan partikel alpha. Ternyata partikel itu ada yang diteruskan, dibelokkan atau
dipantulkan. Berarti di dalam atom terdapat susunan-susunan partikel bermuatan
positif dan negatif. Hipotesa dari Rutherford adalah atom yang tersusun dari inti
atom dan elektron yang mengelilinginya. Inti atom bermuatan positif dan massa
atom terpusat pada inti atom. Rutherford mengajukan teori atomnya, yaitu:
a) Sebagian besar atom berupa ruang kosong, sehingga semua massa atom
terpusat pada inti atom yang sangat kecil.
b) Atom disusun dari:
i. Inti atom yang bermuatan positif.
ii. Elektron-elektron yang bermuatan negatif yang mengelilingi inti atom
c) Seluruh proton terpusat di dalam inti atom.
d) Banyaknya proton di dalam inti sama dengan jumlah elektron yang
mengelilingi inti atom, sehingga atom bersifat netral.

Gambar 6. Ernest Rutherford


Dari teorinya, Rutherford memodelkan atom sebagaimana pada sistem tata surya,
yaitu elektron-elektron bergerak mengelilingi inti atom seperti planet-planet
mengitari matahari. Sebagai contoh, atom hidrogen mempunyai inti yang bermuatan
+1, maka muatan ini diimbangi oleh 1 elektron yang mengitari inti.

Satu kelemahan dari postulat Rutherford adalah


selama elektron bergerak dalam suatu orbit, maka ada
percepatan menuju ke pusat, elektron ini secara
kontinyu mengemisikan radiasi dan secara berangsur-
angsur akan melepaskan energi yang akhirnya akan
Gambar 7. Model Atom Rutherford

54
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

jatuh ke dalam inti. Hal ini adalah tidak mungkin terjadi karena atom itu stabil lagi
pula model ini tidak dapat memperoleh data dari penelitian spektrum atom unsur-
unsur.

Gambar 8. Kelemahan Model Atom Rutherford

1.5. Model Atom Bohr


Kelemahan dari Rutherford diperbaiki oleh Niels
Bohr dengan percobaannya menganalisa spektrum warna
dari atom hidrogen yang berbentuk garis. Niels Bohr
adalah seorang ahli fisika Denmark. Tahun 1913 Bohr
mengusulkan suatu model atom yang dapat dijelaskan
melalui spektra hidrogen. Ia menerima konsep ini seperti
yang diusulkan oleh Rutherford, akan tetapi dengan
menerapkan teori kuantum radiasi seperti yang dikembangkan oleh Planck dan
Einstein dalam menerangkan sifat-sifat sistem planet elektron.

Gambar 9. Niels Bohr

Postulat Bohr berbunyi:


a. Elektron dalam suatu atom bergerak mengitari sekeliling inti pada orbit tertentu.
Setiap orbit mempunyai tingkat energi tertentu dan energi suatu elektron adalah
tetap selama berada pada orbitnya. Elektron yang berada pada tingkat ini
disebut tingkat stasioner dan setiap tingkat energi dinamakan tingkat energi
atau kulit. Elektron pada tingkat energi ini tidak meradiasikan energi.

55
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Gambar 10. Model Atom Bohr

b. Emisi dan absorpsi energi dalam bentuk radiasi hanya dapat dihasilkan jika suatu
elektron pindah dari tingkat stasioner ke tingkat lainnya.
c. Energi tidak diemisikan atau diabsorpsi secara pelan-pelan, tetapi dalam
satuan/paket hυ (disebut kuantum), dengan h adalah tetapan Planck dan υ
adalah frekuensi energi yang diradiasikan.
d. Lebih jauh tingkat energi dari inti, maka lebih besar pula energinya. Energi
diabsorpsi bila elektron melompat dari orbit bagian dalam ke orbit yang lebih
luar. Energi akan diemisikan bila elektron bergerak dari orbit yang luar ke orbit
yang lebih dalam. Besarnya kuantum yang diemisikan atau diabsorpsikan dapat
ditentukan dari tingkat energi elektron mula-mula dan tingkat akhir setelah
mencapai keadaan stasioner. Bila E2 dan E1 masing-masing adalah tingkat energi
awal dan akhir, sedang υ adalah frekuensi maka:

E = E1-E2 = hυ

e. Energi yang ada pada setiap orbit dipengaruhi oleh kondisi di mana momentum
anguler (m v r) elektron yang bergerak dalam orbitnya mempunyai nilai tertentu
yang secara sederhana merupakan kelipatan dari h/2υ.
Dengan m = massa elektron, v = kecepatan, r = jari-jari orbit, h = tetapan
Planck, dan n = orbit yang ditempati elektron (1, 2, 3, …… atau
sesuai huruf K, L, M, … …. ).

56
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Kelebihan atom Bohr adalah bahwa atom terdiri dari beberapa kulit untuk tempat
berpindahnya elektron. Kelemahan model atom ini adalah: tidak dapat menjelaskan
spektrum warna dari atom berelektron banyak. Sehingga diperlukan model atom
yang lebih sempurna dari model atom Bohr.

Kelebihan dan kelemahan dari masing-masing model atom dari mulai model atom
Dalton sampai dengan model atom Niels Bohr.

Model Atom Kelebihan Kelemahan

Menurut Mulai membangkitkan minat Tidak menerangkan hubungan


Dalton seperti terhadap penelitian mengenai antara larutan senyawa dan daya
bola pejal model atom hantar arus listrik, jika atom
merupakan bagian terkecil dari
suatu unsur dan tidak dapat
dibagi lagi

Menurut Membuktikan adanya partikel Belum dapat menerangkan


Thomson lain yang bermuatan negatif bagaimana susunan muatan
seperti roti dalam atom. Berarti atom bukan positif dalam bola dan jumlah
kismis merupakan bagian terkecil dari elektron
suatu unsur. Selain itu juga
memastikan bahwa atom
tersusun dari partikel yang
bermuatan positif dan negatif
untuk membentuk atom netral.

Rutherford Membuat hipotesa bahwa atom Model tersebut tidak dapat


seperti planet tersusun dari inti atom dan menerangkan mengapa elektron
bumi elektron yang mengelilingi inti tidak pernah jatuh ke dalam inti
mengelilingi sesuai dengan teori fisika klasik
matahari

Niels Bohr Mempu membuktikan adanya Hanya dapat menerangkan atom-


seperti bola, lintasan elektron untuk atom atom yang memiliki elektron
dengan inti hidrogen tunggal seperti gas hidrogen,
atom yang tetapi tidak dapat menerangkan
dikelilingi spektrum warna dari atom-atom
sejumlah yang memiliki banyak elektron
elektron

57
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Model atom Niels Bohr dapat menjelaskan inti atom yang bermuatan positif yang
dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif di dalam suatu lintasan. Elektron
dapat berpindah dari satu lintasan ke yang lain dengan menyerap atau memancarkan
energi sehingga energi elektron atom itu tidak berkurang. Model atom Bohr ini
merupakan model atom yang mudah dipahami, namun Bohr hanya dapat
menjelaskan untuk atom berelektron sedikit dan tidak dapat menjelaskan bagaimana
adanya sub lintasan-lintasan yang terbentuk diantara lintasan-lintasan elektron.
Karena itu dalam perkembangan selanjutnya, teori atom dikaji dengan
menggambarkan pendekatan teori atom mekanika kuantum.

Perkembangan muktahir di bidang mekanika kuantum dimulai dari teori Max Planck
yang mengemukakan kuanta-kuanta energi dilanjutkan oleh Louis de Broglie
tentang dualisme partikel, kemudian oleh Werner Heisenberg tentang prinsip
ketidakpastian dan yang terakhir saat ini adalah Erwin Schrodinger tentang
persamaan gelombang.

Mekanika kuantum ini dapat menerangkan kelemahan teori atom Bohr tentang garis-
garis terpisah yang sedikit berbeda panjang gelombangnya dan memperbaiki model
atom Bohr dalam hal bentuk lintasan elektron dari yang berupa lingkaran dengan
jari-jari tertentu menjadi orbital dengan bentuk ruang tiga dimensi yang tertentu.

2. Teori Kuantum
Teori kuantum dari Max Planck mencoba menerangkan radiasi karakteristik yang
dipancarkan oleh benda mampat. Radiasi inilah yang menunjukan sifat partikel dari
gelombang. Radiasi yang dipancarkan setiap benda terjadi secara tidak kontinyu
(discontinue) dipancarkan dalam satuan kecil yang disebut kuanta (energi kuantum).
Planck berpendapat bahwa kuanta yang berbanding lurus dengan frekuensi tertentu
dari cahaya.
E=hυ
E = Energi kuantum
h = Tetapan Planck = 6,626 x 10-34 J.s
υ = Frekuensi
Planck menganggap hawa energi elektromagnetik yang diradiasikan oleh benda,
timbul secara terputus-putus walaupun penjalarannya melalui ruang merupakan
gelombang elektromagnetik yang kontinyu.

58
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Einstein mengusulkan bukan saja cahaya yang dipancarkan menurut suatu kuantum
pada saat tertentu tetapi juga menjalar menurut kuanta individual. Hipotesis ini
menerangkan efek fotolistrik, yaitu elektron yang terpancar bila frekuensi cahaya
cukup tinggi, terjadi dalam daerah cahaya tampak dan ultra ungu. Hipotesa dari Max
Planck dan Einstein menghasilkan rumusan empiris tentang efek fotolistrik yaitu :

h υ = Kmaks + h υ o

hυ = Isi energi dari masing-masing kuantum cahaya datang


Kmaks = Energi fotoelektron maksimum
h υo = Energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan sebuah elektron
dari permukaan logam yang disinari

Tidak semua fotoelektron mempunyai energi yang sama sekalipun frekuensi


cahaya yang digunakan sama. Tidak semua energi foton (hv) bisa diberikan pada
sebuah elektron. Suatu elektron mungkin akan hilang dari energi awalnya dalam
interaksinya dengan elektron lainnya di dalam logam sebelum ia lenyap dari
permukaan. Untuk melepaskan elektron dari permukaan logam biasanya
memerlukan separuh dari energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari
atom bebas dari logam yang bersangkutan.

Penafsiran Einstein mengenai fotolistrik dikuatkan dengan emisi termionik.


Dalam emisi foto listrik, foton cahaya menyediakan energi yang diperlukan oleh
elektron untuk lepas, sedangkan dalam emisi termionik kalorlah yang
menyediakannya.

Usul Planck bahwa benda memancarkan cahaya dalam bentuk kuanta tidak
bertentangan dengan penjalaran cahaya sebagai gelombang. Sementara Einstein
menyatakan cahaya bergerak melalui ruang dalam bentuk foton. Kedua hal ini baru
dapat diterima setelah eksperimen Compton. Eksperimen ini menunjukan adanya
perubahan panjang gelombang dari foton yang terhambur dengan sudut (φ) tertentu
oleh partikel bermassa diam (mo). Perubahan ini tidak bergantung dari panjang
gelombang foton datang ( λ).

59
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Hasil pergeseran compton sangat kecil dan tidak terdeteksi. Hal ini terjadi
karena sebagian elektron dalam materi terikat lemah pada atom induknya dan
sebagian lainnya terikat kuat. Jika elektron d timbulkan oleh foton, seluruh atom
bergerak, bukan hanya elektron tunggalnya.

Untuk lebih memahami tinjauan teori kuantum dan teori gelombang yang
saling melengkapi, marilah kita amati riak yang menyebar dari permukaan air jika
kita menjatuhkan batu ke permukaan air. Pernahkan Anda perhatikan hal ini ?

Riak yang menyebar pada permukaan air akan hilang


dengan masuknya batu ke dasar.

Analogi ini dapat menjelaskan energi yang dibawa cahaya terdistribusi secara
kontinyu ke seluruh pola gelombang. Hal ini menurut tinjauan teori gelombang
sedangkan menurut teori kuantum, cahaya menyebar dari sumbernya sebagai
sederetan konsentrasi energi yang teralokalisasi masing-masing cukup kecil
sehingga dapat diserap oleh sebuah elektron.

Teori gelombang cahaya menjelaskan difraksi dan interferensi yang tidak dapat
dijelaskan oleh teori kuantum. Sedangkan teori kuantum menjelaskan efek fotolistrik
yang tidak dapat dijelaskan oleh teori gelombang.

Perhatikan gambar berikut :

Gambar 11 (a) Teori gelombang cahaya menjelaskan difraksidan interferensi yang


tidak dapat dijelaskan oleh teori kuantum (b) Teori kuantum menjelaskan efek
fotolistrik yang tidak dapat di jelaskan oleh teori gelombang.

60
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Bila cahaya melalui celah-celah, cahaya berlalu sebagai gelombang, ketika tiba di
layar cahaya berlalu sebagai partikel. Berdasarkan data tersebut, dilakukan
eksperimen lanjutan yang meneliti sifat dualisme gelombang dan partikel.

2.1. Dualisme Gelombang dan Partikel


Louis de Broglie meneliti keberadaan gelombang melalui eksperimen difraksi
berkaselektron. Dari hasil penelitiannya inilah diusulkan “materi mempunyai sifat
gelombang di samping partikel”, yang dikenal dengan prinsip dualitas. Sifat
partikel dan gelombang suatu materi tidak tampak sekaligus, sifat yang tampak
jelas tergantung pada perbandingan panjang gelombang de Broglie dengan
dimensinya serta dimensi sesuatu yang berinteraksi dengannya.

Partikel yang bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung teori ini
adalah petir dan kilat. Pernahkan Anda mendengar bunyi petir dan melihat kilat
ketika hujan turun? Manakah yang lebih dulu terjadi, kilat atau petir?

Kilat akan lebih dulu terjadi daripada petir. Kilat menunjukan sifat gelombang
berbentuk cahaya, sedangkan petir menunjukan sifat pertikel berbentuk suara.
Hipotesis de Broglie dibuktikan oleh C. Davidson an LH Giermer (Amerika
Serikat) dan GP Thomas (Inggris).

Prinsip dualitas inilah menjadi titik pangkal berkembangnya mekanika kuantum


oleh Erwin Schrodinger.

2.2. Model Atom Mekanika Gelombang


Pada tahun 1924, Louis de Broglie ahli fisika Prancis pemenang hadiah Nobel
tahun 1929, menyimpulkan bahwa elektron dalam atom dapat dipandang sebagai
partikel dan gelombang. Sebagai akibat dualistis sifat elektron, Heisenberg
pemenang hadiah nobel untuk bidang fisika tahun 1926 mengemukakan azas
ketidakpastian, yakni tidak mungkin mengetahui secara bersamaan kedudukan dan
kecepatan gerak elektron. Dengan alasan ini lintasan elektron yang digambarkan
Bohr tidak mungkin ada. Yang dapat dikatakan adalah elektron dalam atom
mempunyai kebolehjadian ditemukan dalam ruang-ruang tertentu dalam atom yang

61
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

disebut orbital. Gagasan bahwa elektron berada dalam orbital-orbital di seputar


inti atom merupakan model atom yang mutakhir.

2.3. Erwin Schrodinger


Sebelum Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg
mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip
ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum
suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah
kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom”.
Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron
disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin
Schrodinger. Erwin Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk
mendapatkan fungsi gelombang untuk menggambarkan batas kemungkinan
ditemukannya elektron dalam tiga dimensi.

x,y dan z = Posisi dalam tiga dimensi


Ψ = Fungsi gelombang
m = Massa
= h/2π dimana h = konstanta plank dan π = 3,14
E = Energi total
V = Energi potensial

Persamaan gelombang dari Schrodinger ini cukup rumit sehingga akan dipelajari
dalam fisika kuantum pada tingkat perguruan tinggi.

62
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Awan elektron disekitar inti menunjukkan tempat kebolehjadian elektron. Orbital


menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama
atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk
kulit. Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri dari
beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi posisi orbitalnya belum tentu
sama.
Untuk menentukan posisi orbital digunakan 4 bilangan kuantum, yaitu bilangan
kuantum utama (n), bilangan kuantum sekunder/azimut (ℓ), bilangan kuantum magnetik
(m) dan bilangan kuantum spin (s).
a. Bilangan kuantum utama (n)
Bilangan kuantum utama menentukan besarnya tingkat energi suatu elektron
dalam atom yang mencirikan ukuran orbital. Bilangan kuantum utama (n) dapat
berharga 1,2,3,4,…..dst. selain itu biasanya harga n disesuaikan dengan tingkat
energi dan kulit – kulit elektron pada atom Bohr. Bilangan kuantum ini hanya
mempunyai nilai positif dan bilangan bulat bukan nol. Makin besar nilai n, maka
makin besar pula ukuran orbital. Contoh:
Kulit K L M N dst
Nilai n 1 2 3 4 dst

b. Bilangan kuantum azimuth (ℓ)


Setiap kulit (tingkat energi) tersusun dari beberapa subkulit (subtingkat energi)
yang masing – masing subkulit dicirikan oleh bilangan kuantum azimuth yang
diberi lambang ℓ. Nilai bilangan kuantum ini menentukan bentuk ruang orbital
dan besarnya momentu sudut elektron. Misal, setiap elektron dengan harga ℓ = 0

63
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

akan mempunyai ruang orbital seperti bola yang berarti kebolehjadian untuk
menemukan elektron dari atom ke segala arah dan bernilai sama. Bilangan
kuantum azimuth mempunyai harga dari 0 sampai dengan (n – 1) untuk setiap n,
dan menunjukkan letak elektron dalam subkulit. Untuk setiap subkulit diberi
lambang berdasarkan harga bilangan kuantum ℓ.
i. Subkulit yang mempunyai harga l =0 diberi lambang s
ii. Subkulit yang mempunyai harga l =1 diberi lambang p
iii. Subkulit yang mempunyai harga l =2 diberi lambang d
iv. Subkulit yang mempunyai harga l =3 diberi lambang f
Tabel Keterkaitan Jumlah Kulit dengan Banyaknya Subkulit serta Jenis Subkulit
dalam atom

kulit Bilangan Bilangan Jenis Jumlah


kuantum utama kuantum azimut subkulit subkulit
yang mungkin

K 1 0 1s 1

L 2 0 2s 2

1 2p

0 3s

M 3 1 3p 3

2 3d

0 4s

N 4 1 4p 4

2 4d

3 4f

64
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

c. Bilangan kuantum magnetik (m)


Bilangan kuantum magnetik ini menentukan arah orientasi dari orbital di dalam
ruang relative terhadap orbital yang lain. Dengan demikian untuk setiap satu
subkulit terdapat beberapa orbital yang dicirikan oleh nilai m.
Untuk setiap subkulit (setiap nilai l) akan terdiri dari beberapa orbital dengan
nilai m antara –l sampai dengan +l. jadi untuk subkulit s dengan harga l = 0
hanya ada sebuah harga m = 0, subkulit p dengan harga l = 1 mempunyai tiga
harga m, yaitu m= -1, m = 0, dan m= +1. dan untuk harga l = 2 mempunyai 5
harga m yaitu -2, -1, 0, +1, dan +2.

Contoh :
ℓ = 0 (subkulit s) mempunyai nilai m = 0  1 orbital
0

ℓ = 1 (subkulit p) mempunyai nilai m = -1


m=0 3 orbital
m = +1 -1 0 +1

ℓ = 2 (subkulit d) mempunyai nilai m = -2


m = -1 5 orbital
m=0 -2 -1 0 +1 +2
m = +1
m = +2

d. Bilangan kuantum spin (s)


Bilangan kuantum spin menunjukkan arah (rotasi) elektron. Bilangan kuantum
spin merupakan bilangan kuantum yang terlepas dari pengaruh momentum
sudut. Hal itu berarti bilangan kuantum sin tidak berhubungan secara langsung
dengan tiga bilangan kuantum yang lain.
Bilangan kuatum spin bukan merupakan hasil dari penyelesaian persamaan
gelombang, tetapi didasarkan pada pengamatan Otto Stern dan Walter Gerlach
terhadap spektrum atom yang dilwatkan pada medan magnet, dan ternyata
didapat dua spektrum yang terpisah dengan kerapatan yang sama. Kesimpulan
ang diperoleh bahwa terjadinya pemisahan garis spektrum oleh medan magnet
dimungkinkan karena elektron – elektron tersebut selama mengelilingi inti
berputar pada sumbunya dengan arah yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut
diusulkan adanya bilangan kuantum spin (s) untuk menandai arah putaran spin

65
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

elektron pada sumbunya. Setiap elektron dapat berputar pada sumbunya sesuai
dengan arah jarum jam atau berlawanan arah dengan jarum jam. Maka
probabilitas elektron berputar searah jarum jam adalah ½ dan probabilitas
berputar berlawanan dengan arah jarum jam adalah ½ . untuk membedakan arah
putarannya maka diberi tanda negatif dan positif. Jadi, bilangan spin hanya ada
dua macam, yaitu + ½ atau – ½ .

s=-½ s=+½

Hubungan ke empat bilangan kuantum

66
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

3. Nomor Atom dan Nomor Massa


Suatu atom memiliki sifat dan massa yang khas satu sama lain. Dengan penemuan
partikel penyusun atom dikenal istilah nomor atom (Z) dan nomor massa (A).
3.1. Nomor Atom (Z)
Jumlah proton dalam suatu atom disebut nomor atom yang diberikan
lambang Z. Nomor atom ini merupakan ciri khas suatu unsur, karena
atom bersifat netral maka jumlah proton sama dengan jumlah
elektronnya. Sehingga nomor atom juga menunjukan jumlah elektron.

Elektron inilah yang nantinya paling menentukan sifat suatu unsur.


Nomor atom ditulis agak ke bawah sebelum lambang unsur. Atom
oksigen mempunyai 8 proton dan 8 elektron sehingga nomor atomnya
8.

3.2. Nomor Massa (A)


Seperti diuraikan sebelumnya massa elektron sangat kecil, dianggap
nol. Sehingga massa atom ditentukan oleh inti atom yaitu proton dan
neutron. Nomor massa ditulis agak ke atas sebelum lambang unsur.
Atom oksigen mempunyai nomor atom 8 dan nomor massa 16,
sehingga atom oksigen mengandung 8 proton dan 8 neutron.

Nomor Massa (A) = Jumlah proton + Jumlah neutron

atau

Jumlah neutron = Nomor massa – Nomor atom

Penulisan lambang atom unsur menyertakan nomor atom dan nomor


massa.
dimana :
A = nomor
massa
Z = nomor
atom
X = lambang
unsur

67
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Contoh :
Hitunglah jumlah proton, elektron dan neutron dari unsur berikut:
1. 2. 3.

Jawab :

Jumlah proton = 19 ----------


1. Jumlah elektron = 19 --------- }sama dengan nomor atom
Jumlah neutron = 39 – 19 = 20

Jumlah proton = 13
2. Jumlah elektron = 13
Jumlah neutron = 27 – 13 = 14

Jumlah proton = 26
3. Jumlah elektron = 26
Jumlah neutron = 56 – 26 = 30

LATIHAN
1. Tulislah lambang atom suatu unsur yang mempunyai nomor massa 52
dan nomor atom 24.

2. Tentukan nomor atom dan nomor massa serta lambang dari atom yang
mengandung :
a. 28 proton dan 31 neutron
b. 4 proton dan 5 neutron

4. Isotop, Isobar dan Isoton


Setelah penulisan lambang atom unsur dan penemuan partikel penyusun atom,
ternyata ditemukan adanya unsur-unsur yang memiliki jumlah proton yang sama
tetapi memiliki massa atom yang sama dan ada pula unsur-unsur yang memiliki
jumlah neutron sama atau massa atom yang sama tetapi nomor atom berbeda. Untuk
itu dikenalkanlah istilah isotop, isoton dan isobar.

4.1. Isotop
Atom yang mempunyai nomor atom yang sama tetapi memiliki nomor massa yang
berbeda disebut dengan isotop.

68
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Contoh :

p =7 p =7 p =7

e =7 e =7 e =7

n =6 n =7 n =8

Setiap isotop satu unsur memiliki sifat kimia yang sama karena jumlah elektronnya
sama.Isotop-isotop unsur ini dapat digunakan untuk menentukan massa atom relatif
(Ar), atom tersebut berdasarkan kelimpahan isotop dan massa atom semua isotop.

Contoh:
Oksigen di alam terdiri dari 3 isotop dengan kelimpahan sebagai berikut

Hitunglah massa atom rata-rata (Ar) dari unsur oksigen ini?


Jawab :

4.2. Isoton
Seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya, bahwa neutron adalah selisih antara
nomor massa dengan nomor atom; maka isoton tidak dapat terjadi untuk unsur yang
sama.
Contoh:

69
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

4.3. Isobar
Isobar adalah unsur-unsur yang memiliki nomor massa yang sama. Adanya isotop
yang membuat adanya isobar.

Sehingga antara dan merupakan isobar.

5. Konfigurasi Elektron
Konfigurasi elektron yang telah dipelajari di kelas X berdasarkan jumlah
elektron yang terdapat pada kulit-kulit, sedangkan sekarang Anda akan mempelajari
penyebaran elektron ke dalam orbital, subkulit dan kulit. Konfigurasi elektron ialah
penyusunan atau pengaturan elektron berdasarkan tingkat energinya dalam suatu
atom. Pedoman yang digunakan dalam penulisan konfigurasi elektron adalah Azas
Aufbau, Azas Larangan Pauli dan Kaidah Hund.
5.1. Azas Aufbau
Azas Aufbau (berasal dari bahasa Jerman yang berarti membangun) menyatakan
bahwa: “Pengisian elektron dimulai dari subkulit yang berenergi paling rendah
dilanjutkan pada subkulit yang lebih tinggi energinya”.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka urutan pengisian (kofigurasi) elektron
mengikuti tanda panah pada gambar berikut!

Gambar 12. Diagram curah hujan

70
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Perhatikan contoh penulisan konfigurasi elektron dari beberapa atom berikut!

LATIHAN
Buatlah konfigurasi elektron untuk atom unsur-unsur dengan tanda atom sebagai
berikut:

Bagaimana konfigurasi elektron dengan nomor-nomor besar atau banyak?


Unsur - unsur dengan nomor atom besar atau banyak tentunya akan terlihat lebih
panjang dan tidak praktis. Untuk itu, konfigurasi elektron atom berelektron banyak
dapat disingkat penulisannya dengan penulisan lambang unsur gas mulia yang sesuai.
Konfigurasi elektron gas mulia:
2He : 1s2
10Ne : 1s2 2s2 2p6
18Ar : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
36Kr : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6
54Xe : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6
86Rn : 1s2 2s2 3p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d10 6p6

71
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Konfigurasi elektron untuk 20Ca adalah


20Ca = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2
Dapat Anda singkat penulisannya menjadi seperti berikut ini :
20Ca : [Ar] 4s2
Elektron pada atom Argon = 18 sehingga Anda hanya menuliskan subkulit yang berisi
elektron sebanyak sisa dari seluruh elektron atom tersebut.
Skema ini digunakan untuk memudahkan dalam menyingkat.

Penjelasan yang sudah Anda pelajari merupakan konfigurasi elektron untuk


atom, bagaimana untuk ion?
Ion bermuatan positip adalah atom netral yang melepaskan sebagaian elektronnya.
Elektron yang dilepaskan letaknya pada kulit terluar, sehingga penulisan konfigurasi
elektronnya sama dengan atom netralnya dikurangi sebanyak elektron yang
dilepaskan.
Contoh:
19K memiliki konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1. Jika berbentuk ion K+ maka
elektron pada kulit terluarnya akan melepas sebanyak 1, sehingga konfigurasi
elektronnya menjadi 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6.
Bagaimana dengan ion bermuatan negatif?
Ion bermuatan negatif adalah atom netral yang menerima atau menyerap elektron.
Elektron yang diterima ini akan menempati orbital dari subkulit terluar yang belum
penuh atau maksimum, sehingga penulisan konfigurasi elektronnya sama dengan
atom netralnya ditambah dengan elektron yang diterima.

72
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Contoh:
9F memiliki konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p5. Jika berbentuk ion F- maka elektron
pada kulit terluar akan bertambah sebanyak 1, sehingga konfigurasi elektronnya
menjadi 1s2 2s2 2p6.

Hal lain yang harus Anda perhatikan dalam menuliskan konfigurasi elektron adalah
kestabilan. Atom akan lebih stabil bila kulit atau subkulit terisi elektron penuh atau
setengah penuh.
Contoh:
Konfigurasi elektron 24Cr yang benar adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5 bukan 1s2 2s2
2p6 3s2 3p6 4s2 3d4. Karena orbital d maksimum berisi 10 elektron maka akan lebih
stabil jika orbital d diisi 5 atau 10 elektron.

Kita ingat kembali bahwa :


1. Orbital-orbital dilambangkan dengan kotak
2. Elektron dilambangkan sebagai tanda panah dalam kotak
3. Banyaknya kotak ditentukan berdasarkan bilangan kuantum magnetik, yaitu:

4. Untuk orbital-orbital yang berenergi sama dilambangkan dengan sekelompok


kotak yang bersisian, sedangkan orbital dengan tingkat energi berbeda
digambarkan dengan kotak yang terpisah
5. Satu kotak orbital berisi 2 elektron, satu tanda panah mengarah ke atas dan satu
lagi mengarah ke bawah

Pembuatan konfigurasi elektron dalam diagram orbital memenuhi aturan atau kaidah
Hund.

73
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

5.2.Kaidah Hund
Friedrich Hund (1927), seorang ahli fisika dari Jerman mengemukakan aturan
pengisian elektron pada orbital yaitu : “orbital-orbital dengan energi yang sama,
masing-masing diisi lebih dulu oleh satu elektron arah (spin) yang sama atau setelah
semua orbital masing-masing terisi satu elektron kemudian elektron akan memasuki
orbital-orbital secara urut dengan arah (spin) berlawanan”.
Contoh :

5.3.Azas Larangan Pauli


W. Pauli (1924) mengemukakan Azas Larangan Pauli “Tidak boleh ada elektron
dalam satu atom yang memiliki ke empat bilangan kuantum yang sama”
2p3
benar

salah

3d6
benar

Salah

Marilah kita buktikan pernyataan Pauli dengan contoh seperti ini!


Sebuah atom memiliki 8 elektron pada kulit L. Posisi elektron-elektron tersebut
digambarkan dalam orbital sebagai berikut:

74
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Tuliskan ke empat bilangan kuantum yang dimiliki oleh elektron ke-3 dan elektron
ke-6 pada subkulit p tersebut!
Bagaimana menyelesaikannya, ikutilah penyelesaian berikut ini!
 Elektron ke-3 pada subkulit p dan kulit L
Pada kulit L memiliki bilangan kuantum utama n=2. Sedangkan untuk
subkulit p memiliki bilangan kuantum azimuth ℓ =1 dan orbital pada
kolom ke-3 memiliki bilangan kuantum magnetik m=+1, serta arah rotasi
ke atas maka bilangan kuantum spin s = +½. Jika digabungkan n= 2, ℓ =1,
m= +1, s= +½.
 Elektron ke-6 hanya berbeda pada arah rotasi dengan elektron ke-3, maka
ke empat bilangan kuantum yang dimiliki elektron ke-6 adalah n=2, ℓ =1,
m=+1, s=-½
Jadi, telah terbukti pernyataan Pauli!

