SEJARAH KEFARMASIAN Para pendeta atau sesorang yang dianggap bijak dari suatu suku, yang mempunyai ilmu menyembuhkan dengan tumbuh-tumbuhan, yang mereka dapatkan dari pengalaman atau secara turun temurun, biasanya dipanggil untuk mengobati orang sakit atau yang luka, dari penyediaan bahan obat inilah ilmu dari perapotekan dimulai. Ilmu dari perapotekan selalu dihubungkan dengan hal gaib, istilah pharmacon (Bahasa Yunani) yang merupakan asal kata farmasi berarti suatu guna-guna atau suatu obat yang dapat dipakai untuk maksud baik atau jahat. Keberhasilan suatu pengobatan mungkin disebabkan obat yang sesuai berdasarkan pengalaman, terapi yang benar secara kebetulan, efek yang tidak ada akibatnya dari suatu terapi untuk seseorang dengan penyakit yang tidak fatal, atau efek plasebo, yaitu berhasilnya pengobatan disebabkan oleh pengaruh psikologi dan tidak karena efek terapi. Seiring berjalannya waktu, ilmu perapotekan menjadi hal yang tidak terpisahkan dengan fungsi pendeta, sehingga seorang ahli ilmu gaib, pendeta atau dokter pendeta menjadi penyembuh lahir dan batin. Jadi pada zaman dahulu pekerjaan kefarmasian dan kedokteran tidak dapat dibedakan karena pekerjaan tersebut merupakan fungsi pimpinan agama suatu suku. DOKUMEN FORMULA ZAMAN DAHULU Ebers papyrus, suatu gulungan kertas sepanjang 60 kaki dan selebar satu kaki yang ditemukan pada abad ke-16 SM oleh George Eber. Tulisan Ebers papyrus disominasi oleh formula obat, dengan lebih dari 800 formula atau resep yang telah dideskripsikan danl lebih dari 700 obat yang disebutkan. Obat-obat tersebut sebagiaaan besar berupa bahan nabati, meskipun obat –obat yang berasal dari dari mineral dan heewani juga tercantum. Bahan-bahan nabati seperti akasia, biji jarak (dari bahan ini diperoleh minyak jarak), dan adas disebutkan bersama rujukan bahana mineral seperti besi oksisda, natrium karbonat, natrium klorida, dan belerang. Pembawa yang digunakan pada saat itu yaitu bir, anggur, susu dan madu. Banyak formula farmasetika menggunakan dua lusin bahan obat atau lebih, formula ini merupakan jenis ssediaan yang kemudian hari disebut polifarmasi. ILMUAN PENGEMBANG ILMU KEDOKTERAN DAN KEFARMASIAN Beberapa orang yang tercatat karena kejeniusan dan kreativitasnya dan telah memberikan pengaruh yang revolusioner pada pengembangan dunia kefarmasian dan kedokteran, antara lain : 1. Hippocrates (460-370 sebelum masehi), seorang dokter bangsa Yunani yang memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah, rasional dan menyusun sistematika kedokteran serta meletakkan praktik kedokteran pada bidang etika yang tinggi. 2. Dioscorides ( abad ke-1 SM ), seorang dokter dan ahli botani bangsa Yunani, merupakan orang yang pertama kali mengembangkan botani sebagai suatu ilmu farmasi terapan, sekarang dikenal denga “farmakognosi” 3. Claudius Galen ( 130 s/d 200 SM ), seorang dokter dan ahli farmasi bangsa Yunani yang mendapatkan kewarganegaraan Romawi, berupaya untuk menciptkan suatu system fisiologi/faal, patologi dan pengobatan yang sempurna. 4. Philippus Aureolus Theophrastus Bombastus Von Hohenheim (1493-1541 SM ) seorang dokter dan ahli kimia dari Swiss, “Paracelsus“ sebutan dirinya. Dia memperkenalkan ilmu tumbuh- tumbuhan menjadi suatu profesi yang berdasarkan ilmu kimia. Ia berkeyakinan bahawa untuk mengobati setiap penyakit yang spesifik dapat dilakukan dengan suatu bahan kimia untuk terapi internal. BUKU PANDUAN Sebagai buku panduan bagi farmasis, setiap negara memiliki buku farmakope yang memuat persyaratan kemurnian, sifat kimia dan fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat-obatan. Farmakope Indonesia milik negara Indonesia United State Pharmakope (USP) milik Amerika British Pharmakope (BP) milik Inggris Nederlands Pharmakope milik Belanda Farmakope Internasional milik WHO BUKU-BUKU FARMASI YANG DIKELUARKAN OLEH DEPARTEMEN KESEHATAN :
Farmakope Indonesia edisi I jilid I terbit 20 Mei 1962
Farmakope Indonesia edisi I jilid II terbit 20 Mei 1965 Formularium Indonesia (FOI) terbit 20 Mei 1966 Farmakope Indonesia edisi II terbit 1 April 1972 Ekstra Farmakope Indonesia terbit 1 April 1974 Formularium Nasional terbit 12 November 1978 Farmakope Indonesia edisi III terbit 9 Oktober 1979 Farmakope Indonesia edisi IV terbit 5 Desember 1995 Farmakope Indonesia edisi V terbit 2014 FARMASETIKA adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat- obatan; seni peracikan obat; serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat. Setiap mahasiswa yang menggeluti bidang farmasi diwajibkan mempelajari dan mendalami ilmu farmasetika. Karena didalam ilmu farmasetika, kita mempelajari dasar-dasar farmasi. Kita dianjurkan mempelajari tentang sejarah farmasi, sediaan-sediaan farmasi, singkatan-singkatan dalam farmasi, penulisan resep dan lain-lain ILMU RESEP adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat Penyediaan obat-obatan disini mengandung arti pengumpulan, pengenalan, pengawetan dan pembakuan dari bahan obat-obatan Berdasarkan ruang lingkupnya, dunia farmasi memiliki cakupan yang sangat luas, oleh karena itu ilmu resep tidak dapat berdiri sendiri dari cabang ilmu yang lain, seperti fisika, kimia, biologi, dan farmakologi. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka ilmu farmasi pun mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang lebih khusus, tetapi saling berkaitan, misalnya farmakologi, farmakognosi, galenika, dan kimia farmasi. RANGKUMAN Setelah mempelajari tentang sejarah kefarmsian kita mengetahui bahwa sejak zaman dulu secara naluri orang primitif sudah dapat melakukan suatu tindakan untuk meringankan suatu penyakit. Kemudian berkembang menjadi ada anggapan jika sakit itu karena gaib sehingga seorang pendeta bertindak sebagai penyembuh rohani dan fisk secara bersamaan. Dengan ditemukannya dokumen- dokumen kuno membuka mata kita ternyata sebelum masehi nenek moyang kita sudah mempunyaai catatan penting tentang obat dan formula. Bangsa Eropa khususnya Yunani banyak yang memiliki ketekunan dan ketelitian dalam bidang kedokteran sekaligus sebagai ahli dalam bidang obat-obatan, banyak penemuan tentang bahan obat baik nabati maupun kimiawi yang dilakukan mereka hingga saat ini masih dapat digunakan sebagai obat. Wassalamualaikum Wr. Wb