Anda di halaman 1dari 15

Virus Herpes Simpleks dan

Varisela Zoster
Ahmad Wildhan WW, M.Farm.,Apt
Virus herpes patogen yang paling utama adalah virus herpes
simpleks (herpesvirus hominis) dan virus varisela zoster

PATOGEN
Herpes adalah penyakit yang ditandai dengan munculnya
lepuhan pada kulit yang berwarna kemerahan dan berisi
cairan.

DEFINISI
PICTURE
Semua orang memiliki risiko terkena virus herpes simpleks,
dari mulai anak-anak hingga dewasa. Namun, dalam kasus
HSV-2 yang menyerang kelamin akan lebih mudah
menginfeksi orang-orang yang tidak menerapkan hubungan
intim yang aman. Berbagai faktor risiko HSV-2, seperti:
• Berjenis kelamin perempuan.
• Memiliki pasangan seks lebih dari satu.
• Berhubungan intim di usia yang sangat muda.
• Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
• Memiliki penyakit kelamin yang lain.

FAKTOR RESIKO
Penyebab herpes adalah virus herpes simpleks tipe I dan II.
Kedua virus tersebut termasuk dalam virus herpes hominis
yang digolongkan ke dalam virus DNA. Penularan infeksi
herpes juga bisa terjadi melalui kontak langsung, yakni
kulit dengan kulit pengidap yang terinfeksi.

PENYEBAB
Sejak seseorang terkena virus herpes, misalnya akibat hubungan intim
yang kurang aman, hingga muncul gejala (masa inkubasi) memakan waktu
3-7 hari. Gejala dan perjalanan penyakit dapat dibagi ke dalam beberapa
stadium, yakni:
1. Infeksi Primer:
• Gejala awal yang dijumpai berupa bintil berwarna putih tampak berisi air
atau disebut sebagai vesikel. Bintik ini berkelompok di atas kulit yang
sembab dan kemerahan (eritematosa). Awalnya vesikel tersebut tampak
putih, tetapi lama-kelamaan berisi nanah (pus) berwarna hijau. Kadang-
kadang dapat ditemukan juga bintil yang telah pecah, sehingga
penampakan, seperti “sariawan” pada kulit.
• Fase infeksi primer terjadi selama kira-kira 3 minggu dan sering disertai
gejala lainnya, seperti demam, lemas, mual, muntah, dan dapat juga
ditemukan pembesaran kelenjar di lipat paha atau di sekitar leher.

GEJALA
2. Fase Laten
• Saat gejala membaik, ini bukan berarti virus herpes telah
mati. Virus tersebut “beristirahat” di dalam sel saraf
ganglion dorsalis (saraf tulang belakang) manusia.
Penularan penyakit herpes pada pengidap yang berada
pada fase ini pun nyatanya masih dapat terjadi akibat
pelepasan virus terus berlangsung, meskipun dalam
jumlah sedikit. Dengan demikian, bisa saja seseorang
terkena infeksi herpes dari pasangannya yang dari
penampilan fisik tampak sehat-sehat saja.

GEJALA
3. Infeksi Rekuren
• Virus yang beristirahat pada fase laten suatu saat dapat
aktif kembali. Faktor-faktor atau kondisi-kondisi yang
dapat mengaktifkan infeksi tersebut, antara lain:
• Trauma fisik, seperti demam, infeksi oleh penyakit lain,
penyakit HIV/AIDS, hubungan intim, kurang istirahat,
menstruasi, dan sebagainya.
• Trauma psikis, seperti gangguan emosional dan depresi.
• Penggunaan obat-obatan dan terapi kanker.

GEJALA
• Kultur virus herpes simplex. Kultur virus herpes ditujuankan
untuk mendiagnosis adanya virus herpes. Kultur virus herpes
ini dilakukan dengan cara mengusap area kulit atau genital
yang terinfeksi, kemudian mengambil cairan genital atau
cairan tubuh lainnya yang diduga mengalami herpes untuk
kemudian diperiksa di laboratorium.
• Tes antibodi. Tes antibodi spesifik virus HSV 1 dan HSV 2
dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi primer
herpes, tapi tidak dapat mendeteksi infeksi herpes rekuren.
Tes antibodi dilakukan dengan mengambil sampel darah dari
tubuh, kemudian dianalisis di lab untuk dicek keberadaan
antibodi spesifik HSV 1 ataupun HSV 2.

DIAGNOSA
Infeksi herpes simpleks. Infeksi herpes pada mulut dan bibir dan pada
mata biasanya disebabkan oleh virus herpes simpleks serotipe 1 (HSV-1).
Bagian lain dari kulit dapat juga terinfeksi, terutama pada pasien defisiensi
imun. Infeksi genital seringkali disebabkan oleh HSV-2 dan juga HSV-1.
Terapi infeksi herpes simpleks sebaiknya dimulai sesegera mungkin dan
biasanya dalam 5 hari setelah infeksinya muncul. Pada orang dengan
sistem pertahanan tubuh yang baik, infeksi ringan pada mata (herpes
okular) dan bibir (herpes labialis atau cold sores) diatasi dengan obat
antiviral topikal. Primary herpetic gingivostomatitis dapat diatasi dengan
perubahan pola makanan dan pemberian analgetik. Infeksi berat, infeksi
herpes neonatal atau infeksi pada individu immunecompromised
memerlukan terapi antivirus sistemik. Infeksi herpes simpleks genital
primer atau kambuhan diatasi dengan obat antivirus oral. Lesi yang muncul
kembali atau tidak pernah sembuh menandakan munculnya resistensi.

TERAPI
• Infeksi varisela zoster. Tanpa mengindahkan kondisi
ketahanan tubuh dan penggunaan imunoglobulin,
neonatus yang mendapat penyakit cacar air (chickenpox)
harus diobati dengan antivirus parenteral untuk mencegah
memburuknya penyakit. Terapi antivirus
direkomendasikan pada orang yang immunocompromised
dan mereka yang memiliki faktor risiko (gangguan
jantung berat, penyakit saluran nafas atau gangguan kulit
kronis). Terapi diberikan selama 10 hari dengan paling
tidak 7 hari merupakan terapi parenteral.

TERAPI
• Orang yang pernah mengalami infeksi cacar dan
memiliki risiko khusus terhadap komplikasi, termasuk
neonatus dan anak, dapat diberikan profilaksis
imunoglobulin. Pemilihan obat. Asiklovir aktif terhadap
virus herpes, Asiklovir dapat digunakan untuk terapi
sistemik Varicella zoster serta terapi sistemik dan lokal
untuk mengatasi infeksi herpes simpleks pada kulit dan
membran mukosa.

TERAPI
• Famsiklovir memiliki aktivitas yang sama dengan asiklovir.
Diindikasikan untuk herpes zoster dan herpes genitalis.
Tidak seperti asiklovir, famsiklovir hanya perlu diberikan 3
kali sehari (atau satu kali sehari pada herpes zoster).
• Valasiklovir merupakan ester asiklovir yang diindikasikan
untuk herpes zoster dan herpes simpleks kulit dan membran
mukosa (termasuk herpes genitalis). Selain pada dewasa,
juga diindikasikan untuk mencegah sitomegalovirus pasca
transplantasi ginjal pada anak di atas usia 12 tahun.
Famsiklovir atau valasiklovir merupakan alternatif bagi
asiklovir untuk lesi mulut akibat herpes zoster.

TERAPI
FINISH

Anda mungkin juga menyukai