6. Sistem Periodik
Setelah ditemukan unsur-unsur di alam maka para ahli kimia berusaha
mengklasifikasikan unsur-unsur berdasarkan persamaan sifat-sifat ke dalam
kelompok-kelompok. Tujuan pengelompokan ini adalah untuk memudahkan
menggambarkan senyawa jika unsur tersebut bergabung dengan unsur lain.

6.1. Pengelompokan Unsur-Unsur dan Perkembangannya

Pengetahuan berbagai sifat fisis dan kimia yang dimiliki oleh unsur dan
senyawanya telah banyak dikumpulkan oleh para ahli sejak dahulu. Akan tetapi
pengetahuan tadi masih merupakan fakta-fakta yang terpisah-pisah, sehingga
untuk mempermudah mempelajari, memahami, serta mengingat maka
diperlukan penyusunan berdasarkan kesamaan atau kemiripan sifat-sifatnya.

Tabel Sistem Periodik merupakan suatu cara untuk menyusun dan


mengklasifikasi unsur-unsur, dimana unsur-unsur yang mirip sifatnya diletakkan

75
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

pada kelompok yang sama. Dengan melihat Tabel Sistem Periodik, para
kimiawan dalam sekejap dapat menginformasikan unsur-unsur mana yang
mempunyai kemiripan sifat.

Pengelompokan unsur-unsur yang paling awal dan sederhana berdasarkan sifat-


sifatnya adalah menjadi kelompok logam dan non-logam.

Logam Non Logam

Mempunyai kilap logam Tidak mengkilap

Dapat ditempa Tidak dapat menghantarkan panas atau


listrik

Menghantarkan panas dan listrik Pada umumnya berupa gas atau cairan

Umumnya berupa padatan

Lavoisier dalam bukunya (1789) mencatat 16 unsur logam dan 7 unsur bukan
logam saat itu, yaitu:

Kelompok logam:

Emas Antimon Kobal Perak

Tembaga Besi Mangan Platina

Timah Molibden Nikel Raksa

Seng Wolfram Timbal Bismut

Kelompok bukan logam:

Belerang Hidrogen Oksigen

Arsen Pospor Nitrogen

Karbon

Johann W. Dobereiner (1817) adalah orang pertama yang menemukan


adanya hubungan antara sifat unsur dan massa atom relatifnya. Temuan
Dobereiner adalah:

76
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Jika tiga unsur yang sama sifatnya disusun secara berurutan menurut
bertambahnya massa atom relatifnya, maka:

 Massa atom relatif unsur yang kedua merupakan rata-rata massa atom
relatif unsur pertama dan ketiga.
 Sifat lain unsur yang kedua menunjukkan sifat antara yang pertama dan
ketiga.

Selanjutnya kelompok tiga unsur ini disebut “triade”. Mari kita perhatikan
contoh berikut.

Tabel Triade Doberaine

Massa Atom Relatif


Triade Massa Atom Relatif
Unsur Kedua
Li 6,940
Na 22,997 6,940 − 39,100
= 23,02
K 39,100 2

Ca 40,08
Sr 87,63 6,940 − 39,100
= 23,02
Ba 137,36 2

Meskipun triade Dobereiner ini masih jauh dari sempurna, namun temuan ini
mendorong orang untuk menyusun daftar unsur-unsur lebih lanjut sesuai dengan
sifat-sifatnya.
John Newlands (1865) menemukan hubungan lain antara sifat unsur dengan massa
atom relatif, sesuai dengan hukum yang disebutnya “hukum oktaf”. Ia menyusun
unsur-unsur ke dalam kelompok tujuh unsur dan setiap unsur kedelapan
mempunyai sifat yang mirip dengan unsur pertama, unsur kesembilan mirip
dengan unsur kedua, dan seterusnya.

77
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Tabel. Daftar Newlands

Simpulan dari Daftar Newlands adalah:

Kelemahannya ialah:
 Tidak memperhitungkan letak unsur-unsur yang belum ditemukan
 Terdapat banyak pasangan unsur yang terpaksa ditempatkan pada satu
posisi daftar.

Begeyer de Chancourtois, adalah orang pertama yang berhasil


memperoleh suatu penyusunan unsur secara periodik berdasarkan fakta bahwa
jika unsur-unsur disusun menurut penurunan massa atom, diperoleh secara
periodik unsur yang sifatnya mirip.
De Chancourtois menggunakan harga massa atom relatif dalam garis lilitan
sebuah silinder tegak. Dibaginya permukaan badan silinder menjadi enambelas
bagian yang sama dengan garis yang sejajar dengan sumber silinder, berdasarkan
massa atom relatif oksigen-16. Kurva dialurkan dari dasar silinder ke atas dengan
sudut 45o. Kurva ini disebut “Telluric Screw” dan pada garis vertikal terdapat
unsur-unsur yang mirip sifatnya.

78
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Gambar 13. “Telluric screw” de Chancourtois

6.2. Sistem Periodik Pendek


Julius Lothar Meyer (1870 dari Jerman) menemukan hubungan yang lebih
jelas antara sifat unsur dan massa atom relatif. Ia menemukan keperiodikan sifat
unsur-unsur, jika unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatif.
Dalam mempelajari keperiodikan unsur-unsur ia lebih menekankan pada sifat-
sifat fisika.
Meyer membuat grafik dengan mengalurkan volume atom unsur terhadap
massa atom relatif. Volume atom unsur diperoleh dengan cara membagi massa
atom relatif dengan kerapatan unsur. Grafik menunjukkan bahwa unsur-unsur
yang sifatnya mirip terletak pada bagian grafik yang mirip bentuknya. Misalnya
Na, K, Rb terdapat di puncak grafik, ini menunjukkan bahwa ada hubungan
antara sifat unsur dengan massa atom relatifnya.
Di Rusia Mendeleyev (1869) juga menyusun satu daftar seperti yang
dilakukan Meyer yang terdiri dari 65 unsur yang telah dikenal pada masa itu.
Selain dari sifat fisika, ia menggunakan sifat-sifat kimia untuk menyusun daftar
unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatif.

Gambar 14. Dmitry Mendeleyev dan Sistem Periodik dalam prangko

79
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Mendeleyev mengungkapkan suatu hukum periodik yang berbunyi:

“Sifat unsur-unsur merupakan fungsi periodik dari massa atom relatifnya”

Tabel Sistem Periodik Mendeleyev yang telah disempurnakan (1871) terdiri atas
golongan (lajur tegak) dan periode (deret mendatar) seperti tampak pada tabel
halaman 32.

Keuntungan Tabel Periodik Mendeleyev dalam memahami sifat unsur ialah:

a) Sifat kimia dan sifat fisika unsur dalam satu golongan berubah secara teratur.
b) Dapat meramal sifat unsur yang belum diketemukan, yang akan mengisi tempat
kosong dalam daftar.
c) Tabel ini tidak mengalami perubahan setelah penemuan unsur-unsur gas mulia.

Kelemahan Tabel Periodik Mendeleyev:

 Panjang periode tidak sama.


 Triade besi (Fe, Co, dan Ni), triade platina ringan (Ru, Rh, dan Pd), dan triade
platina (Os, Ir, dan Pt) dimasukkan ke dalam golongan VIII.
 Selisih massa atom relatifnya antara dua unsur yang berurutan tidak teratur
(antara –1 dan +4), sehingga sukar untuk meramal unsur-unsur yang belum
ditemukan.
Tabel sistem periodik Mendeleyev

80
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

6.3. Golongan, Periode dan Konfigurasi Elektron Sistem Periodik Panjang


Henry Mosely melakukan percobaan menggunakan berbagai logam sebagai
antikatoda pada tabung sinar X. Moseley menyimpulkan bahwa ada perubahan
yang teratur dari energi sinar X sesuai dengan perubahan nomor atom dan bukan
massa atom relatif. Dengan demikian hukum periodik menjadi:

“Sifat unsur-unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atom”

Berikut kita pelajari Tabel Sistem Periodik sederhana, yaitu mulai nomor atom 1
(hidrogen) sampai nomor atom 20 (kalsium) seperti ditunjukkan gambar 15.
Kedua puluh unsur ini termasuk unsur-unsur utama dan nomor golongannya
dibubuhi huruf A. Unsur-unsur yang terletak pada lajur tegak disebut golongan.
Golongan-golongan diberi nomor I, II, III, dan seterusnya. Misalnya Golongan II
terdiri dari unsur-unsur berilium, magnesium, dan kalsium. Unsur-unsur dalam
deret mendatar disebut periode. Misalnya, delapan unsur-unsur mulai natrium
sampai argon terletak dalam periode.
Perhatikan pula struktur elektron unsur-unsur dalam gambar 15. Unsur-unsur
tersebut mempunyai pola yang sama. Dari litium sampai neon, banyaknya
elektron pada kulit terluar bertambah dari periode 1 sampai 8. Kemudian
terulang lagi pada periode berikutnya dari natrium pada periode 1 sampai argon
pada periode 8.
Dalam setiap golongan, banyaknya elektron pada kulit terluar setiap unsur selalu
sama sesuai nomor golongannya. Misalnya, fluor dan klor keduanya merupakan
unsur-unsur yang terletak pada golongan VII, maka kedua unsur tersebut
memiliki 7 elektron pada kulit terluarnya. Struktur elektron sangat penting untuk
memahami sifat-sifat unsur pada Tabel Sistem Periodik.

81
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Gambar 15. Konfigurasi elektron 20 unsur pertama dalam Sistem Periodik

82
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Gambar 16. Sistem Periodik bentuk panjang

Unsur-unsur utama yang terdiri dari delapan golongan dikenal dengan nama-
nama tertentu sebagai berikut.

Tabel Nama Golongan Unsur Utama

83
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

6.4. Sifat Keperiodikan Unsur

Yang dimaksud dengan sifat-sifat periodik ialah bahwa ada hubungan antara
sifat-sifat suatu unsur dengan letaknya pada Tabel Sistem Periodik. Sifat-sifat ini
berubah dan berulang secara periodik, sesuai dengan perubahan nomor atom dan
konfigurasi elektron. Berikut kita bahas tentang: jari-jari atom, energi ionisasi,
afinitas elektron, keelektronegatifan dan kelogaman.

a. Jari-jari atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron pada kulit terluar.
Dikenal pula jari-jari ion positif dan jari-jari ion negatif.
Untuk unsur-unsur segolongan:
Jari-jari atom makin ke bawah makin besar. Karena jumlah kulit yang dimiliki
atom semakin banyak, maka kulit terluar semakin jauh dari inti atom.
Untuk unsur-unsur seperiode:
Jari-jari atom semakin pendek dari kiri ke kanan. Sekalipun jumlah kulitnya
sama, tetapi banyaknya proton bertambah dan elektron tidak bertambah sehingga
elektron-elektron terluar tertarik lebih dekat ke arah inti.

Hubungan antara nomor atom dengan jari-jari atom digambarkan dalam grafik
berikut.

Gambar 17. Hubungan nomor atom dengan jari-jari atom

84
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Jari-jari ion positif:


Jika suatu atom melepaskan elektron sehingga terbentuk ion positif (kation),
X  X+ + 1 e
Pada kation jumlah proton lebih banyak daripada elektron dan mempunyai
konfigurasi elektron yang stabil seperti pada gas mulia.

Tabel Perbandingan atom dan kationnya

Jari-jari kation ini lebih kecil daripada jari-jari atomnya. Hal ini disebabkan
lepasnya elektron terluar mengakibatkan kulitnya berkurang.

Tabel ukuran jari-jari atom dan kationnya

85
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Jari-jari ion negatif:


Jika suatu atom menangkap elektron sehingga terbentuk ion negatif (anion),
Y + 1 e  Y-
Pada anion jumlah elektron lebih banyak daripada proton dan mempunyai
konfigurasi elektron yang stabil seperti pada gas mulia.

Tabel Perbandingan Atom dan Anionnya

Jari-jari anion ini lebih besar daripada jari-jari atomnya. Sebab tambahan
elektron ini mengakibatkan terjadi tolak-menolak antar elektron di kulit terluar.

Tabel Perbadingan Jari-jari Atom dan Anionnya

b. Energi ionisasi
Untuk melepas elektron terluar dari suatu atom dalam wujud gas diperlukan
energi. Energi minimum yang diperlukan ini disebut energi ionisasi pertama.
Selain itu dikenal pula energi ionisasi kedua, ketiga, dan seterusnya. Energi
ionisasi kedua, berarti energi minimum yang diperlukan untuk melepas elektron

86
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

kedua dari suatu ion yang bermuatan +1. Besarnya energi ionisasi 20 unsur
pertama tampak pada Tabel berikut.

Tabel Harga Energi Ionisasi 20 Unsur Pertama (kJ. mol-1)

Secara umum disimpulkan, bahwa:


 Semakin besar energi ionisasi, semakin sukar atom itu melepaskan
elektron terluarnya. Jadi semakin stabil atom tersebut.
 Energi ionisasi unsur-unsur dalam satu golongan dari atas ke bawah
berkurang dan dalam satu periode dari kiri ke kanan bertambah besar.

87
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

c. Afinitas Elektron
Jika suatu atom dalam wujud gas menerima elektron, maka dilepaskan energi.
Energi yang dilepas ini disebut afinitas elektron.
X (g) + e  X- (g)

Masih banyak atom-atom yang belum diketahui harga afinitas elektronnya,


karena penentuan harga afinitas elektron secara langsung sulit dilakukan. Secara
umum disimpulkan, bahwa:

Semakin besar harga afinitas elektron suatu atom, semakin mudah unsur
tersebut membentuk ion negatif.

Unsur-unsur yang mudah membentuk ion negatif disebut unsur yang


elektronegatif. Harga afinitas elektron kurang menunjukkan sifat keperiodikan,
sehingga sering digunakan skala keelektronegatifan. Akan tetapi secara umum
dapat disimpulkan, bahwa:

Afinitas elektron unsur-unsur dalam satu golongan dari atas ke bawah berkurang
dan dalam satu periode dari kiri ke kanan bertambah

d. Keelektronegatifan
Keelektronegatifan merupakan ukuran kemampuan suatu atom untuk menarik
elektron dalam ikatannya. Besarnya harga keelektronegatifan bersifat relatif
antara suatu atom dengan atom lain. Linus Pauling (1932) memberi harga
tertinggi pada fluor karena paling mudah membentuk ion negatif. Beberapa
harga keelektronegatifan unsur-unsur utama disajikan dalam tabel berikut.

88
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Tabel Harga Keelektronegatifan Beberapa Unsur Utama

Dalam sistem periodik dapat disimpulkan:


 Unsur-unsur dalam satu golongan dari atas ke bawah harga
keelektronegatifannya berkurang.
 Unsur-unsur dalam satu periode dari kiri ke kanan harga
keelektronegatifannya semakin besar.

e. Sifat Kelogaman
Unsur-unsur dalam sistem periodik juga dikelompokkan menjadi logam dan non-
logam. Batas antara logam dan non-logam tidak begitu jelas karena ada beberapa
unsur yang dapat memilik sifat logam maupun non-logam, unsur-unsur ini
termasuk kelompok semi logam atau metalloid. Unsur-unsur metaloid terletak
pada batas garis tangga diagonal, yaitu B, Si, Ge, As, Sb, dan Te. Sebelah kiri
batas garis diletakkan unsur-unsur logam, sedang unsur-unsur logam terletak di
sebelah kanan.

89
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

Gambar 18. Letak Unsur-unsur Logam dan Non-logam dalam Sistem Periodik

Berdasarkan energi ionisasi, afinitas elektron dan kelektronegatifan, maka sifat


kelogaman dalam sistem periodik dapat disimpulkan sebagai berikut.

Dalam satu golongan dari atas ke bawah sifat logam bertambah. Dalam satu
periode dari kiri ke kanan sifat logam berkurang.

RANGKUMAN

 Tabel Sistem Periodik Unsur merupakan suatu cara untuk menyusun dan
mengklasifikasi unsur-unsur, dimana unsur-unsur yang mirip sifatnya diletakkan
pada kelompok yang sama.
 Lavoisier (1789) mengelompokkan unsur-unsur menjadi kelompok logam dan
non-logam.
 Hukum Triade Johann W. Dobereiner (1817): Jika tiga unsur yang sama sifatnya
disusun menurut bertambahnya massa atom relatifnya, maka massa atom relatif
unsur yang kedua merupakan rata-rata massa atom relatif unsur pertama dan
ketiga.
 Hukum Oktaf John Newlands (1865): Setiap unsur kedelapan mempunyai sifat
yang mirip dengan unsur pertama.
 “Telluric Screw” Begeyer de Chancourtois: Jika unsur-unsur disusun menurut
penurunan massa atom, diperoleh secara periodik unsur yang sifatnya mirip.
Kurva dialurkan dari dasar silinder ke atas dengan sudut 45o.

90
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

 Sistem Periodik Pendek Julius Lothar Meyer (Jerman, 1870): Adanya hubungan
keperiodikan antara sifat-sifat fisika unsur dengan massa atom relatif.
 Sistem Periodik Pendek Mendeleyev (Rusia, 1869): Adanya hubungan
keperiodikan antara sifat-sifat fisika dan kimia unsur dengan massa atom relatif.
Tabel Sistem Periodik Mendeleyev yang telah disempurnakan (1871) terdiri atas
golongan (lajur tegak) dan periode (deret mendatar)
 Sistem Periodik Panjang Henry Mosely: “Sifat unsur-unsur merupakan fungsi
periodik dari nomor atom”. Nomor golongan = jumlah elektron valensi , Nomor
periode = jumlah kulit.
 Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron pada kulit terluar.
Dalam satu golongan : Jari-jari atom makin ke bawah makin besar.
Dalam satu periode : Jari-jari atom semakin pendek dari kiri ke kanan.
 Energi ionisasi: Energi yang diperlukan untuk melepas elektron terluar dari suatu
atom dalam wujud gas.
Energi ionisasi unsur-unsur dalam satu golongan dari atas ke bawah berkurang.
Energi ionisasi dalam satu periode dari kiri ke kanan bertambah besar. Semakin
besar energi ionisasi, semakin sukar atom itu melepaskan elektron terluarnya. Jadi
semakin stabil atom tersebut.
 Afinitas elektron: Energi yang yang dilepas oleh suatu atom dalam wujud gas
pada saat menerima elektron. Semakin besar harga afinitas elektron suatu atom,
semakin mudah unsur tersebut membentuk ion negatif. Afinitas elektron unsur-
unsur dalam satu golongan dari atas ke bawah berkurang dan dalam satu periode
dari kiri ke kanan bertambah.
 Keelektronegatifan merupakan ukuran kemampuan suatu atom untuk menarik
elektron dalam ikatannya. Unsur-unsur dalam satu golongan dari atas ke bawah
harga keelektro-negatifannya berkurang. Unsur-unsur dalam satu periode dari
kiri ke kanan harga keelektro-negatifannya semakin besar.
 Dalam satu golongan dari atas ke bawah sifat logam bertambah. Dalam satu
periode dari kiri ke kanan sifat logam berkurang.

91
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

LATIHAN
1. Massa suatu unsur sangat ditentukan oleh banyaknya…. .
a. elektron dan netron
b. elektron dan proton
c. proton dan netron
d. proton dan nukleon
2. Nomor atom adalah bilangan yang menunjukkan jumlah …. .
a. elektron dan netron
b. elektron dan proton
c. proton dan netron
d. proton dan nukleon
3. Suatu atom dengan massa 207 mempunyai nomor atom 82, mempunyai ….
a. 82 netron
b. 82 proton
c. 125 elektron
d. 207 proton
238
4. Atom uranium, 92U mempunyai ….
a. 92 proton dan 146 elektron
b. 92 netron dan 238 proton
c. 92 elektron dan 146 netron
d. 92 proton dan 238 netron
27
5. Elektron valensi unsur aluminium dengan notasi 13Al adalah …
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
6. Atom O2 mempunyai nomor atom 8 dan massa 16. Oksigen dapat membentuk
ion negatif O2-. Konfigurasi elektron pada kulit-kulit ion tersebut adalah ….
K L M
a. 2 4
b. 2 6
c. 2 6 2
d. 2 4 2

92
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

7. Tabel sistem periodik Mendeleyev disusun berdasarkan ….


a. massa atom
b. sifat kelogaman
c. nomor atom
d. sifat kimia
8. Unsur fluor dengan nomor atom 9 dalam tabel sistem periodik terdapat
pada ….
a. golongan IA, periode 7
b. golongan VIIA, periode 3
c. golongan IA, periode 2
d. golongan VIIA, periode 2
9. Unsur-unsur barium dan radium terdapat dalam golongan ….
a. halogen
b. alkali
c. alkali tanah
d. gas mulia
10. Atom-atom yang mempunyai jumlah elektron pada kulit terluar sama adalah
….
a. He, Ne, Ar
b. Na, Al, Mg
c. Mg, Be, Ca
d. N, O, P

93
Struktur Atom dan Sistem Periodik 2014

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James and Humiston, 1986. General Chemistry 4/E Principle and Structure, SI
Version. New York: John Wiley & Sons.

Briggs, JGR, 2002. Chemistry Insights. Singapore: Pearson Education Pte Ltd.

Briggs, JGR, 2002. Science in Focus Chemistry for GCE ‘O’ Level. Singapore: Pearson
Education Pte Ltd.

Michael Purba, 2001. Kimia 2000 Jilid 3A. Jakarta: Erlangga.

Nana Stresna, 2001. Penuntun Pelajaran Kimia Jilid 3. Jakarta: Grafindo.

Petruci, Ralph. dan H Suminar, 1989. Kimia dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3 , Edisi
keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Petruci, Ralph. dan H Suminar, 1989. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1 , Edisi
keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Smoot, Robert C. et al. , 1989. Merrill Chemistry. New York: Glencoe Macmillan/
Mcgraw-Hill.

94
SISTEM PERIODIK

TUJUAN INSTRUKTIONAL UMUM (TIU)

Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan metode dan satuan
pengukuran, materi dan perubahan, struktur atom, massa atom dan molekul, sistem periodik,
ikatan kimia, orbital molekul, stokiometri, padatan, cairan, kestimbangan kimia, dan gas.

TUJUAN INSTRUKTIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah menyelesaikan kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan konsep-konsep


penyusunan tabel periodik, dasar sistem periodik modern, konfigurasi elektron, sifat periodik
unsur, energi ionisasi, afinitas elektron, sifat-sifat kimia unsur, serta cara penomoran golongan.

**
Pendahuluan

Tabel sistem periodik unsur-unsur kimia adalah tampilan susunan unsur-unsur kimia
dalam bentuk tabel. Unsur-unsur tersebut diatur berdasarkan struktur elektronnya, sehingga sifat
kimia unsur-unsur tersebut berubah-ubah secara teratur sepanjang tabel. Setiap unsur didaftarkan
berdasarkan nomor atom dan lambang unsurnya.

Tabel periodik standar memberikan informasi dasar mengenai suatu unsur. Cara lain
untuk menampilkan unsur-unsur kimia adalah dengan memuat keterangan lebih banyak, atau
melihat dari persepektif yang berbeda.

Sejarah

Tabel periodik pada mulanya diciptakan tanpa mengetahui struktur dalam atom: jika unsur-unsur
diurutkan berdasarkan massa atom, lalu dibuat grafik yang menggambarkan hubungan antara
beberapa sifat tertentu dan massa atom unsur-unsur tersebut, akan terlihat suatu perulangan atau

95
periodisitas sifat-sifat tadi sebagai fungsi dari massa atom. Orang pertama yang mengenali
keteraturan tersebut adalah ahli kimia Jerman, yaitu Johann Wolfgang Döbereiner.

Gambar 1. Johann Wolfgang Döbereiner

Döbereiner pada tahun 1829 memperhatikan adanya beberapa triade unsur-unsur yang
hampir sama. Ia menemukan kecenderungan perubahan sisfat-sifat unsur kimia dalam golongan-
golongan tertentu. Salah satu contohnya adalah nilai rata-rata massa antara Litium dan Kalium
ternyata sangat dekat dengan nilai massa Natrium. Hal yang sama juga terjadi pada Kalsium,
Stronsium, dan Barium, atau juga Sulfur, Selenium, dan Tellurium, serta Klor, Brom, dan Iod.
Oleh karena itu, sistem ini disebut “Döbereiner Triads” (Tiga Serangkai Döbereiner).

Tabel 1. “Döbereiner Triads” (Tiga Serangkai Döbereiner)

96
Temuan ini kemudian dikembangkan oleh ahli kimia Inggris, yaitu John Alexander Reina
Newlands, yang pada tahun 1865 memperhatikan bahwa unsur-unsur yang bersifat mirip ini
berulang dalam interval delapan. Newlands kemudian menganalogikan hal ini dengan sistem
nada oktaf musik. Namun demikian, hukum oktaf ini kurang mendapatkan sambutan dari para
ilmuan lainnya saat itu. Akhirnya, pada tahun 1869, ahli kimia Jerman Lothar Meyer dan ahli
kimia Rusia Dmitri Mendeleev hampir secara bersamaan, mengembangkan tabel periodik
pertama. Tabel ini mengurutkan unsur-unsur berdasarkan massanya. Mendeleev
mengelompokkan unsur-unsur kimia ke dalam 12 kelompok yang disusun berdasarkan kenaikan
nomor massa.

Unsur-unsur kimia dalam tabel periodik Mendeleev dikelompokkan ke dalam 8 kolom


dan 12 baris. Unsur-unsur satu kolom dan satu baris memiliki sifat kimia yang mirip. Pada tabel
tersebut, Mendeleev menyediakan kotak kosong untuk unsur-unsur yang menurut dugaannya
akan ditemukan pada masa mendatang. Mendeleev memberi nama unsur-unsur tersebut dengan
istilah eka-aluminium (nomor atom 44), eka-boron (nomor atom 68), dan eka-silikon (nomor
atom 72).

Gambar 2. Dimitri Mendeleev

Secara keseluruhan, Mendeleyev melakukan beberapa terobosan untuk memperbaiki


sistem tabel periodik yang dibuatnya. Ia meletakkan beberapa unsur menyimpang dari aturan
urutan massa agar unsur-unsur tersebut cocok dengan sifat-sifat tetangganya dalam tabel. Selain
itu ia juga membetulkan kesalahan beberapa nilai massa atom, dan juga meramalkan keberadaan

97
dan sifat-sifat beberapa unsur baru dalam sel-sel kosong di tabelnya. Keputusan Mendeleev itu
belakangan terbukti benar dengan ditemukannya struktur elektronik unsur-unsur pada akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20.

Pada bulan November 1875, ilmuwan Prancis Lecoq de Boisbaudran menemukan unsur
yang sifatnya sama dengan eka-aluminium, ia menamakan unsur tersebut Galium. Perhatikan
tabel berikut untuk mengetahui persamaan antara prediksi Mendeleev dan penemuan de
Boisbaudran. Sama halnya dengan eka-aluminium, dua unsur lain yang diprediksi Mendeleev
(eka-boron dan eka-silikon) ternyata diketahui memiliki sifat yang sama dengan skandium dan
germanium. Sifat unsur skandium yang ditemukan ilmuwan Swedia, Lars Nilson pada 1879
mirip dengan eka-boron, sedangkan sifat unsur germanium yang ditemukan ilmuwan Jerman,
Clemens Winkler pada 1886 mirip dengan eka-silikon.

Tabel 2. Tabel Periodik Mendeleev

Secara umum, sistem periodik Mendeleev memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

1. Sifat kimia dan fisika unsur dalam satu golongan mirip dan berubah secara teratur.
2. Valensi tertinggi suatu unsur sama dengan nomor golongannya.

98
3. Dapat meramalkan sifat unsur yang belum ditemukan pada saat itu dan telah mempunyai
tempat yang kosong.

Namun demikian, sistem tersebut juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:

1. Panjang periode tidak sama dan sebabnya tidak dijelaskan.


2. Beberapa unsur tidak disusun berdasarkan kenaikan massa atomnya, contoh : Te (128)
sebelum I (127).
3. Selisih massa unsur yang berurutan tidak selalu 2, tetapi berkisar antara 1 dan 4 sehingga
sukar meramalkan massa unsur yang belum diketahui secara tepat.
4. Valensi unsur yang lebih dari satu sulit diramalkan dari golongannya.
5. Anomali (penyimpangan) unsur hidrogen dari unsur yang lain tidak dijelaskan.

Sistem periodik modern

Sistem periodik unsur modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan
sifat. Lajur horizontal, yang selanjutnya disebut periode, disusun menurut kenaikan nomor atom,
sedangkan lajur vertikal, yang selanjutnya disebut golongan, disusun menurut kemiripan sifat.
Unsur segolongan bukannya mempunyai sifat yang sama, melainkan mempunyai kemiripan sifat.
Setiap unsur memiliki sifat khas yang membedakannya dari unsur lainnya. Unsur-unsur dalam
sistem periodik dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu unsur-unsur yang menempati golongan A
yang disebut unsur golongan utama, dan unsur-unsur yang menempati golongan B yang disebut
unsur transisi.
Sistem periodik unsur modern yang disebut juga sistem periodik bentuk panjang, terdiri
atas 7 periode dan 8 golongan. Periode 1, 2, dan 3 disebut periode pendek karena berisi sedikit
unsur, sedangkan periode lainnya disebut periode panjang. Golongan terbagi atas golongan A
dan golongan B. Unsur-unsur golongan A disebut golongan utama, sedangkan golongan B
disebut golongan transisi. Golongan-golongan B terletak antara golongan IIA dan IIIA.
Golongan B mulai terdapat pada periode 4.

99
Gambar 3. Tabel sisitem periodik

Dalam sistem periodik unsur yang terbaru, golongan ditandai dengan golongan 1 sampai
dengan golongan 18 secara berurutan dari kiri ke kanan. Dengan cara ini, maka unsur transisi
terletak pada golongan 3 sampai dengan golongan 12.
Sistem periodic modern disusun berdasarkan hukum periodic modern yang menyatakan
bahwa sifat-sifat unsure merupakan fungsi periodic dari nomor atomnya. Jika unsur-unsur
disusun bedasarkan kenaikan nomor atomnya, maka sifat-sifat tertentu akan berulang secara
periodic. Itulah sebabnya tabel tersebut dimulai dengan hydrogen, sebab hydrogen mempunya
nomor atom 1. Hydrogen diikuti oleh unsur nomor atom 2, yaitu helium. Unsur dengan nomor
atom berikutnya, yaitu litium, menunjukkan kemiripan sifat dengan hydrogen sehingga
ditempatkan dibawah hydrogen. Berilium dan 5 unsur berikutnya tidak ada yang menunjukkan
kemiripan sifat dengan helium. Unsur nomor atom 10, yaitu Neon, ternyata mempunyai sifat-
sifat yang mirip dengan helium. Unsur nomor atom 11 ternyata kembali menunjukkan kemiripan
sifat dengan litium sehingga di tempatkan di bawahnya, memulai baris berikutnya. Demikian
seterusnya, sifat-sifat tertentu berulang secara periodic. Itu pula sebabnya tabel unsur-unsur
tersebut dinamai tabel sistem periodik.

100
Sistem periodik modern disusun berdasarkan konfigurasi elektron suatu unsur. Susunan
elektron valensi (elektron di kulit terluar) pada setiap unsur akan memberi informasi langsung
terhadap letak unsur tersebut di dalam sistem periodik. Sehingga, sistem ini akan mengadopsi
empat jenis orbital, yaitu orbital s,p,d,dan f. Konsekuensinya adalah bahwa masing-masing
orbital merupakan representasi dari blok unsur, yang mengandung beberapa baris :

1s s/d 7s…., 2p s/d 6p…., 3d s/d 5d…., 4f s/d 5f

Gambar 4. Sistem blok berdasarkan electron valensi pada tabel sistem periodik

Semua unsur yang terletak di dalam blok-s dan blok-p adalah unsur-unsur yang disebut
sebagai golongan utama dan disimbolkan dengan Golongan A. Golongan ini dimulai dengan IA
dan IIA yang terletak di blok-s, serta golongan IIA hingga VIIIA yang terletak di blok-p.
Sementara blok-d dan blok-f sering disebut unsur-unsur transisi, atau disimbolkan dengan
Golongan B. Blok-f juga sering disebut unsur transisi dalam, atau golongan Lantanida atau
Actinida.

101
Gambar 5. Pemetaan electron terakhir setiap unsur dalam Sistem Periodik

Konfigurasi Elektron

Jumlah kulit elektron yang dimiliki sebuah atom menentukan periode atom tersebut.
Setiap kulit memiliki beberapa subkulit. Dan setiap subkulit terdapat orbital-orbital yang terisi
oleh elektron. Elektron-elektron di dalam suatu atom akan tersusun menurut tatanan tertentu
yang disebut konfigurasi electron.

Konfigurasi elektron adalah susunan elektron-elektron pada sebuah atom, molekul, atau
struktur fisik lainnya. Elektron berperilaku sesuai hukum mekanika kuantum dan menampilkan
sifat-sifat partikel maupun gelombang. Probabilitas aksi pengukuran untuk mendeteksi sebuah
elektron pada titik tertentu pada ruang tertentu dapat dilakukan dengan berdasarkan pada
penerapan hukum tersebut.

Elektron-elektron tersebut dapat berpindah dari satu tingkat energi ke tingkat energi yang
lainnya dengan emisi atau absorpsi kuantum energi dalam bentuk foton. Oleh karena asas
larangan Pauli, tidak boleh ada lebih dari dua elektron yang dapat menempati sebuah orbital
atom, sehingga elektron hanya akan meloncat dari satu orbital ke orbital yang lainnya hanya jika
terdapat kekosongan di dalamnya.

102
Pengetahuan atas konfigurasi elektron atom-atom sangat berguna dalam membantu
pemahaman struktur tabel periodik unsur-unsur. Konsep ini juga berguna dalam menjelaskan
ikatan kimia yang menjaga atom-atom tetap bersama. Susunan electron dalam satu sistem
konfigurasi tersusun menurut urutan sebagai berikut:

1s
2s 2p
3s 3p
4s 3d 4p
5s 4d 5p
6s 4f 5d 6p
7s 5f 6d 7p
8s 5g 6f 7d 8p
...

Contoh:

Tentukanlah konfigurasi electron dari 25Y!

25Y = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d5

Golongan dan Perioda

Konsep pemaparan di atas dijadikan landasan untuk penentuan golongan dan perioda
dalam tabel periodik. Karena elektron terluar menentukan sifat kimia suatu unsur, unsur-unsur
yang segolongan umumnya mempunyai sifat kimia yang mirip. Unsur-unsur segolongan yang
berdekatan mempunyai sifat fisika yang mirip, meskipun massa mereka jauh berbeda. Unsur-
unsur seperiode yang berdekatan mempunyai massa yang hampir sama, tetapi sifat yang berbeda.

Sebagai contoh, dalam periode kedua, yang berdekatan dengan Nitrogen (N) adalah
Karbon (C) dan Oksigen (O). Meskipun massa unsur-unsur tersebut hampir sama (massanya
hanya selisih beberapa satuan massa atom), mereka mempunyai sifat yang jauh berbeda,
sebagaimana bisa dilihat dengan melihat alotrop mereka: oksigen diatomik adalah gas yang dapat

103
terbakar, nitrogen diatomik adalah gas yang tak dapat terbakar, dan karbon adalah zat padat yang
dapat terbakar.

Sebaliknya, yang berdekatan dengan unsur Klorin (Cl) di tabel periodik, dalam golongan
Halogen, adalah Fluorin (F) dan Bromin (Br). Meskipun massa unsur-unsur tersebut jauh
berbeda, alotropnya mempunyai sifat yang sangat mirip: Semuanya bersifat sangat korosif (yakni
mudah bercampur dengan logam membentuk garam logam halida); klorin dan fluorin adalah gas,
sementara bromin adalah cairan bertitik didih yang rendah; sedikitnya, klorin dan bromin sangat
berwarna.

Golongan

Kolom dalam tabel periodik disebut golongan. Ada 18 golongan dalam tabel periodik
baku. Unsur-unsur yang segolongan mempunyai konfigurasi elektron valensi yang mirip,
sehingga mempunyai sifat yang mirip pula. Ada tiga sistem pemberian nomor golongan. Sistem
pertama memakai angka Arab dan dua sistem lainnya memakai angka Romawi. Nama dengan
angka Romawi adalah nama golongan yang asli tradisional. Nama dengan angka Arab adalah
sistem tatanama baru yang disarankan oleh International Union of Pure and Applied Chemistry
(IUPAC). Sistem penamaan tersebut dikembangkan untuk menggantikan kedua sistem lama
yang menggunakan angka Romawi karena kedua sistem tersebut membingungkan, menggunakan
satu nama untuk beberapa hal yang berbeda.

Golongan bisa dianggap sebagai cara yang paling penting dari mengklasifikasi unsur.
Pada beberapa golongan, unsur-unsurnya ada yang sangat mirip sifatnya dan memiliki
kecenderungan sifat yang jelas jika ditelusuri menurun di dalam kolom. Golongan-golongan ini
sering diberi nama umum (tak sistematis) sebagai contoh: logam alkali, logam alkali tanah,
halogen, khalkogen, dan gas mulia. Beberapa golongan lainnya dalam tabel tidak menampilkan
sebanyak persamaan maupun kecenderungan sifat secara vertikal (sebagai contoh Kelompok 14
dan 15), golongan ini tidak memiliki nama umum.

Periode

104
Baris dalam tabel periodik disebut periode. Walaupun golongan adalah cara yang paling
umum untuk mengklasifikasi unsur, ada beberapa bagian di tabel unsur yang kecenderungan
sifatnya secara horisontal dan kesamaan sifatnya lebih penting dan mencolok daripada
kecenderungan vertikal. Fenomena ini terjadi di blok-d (atau "logam transisi"), dan terutama
blok-f, di mana lantinida dan aktinida menunjukan sifat berurutan yang sangat mencolok.

Penentuan Golongan dan Perioda


Penentuan golongan dan perioda dilakukan dengan cara berikut:

Jika elektron terakhir berada pada orbital s atau p → golongan utama (A)
Jika elektron terakhir berada pada orbital d → golongan transisi (B)
Jika elektron terakhir berada pada orbital f → golongan transisi dalam (Lantanida/Actinida)
Contoh:
Menentukan golongan dan perioda dari 7X = 1s2 2s2 2p3
Maka Golongan = VA
Karena jumlah elektron terluar adalah 5 (yaitu di 2s dan 2p).

Maka Perioda =2
Karena kulit terluar adalah kulit 2.

Periodisitas Sifat Kimia

Kekuatan utama dari tabel periodik unsur-unsur adalah kemungkinan untuk memprediksi
sifat kimia dari sebuah unsur berdasarkan lokasi di tabel. Sifat kimia unsur-unsur berubah seiring
pergerakan secara vertikal di sepanjang kolom (golongan) di dalam tabel dan secara horizontal
sepanjang baris (perioda).

Teori struktur atom mekanika kuantum modern menjelaskan kecenderungan golongan


dengan konsep bahwa unsur dalam golongan yang sama memiliki konfigurasi elektron yang
sama dalam kulit terluarnya. Hal ini merupakan faktor terpenting yang menjadi penyebab sifat
kimia yang mirip dalam golongan tersebut. Unsur-unsur dalam golongan yang sama juga
menunjukkan pola jari-jari atom, energi ionisasi, dan elektronegativitas.

105
Jari-jari Atom

Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom ke orbital elektron terluar yang stabil dalam
suatu atom dalam keadaan setimbang. Biasanya jarak tersebut diukur dalam satuan pikometer
atau angstrum. Dikarenakan elektron-elektron senantiasa bergerak, maka untuk mengukur jarak
dari inti atom kepadanya amatlah sulit. Untuk itu digunakan beberapa cara yang lebih akurat.

Dalam tabel periodik, jari-jari atom bertambah nilainya dalam satu golongan ke bawah
sejalan dengan bertambahnya lintasan-lintasan elektron, dan berkurang kiri ke kanan
dikarenakan dengan bertambahnya muatan inti (atau jumlah proton) - dengan perkecualian untuk
golongan gas mulia.

Gambar 6. Nilai jari-jari atom unsur-unsur dalam Sistem Periodik

Dari urutan atas ke bawah dalam golongan, jari-jari atom unsur bertambah besar. Karena
lebih banyak susunan energi yang terisi, elektron valensi terletak lebih jauh dari inti. Dari urutan
atas, setiap unsur memiliki energi ionisasi yang lebih rendah dari unsur sebelumnya karena lebih
mudahnya sebuah elektron terlepas karena elektron terluarnya yang semakin jauh dari inti.

106
Demikian pula, suatu golongan juga menampilkan penurunan elektronegativitas dari urutan atas
ke bawah karena peningkatan jarak antara elektron valensi dan inti.

Semakin ke bawah dalam satu golongan, nilai jari-jari semakin besar. Hal ini merupakan
konsekuensi dari penambahan jumlah kulit seiring dengan bertambahnya perioda pada unsur-
unsur segolongan yang memiliki electron lebih banyak. Sementara itu, dalam satu perioda,
jumlah kulit tidak bertambah seiring bertambahnya electron dan golongan. Akibatnya, jumlah
electron dan jumlah proton yang lebih banyak akan menghasilkan daya tarik-menarik yang lebih
kuat. Hal inilah yang mengakibatkan jari-jari menjadi lebih kecil pada unsur berelektron lebih
banyak di dalam satu perioda.

Nomor Atom

Gambar 7. Grafik perubahan jari-jari atom seiring pertambahan nomor atom

Jari-jari atom ini menjadi alasan utama untuk peningkatan dan penurunan sifat-sifat atom
lainnya seiring pertambahan golongan dan perioda. Namun demikian jari-jari atom berbeda
dengan jari-jari ion, baik anion maupun kation. Hal ini sebagai akibat dari pertambahan atau
pengurangan electron pada kulit terluar suatu atom dengan tidak mengganggu muatan inti atom,
atau jumlah protonnya.

107
Oleh karena itu, jari-jari kation (ion positif) akan lebih pendek daripada jari-jari atom
netralnya. Hal ini disebabkan oleh pembentukan kation yang dimulai dengan pelepasan electron
valensi dari suatu atom. Sehingga kulit terluar dari sebuah atom akan hilang seiring dengan
pelepasan electron yang berada di kulit tersebut. Oleh karena itu jari-jari menjadi lebih kecil,
sebagai akibat pengurangan kulit atom.

Sementara itu, jari-jari anion justru lebih besar dibandingkan jari-jari atom netralnya. Hal
ini disebabkan oleh penambahan jumlah electron pada kulit terluar tidak dibarengi dengan
penambahan jumlah proton pada inti. Sehingga jumlah electron yang bertambah banyak hanya
akan memberikan energy tolak yang lebih besar antar sesama electron. Sementara energy tarik-
menarik antara electron dan proton tidak bertambah, karena tidak adanya penambahan muatan
inti.

Gambar 8. Nilai jari-jari ion beberapa unsur

108
Energi Ionisasi

Ionisasi adalah proses mengubah atom atau molekul menjadi ion dengan menambahkan
atau mengurangi partikel bermuatan seperti elektron atau lainnya. Proses ionisasi ke muatan
positif atau negatif sedikit berbeda. Ion bermuatan positif didapat ketika elektron yang terikat
pada atom atau molekul menyerap energi cukup agar dapat lepas dari energi elektrostatik yang
mengikatnya. Energi yang dibutuhkan tersebut disebut energi ionisasi.

Eenergi ionisasi (Ei) adalah energy minimum yang dibutuhkan suatu atom dalam keadaan
gas untuk dapat melepaskan electron terlemahnya. Oleh karena itu, maka energy ionisasi sangat
erat hubungannya dengan jari-jari atom. Karena jari-jari atom merepresentasikan kekuatan ikatan
yang terjadi antara proton di inti dengan electron di kulit terluar.

Energi untuk mengeluarkan satu elektron pertama (dari atom netralnya) disebut sebagai
energi ionisasi pertama dan untuk mengeluarkan satu elektron ke dua disebut energi ionisasi
kedua, dan begitu seterusnya untuk pengeluaran satu elektron berikutnya. Mudah dipahami
bahwa mengeluarkan satu elektron pertama dari atom netralnya akan lebih mudah daripada
mengeluarkan satu elektron kedua dan seterusnya dari kation yang bersangkutan karena
pengaruh muatan inti menjadi semakin lebih efektif terhadap elektron yang semakin berkurang
jumlahnya.

Li (g) → Li+ (g) + e Ei(1) = 520 kJ mol-1


Li+ (g) → Li2+ (g) + e Ei(1) = 7298 kJ mol-1
Li2+ (g) → Li3+ (g) + e Ei(1) = 11815kJ mol-1

Jadi pada proses tersebut, Ei(1) < Ei(2) < Ei(n)

Betapapun lemahnya, pasti ada interaksi ikatan antara elektron valensi dengan inti atom,
sehingga untuk mengeluarkan selalu diperlukan energy. Dengan demikian, energi ionisasi selalu
berharga positif. Energi ionisasi ini dapat ditentukan secara eksperimen dengan menempatkan
spesies gas di dalam tabung. Kemudian tegangan (voltase) dalam tabung dinaikkan secara
perlahan, praktis tidak ada arus listrik sampai dengan harga voltase tertentu pada saat sebuah
elektron dilepas oleh spesies yang bersangkutan. Harga voltase pada saat mulai terjadinya arus

109
listrik inilah yang didefinisikan sebagai energi ionisasi; oleh karena itu, energi ionisasi biasanya
dinyatakan dalam satuan SI, elektron volt, eV (1 eV = 1,60 x 10-19 J = 96,485 kJ mol -1, dan
sering pula disebut sebagai potensial ionisasi.

Dengan batasan tersebut berarti bahwa energi ionisasi bergantung pada seberapa kuat
elektron terikat oleh atomnya atau seberapa kuat muatan inti efektif (Zef) berpengaruh terhadap
elektron terluar yang akan dikeluarkan. Dengan demikian, energi ionisasi bervariasi seiring
dengan bervariasinya gaya tarik elektrostatik Coulomb, yaitu mempunyai harga terendah untuk
Zef terkecil dan r (jari-jari atom) terbesar.

Oleh karena itu, dalam satu golongan, energy ionisasi akan berkurang dari atas ke bawah.
Hal ini disebabkan oleh bertambahnya ukuran jari-jari seiring pernambahan perioda dalam satu
golongan. Sehingga energy yang diperlukan untuk mengeluarkan electron terluar dari suatu atom
di perioda ke-7 akan lebih rendah dibandingkan dengan energy tersebut di periode 2.

Gambar 9. Grafik energy ionisasi pertama unsur-unsur kimia

Sementara itu, secara horizontal, seiring penambahan golongan dalam satu perioda,
energy ionisasi justru semakin besar nilainya seiring dengan penambahan golongan dalam satu

110
perioda. Hal ini juga disebabkan oleh mengecilnya ukuran jari-jari suatu atom seiring
bertambahnya golongan dalam satu perioda.

Gambar 9. Kecenderungan perubahan energy ionisasi dalam golongan dan perioda

Secara umum, besaran energy ionisasi berbanding terbalik dengan nilai jari-jari suatu
atom. Jika jari-jari suatu atom relatif besar, maka energy ionisasi akan relatif kecil, karena atom
tersebut tidak memiliki interaksi yang kuat antara proton dan electron. Sebaliknya, jika jari-jari
suatu atom kecil, maka interaksi yang terjadi antara proton dan electron relatif lebih kuat,
sehingga energy untuk melepas electron terluar atom tersebut juga relatif lebih besar.

Kereaktifan

Reaktivitas suatu unsur merupakan akibat dari besar kecilnya nilai energy ionisasi dari
unsur tersebut. Sehingga secara tidak langsung, hal ini juga merupakan fungsi dari jari-jari atom
dari unsur. Untuk unsur-unsur logam golongan utama, kereaktifan berbanding terbalik dengan
besarnya energy ionisasi, dan berbanding lurus dengan jari-jari atom. Sehingga untuk kasus ini,
semakin besar jari-jari suatu atom, maka semakin reaktif unsur tersebut.
Namun, kecenderungan kereaktifan unsur-unsur non logam utama berbeda dengan
kereaktifan unsur-unsur logam utama. Pada golongan unsur-unsur non logam utama, kereaktifan
unsur-unsur justru bertambah dengan berkurangnya ukuran jari-jari. Hal ini disebabkan oleh

111
relatif tingginya energy ionisasi unsur-unsur di golongan tersebut. Sehingga ukuran kereaktifan
pada golongan tersebut terhubung dengan kecenderungan unsur untuk menerima electron.
Sementara logam-logam transisi semakin kurang reaktif seiring peningkatan perioda.

Gambar 10. Reaksi dahsyat logam Natrium dengan air

Berdasarkan konsep tersebut, maka unsur-unsur yang berada di perioda terbawah pada
golongan IA adalah unsur-unsur logam yang paling reaktif. Dan unsur non logam yang paling
reaktif dalam sistem periodik adalah unsur yang berada di perioda teratas pada golongan utama
tertinggi. Namun demikian, konsep ini tidak berlaku pada golongan gas mulia (VIII A).

Kereaktifan unsur-unsur golongan gas mulia mirip dengan kereaktifan unsur-unsur logam
golongan utama, di mana semakin ke bawah unsur-unsur tersebut semakin reaktif. Oleh karena
itu, di antara unsur gas mulia, Xenon merupakan unsur yang berhasil direaksikan. Namun
demikian, reaksi yang terjadi adalah reaksi yang melibatkan pelepasan electron pada atom Xe.
Meskipun demikian, karena rendahnya kereaktifan unsur-unsur golongan VIIIA ini, maka reaksi
tersebut baru dapat berlangsung jika melibatkan oksidator kuat (F) dan suhu yang relatif tinggi.

112
Afinitas Elektron

Afinitas Elektron (electron affinity) adalah perubahan energi negatif yang terjadi ketika
satu elektron diterima oleh atom suatu unsur dalam keadaan gas. Afinitas elektron juga
dinyatakan dalam kJ mol–1. Unsur yang memiliki afinitas elektron bertanda negatif, berarti
mempunyai kecenderungan lebih besar dalam menyerap elektron daripada unsur yang afinitas
elektronnya bertanda positif. Makin negatif nilai afinitas elektron, maka makin besar
kecenderungan unsur tersebut dalam menyerap elektron (kecenderungan membentuk ion
negatif).

Afinitas electron unsur-unsur satu golongan cenderung berkurang semakin ke bawah, dan
cenderung bertambah dengan pertambahan jumlah electron dalam satu perioda. Oleh karena itu,
afinitas electron terbesar dimiliki oleh golongan halogen. Hal itu juga yang memungkinkan
unsur-unsur halogen untuk berfungsi sebagai oksidator.

Gambar 11. Grafik kecenderungan afinitas electron unsur-unsur

113
Kelektronegatifan

Elektronegativitas atau keelektronegatifan (χ) adalah sebuah sifat kimia yang


menjelaskan kemampuan sebuah atom (atau terkadang sebuah gugus fungsi) untuk menarik
elektron (atau rapatan elektron) menuju dirinya sendiri pada ikatan kovalen. Konsep
elektronegativitas pertama kali diperkenalkan oleh Linus Pauling pada tahun 1932 sebagai
bagian dari perkembangan teori ikatan valensi.

Elektronegativitas tidak bisa dihitung secara langsung, melainkan harus dikalkulasi dari
sifat-sifat atom dan molekul lainnya. Beberapa metode kalkulasi telah dibuat untuk menghitung
nilai kelektronegatifan ini. Walaupun pada setiap metode terdapat perbedaan yang kecil dalam
nilai numeris elektronegativitasnya, semua metode memiliki tren periode yang sama di antara
unsur-unsur.

Metode yang umumnya sering digunakan adalah metode Pauling. Hasil perhitungan ini
menghasilkan nilai yang tidak berdimensi dan biasanya dirujuk sebagai skala Pauling dengan
skala relatif yang berkisar dari 0,7 sampai dengan 4,0 (Hidrogen = 2,2). Bila metode perhitungan
lainnya digunakan, terdapat sebuah konvensi (walaupun tidak diharuskan) untuk menggunakan
rentang skala yang sama dengan skala Pauling: hal ini dikenal sebagai elektronegativitas dalam
satuan Pauling.

Elektronegativitas bukanlah bagian dari sifat atom, melainkan hanya merupakan sifat
atom pada molekul. Sifat pada atom tunggal yang setara dengan elektronegativitas adalah
afinitas elektron. Elektronegativitas pada sebuah unsur akan bervariasi tergantung pada
lingkungan kimiawinya.

Secara umum, elektronegativitas meningkat secara periodik dari kiri ke kanan dan
menurun dari atas ke bawah. Sehingga, fluorin merupakan unsur yang elektronegativitasnya
paling besar, sedangkan sesium adalah unsur yang elektronegatifitasnya paling kecil berdasarkan
data hasil percobaan.

Meskipun demikian, terdapat beberapa pengecualian dari kaidah umum ini, Galium dan
germanium memiliki elektronegativitas yang lebih besar daripada aluminium dan silikon karena

114
kontraksi blok d. Unsur-unsur periode ke-empat setelah baris pertama dari logam transisi
memiliki jari-jari atom yang lebih kecil dari biasanya karena elektron-elektron 3d tidak efektif
dalam pemerisaian peningkatan muatan inti, sehingga ukuran atom yang lebih kecil berkorelasi
dengan nilai elektronegativitas yang lebih besar.

Gambar 12. Skala elektronegatifitas unsur-unsur

Soal-Soal Latihan

1. Tentukanlah perioda dan golongan unsur-unsur berikut


23A 12B 45C 76D 88E

2. Dari deretan unsur di soal No. 1, tentaukanlah:


a. Urutan jari-jari atomnya dari yang paling kecil
b. Urutan energy ionisasi pertamanya dari yang paling kecil
c. Urutan keelektronegatifannya dari yang paling kecil

4. Jelaskanlah mengapa energy ionisasi Natrium lebih tinggi dibandingkan energy ionisasi
Sesium!

115
5. Jelaskanlah mengapa energy ionisasi Berillium lebih tinggi daripada energy ionisasi
Lithium!
6. Jelaskanlah, mengapa energy ionisasi Aluminium lebih rendah dibanding energy ionisasi
Magnesium?
7. Jelaskanlah mengapa logam golongan utama lebih reaktif yang berada di perioda besar.

116
STOIKIOMETRI

1. Pendahuluan
2. Massa dan Mol Senyawa
2.1 Massa Molekul dan Massa Formula
2.1 Konsep Mol
3. Penentuan Rumus Molekul
3.1 Persentase Massa dari Massa Formula
3.2 Penentuan Rumus Molekul dan Rumus Empiris
3.3 Penentuan Rumus Molekl dari Komposisi
3.4 Rumus Molekul dari Rumus Empiris
4. Kuantitatif dalam Reaksi Kimia
4.1 Reaktan Pembatas: Persen Teoritikal dan Persen hasil

1. Pendahuluan

Asam asetat adalah larutan yang tidak berwarna dengan aroma cuka (vinegar). Cuka memiliki
rasa asam karena mengandung asam asetat. Kata vinegar berasal dari bahasa Perancis yaitu
vinaigre, yang artinya “sour wine”. Vinegar berasal dari hasil fermentasi anggur atau cider
(suatu minuman yang dibuat tanpa proses fermentasi dan dibuat dari buah-buahan seperti apel,
dan lai-lain) dengan bakteri tertentu. Bakteri ini mengurai oksigen dan etanol dalam fermentasi
anggur sehingga terjadi perubahan reaksi kimia membentuk asam asetat. (Gambar 1).

Gambar 1. Peta potential elektrostatik dari molekul asam asetat (CH3COOH).


Asam asetat adalah senyawa yang bertanggung jawab dalam rasa dan aroma asam
dari vinegar.

Di laboratorium, asam asetat dihasilkan dari reaksi antara etanol dan oksigen. Ada dua tahapan
reaksi pembentukan asam asetat. Pertama, etanol akan bereaksi dengan oksigen dan
menghasilkan senyawa asetaldehid dan molekul air. Tahapan yang kedua, asetaldehid akan
bereaksi dengan oksigen yang berlebih untuk menghasilkan asam asetat. (Tubuh manusia juga

117
mampu menghasilkan asetaldehid dan asam asetaat dari alkohol, sebagai upaya untuk
mengurangi alkohol dalam sistem tubuh).

Dalam bab stoikiometri ini, ada dua fokus permasalahan yang menjadi dasar dalam mempelajari
tentang stoikiometri. Pertama: Bagaiman cara menentukan formula kimia dari suatu senyawa
seperti asam asetat (atau asetal dehid)? Berapa banyak asam asetat yang dihasilkan? (atau berapa
banyak asetaldehid yang dihasilkan)? Tipe-tipe pertanyaan seperti ini sangat penting didalam
mempelajari ilmu kimia terutama dalam memelajari stiokiometri. Oleh karena itu, sebelum kita
menuliskan persamaan kimianya, kita harus mengetahui bagaimana formula dari semua senyawa
yang terlibat dalam suatu reaksi, serta bagaimana keseimbangan persamaan kimia dalam
menentukan hubungan kuantitatif dari senyawa-senyawa yang terlibat dalam suatu reaksi. Dalam
bab ini, diawali dengan bahasan tentang bagaimana hubungan jumlah atom dan molekul dengan
massa dari suatu senyawa, karena ini adalah kunci utama dalam menjawab semua pertanyaan-
pertanyaan yang telah disebutkan diatas.

2. Massa dan Mol Senyawa

Dalam membeli suatu bahan makanan, orang dapat membelinya dengan berbagai cara atau
metode. Ada orang yang membeli buah-buahan seperti jeruk dan melon dengan menghitung
berapa jumlahnya. Atau dalam membeli bahan makanan lainnya seperti telur dan minuman, yang
tentunya kedua bahan ini ada dikemas dalam dos dan ada dalam bentuk lusinan. Sementara itu,
apabila kita membeli jenis makanan kacang-kacangan, tentu kemasannya adalah dalam jumlah
gram (g) atau dalam jumlah kilogram (kg) karena tidak memungkinkan kita membeli dalam
jumlah satuan atau perbiji karena kesulitan dalam menghitungnya satu persatu. Akan tetapi, bagi
seorang kimiawan, ketiga contoh yang telah diberikan diatas dapat dikerjakan dengan cara
menghitung, mengemas dan mengukur jumlah suatu materi. Bagi seorang ahli kimia,
menghitung massa suatu senyawa adalah sesuatu hal yang relatif mudah. Akan tetapi,
menghitung jumlah atom dan molekul adalah sesuatu pekerjaan yang sangat susah dan rumit
(Jutaan tetesan air mengandung 2 x 1012 molekul H2O), Walaupun demikian, para ahli kimia
sangat tertarik untuk mengetahui jumlah atom dan molekul dari suatu senyawa. Misalnya, berapa
banyak jumlah atom karbon yang terdapat dalam satu molekul asam asetat? Berapa molekul
asam asetat yang dihasilkan dari reaksi antara etanol dan oksigen? Sebelum kita melihat
bagaimana seorang ahli kimia memecahkan masalah bagaimana cara mengukur jumlah atom,
molekul dan ion. Maka terlebih dahulu kita melihat bagaimana konsep massa molekul (atau berat
molekul) dan massa formula (atau berat formula) atau yang disebut dengan konsep mol.

118
2.1 Massa Molekul dan Massa Formula

Massa molekul (MM) adalah jumlah massa atom yang terkandung dalam suatu molekul dari
suatu seyawa. Massa molekul suatu senyawa dinyatakan dalam unit massa atom (atomic mass
units, amu). Sebagai contoh, massa molekul air (H2O) adalah 18,0 amu (2 x 1 amu dari dua
atom H ditambah 16,0 dari suatu atom O). Bila formula molekul suatu senyawa belum diketahui,
kita dapat menentukan massa molekul secara eksperimen yaitu dengan menggunakan
spektrometer masssa.

Massa formula (MF) adalah jumlah massa atom dari semua atom dalam suatu unit formula dari
suatu senyawa, baik dalam bentuk molekul maupun dalam bentuk lainnya. Natrium klorida
adalah molekul ionik yang memiliki unit formula NaCl, mempunyai massa formula 58,44 amu
(22,99 amu dari satu atom Na ditambah dengan 35,45 amu dari atom Cl).

Contoh 1:

Hitung berapa masa formula dari: a. kloroform, CHCl3; b. besi(III) sulfat, Fe2(SO4)3?

Pemecahan masalah Identifikasi jumlah dan tipe atom dalam suatu formula kimia. Gunakan
tabel periodik untuk mendapatkan massa atom dari setiap elemen yang ada didalam suatu
senyawa. Hitung jumlah setiap atom yang terdapat dalam suatu formula, hitung jumlah massa.
Bila atom dalam formula adalah dalam bentuk kurung seperti pada contoh b, maka jumlah
element dalam bentuk kurung tersebut harus dikalikan dengan jumlah angka yang terdapat
diluar bentuk kurung.

Penyelesaian:
a. Perhitungannya adalah:
1 x AM C = 1 x 12,0 amu = 12,0 amu
1 x AM H = 1 x 1,0 amu = 1,0 amu
3 x AM C = 3 x 35,45 amu = 106,4 amu
119,4 amu
Jadi FM dari senyawa kloroform, CHCl3 adalah 119,4 amu

b. Perhitungannya adalah:
2 x AM Fe = 2 x 55,8 amu = 116,6 amu
3 x AM S = 3 x 32,1 amu = 96,3 amu
3 x 4 x AM O = 12 x 16,0 amu = 192,0 amu
399,9 amu
Jadi FM dari senyawa besi(III) sulfat, Fe2(SO4)3 adalah 399,9 amu, atau kalau dibulatkan
menjadi 4 x 102 amu

119
Latihan 1:

Hitung massa formula dari senyawa berikut ini: a. nitrogen dioksida, NO2; b. glukosa, C6H12O6;
c. natrium hidroksida, NaOH; d. magnesium hidroksida, Mg(OH)2?

Contoh 2:

Gambarkan formula molekul dan hitung massa formula dari senyawa dibawah ini!

Pemecahan masalah Disamping menghitung massa formula, perlu juga diketahui total jumlah
dari setiap atom yang ada didalam struktur molekul, amati struktur molekulnya hitung semua
atom yang ada dalam molekul tersebut.

Penyelesaian:
a. Molekul pada gambar a terdiri dari dua atom O dan dua molekul atom H. Untuk senyawa
anorganik, list semua elemen atau unsur yang paling logam yang terdapat didalam formula
kimianya. (H adalah unsur bukan logam). Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat bahwa
formula kimia dari senyawa ini adalah H2O2. Gunakan penyelesaian pada contoh 1,
sehingga didapatkan bahwa massa formulanya adalah 34,02 amu.
b. Model molekul yang ditunjukkan pada gambar b adalah terdiri dari satu atom N, tiga atom
O, dan satu atom H. Sehingga berdasarkan data yang diberikan, maka rumus formulanya
adalah HNO3 dengan massa formulanya adalah 63,01 amu.

Latihan 2:

Untuk senyawa dibawah ini, tulis formula molekul dan hitung massa formulanya?

120
2.2 Konsep Mol

Mempelajari tentang reaksi kimia, tidak terlepas mempelajari tentang jumlah molekul dan ion.
Misalnya, 10,0 gram etanol mengandung 1.31 x 1023 molekul. Bayangkan bagaimana
menghitung molekul pada kecepatan satu juta perdetik, tentu membutuhkan waktu lebih dari 4
milyar tahun untuk menghitung jumlah molekul suatu senyawa-sama seperti usia bumi saat ini.
Oleh karena itu, pemahaman tentang konsep mol sangat diperlukan untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan dalam menentukan jumlah suatu molekul atau ion.

Definisi Mol dan Molar

Suatu mol didefinisikan sebagai jumlah atau unit molekul yang terkandung dalam suatu
senyawa, dimana jumlah atau unit molekul tersebut relatif terhadap 12 gram atom karbon-12.
Misalnya, satu mol etanol mengandung satu molekul etanol.

Jumlah atom didalam 12 gram sampel atom karbon-12 disebut dengan Bilangan Avogadro
(biasanya dinyatakan dengan simbol NA). Bilangan Avogadro mengandung 6,0221367 x 1023
atau 6,02 x 1023.

Mol suatu senyawa mengandung 6,02 x 1023 molekul. Istilah mol, sama seperti lusin, grosir, atau
lain sebagainya yang menunjukkan jumlah sesuatu benda. Satu lusin telur sama dengan 12 butir
telur, satu garosir pensil sama dengan 144 buah pensil, dan satu mol etanol sama dengan 6,02 x
1023 molekul etanol.

Untuk senyawa ionik, istilah mol menunjukkan jumlah unit formula dari suatu senyawa.
Misalnya, satu mol natrium karbonat, Na2CO3 mengandung 6,02 x 1023 unit Na2CO3. Tetapi
setiap unit formula Na2CO3 mengandung dua buah ion yaitu ion Na+ dan CO32-. Oleh karena itu,
satu mole Na2CO3 juga mengandung 2 x 6,02 x 1023 ion Na+ dan 1 x 6,02 x 1023 ion CO32-.

Gambar 2. Satu mol beberapa senyawa Searah dengan jarum


jam, atas kiri: 1-0ctanol (C8H17OH); merkuri(II) iodida (HgI2);
metanol (CH3OH); sulfur (S8).

121
Penggunaan istilah mol, sangat diperlukan untuk spesifikasi suatu unit rumusan atau formula.
Misalnya, satu mol atom oksigen (O) mengandung 6,02 x 1023 atom. Satu mol molekul okigen
(O2) mengandung 6,02 x 1023 molekul-yaitu 2 x 6,02 x 1023 atom.

Massa molar dari suatu senyawa adalah massa satu mol senyawa. Karbon-12 mempunyai massa
molar 12 g/mol, dan didefinisikan sebagai:

“Untuk semua senyawa, massa molar dalam gram per mol secara numerik adalah sama dengan
massa formula dalam unit massa atom (smu)”

Etanol, yang mempunyai rumus molekul C2H6O (biasanya ditulis dengan C2H5OH, gambar 3),
mempunyai massa molar 46,2 amu dan massa molar 46.1 g/mol. Gambar 2 menunjukkan jumlah
molar dari berbagai senyawa.

Gambar 3. Etanol (C2H5OH)

Perhitungan Massa dari suatu Atom atau Molekul

Contoh 3:

a. Hitung berapa massa atom klor (Cl) dalam gram?


b. Hitung berapa massa molekul hidrogen klorida (HCl) dalam gram?

Pemecahan masalah Untuk memecahkan masalah ini, gunakan massa molar dan hubungan
antara jumlah atom atau molekul dan massa molar.

Penyelesaian:
a Massa atom Cl adalah 35,5 amu, sehingga massa molar atom Cl adalah 35,5 g/mol. Bagi 35,5
g (per mol) dengan 6,02 x 1023 (Bilangan Avogadro) sehingga didapatkan massa satu atom
Cl adalah:

,
Massa atom Cl adalah = ,
= 5,90 x 10 g

122
b. Massa molekul HCl sama dengan AM H plus AM Cl atau 1,01 amu + 35,5 amu = 36,5 amu.
Sehingga, 1 mol HCl mengandung 36,5 g HCl, sehingga:

,
Massa molekul HC adalah: = ,
= 6,60 x 10 g

Perhitungan Mol

Berdasarkan contoh diatas, kita telah mengatahui bagaimana cara menghitung massa satu mol
atom atau senyawa, akan tetapi untuk lebih memahami konsep dalam perhitungan mol, maka ada
dua permasalahan yang muncul, pertama berapa sebenarnya berat jumlah mol dari suatu
senyawa? Kedua, berapa jumlah mol yang terkandung dalam suatu senyawa? Kedua pertanyaan
ini sangat mudah untuk dijelaskan yaitu dengan menggunakan analisis dimensional atau dengan
menggunakan metode faktor konversi (conversion-factor method). Contoh, konversikan gram
senyawa etanol (C2H5OH) ke mol etanol. Massa molar etanol adalah 46.1 g/mol, maka:

1 mol C2H5OH = 46.1 g C2H5OH

Sehingga, faktor konversi gram etanol ke mol etanol adalah 1 mol C 2H5OH/46.1 g C2H5OH.
Faktor konversi 1 mol etanol ke gram etanol adalah 46.1 g C 2H5OH/1 mol C2H5OH. Contoh lain
adalah hitung berapa mol C2H5OH dari 10 g etanol? Untuk menjawab pertanyaan ini maka
pertama sekali yang harus dilakukan adalah konversi 10 g C 2H5OH ke mol C2H5OH dengan
mengalikan faktor konversi.

10 g C2H5OH x = .
= 0,217 mol C2H5OH

Konversi Mol Senyawa ke Gram

Contoh 4:

Seng iodida, ZnI2, dapat dibuat dengan cara melakukan kombinasi beberapa elemen (Gambar
4). Dalam suatu reaksi, berapa gram ZnI2 yang terbentuk dari 0.0654 mol ZnI2?

Pemecahan masalah Gunakan massa formula untuk menuliskan faktor konversi dari mol ZnI2
ke gram ZnI2. Mol ZnI2 adalah faktor konversi yang paling bawah sementara gram ZnI2 adalah
faktor konversi yang paling atas.

123
Penyelesaiaan:
Massa molar ZnI2 adalah 319 g/mol, sehingga:
0.0654 mol ZnI2 x = 20,9 g ZnI

Gambar 4. Reaksi seng (Zn) dan Iodid. Panas dari reaksi kedua
elemen akan menyebabkan beberapa lodin akan menguap.

Latihan 3:

Senyawa hidrogen perosida, H2O2 adalah cairan yang tidak berwarna. Larutan yang digunakan
adalah sumber oksigen. Larutan yang terlarut digunakan sebagai pemutih. Analisis larutannya
menunjukkan bahwa H2O2 mengandung 0.909 mol dalam 1 liter larutan. Berapa gram hidrogen
peroksida dalam larutan tersebut?

Contoh 5:

Senyawa timbal(II) kromat, PbCrO4 adalah cat pigmen yang berwarna kuning (disebut juga
krom kuning) dibuat dengan cara reaksi presipitasi (reaksi pengendapan). Bila dalam reaksi
presipitasi tersebut diperoleh 45.6 g timbal(II) kromat sebagai zat pengendapan, berapa mol
PbCrO4 yang terbentuk dalam reaksi pengendapan tersebut?

Penyelesaian:

Konversi gram PbCrO4 ke mol PbCrO4


Massa molar PbCrO4 adalah 323 g/mol. Sehingga,
1 mol PbCrO4 = 323 g PbCrO4
Karena itu,
45.6 g PbCrO4 x = 0.141 mol PbCrO4

124
Gambar 5. Preparasi Pb(II) kromat Bila Pb(II) nitrat (colorless)
direaksikan dengan larutan potasium karbonat akan menghasilkan
padatan Pb(II) kromat (padatan kuning).

Latihan 4:

Asam nitrit, HNO3, adalah senyawa yang tak berwarna, dan merupakan cairan yang bersifat
korosif yang biasanya digunakan dalam industri pupuk dan bahan peledak. Secara eksperimen,
asam nitrat sekarang banyak dikembangkan untuk bahan peledak baru yang digunakan untuk
keperluan penambangan. Bila 28.5 gram sampel asam nitrat dimasukkan kedalam suatu beaker
gelas, hitung berapa mol sampel HNO3 yang ada dalam beaker gelas tersebut?

3. Penentuan Rumus Kimia

Bila seorang ahli kimia menemukan suatu senyawa baru, pertanyaan yang pertama yang muncul
adalah bagaimana rumus kimianya? Untuk menjawab pertanyaan ini, maka pertama sekali yang
harus dilakukan oleh seorang ahli kimia adalah menentukan jumlah element yang terkandung
dalam senyawa tersebut. Jumlah elemen yang terkandung dalam suatu senyawa dinyatakan
dalam persen persentase-komposisi-massa setiap suatu elemen dalam senyawa. Baru kemudian,
ditentukan rumus kimianya berdasarkan persentase komposisi elemennya. Bila senyawa tersebut
adalah suatu molekul, disamping menentukan rumus molekulnya maka perlu juga diketahui
massa molekul dari suatu senyawa tersebut.

3.1 Persentase Massa dari suatu Formula

Misalnya A adalah bahagian dari suatu senyawa, maka bahagian tersebut mungkin adalah suatu
unsur dalam suatu senyawa atau suatu senyawa dalam suatu campuran. Maka bahagian tersebut
dinyatakan sebagai persentase massa. Atau dengan kata lain persentase massa dari massa A
adalah bahagian dari A per seratus dari total massa, sehingga:

% Massa A = x 100%

125
Contoh 6:

Senyawa formaldehid, CH2O, gas beracun dengan bau yang khas. Senyawa ini banyak
digunakan dalam industri plastik (Gambar 6), dan juga digunakan sebagai larutan untuk
pengawet beberapa sampel biologi. Hitung berapa persentase massa dari suatu elemen atau
unsur dalam senyawa formaldehid tersebut?

Pemecahan masalah Untuk menghitung persentase massa, maka perlu diketahui massa dari
suatu elemen dalam suatu senyawa. Satu mol formaldehid, CH2O, mempunyai massa 30.0 g dan
mengandung 1 mol C (12.0 g), 2 mol H (2 x 1.01 g), dan 1 mol O (16.0 g). Bagi setiap massa
elemen dengan massa molar, kemudian kalikan dengan 100 untuk menghasilkan persentase
massa.

Penyelesaiaan:

.
%C= .
x 100% = 40.0%

.
%H= .
x 100% = 6.73%

Untuk menghitung berapa persen O, maka dapat dihitung dengan mengurangi persentase C dan
H dari 100%:

% O = 100% - (40.0% + 6.73%) = 53.3%

Gambar 6. Pembuatan plastik resorsinol. Kiri: Larutan jernih mengandung formaldehid, CH2O, dan
resorsinol, C6H4(OH)2. Pembentukan plastik diawali dengan penambahan beberapa tetes potasium
hirdoksida. Kanan: Plastik berwarna merah terbentuk didalam beaker gelas.

126
Latihan 5:

Senyawa amonium nitrat, NH4NO3, dibuat dari asam nitrat, biasanya digunakan sebagai bahan
untuk pembuatan pupuk nitrogen. Hitung berapa persen massa unsur-unsur dalam amonium
nitrat tersebut?

Contoh 7:

Dengan menggunakan persen komposisi pada soal Contoh 6 (40.0% C, 6,73% H, 53.3% O).
Hitung berapa gram karbon dalam 83.5 g formaldehid, CH2O?

Penyelesaiaan:

Karena persen massa atom C adalah 40.0%, maka massa C dalam 83.5 g CH2O adalah:
83.5 g x 0.400 = 33.4 g

Latihan 6:

Hitung berapa gram nitrogen, N, yang terkandung dalam pupuk yang mengandung 48.5 g
amonium nitrat?

3.2 Penentuan Rumus Molekul dan Rumus Empiris

Persen komposisi suatu senyawa secara langsung bisa digunakan untuk menentukan rumus
empiris. Rumus empiris menunjukkan perbandingan jumlah berbagai jenis atom dalam
senyawa. Untuk senyawa ionik, maka rumus empirisnya adalah formula dari senyawa ionik
tersebut. Contoh, senyawa sodium peroksida, Na2O2, adalah senyawa ionik yang terdiri dari atom
Na dan molekul O2 sehingga rumus empirisnya adalah NaO. Demikian juga, hidrogen peroksida
mempunyai rumus molekul H2O2. Rumus molekul, menunjukkan jumlah atom dalam suatu

127
molekul dari suatu senyawa. Rumus empiris dapat juga dinyatakan sebagai rasio atom dalam
suatu senyawa. Rumus empiris hidrogen peroksida (H2O2) adalah HO (Gambar 7).

Gambar 7. Model molekul senyawa hidrogen peroksida


(H2O2). Hidrogen peroksida mempunyai rumus empiris
HO dan rumus molekul H2O2.

Senyawa dengan rumus molekul yang berbeda dapat mempunyai rumus empiris yang sama, dan
juga memiliki persen komposisi yang sama. Contoh, asetilen, C2H2, dan benzen, C6H6. Asetilen
adalah gas yang biasanya digunakan dalam industri perminyakan dan pengelasan. Beda halnya
dengan benzen, adalah suatu cairan yang biasanya digunakan dalam industri plastik dan
merupakan komponen gasolin. Tabel 1 dibawah ini merupakan ilustrasi dari kedua senyawa
tersebut, dengan rumus empiris yang sama, tetapi memiliki rumus molekul yang berbeda, juga
mempunyai struktur kimia yang berbeda. Karena rumus empiris dari asetilen dan benzen adalah
sama, kedua senyawa ini mempunyai persen komposisi massa: 92.3% C, dan 7.7% H.

Untuk menggambarkan rumus molekul dari suatu senyawa, ada dua informasi yang sangat
diperlukan:
1. Tentukan terlebih dahulu persen komposisi rumus empirisnya.
2. Ketahui massa molekulnya.

Tabel 1. Model molekul dua senyawa yang mempunyai rumus empiris CH yang sama. Meskipun benzena dan
asetilena mempunyai rumus empiris yang sama, tetapi mereka tidak mempunyai rumus molekul atau struktur yang
sama.

Senyawa Rumus Empiris Rumus Molekul Model Molekul

Asetaldehid CH C2H2

Benzena CH C6H6

128
3.3 Penentuan Rumus Empiris dari Komposisi

Rumus empirins suatu senyawa menunjukkan jumlah nrasio atom-atom dalam suatu senyawa.
Kita dapat menentukan rumus empiris dari komposisi suatu senyawa dengan cara melakukan
konversi masa dari atom atau elemen ke dalam bentuk mol.

Penentuan rumus empiris (Senyawa Biner)

Contoh 8:

Suatu sampel senyawa yang mengandung nitrogen dan oksigen ditimbang sebesar 1.587 gram,
dari hasil analisis menunjukkan bahwa dalam sampel tersebut juga mengandung 0.483 gram
nitrogen dan 1.104 gram oksigen. Tentukan rumus empiris dari sampel senyawa tersebut?

Pemecahan masalah Berdasarkan soal diatas diduga senyawa ini mempunyai rumus NxOy,
dimana x dan y adalah jumlah yang harus ditentukan. Massa N dan O yang telah diketahuai
dalam soal diatas harus dikonversi kedalam bentuk mol.

Penyelesaiaan:

Konversi massa ke mol:

0.483 g N x .
= 0.0345 mol N

1.104 g O x .
= 0.06900 mol O

Bagi setiap mol dengan jumlah mol yang terkecil (0.0345 mol adala mol terkecil), sehingga
rasio jumlah atom N dan atom O adalah:

mol N : mol O
. .
.
: .
1:2
N : O2

Sehingga rumus empirisnya adalah NO2

129
Latihan 7:

Suatu sampel senyawa sebanyak 83.5 g mengandung 33.4 g sulfur, sisanya adalah oksigen.
Hitung bagaimana rumus empirisnya.

Penentuan rumus empiris dari persen komposisi (General)

Contoh 9:

Senyawa kromium dapat menghasilkan beberapa variasi warna (kata kromium berasal dari
bahasa Yunani, khroma yang artinya “berwarna”. Natrium bikromat adalah senyawa kromium
komersial yang paling umum digunakan. Natrium bikromat adalah senyawa yang berbentuk
kristal dan berwarna kuning. Analisis suatu senyawa kromium menghasilkan persen massa
sebagai berikut: Na 17.5%, Cr 39.7%, dan O 42.8%. Tentukan rumus empirisnya dari senyawa
tersebut? (Natrium bikromat adalah senyawa ionik, sehingga tidak mempunyai rumus molekul).

Gambar 8. Beberapa perbedaan senyawa kromium. Searah jarum jam


(atas): kalium kromat, K2CrO4, kromium(IV) oksida, CrO3,
kromium(III) sulfat, Cr(SO4)3, logam kromium: kalium dikromat,
K2Cr2O7, kromium(III) oksida, Cr2O3.

Penyelesaian:

Dari 100.0 gram sodium dikromat, hasil analisis menunjukkan massa Na 17.5 g, Cr 39.7 g, dan
O 42.8 g, sehingga konversi dari gram ke mol adalah:

17.5 g Na x .
= 0.761 mol Na

39.7 g Cr x .
= 0.763 mol Cr

42.8 g O x .
= 2.68 mol O

130
Sekarang, bagi semua jumlah mol dari semua elemen dengan mol terkecil.

.
Untuk Na: .
= 1.00

.
Untuk Cr: .
= 1.00

.
Untuk O: .
= 3.52

Dari hasil tersebut, maka dapat ditentukan rumus empirisnya:

Na: Cr : O

1.0 : 1.0 : 3.5


2.0
Bila dintegrasikan dengan mengalikan dengan 2, maka di dapat: Na2.0Cr2.0O7.0. Sehingga rumus
empirisnya adalah Na2Cr2O7.

Latihan 8:

Asam benzoat, adalah senyawa kristal yang berwarna putih yang sering digunakan sebagai
penyedap pada masakan. Bila diketahui senyawa tersebut mengandung persen massanya: 68.8%
C, 5.0% H, dan 26.2% O. Hitung bagaimana rumus empirisnya?

3.4 Rumus Molekul dari Rumus Empiris

Rumus molekul suatu senyawa adalah kelipatan dari rumus empirisnya. Misalnya, rumus
molekul asetilen, C2H2, adalah ekivalen dengan (CH)2, dan rumus molekul benzen, C6H6 adalah
ekivalen dengan (CH)6. Karena itu, massa rumus molekul dikatakan juga kelipatan dari massa
rumus empiris, atau dapat juga dinyatakan dengan:

Massa rumus molekul = n x massa rumus empiris

Dimana n adalah jumlah unit rumus empiris dalam rumus molekul. Rumus molekul dihasilkan
dari kelipatan rumus empiris, yaitu dihitung dengan mengalikan n dari persamaan.

n=

131
Dari penjelasan diatas, dapat dinyatakan bahwa bila rumus empiris dapat ditentukan, maka dapat
pula ditentukan massa rumus empiris. Contoh dibawah ini, bagaimana menggunakan persen
komposisi dan massa molekul dalam penentuan rumus molekul dari senyawa asam asetat.

Penentuan Rumus Molekul dari Persen Komposisi dan Massa Molekul

Contoh 10:

Dalam suatu percobaan, didapatkan bahwa persen komposisi asam asetat dalam 100.0 gram
sampel asam asetat adalah 39.9% C, 6.7% H, dan 53.4% O. Tentukan rumus empirisnya dan
rumus molekulnya? Diketahui, massa molekul asam asetat adalah 60.0 amu.

Penyelesaiaan:

Sampel 100.0 g asam asetat mengandung 39.9 g C, 6.7 g H,


dan 53.4 g O. Konversikan massa ini kedalam mol sehingga
menghasilkan 3.33 mol C, 6.6 mol H, dan 3.34 mol O. Bagi
mol ini dengan mol terkecil sehingga didapatkan 1.00 untuk
C, 2.00 untuk H, dan 1.00 untuk O. Sehingga rumus
empirisnya adalah CH2O, karena massa rumus empiris ini
Gambar 9. Model molekul adalah 30.0 amu. Aplikasikan rumus diatas dengan membagi
asam asetat.
massa rumus molekulnya dengan massa rumus empiris.

n=

.
n= .
= 2.00

Sehingga rumus molekul asam asetat adalah (CH2O)2 atau


C2H4O2.

Latihan 9:

Diketahui persen komposisi senyawa asetaldehid adalah 54.5% C, 9.2% H, dan 36.3% O,
dengan massa mlekulnya adalah 44 amu. Tentukan rumus formula dari senyawa asetaldehid
tersebut.

132
4. Kuantitatif dalam reaksi Kimia

Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari tentang jumlah dari suatu reaktan dan produk yang
terlibat dalam suatu reaksi kimia. Stoikiometri dalam reaksi kimia adalah menjelaskan tentang
hubungan antara massa dan mol. Perhitungan secara kuantitatif dalam reaksi kimia adalah dasar
dalam suatu pekerjaan di laboratorium. Dalam reaksi kimia, jumlah mol yang terlibat dalam
reaksi kimia adalah proporsional dengan koefisien dalam persamaan keseimbangan reaksi kimia.

Jumlah Senyawa dalam Reaksi Kimia

Keseimbangan suatu reaksi kimia sangat berhubungan dengan jumlah senyawa dalam suatu
reaksi. Koefesien dalam persamaan kimia dapat memberikan interpretasi suatu molar, misalnya
mol suatu produk dapat dihitung dengan mengetahui mol suatu reaktan. Koefesien juga dapat
digunakan untuk menghitung massa suatu reaktan dan produk.

Contoh 11:

Gas amonia, NH3, dihasilkan dengan mereaksikan 4.8 mol H2, dan N2. Dalam kasus ini, berapa
mol NH3 yang dihasilkan? Untuk menjawab pertanyaan ini, maka jumlah gas amonia yang
dihasilkan tergantung pada berapa jumlah reaktan yang digunakan (dalam kasus ini N 2 dan H2).
Berdasarkan keseimbangan persamaan reaksi kimia, maka untuk menghasilkan 2 mol gas
amonia (NH3) dibutuhkan 3 mol H2. Gunakan faktor konversi.

2 mol NH3
3 mol H2
Konversi mol H2 ke mol NH3

Untuk meghitung jumlah NH3 yang dihasilkan dari 4.8 mol H2, tulis 4.8 mol H2 dan kalikan
nilai ini dengan faktor konversi:

4.8 mol H2 x = 3.2 mol NH3

Selanjutnya, konversi mol reaktan menjadi mol produk

Mol reaktan → mol produk


or
Mol produk → mol reaktan

Sehingga
3 mol H2

133
2 mol NH3
Konversi mol NH3 ke mol H2

Bila ada pertanyaan, berapa banyak hidrogen (dalam kg) yang diperlukan untuk menghasilkan
907 kg amonia? Untuk menjawab hal ini, maka yang pertama dilakukan adalah dengan
melakukan konversi massa amonia ke mol amonia, kemudian konversikan mol amonia ke mol
hidrogen, sehingga konversi mol hidrohen ke massa hidrogen adalah:

Massa NH3 → mol NH3 → mol H2 → massa H2

Selanjutnya, untuk mengkonversi 907 kg NH3, atau 9.07 x 105 g NH3 ke mol NH3 adalah:

9.07 x 105 g NH3 x .


= 5.34 x 104 mol NH3

Konversi dari g NH3 ke mol NH3

Konversi mol NH3 menjadi mol H2

5.34 x 104 mol NH3 x = 8.01 x 104 mol NH3


Konversi dari g NH3 ke mol NH3

Terakhir, konversi mol H2 ke gram H2

.
8.01 x 104 mol H2 x = 1.62 x 105 g H2
Konversi dari mol H2 ke mol H2

Sehingga kita bisa mengatakan bahwa untuk menghasilkan 907 kg NH3, kita membutuhkan
1.62 x 105 g H2 atau 162 kg H2.

Soal Contoh 11, dapat juga diselesaikan dengan menggunakan satu tahap perhitungan, yaitu:

.
9.07 x 105 g NH3 x .
x x = 1.62 x 105 g H2 (or 162 kg H2)

Latihan 10:

Natrium adalah logam lunak, dan merupakan logam yang sangat reaktif, bila direaksikan
dengan air akan menghasilkan gas hidrogen dan natrium hidroksida, NaOH. Hitung berapa

134
gram logam Na yang dibutuhkan untuk menghasilkan 7.81 g hidrogen?

Jumlah Dua Reaktan (atau Dua Produk)

Contoh 12:

Saat ini, klorin dibuat dari natrium klorida metode dekomposisi secara elektrokimia.
Sebelumnya klorin dibuat dengan memanaskan HCl dengan pirolusit (mangan oksida, MnO2),
seperti reaksi dibawah ini:

4HCl(aq) + MnO2(s) → 2H2O(l) + MnCl2(aq) + Cl2(g)

Berdasarkan reaksi diatas, berapa gram HCl bereaksi dengan 5.00 g mangan dioksida?

Penyelesaiaan:

Konversi 5.00 g MnO2 ke dalam bentuk mol (mol HCl), kemudian konversi kedalam bentuk
gram (gram HCl), sehingga:

.
5.00 g MnO2 x .
x x = 8.40 g HCl

Gambar 10. Pembuatan klorin. HCl pekat ditambahkan ke MnO2 dalam


beker glas. Note: pembentukan gas yang berwarna kuning kehijauan (klorin).

135
Latihan 11:

Spalerit adalah mineral yang mengandung seng sulfida (ZnS) dan merupakan komoditi ekspor
karena merupakan sumber logam Zn. Apabila spalerit ini dipanaskan dengan oksigen akan
nmenghasilkan seng oksid (ZnO), dan sufur dioksida, SO2. Hitung berapa kilogram gas oksigen
yang dihasilkan dalam reaksi ini, bila diketahui seng sulfida mengandung 5.00 x 10 3 g?

4.1 Reaktan Pembatas: Persen Teoritikal dan Persen Hasil

Dalam reaksi kimia, seringkali reaktan ditambahkan ke suatu reaksi dengan jumlah mol yang
sesuai agar reaksi kimianya berlangsung sesuai dengan yang diharapkan (seimbang). Dalam
kasus ini, pada akhir reaksi umumnya hanya satu reaktan yang habis bereaksi, sementara reaktan
yang lainnya tidak bereaksi. Reaktan pembatas (atau reagen pembatas) adalah reaktan yang
habis terpakai saat reaksi selesai. Sementara itu, bila reaktannya tidak habis terpakai saat reaksi
selesai disebut reaktan berlebih. Bila satu reaktan habis digunakan, maka reaksi akan berhenti,
hal ini menunjukkan bahwa “mol produk tergantung mol reaktan, atau dengan kata lain produk
selalu ditentukan oleh reaktan pembatas”.

Gambar 11. Analogi reaktan pembatas


menggunakan cheese sandwiches. Start:
Ada enam potong roti dan 2 potong keju
dalam pembuatan cheese sandwiches.
Equation: Dalam proses pembuatan
cheese sandwiches, satu sandwich dibuat
dengan 2 (potong) potong roti dan 1
(satu) potong keju. Bila kita mempunyai
2 potong keju maka dibutuhkan empat
potong roti untuk membuat 2 (dua)
cheese sandwiches. Finish: Pada akhir
proses pembuatan, terdapat dua potong
roti yang berlebih. Dalam kasus ini, keju
adalah reaktan pembatas karena masih
ada tersisa dua roti yang belum bisa
digunakan untuk membuat satu cheese
sandwiche lagi.

Perhitungan Menggunakan Reaktan Pembatas (Melibatkan Mol)

Contoh 13:

Logam seng, Zn, dapat bereaksi dengan hidrogen klorida, HCl, dengan reaksi sebagai berikut:

136
Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g)

Bila 0.30 mol Zn ditambahkan ke 0.52 mol HCl, berapa mol H2 yang dihasilkan dalam reaksi
diatas?

Penyelesaiaan:

Langkah 1:
Yang mana yang merupakan reaktan pembatas? Untuk menjawab soal ini, gunakan persamaan
reaksi keseimbangan, lihat setiap reaktan dalam reaksi tersebut, berapa produk H2 yang
dihasilkan semua reaktan habis bereaksi? Reaktan yang memberikan jumlah produk yang
terkecil itulah yang disebut sebagai reaktan pembatas.

0.30 mol Zn x = 0.30 mol H2

0.52 mol HCl x = 0.26 mol H2

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa, HCl adalah reaktan pembatas karena memberikan produk
yang terkecil, sementara Zn adalah zat yang tidak habis bereaksi (karena Zn adalah reaktan
yang berlebih)

Langkah 2:
Jumlah produk yang dihasilkan sangat tergantung kepada jumlah reaktan pembatas. Bila HCl
adalah reaktan pembatas, maka jumlah H2 yang dihasilkan adalah 0.26 mol

Latihan 12:

Aluminium klorida, AlCl3, adalah senyawa yang biasa digunakan sebagai katalis dalam
beberapa reaksi industri. Aluminium klorida, dapat dibuat dengan mereaksikan gas HCl dan
logam amonium.
2Al(s) + 6HCl(g) → 2AlCl3(aq) + 3H2(g)

Bila dalam suatu tabung reaksi mengandung 0.15 mol Al, dan 0.35 mol HCl. Hitung berapa mol
AlCl3 yang harus dipersiapkan dalam campuran reaksi ini?

137
Contoh 14:

Asam asetat dibuat dengan mereaksikan gas oksigen dengan asetaldehid, CH3CHO, pada
tekanan tertentu menggunakan katalis magan(II) asetat pada suhu 60°C. Reaksinya adalah
sebagai berikut:
2CH3CHO(l) + O2(g) → 2HC2H3O2 (g)

Di laboratorium, 20.0 g CH3CHO dan 10.0 g O2 dimasukkan kedalam suatu labu reaksi
kemudian direaksikan pada suhu dan tekanan tertentu.
a. Berdasarkan reaksi diatas, asetaldehid adalah salah satu reaktan yang digunakan dalam reaksi
pembentukan asam asetat, berapa gram asam aseat yang dihasilkan?
b. Berapa gram reaktan yang tersisa pada reaksi tersebut?

Penyelesaiaan:
a. Berapa jumlah asam asetat yang dihasilkan?
Langkah 1:
Untuk menentuan yang mana reaktan pembatas, maka konversikan gram dari setiap reaktan
(20.0 g CH3CHO dan 10.0 g O2) ke dalam bentuk mol produk, HC2H3O2. Asetaldehid
mempunyai massa molar 44.1 g/mol, dan oksigen mempunyai massa molar 32.0 g/mol.

20.0 g CH3CHO x .
x = 0.454 mol HC2H3O2

10.0 g O2 x .
x = 0.625 mol HC2H3O2

Jadi, asetaldehid, CH3CHO, adalah reaktan pembatas, sehingga jumlah mol asam asetat,
HC2H3O2, yang dihasilkan adalah 0.454 mol HC2H3O2

Langkah 2: Konversikan 0.454 mol HC2H3O2 kedalam bentuk gram HC2H3O2.

.
0.454 mol HC2H3O2 x = 27.3 mol HC2H3O2

b. Berapa gram reaktan (O2) yang tersisa pada reaksi tersebut? Untuk menjawab pertanyaan
ini, konversikan mol asam asetaat ke dalam bentuk gram oksigen (jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk menghasilkan asam asetat).

.
0.454 mol HC2H3O2 x x = 7.26 g O2

Sehingga jumlah Oksigen, O2, yang tersisa dalam reaksi tersebut adalah (10.0 – 7.26) g O2 =
2.7 g O2

138
Gambar 12. Reaksi Seng dan Sulfur. Bila paku panas
dimasukkan dalam wadah yang berisi seng dan sulfur maka
akan menghasilkan suatu reaksi dan membentuk seng sulfida.

Latihan 13:

Dalam suatu percobaan, diketahui 7.36 g seng dipanaskan dengan 6.45 g sulfur. Bila diketahui
reaksinya adalah sebagai berikut:
8Zn + S8(g) → 8ZnS

Hitung berapa jumlah seng silfida yang dihasilkan?

Hasil teoritikal (theoretical yield) suatu produk adalah jumlah maksimum suatu produk yang
dihasilkan oleh reaksi dari suatu reaktan. Jumlah maksimum suatu produk yang dihasilkan
berdasarkan reaktan pembatas.

Hal yang sangat penting dalam suatu reaksi adalah dengan mengetahui berapa jumlah produk
yang sebenarnya yang dihasilkan. Persentase hasil (percentage yield) dari suatu produk adalah
hasil yang sebenarnya (ditentukan secara eksperimen) yang dinyatakan sebagai persentase hasil
teoritis (ditentukan secara perhitungan).
( )
Persentase hasil (percentage yield) = ( )
100%

Contoh 15:

Hitung berapa persen hasil pembuatan asam asetat pada soal Contoh 13. Dari soal ini diketahui
bahwa hasil teoritis (theoretical yiled) dari asam asetat adalah 27.3 g. Bila hasil sebenarnya
asam asetat (actual yield) adalah 23.8 g. Berapa persen hasil (percentage yield) asam asetat
HC2H3O2?

139
Penyelesaiaan:

( )
Persentase hasil (percentage yield) = ( )
100%

.
Persentase hasil (percentage yield) = .
100% = 87.2%

Jadi, persen hasil (percentage yield) asam asetat HC2H3O2 adalah 87.2%

Referensi:

Darrel E. Ebbing and Steven D. Gammon, 2007, General Chemistry, Ninth Edition, Houghton
Miffin, Boston, New York.

Raymond Chang and Jason Overby, 2011, General Chemitry: The Essential Concepts, Sixth
Edition, Mc. Graw Hill, New York

140
IKATAN KIMIA DAN STRUKTUR MOLEKUL

1. Pendahuluan
2. Ikatan Kimia
2.1 Ikatan Antar Atom
2.1.1 Ikatan Ionik
2.1.2 Ikatan Kovalen
2.1.2.1 Kovalen Polar
2.1.2.2 Kovalen nonpolar
2.1.2.3 Ikatan Kovalen Koordinasi
2.1.2.4 Ikatan Logam
2.2 Ikatan Antar Molekul
2.2.1 Dipol-dipol
2.2.2 Gaya London
2.2.3 Ikatan Hidrogen
3. Struktur Molekul
3.1 Senyawa-senyawa tanpa PEB
3.2 Senyawa-senyawa yang memiliki PEB

1. Pendahuluan
Pada umumnya unsur-unsur dijumpai tidak dalam kedaan bebas (kecuali pada suhu
tinggi), melainkan sebagai suatu kelompok-kelompok atom yang disebut sebagai molekul.
Kelompok-kelompok atom atau molekul merupakan keadaan yang lebih stabil dibandingkan
unsur-unsur dalam keadaan bebas. Ikatan kimia terbentuk karena unsur –unsur ingin memiliki
struktur elektron stabil. Struktur elektron stabil yang dimaksud yaitu struktur elektron gas
mulia (Golongan VIIIA). Kecendrungan atom-atom untuk memiliki struktur atau konfigurasi
elektron seperti gas mulia atau 8 elektron pada kulit terluar disebut “kaidah Oktet”.

2. Ikatan Kimia
Ikatan kimia merupakan suatu gaya yang menahan atom-atom untuk tetap berada
dalam bentuk senyawa. Ikatan tersebut bertanggung jawab dalam interaksi tarik menarik

141
antar dua atom yang menyebabkan suatu senyawa berada dalam keadaan stabil. Ikatan kimia
dibagi ke dalam dua jenis, yaitu ikatan ionik yang terbentuk akibat adanya proses transfer
elektron antar atom dan ikatan kovalen, yang timbul karena adanya proses sharing elektron
atau pemakaian bersama pasangan elektron.

2.1.1 Ikatan ionik

Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat perpindahan elektron dari satu atom ke
atom lain. Ikatan ion terbentuk antara atom yang melepaskan elektron (logam) dengan atom
yang menangkap elektron (bukan logam). Atom logam, setelah melepaskan elektron berubah
menjadi ion positif. Sedangkan atom bukan logam, setelah menerima elektron berubah
menjadi ion negatif. Antara ion-ion yang berlawanan muatan ini terjadi tarik-menarik (gaya
elektrostastis) yang disebut ikatan ion (ikatan elektrovalen). Ikatan ion merupakan ikatan
yang relatif kuat. Pada suhu kamar, semua senyawa ion berupa zat padat kristal dengan
struktur tertentu. Contoh ikatan ion dapat dilihat pada reaksi berikut :

Pada reaksi diatas setiap atom akan mengikuti konfigurasi elektron gas mulia agar
menjadi stabil. Atom Na akan kehilangan satu elektron untuk membentuk Na + yang hanya
mengadung 10 elektron. Jumlah elektron ion Na akan sama dengan jumlah ion elektron gas
mulia (Ne), sehingga ion Na akan cenderung stabil. Di lain pihak, atom Cl yang memiliki 7
elektron akan cenderung menerima 1 elektron tambahan (dari Na) agar jumlah elektron
terluarnya menjadi 8 untuk menjadi stabil.

2.1.2 Ikatan Kovalen


Ikatan kovalen merupakan interaksi yang terjadi karena adanya penggunaan elektron
bersama oleh dua atom. Pada ikatan kovalen, setiap elektron dalam pasangan elektron ikatan
yang digunakan bersama ditarik oleh inti dari kedua atom yang berikatan. Molekul hidrogen
H2 merupakan contoh pembentukan ikatan kovalen.

142
Molekul H2

Masing-masing atom hidrogen mempunyai 1 elektron dan untuk mencapai


konfigurasi yang stabil seperti unsur golongan gas mulia maka masing-masing atom
hidrogen memerlukan tambahan 1 elektron. Tambahan 1 elektron untuk masing-masing atom
hidrogen tidak mungkin didapat dengan proses serah terima elektron karena memiliki
keelekronegatifan yang sama. Sehingga konfigurasi yang stabil dapat dicapai dengan
pemakaian elektron secara bersama. Proses pemakaian elektron secara bersama terjadi
dengan menyumbangkan masing-masing satu elektron atom hidrogen untuk menjadi
pasangan elektron milik bersama. Pasangan elektron bersama akan ditarik oleh kedua inti
atom hidrogen yang berikatan. Gaya tarikan elektron ke inti inilah yang mengikat ke dua
atom hidrogen dalam molekul H2 dan yang berperan dalam pembentukan ikatan kovalen
dalam molekul yang lainnya.
Ikatan kovalen dalam atom-atom berektron banyak, contohnya fluorin, hanya akan
melibatkan elektron valensi dalam ikatan kovalennya. Atom F yang memiliki konfigurasi 1s2
2s2 2p5, tidak melibatkan elektron orbital 1s dalam pembentukan ikatan karena tingkat
energinya rendah yang disebabkan oleh keberadaan elektron yang terlalu dekat dengan inti.
Pembentukan molekul F2 hanya melibatkan dua elektron valensi dari tiap-tiap atom Fluor.
Pasangan elektron valensi yang tidak terlibat dalam pembentukan ikatan kovalen disebut
pasangan elektron bebas (PEB), dimana masing-masing atom F dalm F2 memiliki tiga pasang
elektron bebas.

143
Ikatan Kovalen Molekul F2

Molekul F2 telah mencapai konfigurasi elektron gas mulia yang stabil dengan
pemakaian elektron secara bersama. Pembentukan molekul tersebut mengikuti kaedah oktet
yang dirumuskan oleh Lewis, dimana sebuah atom, kecuali hidrogen, cenderung membentuk
ikatan sampai atom itu dikelilingi oleh delapan elektron valensi. Dengan kata lain, ikatan
kovalen terbentuk jika elektron yang tersedia tidak cukup untuk masing-masing atom
mencapai oktet yang lengkap. Masing-masing atom dapat melengkapi oktetnya dengan
menggunakan elektron secara bersama dalam ikatan kovalen baik secara polar maupun
nonpolar.

Contoh Soal :

Deret senyawa berikut ini HF, HCl, HI, BH3, BF3, CO2, H2O, NH3, CO2, LiCl, CaCl2,
MgBr2, IF3, CCl4, CIF3, tergolong senyawa kovalen kecuali . . . . .

Jawaban :
Ikatan kovalen merupakan interaksi yang terjadi karena adanya penggunaan elektron
bersama oleh dua atom. LiCl, CaCl2, MgBr2 membentuk ikatan melalui serah terima
elektron sehingga bukan termasuk ke dalam senyawa kovalen.

144
2.1.2.1 Ikatan Kovalen Polar
Senyawa kovalen dikatakan polar jika senyawa tersebut memiliki perbedaan
keelektronegatifan. Dengan kata lain, pada senyawa yang berikatan kovalen terjadi proses
pengutuban muatan sehingga dinamakan ikatan kovalen polar.
Ikatan kovalen polar adalah suatu ikatan dimana elektron yang membentuk ikatan
lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berputar dan berkeliling disekitar salah satu
atom. Pada pembentukan molekul HCl elektron dalam ikatan kovalen digunakan tidak
seimbang oleh atom H dan atom Cl sehingga terjadi polarisasi, dimana elektron ikatan akan
lebih dekat kepada atom klor daripada Hidrogen.

Ikatan kovalen polar pada molekul HCl

Polaritas ikatan ini dapat digambarkan dalam bentuk panah atau symbol parsial positif
(δ+) dan parsial negatif (δ-). Parsial positif adalah tanda bahwa atom lebih bersifat
elektropositif di banding dengan atom yang menjadi pasangannya, sedangkan parsial negatif
merupakan atom yang lebih bersifat elektronegatif daripada atom yang menjadi pasangan
ikatannya.

2.1.2.2 Ikatan kovalen nonpolar

Ikatan kovalen nonpolar merupakan ikatan yang terbentuk dari atom-atom yang
memiliki keelektronegatifan yang sama atau tidak memiliki perbedaan keelektronegatifan.
Ikatan ini biasanya terbentuk dari atom nonlogam diatomik seperti H2, F2, N2 dan Br2. Pada
pembentukan molekul diatomik, kedua elektron dalam ikatan kovalen digunakan secara
seimbang oleh kedua inti atom. Karena itu, pada molekul diatomik tidak akan terjadi
polarisasi muatan.

145
2.1.2.3 Ikatan Kovalen Koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terbentuk dari pemakaian pasangan
elektron bersama yang berasal dari salah satu atom yang memiliki pasangan elektron bebas.
Beberapa senyaawa yang memiliki ikatan kovalen koordinasi adalah NH 4Cl, H2SO4 dan
HNO3. Ciri-ciri ikatan kovalen koordinasi adalah adanya pasangan elektron bebas dari salah
satu atom yang dipakai secara bersama-sama seperti pada contoh berikut :

Ikatan Kovalen

Ikatan Kovalen Koordinasi

Tanda panah menunjukkan pemakaian elektron dari atom N yang digunakan secara bersama
oleh atom N dan O. Jadi, senyawa HNO3 memiliki satu ikatan kovalen koordinasi dan dua
ikatan kovalen.

Contoh Soal :

Berikut adalah rumus struktur dari HNO2

Ikatan kovalen koordinasi ditunjukkan oleh panah nomor ...

Jawab :

146
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terbentuk dari pemakaian bersama pasangan
elektron bebas dari atom nitrogen. Sehingga ikatan kovalen koordinasi ditunjukkan oleh
panah nomor 3.

Latihan :

Gambarkan struktur Lewis dan tunjukkan bagian mana yang merupakan ikatan kovalen
Koordinasi dari ion SO3, NH4 dan H2SO4

2.1.2.4 Ikatan Logam

Ikatan logam merupakan ikatan antar atom logam, namun bukan ikatan ion maupun
kovalen. Dalam suatu logam terdapat atom-atom sesamanya yang berikatan satu sama lain
sehinggasuatu logam akan bersifat kuat, keras, dan dapat ditempa. Elektron-elektron valensi
dari atom-atom logam bergerak dengan cepat membentuk lautan elektron mengelilingi inti
atom. Ikatan yang terbentuk sangat kuat sehingga menyebabkan ikatan antaratom logam
sukar dilepaskan. Unsur logam pada umumnya merupakan zat padat pada suhu kamar dan
kebanyakan logam adalah penghantar listrik yang baik.

147
2.2 Ikatan Antar Molekul

Ikatan antar molekul adalah interaksi yang menimbulkan tarikan antar molekul dengan
berbagai tingkat kekuatan. Pada suhu tertentu, kekuatan tarikan antarmolekul
menetukan wujud suatu zat berupa gas, cair atau padat. Ada tiga jenis gaya
antarmolekul yaitu gaya dipol-dipol, London dan ikatan hidrogen.

2.2.1 Dipol-dipol

Gaya dipol-dipol adalah gaya yang terjadi di antara molekul-molekul yang memiliki
sebaran muatan tidak homogen, yakni molekul-molekul dipol atau molekul polar.
Molekul-molekul polar memiliki dua kutub muatan yang berlawanan. Oleh karena itu,
diantara molekul-molekulnya akan terjadi interaksi yang disebabkan oleh kedua kutub
muatan yang dimilikinya.

Gaya dipol-dipol permanen

Pada interaksi dipol-dipol, ujung-ujung parsial positif suatu molekul mengadakan


tarikan dengan ujung-ujung parsial negatif dari molekul-molekul lain yang
mengaibatkan orientasi molekul-molekul sejajar.

2.2.2 Gaya London

Gaya London terjadi pada atom atau molekul, baik polar maupun nonpolar.
Gaya london atau disebut juga gaya dispersi merupakan gaya yang timbul akibat dari
pergeseran sementara muatan elekron dalam molekul homogen atau dapat dikatakan
bahwa gaya london terjadi akibat pergeseran awan elektron dari suatu molekul
membentuk dipol sementara.

148
Gaya London

Gaya london terjadi melalui beberapa tahapan, dimulai dari tumbukan antar
molekul yang menyebabkan terbentuknyadipol sementara akibat pergeseran awan
elektron. Dipol-dipol sementara yang terbentuk akan menginduksi molekul lain
membentuk dipol terinduksi. Akibat terbentuk dipol sementara pada sejumlah molekul,
menimbulkan gaya tarik menarik diantara molekul tersebut yang dikenal sebagai gaya
london. Gejala tersebut berlansung secara terus menerus dan berimbas kepada molekul-
molekul lain sehingga terjadi gaya london diantara molekul-molekul yang ada.

Dengan demikian, gaya london adalah gaya interaksi antaratom atau molekul
yang memiliki dipol sementara dengan jarak yang sangat berdekatan satu sama lain.
Kekuatan gaya london dipengaruhi oleh ukuran, bentuk molekul, dan mudah tidaknya
pergeseran awan elektron. Sentuhan diantara atom atau molekul dengan luas
permukaan sentuhan besar menghasilkan peluang lebih besar menghasilkan dipol
sementara dibandingkan bidang sentuh yang relatif kecil. Semakin besar luas
permukaan sentuh molekul, semakin besar peluang terjadinya dipol sementara.

2.2.3 Ikatan Hidrogen

Senyawa yang mengandung atom hidrogen dan atom yang memiliki


keelektronegatifan tinggi, seperti fluorin, klorin, dan oksigen dapat membentuk

149
senyawa polar. Pada molekul polar, pasangan elektron ikatan yang digunakan
bersama lebih tertarik ke arah atom dengan keelktronegatifan tinggi. Ikatan hidrogen
terbentuk pada senyawa-senyawa polar yang mengandung atom H dan atom yang
memiliki keelktronegatifan yang tinggi, seperti F, O, dan N.

Molekul air (H2O)

Atom-atom yang memiliki keelktronegatifan tinggi akan menarik pasangan


elektron lebih kuat, sehingga kulit valensi elektron pada atom hidrogen seolah-olah
terkelupas dan inti atom hidrogen yang bermuatan positif seolah-olah berada
dipermukaan molekul. Semakin tinggi keelektronegatifan atom yang mengikat atomm
hidrogen, semakin besar peluangnya untuk membentuk ikatan hidrogen. Dengan
hadirnya ikatan hidrogen dalam suatu senyawa menimbulkan pengaruh terhadap sifat-
sifat fisik senyawa tersebut

3. Struktur Molekul

Struktur molekul suatu senyawa dapat diramalkan berdasarkan adanya


Pasangan Elektron Ikatan (PEI) dan Pasangan Elektron Bebas (PEB) pada kulit terluar

150
dari suatu atom pusat di dalam molekul tersebut. Pasangan elektron yang terdapat
pada kulit terluar dari suatu atom pusat memiliki muatan sejenis sehingga akan terjadi
gaya tolak menolak. Pasangan-pasangan elektron ini akan meminimumkan tolak
menolak tersebut dengan membentuk suatu susunan tertentu. Teori ini dikenal dengan
teori Tolakan Pasangan Elektron Kulit Valensi atau teori VSEPR (Valence Shell
Electron Pair Repulsion).

Berdasarkan teori VSEPR, gaya tolak menolak terbesar akan terjadi diantara
PEB dan gaya tolak terkecil akan terjadi antara PEI. Sehingga, jika kekuatan gaya
tolak menolak antar pasangan elektron diurutkan akan menghasilkan urutan sebagai
berikut :

Hibridisasi adalah penyetaraan tingkat energi melalui penggabungan antarorbital


senyawa kovalen atau kovalen koordinasi. Bentuk molekul suatu senyawa dipengaruhi
oleh bentuk orbital hibridanya. Hal ini terjadi akibat adanya komposisi PEI dan PEB.

3.1 Senyawa-senyawa tanpa PEB

Senyawa-senyawa tanpa PEB seperti CH4, CCL4, BH3, BCl3, BF3, BeCl2 dan
SF6 dirumuskan dengan notasi A dan X dengan A adalah atom pusat dan X adalah atom
terikat.

Contoh :

a. Senyawa CH4 dan CCl4 memiliki rumus AX4


b. Senyawa BH3, BCl3, dan BF3 memiliki rumus AX3, dan
c. Senyawa SF6 memiliki rumus AX6

Senyawa CH4 dan CCL memiliki empat pasang elektron ikatan (PEI) di
sekitar atom pusat C, sehingga rumus umum struktur ruang kedua senyawa adalah
AX4. Pada CH4 dan CCL4 terjadi penggabungan orbital 2s 2p 2p dan 2p, sehingga
hibridisasinya sp3. Rumus AX4 memiliki empat buah PEI yang berarti gaya tolak
menolaknya lemah. Susunan atom-atom senyawa dengan AX4 akan membentuk

151
struktur ruang yang simetri dengan atom pusat yang berada di tengah yang dikenal
sebagai bentuk tetrahedral.

Struktur molekul CCl4

Molekul BH3, BCl3 dan BF3 memiliki rumus AX3. Atom-atom senyawanya tersusun
dengan atom pusat pusat berada di tengah sehingga membentuk struktur ruang simetris yang
dikenal sebagai segitiga sama sisi. Pada BH3, BCl3 dan BF3 terjadi penggabungan orbital 2s
2p dan 2p, sehingga hibridisasinya adalah sp2. Hibridisasi dan bentuk molekul beberapa
senyawa dapat dilihat pada tabel 1.

Struktur molekul BH3

152
Tabel 1. Struktur ruang senyawa tanpa Pasangan Elektron Bebas

3.2 Senyawa-senyawa yang memiliki PEB


Senyawa-senyawa yang memiliki PEB dirumuskan dengan dengan notasi A, X
dan E, dimana A adalah atom pusat, X adalah atom terikat dan E merupakan pasangan
elektron bebas. Salah satu senyawa yang meiliki PEB adalah H2O. Molekul H2O
mengandung empat pasangan elektron yang terdiri atas dua PEI (X) dan dua PEB (E).
Oleh karena itu, molekul H2O memiliki rumus AX2E2 dengan susunan ruang
pasangan elektron berbentuk tetrahedral. Akan tetapi, dalam molekul H2O tersebut
memiliki dua PEB, sehingga molekul H2O berbentuk seperti huruf “V”. Hal ini
disebabkan oleh adanya gaya tolak menolak antar PEB. Besar sudut ikatan pada H 2O
menjadi 104,5o. Besar sudut ikatan tersebut lebih kecil dibandingkan sudut ikatan H-
C-H pada molekul CH4 (109,5o) yang disebabkan oleh gaya tolak menolak antar PEI.

153
Molekul H2O
Berbeda dengan H2O, dalam molekul NH3 terdapat empat pasangan elektron
yang terdiri atas tiga PEI dan satu PEB. Dengan demikian, molekul NH3 memiliki
rumus AX3E yang secara teori akan berbentuk tetrahedral. Namun faktanya NH3
merupakan molekul yang berbentuk piramida trigonal. Bentuk tersebut terjadi karena
adanya gaya tolak menolak antara PEB dan PEI. Besar sudut antar ikatan H-N-H
dalam molekul NH3 adalah sebesar 107o. Besar sudut ikatan ini lebih kecil
dibandingkan sudu ikatan H-C-H dalam molekul CH4 (109,5o), namun lebih besar
dari sudut ikatan H-O-H pada H2O (104,5o).

Molekul NH3
Berdasarkan besar sudut ikatan antara molekul H2O, NH3 dan CH4, terbukti
bahwa urutan gaya tolak menolak pasangan elektron adalah PEB-PEB > PEB-PEI >
PEI-PEI. Pada susunan ruang pasangan elektron yang sama, semakin besar gaya tolak
menolak, sudut ikatan yang terbentuk akan semakin kecil. Hibridisasi dan bentuk
molekul beberapa senyawa dapat dilihat pada tabel 2.

154
Tabel 2. Struktur ruang molekul senyawa yang memiliki PEB

155
Latihan.

1. Bagaimana urutan gaya tolak menolak antara PEI-PEI, PEB-PEI, dan PEB-PEB ?
jelaskan.
2. Tentukan hibridisasi dan bentuk molekul senyawa dengan data sebagai berikut.

3. Tentukan hibridisasi dan bentuk molekul dari CH4, NF3, dan Cl2O. Jelaskan perbedaan sudut
ikatan ketiganya.
4. Gambarkan bentuk hibridisasi dan struktur ruang nolekul senyawa PCl5, PCl3 dan ICl3

Referensi

Raymond Chang and Jason Overby, 2011, General Chemitry: The Essential Concepts, Sixth
Edition, Mc. Graw Hill, New York.

156
KESETIMBANGAN KIMIA

1. Pendahuluan
2. Kesetimbangan Kimia
2.1 Menegakkan Kesetimbangan Kimia (Chemical Equilibria)
2.2 Pengaruh Sifat Dasar Pereaksi
2.3 Pengaruh Konsentrasi
2.3.1 Tetapan Kesetimbangan
2.3.2 Penentuan Ketetapan Kesetimbangan
2.3.3. Perhitungan Berdasarkan Kc
2.4 Pengaruh Perubahan Tekanan
2.4.1 Kasus I, Kuantitas Relatif Pereaksi dan Produk Tidak Berubah
2.4.2 Kasus II, Kuantitas Relatif Pereaksi dan Produk Berubah
2.4.3 Tetapan Kesetimbangan Kp
2.4.4 Hubungan ΔGo dengan Kp
2.5 Pengaruh Temperatur
2.6 Pengaruh Suatu Katalis
3. Derajat Disosiasi
4. Pergeseran Kesetimbangan

1. Pendahuluan

Pada dasarnya, hubungan antara laju reaksi dan keseimbangan relative sederhana. Jika produk
suatu sistem kimia dapat bereaksi dan membentuk zat-zat asli, maka hal itu disebut reversible.
Dalam reaksi kimia yang reversible, terdapat suatu kondisi kesetimbangan kimia. Hal ini terjadi
karena sepasang reaksi yang berlawanan, yaitu reaksi maju dan reaksi balik, berlangsung pada
laju yang sama. Faktor-faktor yang terlibat dalam menegakkan keadaan kesetimbangan sangat
penting dalam banyak pencarian keilmuwan. Ahli kimia yang menangani pembuatan suatu
senyawa yang berguna dalam skala besar, tertarik untuk meminimalkan pengaruh dari reaksi
balik. Dalam organisme hidup terdapat banyak proses kesetimbangan kimia yang penting agar
organisme itu hidup dengan baik, seperti keasaman (atau kebasaan) darah dipertahankan dalam
batas yang sempit oleh beberapa reaksi yang berlawanan. Banyak kesetimbangan juga dilibatkan
dalam proses fotosintesis yang kompleks itu. Oleh karena itu, peneliti dalam bidang ilmu
kedokteran, ahli farmakologi, ahli gizi, ahli biokimia, dan ahli kimia tumbuhan dan tanah
mengkaji proses-proses kesetimbangan dalam usaha mereka memecahkan masalah yang
tercakup dalam meningkatkan kesehatan tumbuhan dan hewan.

2. Kesetimbangan Kimia

Kesetimbangan kimia merupakan keadaan yang terjadi jika laju reaksi ke kanan (maju) sama
dengan laju reaksi ke kiri (balik) (Gambar 1).

157
Konsentrasi

Titik kesetimbangan Gambar 1. Pada reaksi kesetimbangan kimia kita


gunakan lambang
Vmaju =Vbalik
[A] dan atau [B]
Waktu

1. Kesetimbangan homogen (hanya satu fasa)


Contoh :
2SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g)
3+ -
Fe (aq) + CNS (aq) Fe(CNS)2+ (aq)

2. Kesetimbangan heterogen (lebih dari satu fasa)


Contoh :
AgNO3 (aq) NaCl (aq) AgCl (s) + NaNO3 (aq)
-
CH3COO (aq) + H2O (l) CH3COOH (aq) + OH- (aq)

2.1 Menegakkan kesetimbangan kimia (chemical equilibrium)

Pembahasan berikut akan menyangkut suatu contoh yang khas dari suatu reaksi yang
reversibel dan menegakkan suatu kesetimbangan kimia. Jika kita perhatikan persenyawaan
dari atom hidrogen dan nitrogen untuk membentuk ammonia, Persamaan (1), dan reaksi
kebalikannya yaitu penguraian ammonia untuk menhasilkan hidrogen dan nitrogen,
Persamaan (2) :

3H2 (g) + N2 (g) 2NH3 (g)

2NH3 (g) 3H2 (g) + N2 (g)

Jika hidrogen dan nitrogen dicampur dengan perbandingan 3 : 1 pada temperatur kamar,
maka tidak terjadi suatu reaksi pada laju yang dapat dideteksi. Akan tetapi, pada temperatur
yang tinggi dan adanya suatu katalis, reaksi tersebut akan cepat berlangsung. Pada temperatur
200oC dan tekanan 30 atm, campuran tersebut dapat bereaksi dengan cepat sampai sekitar
67,6 persen tekanan yang dilakukan oleh campuran itu disebabkan oleh gas ammonia. Tidak
terjadi perubahan lebih lanjut dalam banyaknya ketiga komponen yang ada selama campuran
dipertahankan pada 200oC dan 30 atm.

158
Hal ini juga terjadi pada ammonia yang tidak terurai pada temperatur ruang yaitu pada
Persamaan (2) pada laju yang dapat diamati. Namun, apabila temperatur dinaikkan dan
ditambahkan dengan katalis, penguraian menjadi hidrogen dan nitrogen terjadi pada
kecepatan yang dapat diukur. Pada 200oC dan 30 atm, banyaknya ammonia berkurang
sampai 32,4 persen tekanan yang dilakukan oleh campuran disebabkan oleh hidrogen dan
nitrogen ; setelah itu maka tidak Nampak perubahan lebih lanjut.

Terlepas dari apakah dimulai dengan ammonia murni ataukah hidrogen plus nitrogen tanpa
ammonia, tidak ada reaksi yang berjalan sampai legkap. Tiap reaksi kelihatan berakhir
dengan terbentuknya campuran 67,6 persen ammois dan 32,4 persen hidrogen dan nitrogen.
Persentase yang dinyatakan dalam tekanan yang dilakukan oleh campuran, adalah sama
dengan persentase yang dinyatakan dalam volume.

Pada kasus ini, kita menangani dua reaksi yang berlawanan yang masing-masing
berlangsung sedemikian rupa sehingga yang lain dapat berlangsung pada saat yang sama,
sekali reaksi itu diawali.

Apabila diawali dengan hidrogen dan nitrogen dalam suatu bejana, mula-mula reaksi (2)
tidak dapat berlangsung karena tidak ada ammonia. Akan tetapi, dengan berlangsungnya
reaksi (1), terbentuk ammonia, dan reaksi (2) mulai, mula-mula dengan laju rendah karena
belum terdapat banyak ammonia. Reaksi (1) dapat berlangsung mula-mula dengan sangat
cepat, tetapi makin lama kecepatan reaksi (1) terus-menerus berkurang, karena hidrogen dan
nitrogen semakin habis ; dan kecepatan reaksi (2) terus-menerus bertambah karena
banyaknya ammonia yang bertambah. Akhirnya kecepatan kedua reaksi yang berlawanan
menjadi sama (Gambar 2). Apabila dimulai dengan ammonia dalam bejana tertutup pada
200oC dan 30 atm, reaksi-reaksi yang sama akan berlangsung, namun urutannya terbalik. Jika
laju reaksi telah sama, selama temperatur dan tekanan tidak berubah dan tidak ada yang
ditambahkan atau diambil, maka banyaknya hidrogen, nitrogen dan ammonia tidak berubah.

cepat

3H2 + N2 → 2NH3
Laju makin berkurang Gambar 2. Sebuah grafik yang menunjukkan
Laju reaksi

bagaimana laju reaksi untuk pembentukan dan


penguraian ammonia berubah dengan waktu. Pada
awalnya, pada waktu 0, hanya hidrogen dan nitrogen
2NH3 → 3H2 + N2 yang terdapat dalam bejana.
Laju makin bertambah
Bertambahnya waktu

Contoh lain dari kesetibangan reaksi kimia adalah pada reaksi pembentukan NO 2.

N204 (g) 2NO2 (g)

159
Kesetimbangan
Kesetimbangan

Kesetimbangan

Dimulai dengan NO2 Dimulai dengan N2O4 Dimulai dengan NO2 dan N2O4

2.2 Pengaruh sifat dasar pereaksi

Banyaknya relatif pereaksi dan produk pada kesetimbangan sangat beraneka untuk reaksi
kimia yang berlainan. Perhatikan reaksi maju umum berikut ini :

B2 + C2  2BC ΔGro negatif (3)

Dan reaksi lawannya

2BC  B2 + C ΔGro positif (4)

Karena perubahan energi bebas standar untuk reaksi maju adalah negatif, reaksi (3)
mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk terjadi daripada reaksi (4). Selisih
kecenderungan untuk bereaksi dihubungkan sebagian dengan kuat ikatan dalam pereaksi dan
produk, dan sebagian dengan entropi zat-zat ini.
160
Sistem kesetimbangan yang diuraikan oleh persamaan (3) dan (4) dipaparkan sebagai berikut
:

B2 + C2 2BC

Kecenderungan yang lebih besar untuk reaksi (3) terjadi, dicerminkan dalam konsentrasi-
konsentrasi molekul yang ada pada kesetimbangan. Apakah kesetimbangan didekati oleh
pihak pereaksi dengan dimulai dengan molekul-molekul B2 dan C2 yang sama bayak, ataukah
didekati dari pihak produk dengan dimulai dengan molekul BC saja, spesi yang lebih
melimpah pada kesetimbangan adalah BC.

Dalam kasus khusus dari dua reaksi berlawanan,

3H2 (g) + N2 (g) 2NH3 (g)

Sifat dasar molekul ammonia adalah sedemikian sehingga molekul ini mempunyai
kecenderungan sedang untuk terurai pada temperatur 200oC dan 30 atm. Sebaliknya molekul-
molekul hidrogen dan nitrogen mempunyai kecenderungan bersenyawa dan membentuk
ammonia pada kondisi ini. Inilah alasan utama mengapa dalam campuran kesetimbangan itu,
yang berasal dari kuantitas N2 dan H2 yang stoikiometrik, kebanyakan bahan ada dalam
bentuk ammonia (67,6 persen volume). Artinya, laju penguraian dapat sama dengan laju
pembentukan hanya bila konsentrasi molekul ammonia cukup besar daripada konsentrasi
molekul hidrogen dan nitrogen, untuk mengimbangi lebih kecilnya kecenderungan alamiah
(dari) molekul ammonia untuk terurai.

Dalam banyak reaksi reversibel, kecenderungan dari salah satu reaksi yang berlawananitu
untuk terjadi, adalah jauh lebih besar daripada kecenderungan dari reaksi yang lain. Dalam
hal-hal lain, seringkali reaksi yang lain itu diabaikan karena pengaruhnya pada banyaknya
produk yang dapat diperoleh dari reaksi itu tidaklah berarti. Jadi, dalam perubahan kimia
seperti contoh berikut :

3H2 (g) + O2 (g) 3H2O (g)

C (s) + O2 (g) CO2 (g)

2Na (s) + Cl2 (g) 2NaCl (s)

Reaksi baliknya tidak berarti kecuali apabila temperatur luar biasa tingginya. Untuk semua
maksud praktis, reaksi maju dianggap berjalan lengkap dan dinyatakan dengan anak panah
tunggal :

2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (g)

C (s) + O2 (g) CO2 (g)

161
2Na (s) + Cl2 (g) 2NaCl (s)

2.3 Pengaruh konsentrasi

Suatu persamaan berimbang menunjukkan angka banding banyaknya mol yang bereaksi,
misalnya pada persamaan :

H2 + Cl2 2HCl

Pada reaksi diatas menyatakan bahwa, jika 1 mol H2 bereaksi, 1 mol Cl2 juga bereaksi, dan 2
mol HCl akan terbentuk. Akan tetapi tidaklah perlu untuk mempersenyawakan pereaksi-
pereaksi dengan angka banding molar yang dinyatakan oleh persamaan itu agar reaksi
berlangsung. Reaksi antara H2 dan Cl2 juga akan terjadi dalam campuran-campuran keduanya
dalam mana konsentrasi molar H2 kecil dibandingkan dengan konsentrasi Cl2, ataupun dalam
campuran dimana konsentrasi itu lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi Cl 2.

Untuk menilai pengaruh mengubah-ubah konsentrasi awal terhadap kuantitas-kuantitas yang


akhirnya diperoleh pada kesetimbangan, mula-mula akan diperhatikan suatu sistem
kesetimbangan yang telah dipelajari dengan seksama. Dari data eksperimen akan nampak
bahwa suatu ungkapan matematis dapat diturunkan yang mendefinisikan konsentrasi-
konsentrasi kesetimbangan yang dihubungkan satu sama lain.

2.3.1 Tetapan kesetimbangan

Tetapan kesetimbangan dapat dinyatakan dalam Tetapan Kesetimbangan Konsentrasi (Kc)


dan Tetapan Kesetimbangan Tekanan (Kp) merupakan perbandingan komposisi hasil reaksi
dengan pereaksi pada keadaan setimbang dalam suhu tertentu.

 Tetapan Kesetimbangan Konsentrasi


Tetapan kesetimbangan berdasarkan konsentrasi zat, berlaku untuk zat-zat yang
berfasa gas dan aqueous (larutan dengan pelarut air).

- Untuk persamaan :
[SO3]2
2SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g), Kc =
[SO3]2 [O2]
- Untuk persamaan :
3+ - 2+
[Fe(SCN)2+]
Fe (aq) + SCN (aq) Fe(SCN) (aq), Kc =
[Fe3+] [SCN-]
- Untuk persamaan :
[NaNO3]
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) AgCl (s) + NaNO3 (aq), Kc =
[AgNO3] [NaCl]
- Untuk persamaan :
[CH3COOH][OH-]
162
CH3COO- (aq) + H2O (l) CH3COOH (aq) + OH- (aq), Kc =
[CH3COO-]
Dalam menentukan tetapan kesetimbangan, hal yang perlu untuk dicatatadalah zat yang
berfasa solid (padat) dan liquid (cair) tidak disertakan dalam persamaan tetapan
kesetimbangan.

Contoh Perhitungan:

Dalam ruang bertutup bervolume 2 liter dimasukkan 64 gram gas SO2 dan 32 gram O2.
Setelah setimbang ternyata terdapat 0,4 mol gas SO3. Tentukanlah besar konstanta
kesetimbangan !

Pemecahan masalah Perbandingan koefisien reaksi = perbandingan mol zat yang bereaksi

Penyelesaian:

64
64 gram SO2 = mol = 1 mol
64

32
32 gram oksigen = mol = 1 mol
32
Persamaan reaksi :
2SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g)
mula-mula : 1 1 -
terurai : 0,4 0,2 0,4
setimbang : 0,6 0,8 0,4

[0,4]2 [0,16]
2
[SO3]2
[0,4] [4] 0,04
Kc = = ]2 = ]2 = = 1,11
[SO2]2 [O2] 2 2 [0,8]
[0,6] [0,36] 2 [0,8] (0,09)(0,4)
] ] ]2
[2]2 [2] [4] [2] ]2
]2 ]2 ]2 ]2
]2 ]2 ]2 ]2

 Tetapan Kesetimbangan Tekanan

Tetapan kesetimbangan berdasarkan tekanan parsial, hanya berlaku untuk gas.

Untuk persamaan :

(PSO3)2
2SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g), Kp =
(PSO22 )2 (PO2)
]
163 ]2
Contoh Perhitungan :

Sebanyak 6 mol NH3 dipanaskan sampai terurai menjadi N2 dan H2, pada saat
kesetimbangan tercapai ternyata tersisa 2 mol NH3, jika tekanan total campuran gas 10 atm,
tentukanlah nilai Kp !

Penyelesaian:
2NH3 (g) N2 (g) + 3H2 (g)
Mula-mula : 6 mol - -
Bereaksi : 4 mol 2 mol 6 mol
Setimbang : 2 mol 2 mol 6 mol

Rasio = 1 : 1 : 3
Jadi,

PNH3 = 1/5 x 10 = 2 atm


PN2 = 1/5 x 10 = 2 atm
PH2 = 3/5 x 10 = 6 atm
(PN2)(PH2)3 2.23 16
Sehingga nilai Kp = = = = 0,44
2 (PNH3)2 62 36
] ) )
) ) )2
]2 ]
]2 ]2 ]2

 Hubungan Kc dan Kp

Kp = Kc (RT)Δn

Δn = Jumlah koefisien kanan – jumlah koefisien kiri

Contoh :

Diketahui suatu kesetimbangan dalam suhu 127oC,


2A (g) B (g) + 2C (g) mempunyai Kc = 0,25, tentukanlah Kp-nya !

Penyelesaiaan:

2A (g) B (g) +2C (g)  Δn = 3-2 =1,

164
Maka :
Kp = Kc (RT)Δn
Kp = 0,25 [0,082 . (273 +127)]1 = 0,25 (32,8)1
Kp = 8,2

 Tetapan kesetimbangan dengan reaksi yang berkaitan

Misalkan suatu persamaan :


aA + bB cAB ; Kc = K1,
maka

1
cAB aA + bB ; Kc =
K1
½aA + ½bB ½cAB; Kc = K1)1/2
) 21
2aA + 2bB 2Cab; Kc = K1]2
]2
2cAB 2aA + 2bB; Kc = ( ) )2
K1
]2
)

]2
Contoh :

Jika diketahui suatu pesamaan :

2SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g), Kc = ¼ , maka tentukanlah Kc untuk persamaan :

SO3 (g) SO2 (g) + ½O2 (g) !

Penyelesaian:

Untuk : SO3 (g) SO2 (g) + ½ O2 (g); maka :

- 2SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g); Kc = ¼

- 2SO3 (g) 2SO2 (g) + O2 (g) (persamaan dibalik) ; diperoleh Kc = 4

- SO3 (g) SO2 (g) + ½ O2 (g) (persamaan dibagi) ; diperoleh Kc = 41/2 = 2

165
Sistem kesetimbangan lainnya seperti pada reaksi :

H2 (g) + I2 (g) 2HI (g) (5)

Dalam satu perangkat eksperimen, A.H. Taylor dan R.H. Crist menaruh campuran-campuran
H2 dan I2 dalam tabung kaca yang tertutup kedap dan menaruh tabung-tabung tersebut dalam
suatu penangas cairan pada 425,4oC. setelah suatu kurun waktu yang sesuai agar sistem
mencapai kesetimbangan, banyaknya H2, I2 dan HI ditentukan dengan analisis. Dalam suatu
perangkat eksperimen kedua, prosedur itu diulangi, hanya saja tabung-tabung tersebut mula-
mula diisi dengan HI, bukan H2 dan I2. (Tabel 1) menunjukkan banyaknya H2, I2, dan HI
dalam masing-masing tabung pada kesetimbangan.

Tabel 1 Pengkajian sistem H2 (g) + I2 (g) 2HI (g)


Konsentrasi awal, mol/L Konsentrasi kesetimbangan, mol/L
Kc
[H2] [I2] [HI] [H2] [I2] [HI]
Pembentukan
0.010667 0.011965 tidak ada 0.001831 0.003129 0.01767 54.5
0.011354 0.009044 tidak ada 0.003560 0.001250 0.01559 54.6
0.011337 0.007510 tidak ada 0.004565 0.007378 0.01354 54.4
Penguraian
tidak ada tidak ada 0.004489 0.004789 0.004789 0.003531 54.4
tidak ada tidak ada 0.010692 0.001141 0.001141 0.008410 54.3
Sumber : A.H. Taylor & R.H. Crist, J. Amer. Chem. Soc., 63, 1377 (1941).

Suatu pengkajian yang cermat menunjukkan bahwa kuantitas yang terdapat pada
kesetimbangan saling berhubungan secara matematis yang sederhana : Apabila konsentrasi
HI dikuadratkan dan bilangan itu dibagi dengan perkalian konsentrasi H2 dan I2, akan
diperoleh bilangan yang sama untuk kasus-kasus tersebut. Ini digambarkan dengan
menggunakan konsentrasi-konsentrasi pada perangkat pertama dan terakhir dalam (Tabel 1).

[HI]2 (0.01767)2 (0.008410)2


= = = 54.4 ±0.1
[H2] [I2] (0.001831) (0.003129) (0.001141)(0.001141)
) ) )
) 2 ) )
] ]2 ]2
Hubungan2 matematis itu dapat diungkapkan sebagai berikut :
] ]2 2]
2
[HI]
= Kc
[H2] [I2]
)
)
]2
]2 166
Dalam mana Kc dikenal sebagai tetapan kesetimbangan. (c menunjukkan konsentrasi yang
dinyatakan dalam mol per liter, seperti dinyatakan oleh penggunaan kurung siku [ ].) Kc
mempunyai harga numeris 54.4 hanya jika kesetimbangan itu ditegakkan pada suatu
temperatur lain, harga numeris Kc akan lain. Akan tetapi, untuk suatu sistem kesetimbangan
tertentu pada suatu temperatur yang khas, harga Kc akan tetap sama, tak peduli bagaimana
konsentrasi-konsentrasi itu akan diubah.

Menulis ungkapan Kc. Dari studi eksperimen sejumlah besar sistem kesetimbangan
diperoleh ungkapan matematis yang serupa, yang dapat ditulis untuk menghubungkan
konsentrasi-konsentrasi pada saat kesetimbangan. Bentuk umum persamaan bergantung
semata-mata pada persamaan berimbang untuk kesetimbangan itu. Jika kesetimbangan itu
dinyatakan oleh :

mA + nB yC + zD

Maka tetapan kesetimbangan umum dinyatakan sebagai berikut :

[C]y [D]z
Kc =
[A]m [B]n
)
)2
]
Dengan m, n, y, dan z adalah koefisien dalam persamaan berimbang itu, dan kuantitas dalam
]2
tanda kurung siku menyatakan mol per liter A, B, C, dan D. Perhatikan bahwa produk pada
ruas kanan persamaan muncul sebagai pembilang dan konsentrasi tiap zat dipangkatkan
dengan koefisien dalam persamaan itu. Contoh spesifik berikut ini akan menggambarkan
lebih lanjut hubungan itu :

2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (g)

[H2O]2
Kc =
[H2]2 [O2]
)
)
]2
N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)
]2

[NH3]2
Kc =
[N2] [H2]3
)
167 )
]2
]2
CH3CO2H (l) + C2H5OH (l) CH3CO2C2H5 (l) + H2O (l)

asam asetat etil alkohol etil asetat air

[CH3CO2C2H5] [H2O]
Kc =
[CH3CO2H] [C2H5OH]
)
)2
]
Nilai Kc bergantung pada bagaimana persamaan itu ditulis. Misalnya, untuk sistem H2, I2,
HI, apabila persamaan ditulis sebagai : ]2

2HI (g) H2 (g) + I2 (g) (6)

Maka ;
[H2] [12]
Kc =
[HI]2
)
)
]2
Ungkapan tetapan kesetimbangan merupakan
2
kebalikan dari ungkapan untuk Persamaan (5),
]

1
Kc untuk Persamaan (6) =
Kc untuk Persamaan (5)
)
) 2
Dari Kc untuk Persamaan (5) dari 54.4, dihitung Kc untuk] Persamaan (6) sebesar :
]2

1
= 1.84 x 10-2
54.4
)
) 2
Harga-harga Kc dapat sangat beraneka ] antara sistem-sistem itu. Untuk suatu sistem dalam
2
]
mana konsentrasi zat-zat pada ruas kanan tinggi dibandingkan konsentrasi di ruas kiri, harga
Kc, akan besar ; apabila konsentrasi di ruas kiri relatif tinggi, maka harga Kc menjadi kecil.
Untuk menggambarkan kedua kemungkinan itu, perhatikan kesetimbangan berikut :

2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (g) pada 1,000 oC

N2 (g) +3H2 (g) 2NH3 (g) pada 1,000oC

168
Pada 1,000oC hydrogen dan oksigen mempunyai kecenderungan besar untuk bereaksi
membentuk H2O ; sedangkan air berkecenderungan kecil untuk terurai menjadi H2 dan O2.
Kebanyakan campuran kesetimbangan adalah H2O ; hanya akan ada runutan H2 dan O2. Kc
untuk sistem ini akan merupakan bilangan yang sangat besar.

[H2O]2 (bilangan relatif sangat besar)2


Kc = = = bilangan besar
2
[H2]2[O2 (bilangan sangat kecil)2 x (bilangan sangat kecil)
]) )
) )
]2 o ]2
Sebaliknya,
) pada 1,000 C hidrogen dan nitrogen
2
mempunyai kecenderungan kecil untuk
2
membentuk ] ]
ammonia, NH3, sedangkan ammonia mempunyai berkecenderungan kecil untuk
]2
terurai menjadi H2 dan O2. Akibatnya, hanya sebagian kecil dari campuran kesetimbangan itu
berupa NH3 ; kebanyakan berbentuk N2 dan H2. Jadi Kc untuk sistem ini kecil :

[NH3]2 (bilangan relatif sangat kecil)2


Kc = = = bilangan kecil
[H2]3[N2] (bilangan sangat besar)2 x (bilangan sangat besar)
2

) )
) ) )
]2 ]2
]2 ]2 ]2
2.3.2 Penentuan tetapan kesetimbangan

Untuk menentukan tetapan kesetimbangan dapat dilakukan eksperimen serupa dengan yang
diuraikan untuk sistem H2 + I2 2HI. Konsentrasi kesetimbangan umumnya didekati
dengan menaruh hanya pereaksi-pereaksi ke dalam bejana reaksi, H2 dan I2 dalam persamaan
kesetimbangan ini, atau produk-produknya saja, HI. Dapat dimulai dengan suatu campuran
H2 dan HI, atau suatu campuran I2 dan HI, dan tetap memperoleh harga Kc yang sama, akan
tetapi pendekatan ini sangat jarang digunakan. Apabila konsentrasi awal peeaksi-pereaksi
diketahui, perhitungan Kc dapat dicapai jika ditentukan konsentrasi dari hanya satu dari zat-
zat itu dalam campuran kesetimbangan. Contoh berikut ini menggambarkan metode
memperoleh nilai Kc.

Contoh :

Perhatikan sistem kesetimbangan A (g) + B (g) C (g) + D (g). Konsentrasi awal A


dan B masing-masing adalah 1,00 M dan 2,00 M. Setelah kesetimbangan tercapai,
konsentrasi B ternyata 1,50 M. Hitunglah Kc.

169
Penyelesaiaan:
Ungkapan Kc untuk persamaan kesetimbangan adalah :

[C] [D]
Kc = ][A] [B]
)]
)2
]
Diperlukan mengetahui konsentrasi-konsentrasi dalam mol per liter dari semua zat pada
2
]
kesetimbangan untuk mencari harga numeris Kc. Karena konsentrasi kesetimbangan yang
diketahui hanya dari B, haruslah digunakan perubahan konsentrasi B untuk menghitung
konsentrasi kesetimbangan yang lain.
Karena ttidak dikatakan apa-apa mengenai konsentrasi C dan D, dapatlah diandaikan bahwa
keduanya pada awalnya tidak ada. Dari persamaan reaksi diketahui bahwa untuk hilangnya
setiap satu mol B, akan terbentuk satu mol C dan satu mol D. Pada awalnya, konsentrasi B
adalah 2,00 M ; pada kesetimbangan konsentrasi B adalah 1,50 M. Konsentrasi C dan D
pada kesetimbangan sama dengan konsentrasi B yang menghilang, yaitu 0,50 M. Persamaan
kimia juga menunjukkan bahwa untuk tiap satu mol B yang menghilang, satu mol A juga
menghilang. Sehingga, konsentrasi A pada kesetimbangan adalah 1,00 M – 1,50 M = 0,50
M. Jawabannya dapat ditulis sebagai berikut :

A + B C + D
mol/L pada awal 1,00 2,00 0 0
mol/L pada saat kesetimbangan 0,50 1,50 0,50 0,50

(0,50) (0,50)
Kc = = 0,33
](0,50) (1,50)
)]

])2
]2

Latihan 1:

2HI (g) H2 (g) + I2 (g)

Dalam suatu eksperimen, konsentrasi awal HI sebesar 2,08 mol/L berkurang menjadi 1,68
M pada kesetimbangan. Hitunglah harga Kc !

Latihan 2:
170
Untuk mempelajari penguraian fosforus (V) klorida, 35,7 g PCl5 ditaruh dalam labu 5,00 L.
Kemudian labu dan isinya dipanasi sampai 250oC dan kemudian dipertahankan pada
temperatur itu sampai dicapai kesetimbangan berikut :

PCl5 (g) PCl3 (g) + Cl2 (g)

Kemudian ditunjukkan dengan analisis bahwa dalam campuran kesetimbangan terdapat 7,87
g Cl2. Hitunglah harga Kc !

2.3.3 Perhitungan berdasarkan Kc

Sekali harga tetapan kesetimbangan diketahui untuk suatu reaksi tertentu pada temperatur
tertentu, tetapan itu dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi zat-zat dalam campuran
kesetimbangan. Jika konsentrasi awal dari satu pereaksi atau lebih itu diketahui, dapatlah
diramalkan berapa semua konsentrasi pada kesetimbangan tanpa melakukan penentuan
eksperimen. Contoh berikut ini menggambarkan penggunaan tetapan kesetimbangan.

Contoh :

Harga Kc pada 25oC adalah 4,00 untuk kesetimbangan berikut :

CH3CO2H (l) + C2H5OH (l) CH3CO2C2H5 (l) + H2O (l)


asam asetat etil alkohol etil asetat air

Jika 2,00 mol asam asetat dan 2,00 mol etil alkohol dicampur dan dibiarkan mencapai
kesetimbangan pada 25oC, berapa mol etil asetat akan dihasilkan ?

Penyelesaiaan:

Karena jumlah stoikiometrik molekul-molekul pada ruas kanan sama pada ruas kiri, maka
volume wadah tidak perlu dipastikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara berikut :
Jika V adalah volume larutan, maka Kc dapat dinyatakan sebagai berikut :

mol CH3CO2C2H5 x mol H2O


] V ] V
Kc =
) mol CH]3CO2H ) C ]H OH
] mol
x 2 5
] V) )] 2 )V
]2 ]
) ]2
] ] ]) ]
]2
) ) 2 ]2 )
]2
]2 ]2 171
]
2
V pada pembilang dan pembagi saling menghilangkan dan diperoleh :

(mol CH3CO2C2H5)(mol H2O)


Kc = ]
(mol CH3CO2H)(mol C2H5OH)
)]
)2
Dari persamaan kesetimbangan nampak bahwa untuk terbentuknya masing-masing 1 mol
]
CH3CO2C2H5 dan H2O, masing-masing
] 2 1 mol CH3CO2H dan C2H5OH akan menghilang.
Oleh karena itu, jika diandaikan x = jumlah mol CH3CO2C2H5 = jumlah mol H2O yang ada
dalam kesetimbangan, maka (2,00 – x) = jumlah mol CH3CO2H = jumlah mol C2H5OH
yang terdapat pada kesetimbangan. Ringkasannya :

CH3CO2H + C2H5OH CH3CO2C2H5 + H2O


mol pada awal 2.00 2.00 0 0
mol pada kesetimbangan 2.00 – x 2.00 –x x x

(x)(x)
Kc = 4.00 =
(2.00 – ]x)(2.00 – x)
] )
x2
= ) ]]2 2
2.00 – x
]2 ] )
) ]2dipecahkan dengan rumus kuadrat atau dengan memfaktorkan,
Persamaan tersebut dapat
tetapi lebih mudah dipecahkan
2
dengan menarik akar kedua ruasnya :
]

x
2.00 = ] –x
2.00
] )
x = 4.00 -2.00x
)
]2
4.00
x=
]23.00
]
x = 1.33 )]
)2
]
Oleh karena itu, akan diproduksikan
2
1.33 mol CH3CO2C2H5.
]

Latihan :

Harga Kc pada 2.827oC adalah 83,3 untuk kesetimbangan berikut :


2NO (g) N2 (g) + O2 (g)

Suatu campuran 0.0500 mol N2 dan 0.0500 mol O2 ditaruh dalam wadah sebesar 2,00 L dan

172
dicapai kesetimbangan pada 2,827oC.
(a) Berapa mol N2, O2, dan NO akan terdapat pada kesetimbangan ?
(b) Berapa konsentrasi dalam mol per liter dari semua zat pada kesetimbangan ini ?

2.4 Pengaruh perubahan tekanan

Perubahan tekanan mempengaruhi proporsi relatif pada kesetimbangan hanya sejauh


perubahan tekanan itu mengubah konsentrasi. Menaikkan tekanan pada suatu cairan atau zat
padat tidak banyak meningkatkan konsentrasi dengan cara menjejalkan molekul-molekul
agar lebih mampat dan, oleh karea itu efeknya akan kecil terhadap konsentrasi-konsentrasi
kesetimbangan dalam reaksi yang berlangsung dalam cairan maupun zat padat. Tetapi
menaikkan tekanan pada sistem kesetimbangan gas memang menaikkan konsentrasi spesi-
spesi yang bereaksi, dan dapat mengakibatkan perubahan dalam jumlah relatif yang terdapat
dalam campuran kesetimbangan.

2.4.1 Kasus I, Banyaknya relatif pereaksi dan produk tidak berubah

Pada suatu sistem gas pada kesetimbangan, jika banyaknya stoikiometrik molekul-molekul
pereaksi di ruas kiri sama dengan di ruas kanan, seperti dalam :

H2 (g) + I2 (g) 2HI (g)

1 molekul 1 molekul 2 molekul

Maka banyaknya relatif zat-zat tidak diubah oleh perubahan tekanan. Untuk sistem ini,
konsentrasi dan kuantitas relatif pereaksi dan produk pada tekanan berlainan. Kuantitas
relatif H2 + I2 dan HI ditandai oleh garis-garis fraksi mol. Fraksi mol tetap konstan pada
sekitar 0,21 untuk H2 dan I2 serta pada 0,79 untuk HI. Namun, konsentrasi H2, I2 dan HI
memang naik dengan kenaikkan tekanan. Naiknya konsentrasi ini disebabkan oleh fakta
bahwa lebih banyak molekul dijejalkan kedalam suatu satuan volume pada tekanan yang
lebih tinggi.

2.4.2 Kasus II, Banyaknya relatif pereaksi dan produk berubah

Jika jumlah stoikiometrik molekul pereaksi dalam persamaan kesetimbangan tidak sama
dengan jumlah molekul produk, seperti dalam :

N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)

1 molekul 3 molekul 2 molekul

Maka banyaknya relatif zat-zat harus berubah bila terjadi perubahan tekanan. Untuk sistem
ini, konsentrasi dan banyaknya relatif pereaksi dan produk pada tekanan berlainan. Dalam

173
kasus ini, nampak bahwa banyaknya relatif NH3 dan N2 + H2 berubah menurut perubahan
tekanan. Meskipun banyaknya N2 + H2 total dalam campuran kesetimbangan adalah lebih
rendah pada tekanan tinggi, namun konsentrasi yang sebenarnya adalah lebih tinggi.

2.4.3 Tetapan kesetimbangan Kp

Tetapan kesetimbangan Kc diberi harga dalam konsentrasi-konsentrasi yang dinyatakan


dalam mol per liter. Untuk suatu sistem kesetimbangan yang melibatkan gas., pengukuran
biasanya dilakukan terhadap tekanan bukannya konsentrasi. Dalam hal-hal ini, tetapan
kesetimbangan dapat dihitung dari tekanan parsial gas-gas. Tetapan yang dihitung dengan
cara ini disebut Kp. Untuk sistem kesetimbangan :

2H2O (g) 2H2 (g) + O2 (g)

Kp dinyatakan sebagai :

(PH2)2 (PO2)
Kp = ] (PH2O)2
) ]
)
]2
Tekanan total sama dengan jumlah tekanan parsial
2 :
]
P = PH2O + PH2 + PO2

Dari persamaan hokum gas ideal, terlihat bahwa tekanan parsial suatu gas berbanding lurus
dengan konsentrasi, c, dalam mol per liter ;

n P
pV = nRT c= =
V RT
] ]]
]) ))
Jadi secara numeris Kp dan Kc saling berhubungan. Untuk
) persamaan kesetimbangan umum,
] 2
]]
2 2
wA + xB yC ] + zD
2

hubungan antara Kc dan Kp dinyatakan oleh :

Kc = Kp (1/RT)Δn

174
Dengan Δn = (y + z) – (w + x), jumlah molekul produk gas dikurangi dengan jumlah molekul
pereaksi gas dalam persamaan kesetimbangan. Jika jumlah molekul pereaksi gas sama
dengan jumlah molekul produk gas, Δn = 0, maka Kp = Kc.

2.4.4 Hubungan ΔG dan Kp

Perubahan dalam energy bebas standar suatu reaksi kimia ΔGo, dihubungkan dengan tetapan
kesetimbangan Kp oleh persamaan :

ΔGo = -RT In Kp

ΔGo = - 2.303 RT log Kp (7)

Temperatur itu adalah temperature mutlak. Jika R, tetapan gas, dinyatakan sebagai 8,314
J.mol-1K-1, maka ΔGo mempunyai satuan joule.

Hubungan antara besaran Kp dan tanda ΔGo tampak dari Persamaan (7). Jika Kp lebih besar
daripada 1, log Kp positif, maka ΔGo negatif, dan reaksi dari kiri ke kanan dimenangkan.
Jika Kp kurang dari 1, log Kp negatif, maka ΔGo positif, dan reaksi dari kanan ke kiri
dimenangkan.

Bila suatu sistem kesetimbangan mempunyai kuantitas yang berarti dari semua pereaksi yang
mungkin, maka jelas bahwa baik reaksi ke kanan maupun ke kiri tidak mempunyai
kecenderungan berlebihan untuk terjadi. Dalam hal semacam ini, ΔGo berharga kecil, dalam
jangka +10 ke -10 kJ/mol.

2.5 Pengaruh Temperatur

Perubahan konsentrasi atau tekanan dapat mengubah kuantitas pereaksi dan produk, tetapi
tidak dapat mengubah tetapan kesetimbangan. Namun, perubahan temperatur sangat lain
pengaruhnya. Dalam suatu reaksi reversibel, laju salah satu reaksi yang berlawanan
umumnya bertambah lebih banyak dibandingkan laju reaksi yang lain, bila temperatur
dinaikkan. Perbedaan dalam kecenderungan reaksi ini disebabkan oleh sifat individu
molekul-molekul produk dan pereaksi. Karena kenaikan temperatur mempengaruhi
kestabilan relatif pereaksi dan produk, maka kenaikan temperatur mengubah harga tetapan
kesetimbangan itu sendiri.

Bagaimana dapat diramalkan reaksi mana dari pasangan yang berlawanan itu yang
dimenangkan sebagai akibat perubahan temperatur ? Salah satu cara ialah dengan
menerapkan asas Le Chatelier. Jika suatu sistem berada dalam kesetimbangan, suatu

175
kenaikan temperatur akan menyebabkan kesetimbangan itu bergeser kea rah yang menyerap
kalor. Untuk sistem kesetimbangan :

N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)

Persenyawaan N2 dan H2 membentuk NH3 adalah eksosterm, ΔHro = -92,22 kJ. Penguraian
NH3 menjadi N2 dan H2 bersifat endoterm, ΔHro = +92,22 kJ. Jadi, sistem kesetimbangan
digeser ke kiri oleh suatu kenaikan temperatur.

Perhatikan sistem kesetimbangan berikut, yang penting dala pencemaran udara.

N2 (g) + O2 (g) 2NO (g)

Untuk sistem ini, persenyawaan N2 dengan O2 untuk membentuk NO bersifat endoterm,


ΔHro = +180,50 kJ pada 25oC. Oleh karena itu, sistem kesetimbangan ini bergeser ke kanan
dengan naiknya temperatur. Namun, temperatur haruslah dinaikkan sampai 2.000 K sebelum
persentase volume NO pada kesetimbangan mencapai 1 persen.

Meskipun Kp untuk pembentukan NO memang terus bertambah dengan naiknya temperatur


yang sangat tinggi (diatas 3.000 K), reaksi-reaksi disosiasi menjadi penting :

O2 (g)  2O (g)

N2 (g)  2N (g)

NO (g)  N (g) + O (g)

Persentase maksimum NO yang diperoleh dengan memanaskan udara (78 persen N 2 dan 21
persen O2, menurut volume) tercapai pada sekitar 3.500 K.

Sebenarnya semua senyawa cenderung terurai jika temperatur cukup tinggi. Senyawa dapat
terurai menjadi molekul unsur, yang berdisosiasi menjadi atom-atom, atau molekul-molekul
itu sendiri dapat terurai menjadi atom-atom. Dalam hal penguraian air,

2H2O (g) 2H2 (g) + O2 (g) ΔHro = +483.64 kJ pada 25oC

Reaksi penguraian makin disukai dengan kenaikan temperatur. Pada temperatur yang sangat
tinggi, diatas 5.000oC, reaksi disosiasi berikut ini menjadi penting :

H2 (g)  2H (g)

O2 (g)  2O (g)

H2O (g)  H (g) + OH (g)

OH (g)  H(g) + O (g)

176
2.6 Pengaruh suatu katalis

Dalam suatu sistem kesetimbangan, suatu katalis menaikkan kecepatan reaksi maju dan
reaksi balik dengan sama kuatnya. Suatu katalis tidak mengubah kuantitas relatif yang ada
dalam kesetimbangan ; nilai tetapan kesetimbangan tidaklah berubah. Katalis memang
mengubah waktu yang deperlukan untuk mencapai kesetimbangan. Reaksi yang memerlukan
waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk mencapai kesetimbangan, dapat
mencapainya dalam beberapa menit dengan hadirnya katalis.

Lagi pula, reaksi yang berlangsung dengan laju yang sesuai hanya pada temperatur yang
sangat tinggi, dapat berjalan dengan cepat pada temperatur yang jauh lebih rendah jika
digunakan katalis. Ini penting jika temperatur tinggi mengurangi rendemen dari produk-
produk yang diinginkan. Salah satu kasusnya adalah sintesis ammonia. Tanpa adanya katalis,
reaksi antara hidrogen dan nitrogen begitu perlahan bahkan pada temperatur diatas 100 oC,
sehingga diperlukan waktu yang sangat lama untuk reaksi itu mencapai kesetimbangan.

3. Derajat Disosiasi

Derajat disosiasi merupakan jumlah mol suatu zat yang terurai dibagi jumlah mol zat sebelum
mengalami penguraian.

Jumlah mol zat terurai


ἀ=
]
Jumlah mol mula-mula
])
)2
Contoh : ]
]2
Pada suhu tertentu ke dalam ruang bervolume 50 liter dimasukkan 1 mol N2O4. Dalam keadaan
setimbang diperoleh derajat disosiasi 0,25. Tentukanlah konsentrasi N 2O4 dan NO2 dalam
kesetimbangan tersebut !

Penyelesaiaan:

N2O4 2NO2
mula-mula : 1 mol -
terurai : 0,25 mol 0,50 mol
setimbang : 0,75 mol 0,50 mol
Jumlah mol zat terurai
ἀ= ]
Jumlah mol zat mula-mula
])
) 2
] 177
2
]
= Jumlah mol zat terurai = 0,25 x 1 = 0,25 mol

Mol zat terurai sebanding dengan koefisien reaksi.


Jadi, konsentrasi NO2 dalam kesetimbangan :

0,75 mol
] 50 liter = 0,015 M
)]
Konsentrasi NO2 dalam kesetimbangan :
)
]2
]2 mol
0,50
= 0,01 M
] 50 liter
)]
)
]2
]2
4. Pergeseran Kesetimbangan

Suatu sistem walaupun telah setimbang sistem tersebut akan tetap mempertahankan
kesetimbangannya apabila ada faktor-faktor dari luar yang mempengaruhinya.

 Menurut Le Chatelier

Apabila dalam suatu sistem setimbang diberi suatu aksi dari luar maka sistem tersebut
akan berubah sedemikian rupa supaya aksi dari luar tersebut berpengaruh sangat kecil
terhadap sistem.

Perubahan sistem akibat aksi dari luar = Pergeseran kesetimbangan

Pergeseran kesetimbangan terjadi karena hal-hal sebagai berikut :

1. Perubahan konsentrasi

Jika salah satu konsentrasi zat diperbesar maka kesetimbangan mengalami pergeseran
yang berlawanan arah dengan zat tersebut, bila konsentrasi diperkecil maka
kesetimbangan akan bergeser ke arahnya.

2. Perubahan tekanan

Apabila tekanan dalam sistem kesetimbangan tersebut diperbesar maka kesetimbangan


bergeser kea rah zat-zat yang mempunyai koefisien kecil.

Apabila tekanan dalam sistem kesetimbangan tersebut diperkecil maka kesetimbangan


bergeser kea rah zat-zat yang mempunyai koefisien besar.

3. Perubahan volume

178
Apabila volume dalam sistem kesetimbangan tersebut diperbesar maka kesetimbangan
bergeser ke arah zat-zat yang mempunyai koefisien besar.

Apabila volume dalam sistem kesetimbangan tersebut diperkecil maka kesetimbangan


bergeser kea rah zat-zat yang mempunyai koefisien kecil.

Catatan :

Untuk perubahan tekanan dan volume, jika koefisien zat-zat di kiri (pereaksi) dan kanan
(hasil reaksi) sama maka tidak terjadi pergeseran kesetimbangan.

4. Perubahan suhu

Apabila suhu reaksi dinaikkan atau diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke zat-
zat yang membutuhkan panas (ENDOTERM). Sebaliknya, jika suhu reaksi diturunkan
kesetimbangan akan bergeser ke zat-zat yang melepaskan panas (EKSOTERM).

Contoh-contoh Soal :

Jika pada kesetimbangan :


P+Q R + S,

K-nya = 2 dan konsentrasi P = 2 kali konsentrasi R, berapa konsentrasi Q ?

Penyelesaian:

[R] [S]
P+Q R + S, maka K = ]
[P] [Q]
)]
Pada kesetimbangan : [P] = 2 [R] ])2
]2
[R][S] [R][S] 1
Jadi, K = ] 2= [Q] = [S]
[P] [Q] ] [Q]
[2R] 4
]) ]) ]
)2 ) 2 S. )]
Jadi konsentrasi
] Q, ¼ kali konsentrasi
] )
2 2 ]
] ]
2
]
2

179
Pada kesetimbangan : N2O4 (g) 2NO2 (g).

Jika N2O4 mencapai kesetimbangan pada suhu tertentu, ternyata dalam keadaan ini jumlah mol
N2O4 sama dengan jumlah mol NO2, berapa derajat disosiasi N2O4 ?

Penyelesaian :

N2O4 (g) 2NO2 (g)


mula-mula : 1,5X mol -
bereaksi : 0,5X mol X mol
setimbang : X mol X mol

0,5X mol 1
maka derajat disosiasi N2O4 = =
]1,5X mol 3
)] ]
) )]
]2 )
]2 ]
2
]
Buatlah tetapan kesetimbangan reaksi dari : 2

2BaO2 (s) 2BaO (s) + O2 (g)

Penyelesaian :

2BaO2 (s) 2BaO (s) + O2 (g)

Pada reaksi kesetimbangan fase solid (padat) dan liquid (cair) tidak diikutkan dalam
menentukan tetapan kesetimbangan atau dianggap 1. Sehingga, tetapan kesetimbangannya
dapat dibuat :

K = [O2]

180
Gas

Contents

1. Senyawa-senyawa yang Eksis sebagai Gas


2. Tekanan Suatu Gas
2.1 Satuan SI dari tekanan
2.2 Tekanan atmosfer
3. Gas Ideal
4. Gas Nyata

KONSEP-KONSEP DALAM PEMAHAMAN TENTANG GAS

Sifat Gas: Gas dapat menempati ruang dan volume (bila ruangnya berbentuk kotak, maka gas
didalam kotak akan mengikuti bentuk seperti kotak0; gas sangat mudah dikompres dan juga
sangat mudah bercampur; gas juga mempunyai densitas yang lebih ringan dari larutan dan
padatan.

Tekanan Gas: Tekanan adalah salah satu sifat gas yang sangat mudah diukur. Alat yang
digunakan untuk mengukur suatu tekanan atmosfer adalah barometer. Sementara manometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan suatu gas.

Hukum Gas: Selama bertahun-tahun, hukum gas terus berkembang terutama hukum-hukum
tentang sifat fisik suatu gas. Hukum-hukum tentang gas menunjukkan hubungan antara tekanan,
temperatur, volume dan jumlah suatu gas.

Persamaan Gas Ideal: Gas ideal adalah gas yang mempunyai tekanan dan temperatur. Tingkah
laku suatu gas dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan gas ideal.

Teori Kinetika Molekul suatu Gas: Sifat makroskopik gas, seperti tekanan dan temperatur
sangat berhubungan dengan gerakan kinetika suatu molekul. Teori kinetika molekul suatu gas
dapat digunakan untuk mempelajari jumlah dan gerakan suatu molekul gas. Gas bergerak secara

181
random karena ada gaya difusi dan efusi. Gerak random gas dapat ditentukan secara hukum
matematika.

Tingkah laku Gas Nonideal: Untuk menghitung tingkah laku dari gas nyata, maka persamaan
gas ideal harus dimodifikasi untuk menentukan volume dan gaya atraktif d ri suatu gas nonideal.

1. Senyawa-senyawa yang Eksis sebagai Gas

Bumi ini terdiri dari 78 % gas N2, 21 % gas O2 dan 1 % gas lainnya, termasuk gas CO2. Pada
tahun 1990-an, masalah yang paling banyak menjadi perhatian oleh para ahli kimia adalah
masalah polusi udara. Pada sub bab ini, kita akan fokus tentang senyawa-senyawa yang eksi
sebagai gas pada kondisi normal yaitu pada suhu 25 °C dan tekanan 1 atmosfer (1 atm).

Tabel 1. Beberapa senyawa sebagai gas pada suhu 25 °C dan tekanan 1 atmosfer (1 atm)

Element Senyawa
H2 (molekul hidrogen) HF (hidrogen fluorida)
N2 (molekul nitrogen) HCl (hidrogen klorida)
O2 (molekul oksigen) HBr (hidrogen bromida)
O3 (ozon) HI (hidrogen iodida)
F2 (molekul fluorin) CO (karbon monoksida)
Cl2 (molekul klorin) CO2 (karbondioksida)
He (helium) NH3 (amonia)
Ne (neon) NO (nitrogen oksida)
Ar (argon) NO2 (nitrogen dioksida)
Kr (kripton) SO2 (sulfur dioksida)
Xe (xenon) H2S (hidrogen sulfida)
Rn (radon) HCN (hidrogen sianida)*

Pada kondisi normal, hanya 11 elemen gas yang diukur pada tekanan atmosfer. Pada Tabel 1
terlihat bahwa elemen seperti hidrogen, nitrogen, oksigen, fluorin, dan klorin selalu eksis dalam
182
bentuk molekul diatomik. Sementara gas lain, seperti ozon (O3) juga berada dalam bentuk gas
dalam suhu ruang. Semua elemen dalam Group 8A, elemen-elemen gas mulia, adalah gas yang
berbentuk monoatomik, yaitu seperti gas: He, Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn. Pada Tabel 1, hanya gas
O2 yang merupakan gas yang esensial untuk kehidupan. Gas hidrogen sianida (HCN) adalah gas
yang sangat beracun. Karbon monoksida (CO), hidrogen sulfida (H2S), nitrogen dioksida (NO2),
O3, dan sulfur dioksida (SO2) adalah gas yang keracunannya lebih rendah dari gas sianida. Gas
He dan Ne adalah gas yang secara kimia bersifat inert, yaitu mereka tidak bereaksi dengan
senyawa yang lain.

Gambar 1. Kiri: elemen yang eksist sebagai gas pada suhu 25 °C dan tekanan 1 atm. Gas mulia (Group
8A) adalah spesies monoatomik, sementara elemen yang lain eksis sebagai molekul diatomik,
ozon (O3) juga eksis sebagai gas. Kanan: gas NO2

Kebanyakan gas tidak berwarna, keculi gas F2, Cl2 dan NO2. Gas NO2 berwarna coklat tua
kadang-kadang dapat terlihat dalam polusi udara (Gambar 1). Semua gas, mempunyai sifat fisik
sebagai berikut:

a. Gas mempunyai ruang dan bentuk.


b. Umumnya dapat dikompres.
c. Gas dapat bercampur secara sempurna dengan molekul lain bila ditempatkan dalam wadah
yang sama.

183
d. Gas mempunyai densitas yang rendah bila dibandingkan dengan cairan dan padatan.

2. Tekanan Gas

Karena gas mempunyai gerakan yang konstan, sehingga gas menghasilkan tekanan pada setiap
kontak dengan permukaan suatu benda. Secara fisiologi, manusia mampu beradaptasi dengan
sangat baik dengan tekanan udara disekitar kita. Sangat mudah untuk mendemonstrasikan
tekanan atmosfer, contohnya seseorang minum minuman melalui sedotan. Menyedot udara
melalui sedotan dapat menurunkan tekanan didalam sedotan. Tekanan atmosfer yang terbesar
terhadap cairan saat menyedot suatu minuman melalui sedotan adalah mendorong cairan naik
keatas sedota dan menggantikan dengan udara saat menyedot cairan.

2.1 Unit-unit SI tekanan

Tekanan adalah hal yang sangat mudah diukur. Untuk memahami bagaimana mengukur suatu
tekanan gas, maka perlu diketahui satuan-satuan atau unit pengukuran. Untuk itu, kita
mengetahui terlebih dahulu tentang velositi dan asselerasi. Velositi didefiniskan sebagai
perubahan jarak dengan waktu, yaitu:

velositi =

Unit SI untuk velositi adalah m/s, atau bisa juga digunakan cm/s. Asselerasi adalah perubahan
velositi dengan waktu, atau dinyatakan sebagai:

asselerasi =

asselerasi diukur dalam m/s2 (atau cm/s2). Hukum kedua tentang gerakan, diformulasikan oleh
Sir Isaac Newton pada akhir abad ke-17, baha dalam unit tekanan ada unit nlain yang berkerja
yaitu gaya atau force. Berdasarkan huku ini, maka:

Gaya = massa x asselerasi

184
Dalam konteks ini, unit SI dari gaya adalah dalam newton (N), dimana 1 N = 1 kg m/s 2, sehingga
tekanan dapat didefinisikan sebagai gaya per unit area, yaitu:

tekanan =

Satuan unit SI untuk tekanan adalah pascal (Pa), Pa didefinisikan sebagai satu newton per meter
persegi:

1 Pa = 1 N/m2

Tekanan atmosfer

Bagaimana tekanan atmosfer diukur? Barometer, adalah alat yang sangat umum digunakan untuk
mengukur tekanan atmosfer. Barometer sederhana, biasanya terdiri dari tabung gelas yang
panjang, dimana pada salah satu sisinya ditutupi dan diisi dengan merkuri. Bila tabung dibalik
secara hati-hati dalam suatu plat merkuri, maka udara tidak bisa masuk kedalam tabung,
beberapa merkuri akan mengalir keluar dari tabung dan akan masuk kedalam plat, sehingga
menghasilkan suatu tekanan vakum di atas tabung (Gambar 2).

Gambar 2.Suatu alat barometer yang digunaan untuk mengukur tekanan atmosfer.

185
Berat merkuri yang tersisa dalam tabung adalah disebabkan oleh aksi tekanan atmosfir pada
permukaan merkuri didalam plat. Standar tekanan satu (1) atm adalah sama dengan tekanan
kolom yang berisi merkuri yaitu sekitar 760 mm (atau 76 cm) pada 0 °C. Dengan kata lain,
standar atmosfer aadalah sama dengan tekanan 760 mmHg, dimana mmHg menunjukkan
tekanan yang diberikan oleh kolom merkuri dengan tinggi 1 mm. Unit mmHg disebut juga torr.
Ilmuwan dari Italia yang bernama Evangelista Torricelli adalah orang yang menemukan alat
barometer, sehingga:

1 torr = 1 mmHg

dan

1 atm = 760 mmHg

= 760 Torr

Hubungan antara atmosfer dengan pascal adalah

1 atm = 101,325 Pa

= 1.01325 x 105 Pa

Karena 1000 Pa = 1 kPa (kilopascal)

1 atm = = 1.01325 x 102 Kpa

186
Contoh 1:

Tekanan diluar pesawat jet yang sedang terbang berada dibawah standar tekanan atmosfer.
Sementara itu, tekanan didalam kabin harus stabil untuk melindungi para penumpang. Berapa
tekanan atmosfer didalam kabin bila tekanan yang terbaca pada barometer adalah 672 mm Hg?

Jawaban:

Karena 1 atm = 760 mmHg, maka faktor konversi sangat diperlukan untuk daapat
menghasilkan tekanan dalam atmosfer, yaitu:

Tekanan = 672 mmHg x

= 0.884 atm

Manometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas lain selain atmosfer.
Prinsip kerja alat manometer sama halnya dengan barometer. Ada dua tipe manometer (Gambar
3) yaitu manometer tertutup (closed-tube manometer) dan manometer terbuka (opened-tube
manometer). Closed-tube manometer (Gambar 3a) umumnya digunakan untuk mengukur
tekanan dibawah tekanan atmosfer, sementara opened-tube manometer (Gambar 3b) adalah
manometer yang biasa digunakan untuk menguur tekanan yang sama atau lebih dari tekanan
atmosfer.

187
Gambar 3. Dua tipe manometer yang digunakan untuk mengukur tekanan gas. (a) Tekanan gas
kurang dari tekanan atmosfer. (b) Tekanan gas lebih besardari tekanan atmosfer.

Persamaan Gas Ideal

Berdasarkan hukum tentang gas, maka diperoleh bahwa:

Hukum Boyle: V  (pada n dan T konstan)

Hukum Charles: V  T (pada n dan P konstan)

Hukum Avogadro: V  n (pada P dan T konstan)

Bila ketiga hukum diatas dikombinasikan, maka:

V

188
V=R

atau PV = nRT (1)

dimana R adalah konstanta proporsionaliti, atau disebut konstanta gas. Persamaan (1) disebut
persamaan gas ideal, persamaan gas ideal ini menggambarkan hubungan antara empat variabel,
yaitu P, V, T dan n. Gas ideal adalah suatu gas hipotetik (hypothetical) dimana tekanan-volume-
temperatur dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan gas ideal. Molekul gas ideal, tidak
mempunyai gaya tarik-menarik atau gaya tolak-menolak (no attract or repel) antara satu sama
lain, dan volumenya dapat diabaikan.

Gambar 4. Perbandingan volume molar


pada STP (voulemnya mendekati 22.4 L)
dengan sebuah bola basket

Gas ideal, dapat diaplikasikan kedalam sistem nyata, yaitu dengan melakukan evaluasi terhadap
nilai konstanta gas R. Pada 0 °C (273,15 K) dan tekanan 1 atm, kebanyakan gas nyata bertingkah
sebagai suatu gas ideal. Percobaan menunjukkan bahwa, 1 mol gas ideal dapat menempati
22.414 L, yang ukurannya lebih kurang lebih besar dari bola basket (Gambar 4). Kondisi pada 0
°C (273,15 K) dan tekanan 1 atm disebut dengan temperatur dan tekanan standar, biasanya
sering disebut keadaan STP, sehingga dari persamaan (1) dapat ditulis menjadi:

R=

( )( . )
= ( )( . )

189
.
= 0.082057
.

= 0.082057 L . atm/K . mol

Titik antara L dan atm titik antara antara K dan mol, menunjukkan kepada kita bahwa L dan atm
adalah sebagai pembilang, sementara K dan mol adalah sebagai penyebut. Dalam perhitungan,
nilai R biasanya dibulatkan menjadi 0.0821 L . atm/K . mol dan nilai 22.4 L digunakan sebagai
volume molar suatu gas pada keadaan STP.

Contoh 2:
Senyawa sulfur heksafuorida (SF6) adalah senyawa yang tidak berwarna, tidak berbau, dan
merupakan gas yang sangat tidak reaktif. Hitung berapa tekanan (dalam atm) yang diberikan
oleh 1.39 mol gas dalam bejanan baja dengan volume 6.09 L pada 55 °C.

Jawab:
Karena tidak terjadinya perubahan sifat gas, sehingga kita dapat menggunakan persamaan gas
ideal untuk menghitung tekanan tersebut. Dengan menulis kembali persamaan (1), maka
didapat bahwa:

P=

( . )( . . / . )( )
=
.
= 6.15 atm

190
Contoh 3:
Hitung volume (dalam L) yang diberikan oleh 5.58 g NH3 pada keadaan STP?

Jawab:
Diketahui bahwa 1 mol gas ideal menempati 22.4 L pada keadaan STP, sehingga dalam hal ini
gunakan massa molar dari NH3 (17.03 g), sehingga bila dikonversi, maka persamaannya ditulis
sebagai:
Gram NH3 → mol NH3 → liter NH3 pada STP

Sehingga volume NH3 menjadi:

NH3 .
V =5.58 g NH3 x x
.

= 7.34 L

Persamaan gas ideal sangat berguna untuk permasalahan-permasalahan yang tidak melibatkan
perubahan P, V, T, dan n untuk suatu sampel gas. Namun sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan
baik pada tekanan, volume, dan temperatur atau bahkan jumlah gas. Bila kondisi ini terjadi,
maka perlu dilakukan suatu upaya untuk melakukan modifikasi persamaan gas ideal, sehingga
persamaan (1) dapat ditulis menjadi:

191
R= (sebelum terjadi perubahan) dan R = (setelah terjadi perubahan)

Sehingga,

=R= (2)

Bila n1 = n2, karena jumlah gas secar normal tidak berubah, maka persamaannya menjadi:

= (3)

Contoh 4:
Sejumlah gelembung muncul dari bawah suatu danau, dimana temperatur dan tekanan
permukaan danau tersebut adalah 8 °C dan 6.4 atm. Bila temperaturnya adalah 25 °C dan
tekanannya adalah 1 atm, hitung berapa volume akhir (dalam mL) gelembung tersebut bila
volume awalnya adalah 2.1 mL?

Jawab:
Berdasarkan persamaan (2),

=R=

Dengan asumsi bahwa, jumlah udara dalam gelembung tersebut adalah konstan n1 = n2, maka:

Dengan menggunakan persamaan tersebut, maka berdasarkan informasi yang diberikan maka:
Kondisi awal Kondisi akhir

192
P1 = 6.4 atm P2 = 1.0 atm
V1 = 2.1 mL V2 = ?
T1 = (8 + 273) K = 281 K T2 = (25 + 273) K = 298 K

Sehingga persamaan (3) dapat dirubah menjadi:

V2 = V1 x x

.
= 2.1 mL x x
.

= 14 mL

193
194
PERUBAHAN FASA (CAIRAN DAN ZAT PADAT)

Bab ini membahas tentang sifat dan kelakuan materi terutama cairan dan zat
padat, gaya-gaya antar molekul dan perubahan fasa. Setelah menyelesaikan materi ini
pembaca diharapkan dapat menjelaskan konsep dari perubahan keadaan dari padat
menjadi cair dan gas serta sebaliknya, faktor–faktor yang mempengaruhi dalam
perubahan fasa dan diagram fasa.
Sub Pokok Bahasan:
1. Sifat dan kelakuan dari materi
2. Gaya antar molekul
3. Sifat cairan
4. Sifat dari padatan
5. Transisi fasa

1. PENDAHULUAN
Terdapat perbedaan sifat antara materi yang berupa cairan dan zat padat.
Perbedaan sifat ini berhubungan dengan struktur dan susunan partikel-partikel dalam
materi tersebut. Perubahan keadaan zat-zat ini juga terjadi selama terjadinya reaksi
kimia. Banyaknya energi yang dibebaskan pada suatu reaksi akan berbeda jika materi
tersebut berbentuk padatan, gas atau cairan. Reaksi kimia dapat berlangsung dalam
keadaan padatan, cairan maupun gas. Namun kebanyakan reaksi kimia berlangsung
dalam keadaan cair. Cairan yang berupa zat murni mengalami gaya antar molekul dan
intra molekul intra molekul.

2. SIFAT DAN KELAKUAN DARI MATERI


Terdapat tiga wujud zat yaitu zat padat, cairan dan gas seperti diberikan pada
Gambar 1. Partikel-partikel penyusun suatu zat tersusun sedemikian rupa yang akan
mempengaruhi sifat dan strukturnya. Wujud zat dapat mengalami perubahan karena
adanya pengaruh suhu, tekanan, volume dan lain-lain.

194
Pengembunan Pembekuan

Penguapan Pelelehan

Gas Cairan Padatan

Gambar 1. Tiga wujud zat gas, cairan dan zat padat.

Berdasarkan teori kinetik molekul gas yang dapat diperluas untuk menjelaskan
sifat cairan dan zat padat, maka perbedaan sifat gas, cairan dan zat padat dapat
diringkaskan seperti yang diberikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sifat gas, padatan dan cairan berdasarkan teori kinetik molekul

Gas Cairan Padatan


 Pergerakan partikel  Molekul/partikel  Molekul/partikel berada
/molekul berada dalam adalah teratur dan lebih dalam keadaan menyatu
keadaan kontinu, random, random dari molekul dengan susunan yang
dan cepat padatan teratur
 Tumbukan antara partikel  Molekul/partikel  Molekul/partikel
adalah elastis kurang mengikat , bervibrasi pada
 Berdifusi dengan cepat, molekul-molekul posisinya
densitas rendah tersebut dapat begerak  Molekul/partikel tidak
 Dapat dimampatkan dan berinteraksi secara bergerak secara bebas
 Ruang yang ditempati konstan dengan yang  Berdifusi melewati
oleh molekul gas hanya lainnya padatan lain dengan
memberikan efek kecil  Berdifusi melewati lambat, densitas sangat
terhadap sifat dan cairan lain, densitas tinggi
kelakuan gas tersebut tinggi  Tidak dapat
 Gaya tarik antara molekul  Mempunyai volume dimampatkan
tidak mempengaruhi sifat tertentu (hampir tidak  Molekul-molekul
dan kelakuan gas dapat dimampatkan) menghasilkan struktur
material yang rigid/kaku
 Bentuk luar dari
material merefleksikan
susunan partikel di
dalam.

