Anda di halaman 1dari 31

KIMI

N LISIS
PRILIYAWATI D. AS'ALI (821318112)

T I T R A S I A S A M B A S A

P R O DI F A R M A S I
D3J U R U S A N F A
R M A S I
F A K U L T A S O L A H R A G A DA N K E S E
H A T A N U N I V E R S I T S N E G E R I G O R
O N T A L O
KIMIA ANALISIS 2020

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Mini Book dengan baik. Mini Book ini ditunjukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kimia Analisis di semester lima.
Penulis menyadari bahwa Mini Book ini masih jauh dari sempurna, baik
dari segi isi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan kemampuan dan
pengetahuan penulis yang masih sangat terbatas. Walaupun demikian penulis
berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan Mini Book ini dengan sebaik-
baiknya.
Akhir kata Penulis mengharapkan semoga Mini Book yang disusun ini
dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Gorontalo, 20 November 2020

Penyusun

PRILIYAWATI D. AS’ALI

i KIMIA ANALISIS
KIMIA ANALISIS 2020

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PEMBAHASAN........................................................................................................1
Latar Belakang...........................................................................................................................1
Tujuan 2
Manfaat 2
BAB II DASAR TEORI.......................................................................................................3
Teori Asam Basa........................................................................................................................3
Pengertian Titrasi.......................................................................................................................5
Prinsip Titrasi Asam Basa..........................................................................................................6
Jenis-jenis Titrasi........................................................................................................................11
Macam-macam Titrasi Asam Basa..........................................................................................11
Preparasi 14
Pembakuan Titrasi Asam Basa.................................................................................................17
Contoh Analisis Titrasi Asam Basa.........................................................................................19
BAB III PENUTUP............................................................................................................26
3.1 Kesimpulan................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

ii KIMIA ANALISIS
KIMIA ANALISIS 2020

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Titrasi asam basa sering disebut asidi-
alkalimetri, sedang untuk titrasi pengukuran
lain-lain sering dipakai akhiran-ometri
mengggantikan –imertri. Kata metri berasal
dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses
seni mengukur. I dan O dalam hubungan
mengukur sama saja, yaitu dengan atau
dari (with or off). Akhiran I berasal dari kata
latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi
asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah
asam ataupun pngukuran dengan asam (yang
diukur dalam jumlah basa atau garam)
(Harjadi, W. 1990). Reaksi penetralan asam
basa dapat digunakan untuk menentukan kadar
larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini
sejumlah tertentu larutan asam ditetesi dengan
larutan basa, atau sebaliknya sampai mencapai
titik ekuivalen (asam dan basa tepat habis
bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan
(asam atau basa) diketahui, maka molaritas
larutan yang satu lagi dapat ditentukan.
Jika larutan asam ditetesi dengan larutan
basa maka pH larutan akan naik, sebaliknya
jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam
maka pH larutan akan turun. Grafik yang
menyatakan perubahan pH pada penetesan
asam dengan basa atau sebaliknya disebut
kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang
pada ttik tengahnya merupakan titik ekuivalen
(Michael. 1997).
Titrasi asam basa dapat memberikan titik

1 KIMIA ANALISIS
KIMIA ANALISIS 2020
akhir Pada kedua jenis titrasi diatas,
yang dipergunakan indikator yang sejenis yaitu
cukup fenoftalen (PP) dan metil orange (MO). Hal
tajam tersebut dilakukan karena jika
dan
untuk
itu
diguna
kan
penga
matan
dengan
indikat
or bil
pH
pada
titik
ekuival
en 4-
10.
Demiki
an juga
titik
akhir
titrasi
akan
tajam
pada
titirasi
asam
atau
basa
lemah,
jika

2 KIMIA ANALISIS
menggunakan indikator yang lain, misalnya TB, MG atau yang lain, maka
trayek pHnya sangat jauh dari ekuivalen (Harjadi, W. 1990).
Pada titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
(Susanti,1995)
1. Asidimetri. Titrasi ini menggunakan larutan standar asam yang digunakan
untuk menentukan basa. Asam yang biasa digunakan adalah HCl, asam
cuka, asam oksalat, asam borat.
2. Alkalimeri. Pada titrasi ini merupakan kebalikan dari asidi-alkalimetri
karena larutan yang digunakan untuk menentukan asam disini adalah basa.
Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk
menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa.
Kebanyakan asam dan basa organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan
berair, tetapi sebagian senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut
dalam air. Namun demikian umumnya senyawa organik dapat larut dalam
pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat ditentukan dengan titrasi
asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan larutan
baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basa digunakan
larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan
dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan
bantuan peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer
(Rivai, H, 1990).
Tujuan
Tujuan dari penulisan mini book ini adalah agar kita dapat mengetahui dan
mampu menjelaskan tentang titrasi asam basa, reaksi yang tebentuk, contoh
perhitungan serta cara memperolehnya. Selain itu makalah ini juga dibuat
dengan tujuan untuk membuka pola pikir serta memenuhi tugas yang
diberikan.
Manfaat
Manfaat dari penulisan mini book ini agar pembaca dapat mengetahui
lebih lanjut materi mengenai titrasi asam basa, reaksi yang tebentuk, contoh
perhitungan serta cara memperolehnya.
BAB II

PEMBAHASAN

Teori Asam Basa


A. Teori Arrheius
Teori Asam dan Basa ini dikemukakan oleh Svante August
Arrhenius yang merupakan Seorang Ilmuwan Kimia berasal dari Swedia
yang lahir pada tanggal 19 Februari 1859 sampai 02 Oktober 1927 silam.
Svante August Arrhenius pada tahun 1884 Silam menjelaskan bahwa
Kekuatan Asam didalam Air tergantung pd Konsentrasi Ion – Ion
Hidrogen didalam-nya.
Menurut Svante August Arrhenius bahwa Asam adalah Zat yang
jika didalam Air dapat melepaskan Ion Hidrogen (H+), sebenarnya Ion –
Ion Hidrogen yang dihasilkan oleh Asam tersebut ketika dilarutkan
didalam Air akan terkait dengan Molekul – Molekul Air (H2O) dalam
bentuk Ion Hidronium yakni Ion Positif yg dibentuk atas penambahan
sebuah Ion Hidrogen (Proton) pada sebuah Molekul Air.
Namun tidak semua Senyawa Hidrogen itu Asam misalnya Etanol
yang mempunyai Rumus Kimia C2H5OH, walaupun didalam Etanol
terdapat Unsur H namun Etanol bukanlah Asam. Kemudian Asam
berdasarkan Kekuataannya menurut Svante August Arrhenius ini terdiri
dari Asam Kuat dan Asam Lemah, sedangkan jika dilihat dari Jumlah Ion
H+ yang dilepaskannya maka dibedakan menjadi Asam Monoprotik,
Asam Diprotik dan Asam Triprotik.
Lalu Teori Asam Basa Menurut Arrhenius ini bahwa Asam adalah
senyawa yg dalam Air mampu menghasilkan Ion Hidroksida (OH-) dan
Basa berdasarkan pada Ion OH- yang dilepaskan tersebut pada reaksi
Ionisasi Basa maka dibedakan menjadi dua macam yang antara lain Basa
Monohidrolik dan Basa Polihidroksi.

B. Teori bronsted Lowry


Teori Asam Basa Bronsted dan Lowry ini merupakan sebuah Teori
yang melengkapi dari kekurangan Teori Asam dan Basa Arrhenius karena
tak semua Senyawa itu bersifat Asam ataupun Basa dapat menghasilkan
sebuah Ion H+ atau OH- jika dilarutkan didalam Air.
Teori Asam Basa Menurut Bronsted – Lowry bahwa Asam ialah
Senyawa yg bisa menyumbang proton yakni Ion H+ ke Senyawa atau Zat
Lain. Sedangkan Basa ialah Senyawa yg bisa menerima Proton, yakni Ion
H+ dari Senyawa ataupun Zat Lain. Lalu menurut Johannes Nicolaus
Bronsted dan Thomas Martin Lowry bahwa Zat mampu berperan baik
sebagai Asam ataupun Basa, jika Zat tertentu lebih mudah melepas Proton
dan Zat tersebut akan berperan sebagai Asam dan Lawannya berperan
sebagai Basa.
Sebaliknya jika Suatu Zat lebih mudah menerima Proton maka Zat
tersebut akan berperan sebagai basa dan dalam suatu Larutan Asam dalam
Air, Air tersebut berperan sebagai Basa. Namun didalam Teori Asam –
Basa Bronsted Lowry ini memiliki kelemahan yakni tak dapat
memperlihatkan Sifat Asam maupun Sifat Basa suatu senyawa jika tidak
terdapat proton yang terlibat didalam Reaksi.

C. Teori Asam Basa Lewis


Gilbert Newton Lewis merupakan Ilmuwan Kimia berasal dari
Amerika Serikat yang lahir pada 23 Oktober 1875 dan meninggal pada 23
Maret 1946 yang terkenal dengan penemuan – penemuannya seperti Ikatan
Kovalen, Struktur Lewis dan Asam Basa Lewis. Menurut Gilbert Newton
Lewis bahwa Teori Asam – Basa merupakan masalah dasar yg harus
diselesaikan dengan landasan Teori Struktur Atom, bukan berdasarkan
oleh hasil percobaan.
Adapun Teori Asam Basa Menurut Lewis bahwa Asam ialah Zat
yang dapat menerima Elektron dan menurut Lewis bahwa Basa ialah Zat
yang bisa mendonorkan Pasangan Elektron. Semua Zat yg didefinisikan
sebagai Asam didalam Teori Asam – Basa Arrhenius juga merupakan
Asam di dlm Kerangka Teori Lewis ini karena Proton ialah Aksepator
Pasangan Elektron dan didalam Reaksi Netralis Proton dapat membentuk
ikatan koordinat dengan Ion Hidroksida.
Pengertian Titrasi
Titrasi merupakan metode analisis kuantitatif untuk menentukan
konsentrasi/kadar suatu analit (senyawa yang dianalisis) dalam sampel.
Reagen yang digunakan untuk menitrasi disebut titran. Sedangkan larutan
yang dititrasi disebut titrat. Titrat pada volume tertentu direaksikan dengan
titran yang telah diketahui konsentrasinya tetes demi tetes hingga terjadi
perubahan yang menandakan titik ekuivalen. Titrasi asam basa dapat diartikan
sebagai penentuan konsentrasi asam dalam larutan dengan cara menitrasinya
dengan larutan basa yang telah diketahui konsentrasinya, atau sebaliknya.
Pada titrasi terjadi perubahan pH, misalkan pada titrasi asam kuat oleh
basa kuat, maka pH akan meningkat sedikit demi sedikit hingga mendekati
titik ekuivalen, kemudian meningkat secara signifikan dan kembali meningkat
secara perlahan setelah melewati titik ekuivalen.
Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang apabila
dilarutkan di dalam air akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Beberapa asam dan hasil
disosiasinya adalah sebagai berikut:

HCl H+ + Cl-
Asam klorida ion klorida

CH3COOH H+ + CH3COO-
Asam asetat ion asetat

Basa di definisikan sebagai zat yang apabila dilarutkan di dalam air


mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-
satunya ion negatif. Hidroksida-hidroksida yang larut seperti natrium
hidroksida atau kalium hidroksida hampir sempurna berdisosiasi dalam larutan
air yang encer. Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif
terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan larutan
baku asam. Sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif
senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa.
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan
sebagai reaksi antara donor proton dengan akseptor proton.

Prinsip Titrasi Asam Basa


Titrasi adalah suatu proses atau prosedur dalam analisis volumetric di
mana suatu titran atau larutan standar (yang telah diketahui konsentrasinya)
diteteskan melalui buret kelarutan lain yang dapat bereaksi dengannya
(belum diketahui konsentrasinya) hingga tercapai titik ekuivalen atau titik
akhir. Artinya, zat yang ditambahkan tepat ber eaksi dengan zat yang
ditambahi. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant”
dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah
diketahui konsentrasinya disebut sebagai “tit`er” dan biasanya diletakkan di
dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan (Almatsier,
2003).
asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titran.Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai
keadaan ekuivalen yang artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis
bereaksi, dalam hal ini biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator.
Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi
asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang
ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan
warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini
mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik
ekuivalen.Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik
ekuivalen.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam
basa yaitu:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan,kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran
untuk memperoleh kurvatitrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut
adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant
sebelum prosestitrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna
ketika titik ekuivalen terjadi,pada saat inilah titrasi kita hentikan.

Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan,


tidakdiperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai
dalam titrasi asam basa adalah indicator yangperbahan warnanya dipengaruhi
oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya
adalah dua hingga tiga tetes.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka
titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat
dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang
akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warnaindicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”
Dalam titrasi asam basa, zat-zat yang bereaksi umumnya tidak berwarna
sehingga tidak diketahui kapan titik ekuivalen tercapai.Misalnya pada larutan
HCl dan larutan NaOH, keduanya tidak berwarna dan setelah bereaksi, larutan
NaCl yang terbentuk juga tidak berwarna.Untuk mengetahui bahwa titik
ekuivalen pada titrasi telah dicapai, maka digunakan indikator atau
penunjuk.Indikator ini harus berubah warna pada saat titik ekuivalen tercapai.
Indikator asam basa adalah petunjuk tentang perubahan pH dari suatu larutan
asam atau basa.Indikator bekerja berdasarkan perubahan warna indikator pada
rentang pH tertentu.Kertas lakmus merupakan salah satu indikator asam
basa.Lakmus merah berubah warna menjadi biru jika dicelupkan ke dalam
larutan basa.Lakmus biru berubah menjadi merah jika dicelupkan ke dalam
larutan asam.Terdapat beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan
warna cukup akurat akibat pH larutan berubah, seperti indikator metil
jingga, metil merah, fenolftalein, alizarin kuning, dan bromtimol biru.
Indikator asam basa umumnya berupa molekul organik yang
bersifat asam lemah dengan rumus HIn. Indikator memberikan warna tertentu
ketika ion H+ dari larutan asam terikat pada molekul HIn dan berbeda warna
ketika ion H+ dilepaskan dari molekul HIn menjadi In–. Salah satu indikator
asam basa adalah fenolftalein (PP), indikator ini banyak digunakan karena
harganya murah. Indikator PP tidak berwarna dalam bentuk HIn (asam) dan
berwarna merah jambu dalam bentuk In– (basa). Berikut struktur fenolftalein:

Terdapat berbagai jenis indicator yang dapat digunakan untuk melakukan


titrasi asam basa, diantaranya adalah:

NAMA pH RANGE WARNA TIPE (SIFAT)


Biru timol 1,2-2,8 merah – kuning asam
Kuning metil 2,9-4,0 merah – kuning basa
Jingga metil 3,1 – 4,4 merah – jingga basa
Hijau bromkresol 3,8-5,4 kuning – biru asam
Merah metil 4,2-6,3 merah – kuning basa
Ungu bromkresol 5,2-6,8 kuning – ungu asam
Biru bromtimol 6,2-7,6 kuning – biru asam
Merah fenol 6,8-8,4 kuning – merah asam
Ungu kresol 7,9-9,2 kuning – ungu asam
Fenolftalein 8,3-10,0 t.b. – merah asam
Timolftalein 9,3-10,5 t.b. – biru asam
Kuning alizarin 10,0-12,0 kuning – ungu basa

Contohnya : titrasi HCl menggunakan NaOH dapat menggunakan


indicator yang mempunyai pH sekitar 7 misalnya fenol merah atau
fenolftalein. HCl bereaksi dengan NaOH akan membentuk NaCl dan H2O
yang bersifat netral. Contoh lain titrasi asam asetat menggunakan larutan
NaOH dapat menggunakan indicator dengan pH sesuai garam Natrium Asetat
yaitu pH 9-10 dapat menggunakan indicator pp.
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah jika menggunakan
sistem ekuivalen, sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang
dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar
dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya.Pada titrasi asam basa,
titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam
atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih
tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu
lebih rendah.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan
mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan


volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas
menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N=Normalitas
V = Volume.

Salah satu contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti
natrium hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida (HCl), persamaan
reaksinya sebagai berikut:

NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl (aq) + H2O (l)


Gambar 2.1 set alat titrasi

Jenis-jenis Titrasi
Berdasarkan reaksi yang terjadi selama titrasi, volumetri dapat
dikelompokkan menjadi 4 jenis (Gandjar, 2007) :
1. Reaksi asam-basa ( asidi-alkalimetri = netralisasi)
Penetapan kadar ini berdasarkan pada perpindahan protondari zat yang
bersifat basa atau asam, baik dalam linfkungan air atau bebas air.
2. Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
Dasar yang digunakan adalah perpindahan elektron. Penetapan kadar
senyawa berdasarkan ini digunakan secara luas seperti
permanganometri, serimetri, iodi-iodometri, iodametri serta
bromatometri.
3. Reaksi pengendapan (Presipitasi)
Penetapan kadar berdasrkan terjadinya endapan yang sukar larut
misalnya penetapan kadar secara argentometri.
4. Reaksi pembentukan kompleks (kompleksometri)
Dasar yang diginakan adalah terjadinya reaksi antara zat-zat
pengompleks organik dengan ion logam menghasilkan senyawa
kompleks yang mantap.
Macam-macam Titrasi
Titrasi asam basa dibagi menjadi lima jenis tergantung pada jenis asam
dan basa yang direaksikan, jenis asam dan basa yang direaksikan akan
mempengaruhi perubahan pH yang dapat digambarkan sebagai kurva titrasi
yang dihasilkan dari plot antara pH dengan asam atau basa yang ditambahkan.
Bentuk karakteristik dari kurva yang berbeda-beda menggambarkan
perbedaan konsentrasi dan sifat kekuatan asam basanya,berikut ini merupakan
jenis titrasi asam basa beserta kurva titrasinya :
1. