Anda di halaman 1dari 17

ANTIFUNGI

Ahmad Wildhan WW, M.Farm.,Apt


Antifungi
Antifungi atau antijamur adalah suatu obat yang bersifat
fungisida atau fungistatik yang dapat digunakan untuk mengobati
dan mencegah mikosis seperti kutu air, kurap, kandidas, infeksi
sistemik serius seperti miningitis, kriptokokus, dan lain-lain.
Penggolongan Anti Fungi

GOLONGAN GOLONGAN
POLIEN TRIAZOL

Amfoterisin Flukonazol dan


Nystatin itrakonazol.
GOLONGAN
IMIDAZOL
GOLONGAN LAIN
Klotrimazol,
Griseofulvin,
ketokonazol,
Terbinafin
ekonazol, sulkonazol
dan tiokonazol.
Mekanisme Kerja Antifungi

Anti jamur infeksi sistemik Anti Jamur Topikal

Antijamur untuk Infeksi


Dermatofit dan Mukokutan
Anti jamur infeksi sistemik
• Amfoterisin B
Mekanisme kerja Amfoterisin B berikatan kuat dengan ergosterol yang
terdapat pada membrane sel jamur.
• Flusitosin
Antijamur ini memiliki spectrum kerja agak sempit. Mekanisme kerja
antijamur ini yaitu flusistosin masuk kedalam sel jamur dengan bantuan
sitosin diaminase.
• Imidazol dan Triazol
- Ketokonazole : Obat ini bersifat liofilik
- Intrakonazol : Obat ini dapat diberikan peroral dan IV
- Flukonazol : Obat ini diserap sempurna melaui saluran cerna
• Kaspofungin
Mekanisme kerja obat ini menghambat sintesis beta (1,3)-degelukan,
suatu komponen essensial yang membentuk sel jamur.
Antijamur untuk Infeksi
Dermatofit dan Mukokutan
• Griseofulvin
Obat ini akan dihimpun dalam sel pembentuk keratin, lalu muncul
bersama sel yang baru berdiferesiansi, terikat kuat dengan keratin sehingga
sel baru ini akan resisten terhadap serangan jamur.
• Imidazole dan Triazol
Mikonazol : Mikonazol mkenghambat aktivitas jamur
Klotrimazol : Klotrimazol mempunyai efek antijamur dan bakteri
dengan mekanisme kerja mirip mikonazol
• Tolnaftat dan Tolsiklat
Antijamur ini memiliki spectrum yang sempit digunaklan untuk
pengobatan dermatofitosis tetapi tidak efektif terhadap candida.
• Nistatin
Nistatin merupakan suatu antibiotic polien yang dihasilkan oleh
Streptomices noursei nistatin menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan
ragi tetapi tidak aktif terhadap bakteri, protozoa dan virus.
Anti Jamur Topikal
• Asam benzoate dan Asam salisilat
Antijamur kombinasi ini biasanya digunakan untuk pengobatan Tinea
pedis dan kadang-kadang juga untuk tinea kapitis.
• Asam Undesilenat
Obat ini dapat menghambat pertumbuhan jamur pada tinea pedis, tetapi
efektifitasnya tidak sebaik mikonazol, haloprogin atau tolnaftat.
• Haloprogin
Haloprogin bersifat fungisidal terhadap epiderphyton, Trichophyton,
Miciosporum dan malassesia furfur.
• Siklopiroks Olamin
Obat ini merupakan antijamur topical berspektrum luas. Penggunaan
kliniknya untuk dermatofitosis, kandidiasis dan tinea versikolor.
• Terbinafin
Obat ini digunakan untuk terapi dermatofitosis, terutama Onikomikosis
dan juga digunakan secara topical untuk dermatopitosis.
JENIS MIKOSIS

Aspergilosis.
Aspergilosis umumnya menyerang saluran nafas, namun pada
pasien immunocompromised berat, bentuk invasifnya dapat mengenai sinus,
jantung, otak dan kulit. Vorikonazol merupakan obat
pilihan; amfoterisin (formulasi liposomal lebih disukai bila terjadi gangguan
ginjal) dan itrakonazol merupakan alternatif pada pasien yang gagal diterapi
dengan amfoterisin.
Kandidiasis.
Umumnya infeksi kandida pada permukaan kulit dapat diatasi dengan terapi
lokal, sedangkan untuk infeksi yang meluas atau yang sulit memerlukan terapi
antijamur sistemik. Infeksi jamur pada vagina dapat diatasi dengan terapi
antijamur lokal atau dengan flukonazol oral. Untuk organisme yang resisten,
dapat diberikan itrakonazol oral. Flukonazol oral diberikan untuk infeksi yang
tidak memberikan respon. Itrakonazol dapat digunakan untuk infeksi yang
resisten terhadap flukonazol.
Untuk infeksi jamur yang dalam dan menyebar, dapat digunakan
infus amfoterisin intravena tunggal.
Kriptokokosis.
Infeksi ini jarang terjadi, namun infeksi pada pasien immunecompromised,
terutama pasien AIDS, dapat mengancam jiwa. Meningitis kriptokokus
merupakan penyebab yang paling umum pada infeksi meningitis karena
jamur. Terapi pilihan untuk meningitis kriptokokus adalah infus amfoterisin
intravena selama 2 minggu, dilanjutkan dengan flukonazol oral selama 8
minggu sampai hasil kultur negatif.
Histoplasmosis. Infeksi ini jarang terjadi pada daerah dengan suhu panas.
Pada pasien infeksi HIV, infeksi ini dapat mengancam jiwa. Itrakonazol dapat
digunakan untuk terapi infeksi indolent non-meningeal pada pasien
imunokompeten termasuk histoplasmosis paru kronis. Ketokonazol
merupakan terapi alternatif pada pasien imunokompeten. Infus amfoterisin
intravena lebih disukai pada pasien dengan infeksi berat atau nyata. Setelah
terapi berhasil, itrakonazol dapat diberikan untuk mencegah terjadinya
kekambuhan.
Infeksi kulit dan kuku.
Infeksi jamur ringan dan lokal pada kulit (termasuk Tinea corporis, Tinea cruris,
dan Tinea pedis) dapat diatasi dengan terapi topikal.
Griseofulvin digunakan untuk Tinea capitis pada dewasa dan anak. Griseofulvin
efektif terhadap infeksi yang disebabkan oleh Trichophyton
tonsurans dan Microsporum spp. Obat ini telah digunakan secara luas untuk
mengatasi tinea di berbagai bagian tubuh. Namun, sekarang ini sudah banyak
digantikan oleh antijamur yang lebih baru. Anti jamur triazol (terutama itrakonazol)
atau imidazol oral dan terbinafin lebih sering digunakan karena memiliki spektrum
kerja yang lebih luas dan memerlukan lama terapi yang lebih singkat.
Terbinafin dan itrakonazol sudah menggantikan griseofulvin untuk terapi sistemik
pada onychomycosis terutama pada kuku ibu jari. Terbinafin merupakan obat
pilihan utama, sedangkan itrakonazol diberikan sebagai terapi intermittent pulse.
Pasien immunocompromised memiliki risiko yang tinggi untuk terinfeksi
jamur, oleh sebab itu diperlukan profilaksis antijamur. Imidazol oral atau
antijamur triazol merupakan obat pilihan untuk profilaksis. Flukonazol lebih
mudah diabsorpsi daripada itrakonazol dan ketokonazol serta lebih aman
dibanding ketokonazol untuk terapi jangka panjang. Infus amfoterisin
intravena digunakan untuk terapi empiris pada infeksi jamur serius.

Anda mungkin juga menyukai