195
3. KARAKTERISTIK UMUM DARI PERUBAHAN KEADAAN
Pada umumnya perubahan wujud zat dari zat padat menjadi cairan dan
kemudian menjadi gas tidak melibatkan perubahan sifat dasar dari molekul-molekul
pada zat tersebut. Meskipun terjadi perubahan dalam ikatandan perubahan bentuk
molekul, perubahan suat zat dinyatakan sebagai perubahan fisika dan bukan perubahan
kimia. Berbagai perubahan keadaan dari gas, cairan dan zat padat besrta dengan
prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Sifat umum perubahan keadaan

Setiap perubahan keadaan akan melibatkan perubahan energi, namun banyaknya


energi yang dibutuhkan untuk suatu perubahan yang bersifat endoterm sama dengan
energi yang dibebaskan dalam perubahan eksoterm kebalikannya, hanya tandanya yang
berubah. Energi total yang terlibat dalam perubahan keadaan suatu zat dari satu keadaan
ke keadaan yang lain akan tetap sama tak peduli berapa pun tahap yang terlibat. Contoh:
energi total yang dibutuhkan untuk mengubah es menjadi uap air akan sama apabila es
tersebut disublimasi langsung menjadi uap air atau melalui tahapan es dirubah terlebih
dahulu menjadi cairan kemudian cairan atau air dirubah menjadi uap air.

Pada perubahan keadaan dari zat padat menjadi cairan dikenal istilah titik leleh yaitu
temperatur pada saat suatu zat padat berubah menjadi cairan, sedangkan pada perubahan
cairan menjadi gas dikenal istilah titik didih yang didefinisikan sebagai temperatur pada
saat suatu cairan mengelegak secara taat azas berubah menjadi gas.

196
Perubahan zat dari satu keadaan ke keadaan yang lain menyebabkan perubahan
energi dan suhu. Energi yang menyertai suatu perubahan adalah energi kalor (panas)
yang digunakan untuk melawan gaya-gaya tarik molekul dalam suatu zat. Beberapa
karakteristik umum yang menyertai perubahan keadaan antara lain adalah:
a. Kapasitas panas
Kapasitas panas didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan zat
dengan bobot tertentu untuk menaikkan temperatur sebesar 1 C. Semakin tinggi bobot
suatu zat, maka kapasitas panas semakin besar. Jika bobot zat tersebut adalah 1 gram
maka jumlah energi tersebut dinyatakan sebagai kapasitas panas per gram (kalor jenis).
Jika jumlah zat tersebut adalah 1 mol, maka kapasitas tersebut dinyatakan sebagai
kapasitas panas moar.
b. Kalor Pelelehan
Kalor pelelehan molar dinyatakan sebagai kalor yang diperlukan untuk mengubah 1
mol zat padat pada titik lelehnya untuk menjadi cairan pada suhu yang sama.
Banyaknya energi panas yang dibebaskan bila 1 mol suatu zat berubaha menjadi zat
padat disebut kalor pembekuan molar yang besarnya sama dengan jumlah energy yang
dibutuhkan untuk membuat 1 mol zat padat meleleh.
c. Kalor Penguapan
Kalor penguapan molar adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
mengubah 1 mol zat cair menjadi gas pada temperatur yang sama. Nilai ini sama dengan
banyaknya energy panas yang dibebaskan jika suatu zat mengembun yaitu perubahan
gas menjadi cairan (kalor pengembunan molar).
d. Perubahan Suhu
Jika suhu suatu zat dinaikkan maka energi kinetik partikel-partikel dalam zat
tersebut akan meningkat. Energi ini digunakan untuk mengalahkan gaya tarik yang
mengikat partikel-partikel tersebut. Jika perubahan keadaan menyebabkan perubahan
volume maka energi tersebut digunakan untuk mendorong udara.
e. Gaya Tarik
Gaya tarik yang terjadi pada perubahan keadaan suatu zat pada peristiwa
pelelehan dan penguapan ditentukan oleh jenis zat. Terdapat tiga jenis gaya yang
terlibat yaitu: kovalen ion dan logam. Zat kovalen terdiri dari molekul-molekul saling
bertarikan dengan gaya yang agak lemah, sehingga titik leleh dan titik didih rendah.

197
Pada suhu kamar zat-zat kovalen dapat berupa gas, cair dan padat. Sedangkan ion-ion
dan atom dalam logam saling bertarikan dengan gaya yang kuat, sehingga titik leleh dan
titik didih tinggi. Pada suhu kamar dan beberapa ratus derajat dari T kamar berupa zat
padat.

4. KEADAAN CAIR
4.1 GAYA TARIK ANTAR MOLEKUL CAIRAN
Pada perubahan keadaan, suatu cairan akan mengalami gaya tarik antar molekul
dan intra molekul. Gaya tarik tersebut dapat berasal dari dua molekul atau lebih dalam
suatu zat cair murni. Jika zat cair menguap molekul melepaskan diri dari tetangganya,
sehingga dapat menagalahkan gaya tarik antar molekul. Tetapi ikatan kovalen yang kuat
yang mengikat atom-atom dalam molekul tidah dapat putus. Gaya tarik antar molekul
yang terlibat disebut gaya tarik dipol imbasan sekejap yang terjadi antara semua
molekul. Gaya tarik van der Waals yang kuat adalah gaya tarik dipol-dipol yang terjadi
antara molekul yang memiliki momen dipol permanen. Gaya tarik yang terjadi pada
molekul cairan yang lebih kuat dari gaya van der Waals disebut ikatan hydrogen.
Umumnya gaya antar molekul lebih lemah dari gaya intra molekul. Perbedaan gaya
tarik antar molekul dan intra molekul digambarkan sebagai berikut:

 Gaya tarik antara molekul gas menyebabkan sifat gas menjadi tidak ideal ketika
molekul gas semakin dekat
 Pada zat cair dan zat padat, jarak antar molekul lebih dekat daripada gas, akibatnya
sifat cairan seperti: titik didih, tekanan uap, viskositas, dan panas penguapan sangat
tergantung pada gaya tarik antara molekul.
 Gaya tarik antar molekul juga mempengaruhi titik leleh suatu padatan
 Titik didih dan titik leleh yang tinggi menunjukkan gaya antar molekul yang kuat.

198
 sehingga lebih mudah terdistorsi atau terpolarisasi. Gaya tarik ini biasanya
meningkat

a. Dipol imbasan sekejap (Gaya London)


- Gaya imbasan sekejap terjadi karena adanya gaya tarik antara
elektronsatu molekul dan inti atom molekul-molekul yang lain.. Gaya ini dihasilkan dari
dipol-dipol terinduksi sementara (sesaat) di dalam atom atau molekul (muatan positif
inti satu atom dengan awan elektron atom yang lain). Gaya ini menyebabkan adanya
tarikan antara molekul senyawa-senyawa non polar. Gaya tarik ini sangat lemah dan
hanya terjadi pada jarak yang sangat dekat. Gaya tarik ini terjadi pada senyawa nonpolar
yang simetris seperti: SO3, CO2, O2, N2, Br2, H2 dan spesies monoatom seperti gas
mulia. Jika awan elektron semakin besar, akan tertarik lebih kuat oleh inti atomnya
(muatan positif) sehingga lebih mudah terdistorsi atau terpolarisasi.Gaya dispersi
biasanya meningkat dengan bertambahnya berat molekul. Gaya imbasan sekejap disebut
juga gaya London atau gaya dispersi. Terjadinya gaya tarik dipol imbasan sekejap dapat
digambarkan sebagai berikut:

dipol dipol induksi

Suatu atom tanpa Interaksi dipol-induksi dipol


induksi dipol

b. Gaya tarik Dipol-Dipol


Gaya tarik dipol-dipol terjadi pada senyawa polar yaitu memiliki dipol
permanen. Gaya tarik menarik ini terjadi antara atom yang bersifat elektropositif (+)
pada satu molekul dengan atom yang bersifat elektronegatif (-) pada molekul yang lain.
Gaya tarik ini lebih kuat daripada gaya tarik pada senyawa non polar dan energi gaya
tarik ini hanya efektif pada jarak yang sangat dekat. Molekul cenderung tersusun
sedemikian rupa untuk memaksimalkan gaya tarik-menarik dan meminimalkan gaya
tolak-menolak .

199
Orientasi molekul pada suatu zat padat Gaya tarik dipol-dipol pada cairan

c. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen terjadi antara suatu molekul yang memiliki atom hidrogen
yangterikat pada satu atom yang memiliki elektronegatifitas tinggi yang mempunyai
sepasang electron bebas. Inti atom hidogen akan ditarik oleh pasangan electron bebas
yang berdekatan. Ikatan hydrogen yang kuat terjadi pada molekul yang megandung
nitrogen, oksigen atau fluor. Sepasang elekton bebas pada atom yang ukurannya lebih
kecil lebih efektif daripada atom berukuran lebih besar. Contoh: ikatan hidrogen yang
dibentuk oleh atom nitrogen lebih kuat daripada ikatan hidrogen yang dibentuk oleh
atom klor. Elektronegatifitas nitrogen dan klor hampir sama, namun ukuran
atomnitrogen lebih kecil daripada klor. Energi ikatan hidrogen 4 – 5 kali lebih besar
daripada interaksi dipol-dipol dan ikatan ini menyebabkan titik leleh dan titik didih
suatu senyawa lebih tinggi. Di bawah ini diberikan ikatan hydrogen yang terjadi pada
NH3, H2O dan HF.

A – H …….B atau A – H…….A A, B = N, O atau F

Gambar 2. Ikatan hidrogen yang terbentuk pada NH3, H2O dan HF,
baik antar molekul maupun intra molekul

200
Perbedaan gaya-gaya tarik antara molekul-molekul zat menyebabkan perbedaan
titik leleh dan titik didih suatu zat. Pada umumnya adanya gaya tarik yang kuat dan
ukuran molekul yang besar menyebabkan titik leleh dan titik didih suatu zat semakin
tinggi.

Tabel 1. Pengaruh gaya tarik molekul terhadap titik leleh

Senyawa Titik leleh ( C)


CH4, Metana -182
Etanol, CH3CH2OH -117
Air, H2O 0
Naftalena, C10H8 80,2
Perak nitrat, AgNO3 209
Aluminium, Al 658
Natrium klorida, NaCl 801

Gambar 3. Pengaruh ikatan hidrogen terhadap titik didih senyawa hidrida

201
Selain titik didih dan titik leleh, gaya tarik antar molekul mempengaruhi
beberapa sifat dari cairan. Sifat-sifat tersebut antara lain adalah: kalor penguapan, kalor
pelelehan, tegangan permukaan, viskositas, gaya adhesive dan kohesif. Tegangan
permukaan adalah jumlah energi yang diperlukan untuk memecahkan suatu permukaan
cairan per unit luas. Gaya ini menyebabkan suatu cairan akanmembentuk tetesan bulat
atau permukaan melengkung (miniskus) bila cairan bersentuhan dengan suatu wadah
lain. Gaya kohesif adalah interaksi intermolekular antara molekul sejenis, sedangkan
gaya adhesif adalah interaksi antara molekul yang berlainan jenis. Adanya gaya kohesif
menyebabkan molekul air yang ditarik dengan kuat oleh gugus O-H yang terikat pada
permukaan kaca sehingga air cenderung merayapsepanjang didnding wadah. Gaya tarik
pada cairan juga menyebabkan adanya kenaikan kapiler yaitu naiknya cairan pada
kolom kapiler. Di samping itu gaya tarik antar molekul cairan juga menyebabkan sifat
viskositas yang merupakan ukuran besarnya resistensi dari cairan untuk mengalir.

4.2 PENCAIRAN GAS


Menurut teori kinetic, jika energy kinetic molekul-molekul gas diturunkan
dengan menurunnya temperature maka gaya antar molekul akan menjadi efektif dalam
mengikat partikel-partikel tekanan akan mengefektifkan gaya antar molekul. Jika
molekul-molekul itu berjauhan, maka gaya tarik akan melemah tetapi dengan
mendekatnya molekul-molekul itu maka tarikan akan semakin meningkat.jika gaya tarik
tersebut cukup besar, maka gas akan mencair.
Untuk setiap gas terdapat suatu temmperatur yang disebut temperature kristis
yaitu suhu dimana suatu gas tidak dapat dicairkan. Sedangkan tekan yang diberikan
untuk mencairkan suatu gas pada suhu kritisnya disebut tekanan kritis. Molekul non
polar seperti hidrogen, oksigen dan nitrogen saling tarik-menarik secara lemah,
sehingga energy kinetiknya harus diturunkan sebelum gaya tarik lemah tersebut dapat
mengikat molekul-molekul dalam bentuk cair. Molekul polar gas ammonia dan belerang
dioksida saling tarik-menarik dengan kuat. Gaya tarik ini mengikat molekul dalam
keadaan cair pada suhu di atas suhu kamar jika diberikan tekanan yang besar.
Cairan yang mudah menguap terdiri dari molekul-molekul yang mempunyai
gaya antar molekul yang lemah dan cenderung terpisah. Beberapa molekul dengan
mudah meninggalkan molekulinduknya (cairan) ketika berada di bagian atas dan

202
kecepatannya cukup untk mengalahkan gaya tarik lemah tersebut. Tekanan uap suatu
cairan didefinisikan sebagai tekanan yang dilakukan oleh gas bila gas tersebut berada
dalam kesetimbangan dengan fasa cair dan padat. Tekanan uap suatu cairan atau
padatan meningkat dengan meningkatnya suhu. Titik didih suatu cairan adalah suhu
dimana tekanan uap yang meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar. Karena
tekanan uap dalam gelembung uap pada cairan maka gelembung dapat mendorong diri
melewati permukaan dan bergerak ke fasa gas di atas cairan. Titik didih air dan cairan
lain dipengaruhi oleh tekanan udara.

4. KEADAAN PADAT
Titik leleh atau titik beku suatu zat adalah suhu dimana fasa padat dan cair
berada dalam kesetimbangan. Jika kesetimbangan tersebut diganggu dengan menambah
atau menarik energy panas, maka sistem akan membentuk lebih banyak zat cair atau zat
padat, namun suhu fasa tersebut tetap.hubungan antara keadaan-keadaan atau fasa-fasa
suatu zat padat pada suhu dan tekanan tertentu dijelaskan pada suatu diagram fasa.
Diagram fasa untuk H2O diberikan pada Gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Diagram fasa air

Beberapa hal penting yang dapat dijelaskan melalui digram fasa iar di atas
adalah:

203
1. Garis AC menunjukkan bahwa air berada dalam fasa kesetimbangan
2. Jika tekanan ditambah maka uap air akan mengembun dan hanya air (dalam bentuk
cair) saja yang ada. Jika tekanan diturunkan maka semua air akan menguap dan
hanya ada uap air saja. Secara umum, pada suatu tekanan dan temperaur yang
berpadanan dengan titik apa saja dalam salah satu dari ketiga daerah itu, hanya
terdapat satu fasa saja.
3. Sepanjang garis AD, uap air dan es berada dalam kesetimbangan
4. Garis AB adalah garis kesetimbangan fasa cair dan padat. Garis ini hamper vertical,
namun kemiringannya ke kiri agak besar untuk menunjukkan bahwa suhu titik leleh
normal air adalah 0 C dan tidak identik dengan suhu pada titik A.
5. Titik A disebut titik ganda tiga (triple point) yang merupakan keadaan dimana
tekanan dan suhu dimana ketiga fasa berada dalam keadaan setimbang.
Perubahan tekanan udara hanya sedikit mempengaruhi titk beku dan larutan
air., baik karena perubahan kelarutan udara dalam air maupun karena pengaruh tekanan
pada suatu perubahan keadaan. Bertambahnya tekanan cenderung akan menghindarkan
pembekuan sehingga titikbeku menurun dengan bertambahnya tekanan. Jika hanya
terdapat air murni maka pada titik ganda tiga maka akan tercapai kesetimbangan antara
fasa cair, gas dan zat padat.

Gambar 5. Diagram fasa CO2

204
Titik ganda tiga untuk diagram fasa CO2 terletak pada 5.2 atm dan -57°C.
Tekanan ini adalah di atas tekanan normal tekanan atmosfer, dengan demikian pada
tekanan atmosfer CO2 tidak berwujud cair. Pada tekanan atmosfer es kering (CO2
padat) tersublimasi dan bukan meleleh. Suhu kritis adalah suhu dimana gas tidak dapat
dicairkan, sehingga dikatakan suhu dimana cairan dan gas tidak memiliki fasa tertentu.
Zat pada pada suhu di atas suhu kristisnya disebut cairan super kritis. Tekanan krits
adalah tekanan yang diperlukan untuk mencairkan suatu gas pada suhu kritisnya.
Gabungan antara suhu kritis dan tekanan kritis disebuttitik kritis (titik C). Untuk H2O
titik kritis adalah pada 31°C dan 73 atm, sedang untuk CO2 adalah pada 374°C dan 218
atm.

4.1 Zat Padat kristal


Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar.
Atom, ion maupun molekul dalam zat padat tersusun secara teratur dan simetris. Suatu
kristal padat mempunyai struktur yang rigid and unit penyusun yang teratur. Dalam
kristal padat, atom-atom, molekul-molekul atau ion-ion menempati posisi tertentu.
Sedangkan suatu zat padat amorf tidak mempunyai struktur yang teratur. Suatu zat
padat kristal tersusun atas unit sel yang tersusun secara berulang dan teratur.

Sel satuan

Gambar 6. Sel unit (satuan) dalam struktur tiga dimensi

Pada beberapa bahan kristalin, partikel penyusunnya tersusun sehingga


keteraturannya kadang nampak dengan mata telanjang. Kristal yang umum kita lihat
adalah natrium khlorida, tembaga sulfat hidrat, dan kuarsa. Lokasi partikel penyusun

205
padatan kristalin (ion, atom atau molekul) biasanya dinyatakan dengan kisi, dan lokasi
setiap partikel disebut titik kisi. Satuan pengulangan terkecil kisi disebut dengan sel
satuan. Sel satuan paling sederhana adalah kubus. Tiga sumbu kubus dan beberapa sel
satuan lain tegak lurus satu sam lain, namun untuk sel satuan lain sumbu-sumbu itu
tidak saling tegak lurus. Faktor yang mendefinisikan sel satuan adalah jarak antar titik
dan sudut antar sumbu. Faktor-faktor ini disebut dengan tetapan kisi (kadang disebut
juga parameter kisi.
.

Gambar 7. Kisi Bravais, kristal diklasifikasikan dalam


14 kisi Bravais dan 7 sistem Kristal

206
Klasifikasi kisi kristal berdasarkan simetrinya dilakukan oleh Auguste Bravais
dan ditemukan bahwa terdapat 14 jenis kisi kristal. Kisi-kisi ini disebut dengan kisi
Bravais. Ke-empat belas diklasifikasikan menjadi tujuh sistem kristal.
Besarnya sel satuan dapat ditentukan dengan hukum Bragg, untuk mendapatkan
informasi detail susunan akurat partikel dalam kristal, perlu dilakukan pengukuran
intensitas puncak difraksi.
4.2 Zat Padat amorf
Susunan partikel dalam padatan amorf sebagian teratur dan sedikit agak mirip
dengan padatan kristalin. namun, keteraturan ini, terbatas dan tidak muncul di
keseluruhan padatan. Banyak padatan amorf seperti gelas, karet dan polietena memiliki
keteraturan sebagian. Perbedaan struktur zat padat Kristal dan amorf diberikan pada
Gambar 8 berikut:

(a) (b)

Gambar 8. (a) Zat padat Kristal dan (b) zat padat amorf

8.3 Struktur padatan kristalin


a. Susunan terjejal
Banyak senyawa, khususnya kristal logam dan molekular mempunyai sifat
umum yang memaksimalkan kerapatannya dengan menyusun partikel-partiklenya
serapat mungkin. Sruktur kristal semacam ini disebut dengan struktur terjejal. Contoh:
susunan terjejal kristal logam yang terdiri atas atom sferik (bola). Bola-bola ini disusun
dalam lapisan. Lapisan pertama seperti pada gambar 9a harus disusun seperti gambar

207
untuk mendapatkan susunan terjejal. Setiap bola di lapisan kedua menempati lubang
yang dibentuk oleh tiga bola di lapisan pertama. Ini adalah cara yang paling efisien
untuk menggunakan ruang yang tersedia (Gambar 9b). Ada dua cara untuk meletakkan
lapisan ketiganya. Salah satunya adalah dengan meletakkan langsung di atas bola
lapisan pertama (Gambar 9c, dan cara yang kedua adalah dengan meletakkannya di atas
lubang lapisan kedua (Gambar 9d). Cara pertama disebut dengan susunan abab, dan
sruktur yang dihasilkan disebut dengan heksagonal terjejal. Cara yang kedua disebut
dengan susunan abc dan sruktur yang dihasilkan disebut dengan kubus terjejal.

Gambar 9. Struktur terjejal (closed packed)

Sifat umum suatu zat padat kristal yang memiliki susunan terjejal:
1. Bola-bola itu akan menempati 74% ruang yang tersedia
2. Setiap bola dikelilingi oleh 12 bola tetangganya
3. Enam bola dari 12 ada di lapis yang sama dan tiga di lapis atasnya dan tiga sisanya
dari lapis di bawahnya. Jumlah bola yang beresentuhan dengan bola yang menjadi

208
acuan disebut dengan bilangan koordinasi. Untuk struktur terjejal, bilangan
koordinasi adalah 12, yang merupakan bilangan koordinasi maksimum. Dalam
kasus ini, empat partikel dimasukkan dalam satu sel satuan.
b. Kubus berpusat badan
Beberapa logam , seperti logam alkali, mengkristal dalam kisi kubus berpusat
badan, yang mengandung bola yang terletak di pusat kubus dan di sudut-sudut kubus sel
satuan sebagaimana diperlihatkan di Gambar 10. Cara penyusunan ini disebut dengan
kisi kubus berusat badan.

Gambar 10. Kisi kubis berpusat badan

Suatu Kristal juga dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis partikel penyusunnya


atau interaksi yang menggabungkan pertikelny, yaitu Kristal logam, Kristal ionic dan
Kristal molekuler.
a. Kristal logam
Kisi kristal logam terdiri atas atom logam yang terikat dengan ikatan logam.
Elektron valensi dalam atom logam mudah dikeluarkan (karena energi ionisasinya yang
kecil) menghasilkan kation. Bila dua atom logam saling mendekat, orbital atom
terluarnya akan tumpang tindih membentuk orbital molekul. Bila atom ketiga mendekati
kedua atom tersebut, interaksi antar orbitalnya terjadi dan orbital molekul baru
terbentuk. Jadi, sejumlah besar orbital molekul akan terbentuk oleh sejumlah besar atom
logam, dan orbital molekul yang dihasilkan akan tersebar di tiga dimensi. Karena orbital
atom bertumpangtindih berulang-ulang, elektron-elektron di kulit terluar setiap atom
akan dipengaruhi oleh banyak atom lain. Elektron semacam ini tidak harus dimiliki oleh

209
atom tertentu, tetapi akan bergerak bebas dalam kisi yang dibentuk oleh atom-atom ini.
Jadi, elektron-elektron ini disebut dengan elektron bebas.
Sifat-sifat logam yang bemanfaat seperti kedapat-tempa-annya, hantaran listrik
dan panas serta kilap logam dapat dihubungkan dengan sifat ikatan logam. Misalnya,
logam dapat mempertahankan strukturnya bahkan bila ada deformasi. Hal ini karena ada
interaksi yang kuat di berbagai arah antara atom (ion) dan elektron bebas di sekitarnya
(Gambar 11).

Gambar 11. Deformasi sruktur logam.

Logam akan terdeformasi bila gaya yang kuat diberikan, tetapi logam tidak akan
putus. Sifat ini karena interaksi yang kuat antara ion logam dan elektron bebas.
Tingginya hantaran panas logam dapat juga dijelaskan dengan elektron bebas ini. Bila
salah satu ujung logam dipanaskan, energi kinetik elektron sekitar ujung itu akan
meningkat. Peningkatan energi kinetik dengan cepat ditransfer ke elektron bebas.
Hantaran listrik dijelaskan dengan cara yang sama. Bila beda tegangan diberikan pada
kedua ujung logam, elektron akan mengalir ke arah muatan yang positif.
Kilap logam diakibatkan oleh sejumlah besar orbital molekul kristal logam.
Karena sedemikian banyak orbital molekul, celah energi antara tingkat-tingkat energi
itu sangat kecil. Bila permukaan logam disinari, elektron akan mengabsorbsi energi
sinar tersebut dan tereksitasi. Akibatnya, rentang panjang gelombang cahaya yang
diserap sangat lebar. Bila elektron yang tereksitasi melepaskan energi yang diterimanya
dan kembali ke keadaan dasar, cahaya dengan rentang panjang gelombang yang lebar
akan dipancarkan, yang akan kita amati sebagai kilap logam.

210
b. Kristal ionik
Kristal ionik semacam natrium khlorida (NaCl) dibentuk oleh gaya tarik antara
ion bermuatan positif dan negatif. Kristal ionik biasanya memiliki titik leleh tinggi dan
hantaran listrik yang rendah. Namun, dalam larutan atau dalam lelehannya, kristal ionik
terdisosiasi menjadi ion-ion yang memiliki hantaran listrik. Biasanya diasumsikan
bahwa terbentuk ikatan antara kation dan anion. Dalam kristal ion natrium khlorida, ion
natrium dan khlorida diikat oleh ikatan ion. Berlawanan dengan ikatan kovalen, ikatan
ion tidak memiliki arah khusus, dan akibatnya, ion natrium akan berinteraksi dengan
semua ion khlorida dalam kristal, walaupun intensitas interaksi beragam. Demikian
juga, ion khlorida akan berinteraksi dengan semua ion natrium dalam kristal.
Susunan ion dalam kristal ion yang paling stabil adalah susunan dengan jumlah
kontak antara partikel bermuatan berlawanan terbesar, atau dengan kata lain, bilangan
koordinasinya terbesar. Namun, ukuran kation berbeda dengan ukuran anion, dan
akibatnya, ada kecenderungan anion yang lebih besar akan tersusun terjejal, dan kation
yang lebih kecil akan berada di celah antar anion. Pada natrium khlorida, anion khlorida
(jari-jari 0,181 nm) akan membentuk susunan kisi berpusat muka dengan jarak antar
atom yang agak panjang sehingga kation natrium yang lebih kecil (0,098 nm) dapat
dengan mudah diakomodasi dalam ruangannya (Gambar 12a). Setiap ion natrium
dikelilingi oleh enam ion khlorida (bilangan koordinasi = 6). Demikian juga, setiap ion
khlorida dikelilingi oleh enam ion natrium (bilangan koordinasi = 6) (Gambar 12(b).
Jadi, dicapai koordinasi 6:6.

(a)

(b)

Gambar 12. Struktur Kristal natrium klorida

211
Dalam cesium khlorida, ion cesium yang lebih besar (0,168nm) dari ion natrium
dikelilingi oleh 8 ion khlorida membentuk koordinasi 8:8. Ion cesium maupun khlorida
seolah secara independen membentuk kisi kubus sederhana, dan satu ion cesium terletak
di pusat kubus yang dibentuk oleh 8 ion khlorida (Gambar 13).

Sel satuan

Gambar 13. Struktur Kristal cesium klorida

Struktur kristal garam bergantung pada rasio ukuran kation dan anion. Bila rasio
(jarijari kation)/(jari-jari anion) (rC/rA) lebih kecil dari nilai rasio di natrium khlorida,
bilangan koordinasinya akan lebih kecil dari enam.
c. Kristal molekular
Kristal dengan molekul terikat oleh gaya antarmolekul semacam gaya van der
Waals disebut dengan kristal molekul. Kristal dapat tersusun karena adanya suatu ikatan
kimia antara atom atau ion. Namun, kristal juga dapat terbentuk, tanpa bantuan ikatan,
tetapi dengan interaksi lemah antar molekulnya.
Argon mengkristal dengan gaya van der Waals, dan titik lelehnya –189,2°C.
Padatan argon berstruktur kubus terjejal. Molekul diatomik semacam iodin tidak dapat
dianggap berbentuk bola. Walaupun tersusun teratur di kristal, arah molekulnya
bergantian (Gambar 14). Namun, karena strukturnya yang sederhana, permukaan
kristalnya teratur. Ini alasannya mengapa kristal iodin memiliki kilap.

212
Gambar 14. Struktur Kristal iodin

d. Kristal kovalen
Banyak kristal memiliki struktur mirip molekul-raksasa atau mirip polimer.
Dalam kristal seperti ini semua atom penyusunnya (tidak harus satu jenis) secara
berulang saling terikat dengan ikatan kovelen sedemikian sehingga gugusan yang
dihasilkan nampak dengan mata telanjang. Intan adalah contoh khas jenis kristal seperti
ini, dan kekerasannya berasal dari jaringan kuat yang terbentuk oleh ikatan kovalen
orbital atom karbon hibrida sp3 (Gambar 15). Intan stabil sampai 3500°C, dan pada
temperatur ini atau di atasnya intan akan menyublim.
Kristal seperti silikon karbida (SiC)n atau boron nitrida (BN)n memiliki struktur
yang mirip dengan intan. Contoh yang sangat terkenal juga adalah silikon dioksida
(kuarsa; SiO2) (Gambar 16). Silikon adalah tetravalen, seperti karbon, dan mengikat
empat atom oksigen membentuk tetrahedron. Setiap atom oksigen terikat pada atom
silikon lain. Titik leleh kuarsa adalah 1700 °C.

(a) (b)

Gambar 14. Struktur Kristal (a) Intan dan (b) silikon dioksida

213
e. Kristal cair
Kristal memiliki titik leleh yang tetap, dengan kata laun, kristal akan
mempertahankan temperature dari awal hingga akhir proses pelelehan. Sebaliknya, titik
leleh zat amorf berada di nilai temperature yang lebar, dan temperatur selama proses
pelelehan akan bervariasi. Terdapat beberapa padatan yang berubah menjadi fasa cairan
buram pada temperatur tetap tertentu yang disebut temperatur transisi sebelum zat
tersebut akhirnya meleleh. Fasa cair ini memiliki sifat khas cairan seperti fluiditas dan
tegangan permukaan. Namun, dalam fasa cair, molekul-molekul pada derajat tertentu
mempertahankan susunan teratur dan sifat optik cairan ini agak dekat dengan sifat optik
kristal. Material seperti ini disebut dengan kristal cair. Molekul yang dapat menjadi
kristal cair memiliki fitur struktur umum, yakni molekul-molekul ini memiliki satuan
struktural planar semacam cincin benzen. Beberapa contoh kristal cair diberikan pada
pada Gambar 15.

Gambar 15. Beberapa contoh kristal cair

214

Anda mungkin juga menyukai