Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH STIKES MUHAMMADIYAH

KEFARMASIA KUNINGAN

N Apt.Ahmad Wildhan ww, m.Farm


SEJARAH KEFARMASIAN
Para pendeta atau sesorang yang dianggap bijak dari suatu suku,
yang mempunyai ilmu menyembuhkan dengan tumbuh-tumbuhan,
yang mereka dapatkan dari pengalaman atau secara turun temurun,
biasanya dipanggil untuk mengobati orang sakit atau yang luka, dari
penyediaan bahan obat inilah ilmu dari perapotekan dimulai.
Ilmu dari perapotekan selalu dihubungkan dengan hal gaib, istilah
pharmacon (Bahasa Yunani) yang merupakan asal kata farmasi
berarti suatu guna-guna atau suatu obat yang dapat dipakai untuk
maksud baik atau jahat.
Keberhasilan suatu pengobatan mungkin disebabkan obat yang
sesuai berdasarkan pengalaman, terapi yang benar secara kebetulan,
efek yang tidak ada akibatnya dari suatu terapi untuk seseorang
dengan penyakit yang tidak fatal, atau efek plasebo, yaitu
berhasilnya pengobatan disebabkan oleh pengaruh psikologi dan
tidak karena efek terapi.
Seiring berjalannya waktu, ilmu perapotekan menjadi hal yang tidak
terpisahkan dengan fungsi pendeta, sehingga seorang ahli ilmu gaib,
pendeta atau dokter pendeta menjadi penyembuh lahir dan batin.
Jadi pada zaman dahulu pekerjaan kefarmasian dan kedokteran
tidak dapat dibedakan karena pekerjaan tersebut merupakan fungsi
pimpinan agama suatu suku.
DOKUMEN FORMULA
ZAMAN DAHULU
Ebers papyrus, suatu gulungan kertas sepanjang 60 kaki dan selebar
satu kaki yang ditemukan pada abad ke-16 SM oleh George Eber.
Tulisan Ebers papyrus disominasi oleh formula obat, dengan lebih
dari 800 formula atau resep yang telah dideskripsikan danl lebih dari
700 obat yang disebutkan. Obat-obat tersebut sebagiaaan besar
berupa bahan nabati, meskipun obat –obat yang berasal dari dari
mineral dan heewani juga tercantum. Bahan-bahan nabati seperti
akasia, biji jarak (dari bahan ini diperoleh minyak jarak), dan adas
disebutkan bersama rujukan bahana mineral seperti besi oksisda,
natrium karbonat, natrium klorida, dan belerang. Pembawa yang
digunakan pada saat itu yaitu bir, anggur, susu dan madu. Banyak
formula farmasetika menggunakan dua lusin bahan obat atau lebih,
formula ini merupakan jenis ssediaan yang kemudian hari disebut
polifarmasi.
ILMUAN PENGEMBANG
ILMU KEDOKTERAN DAN
KEFARMASIAN
Beberapa orang yang tercatat karena kejeniusan dan kreativitasnya
dan telah memberikan pengaruh yang revolusioner pada
pengembangan dunia kefarmasian dan kedokteran, antara lain :
1. Hippocrates (460-370 sebelum masehi), seorang dokter bangsa
Yunani yang memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah,
rasional dan menyusun sistematika kedokteran serta meletakkan
praktik kedokteran pada bidang etika yang tinggi.
2. Dioscorides ( abad ke-1 SM ), seorang dokter dan ahli botani
bangsa Yunani, merupakan orang yang pertama kali
mengembangkan botani sebagai suatu ilmu farmasi terapan,
sekarang dikenal denga “farmakognosi”
3. Claudius Galen ( 130 s/d 200 SM ), seorang dokter dan ahli
farmasi bangsa Yunani yang mendapatkan kewarganegaraan
Romawi, berupaya untuk menciptkan suatu system fisiologi/faal,
patologi dan pengobatan yang sempurna.
4. Philippus Aureolus Theophrastus Bombastus Von Hohenheim
(1493-1541 SM ) seorang dokter dan ahli kimia dari Swiss,
“Paracelsus“ sebutan dirinya. Dia memperkenalkan ilmu tumbuh-
tumbuhan menjadi suatu profesi yang berdasarkan ilmu kimia. Ia
berkeyakinan bahawa untuk mengobati setiap penyakit yang spesifik
dapat dilakukan dengan suatu bahan kimia untuk terapi internal.
BUKU PANDUAN
Sebagai buku panduan bagi farmasis, setiap negara memiliki buku
farmakope yang memuat persyaratan kemurnian, sifat kimia dan
fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang
berhubungan dengan obat-obatan.
Farmakope Indonesia milik negara Indonesia
United State Pharmakope (USP) milik Amerika
British Pharmakope (BP) milik Inggris
Nederlands Pharmakope milik Belanda
Farmakope Internasional milik WHO
BUKU-BUKU FARMASI YANG DIKELUARKAN
OLEH DEPARTEMEN KESEHATAN :

Farmakope Indonesia edisi I jilid I terbit 20 Mei 1962


Farmakope Indonesia edisi I jilid II terbit 20 Mei 1965
Formularium Indonesia (FOI) terbit 20 Mei 1966
Farmakope Indonesia edisi II terbit 1 April 1972
Ekstra Farmakope Indonesia terbit 1 April 1974
Formularium Nasional terbit 12 November 1978
Farmakope Indonesia edisi III terbit 9 Oktober 1979
Farmakope Indonesia edisi IV terbit 5 Desember 1995
Farmakope Indonesia edisi V terbit 2014
FARMASETIKA
adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat meliputi
pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-
obatan; seni peracikan obat; serta pembuatan sediaan farmasi
menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat.
Setiap mahasiswa yang menggeluti bidang farmasi diwajibkan
mempelajari dan mendalami ilmu farmasetika. Karena didalam ilmu
farmasetika, kita mempelajari dasar-dasar farmasi. Kita dianjurkan
mempelajari tentang sejarah farmasi, sediaan-sediaan farmasi,
singkatan-singkatan dalam farmasi, penulisan resep dan lain-lain
ILMU RESEP
adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan
menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat
Penyediaan obat-obatan disini mengandung arti pengumpulan,
pengenalan, pengawetan dan pembakuan dari bahan obat-obatan
Berdasarkan ruang lingkupnya, dunia farmasi memiliki cakupan
yang sangat luas, oleh karena itu ilmu resep tidak dapat berdiri
sendiri dari cabang ilmu yang lain, seperti fisika, kimia, biologi, dan
farmakologi.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka ilmu farmasi
pun mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang
lebih khusus, tetapi saling berkaitan, misalnya farmakologi,
farmakognosi, galenika, dan kimia farmasi.
RANGKUMAN
Setelah mempelajari tentang sejarah kefarmsian kita mengetahui
bahwa sejak zaman dulu secara naluri orang primitif sudah dapat
melakukan suatu tindakan untuk meringankan suatu penyakit.
Kemudian berkembang menjadi ada anggapan jika sakit itu karena
gaib sehingga seorang pendeta bertindak sebagai penyembuh rohani
dan fisk secara bersamaan. Dengan ditemukannya dokumen-
dokumen kuno membuka mata kita ternyata sebelum masehi nenek
moyang kita sudah mempunyaai catatan penting tentang obat dan
formula.
Bangsa Eropa khususnya Yunani banyak yang memiliki ketekunan
dan ketelitian dalam bidang kedokteran sekaligus sebagai ahli dalam
bidang obat-obatan, banyak penemuan tentang bahan obat baik
nabati maupun kimiawi yang dilakukan mereka hingga saat ini masih
dapat digunakan sebagai obat.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Anda mungkin juga menyukai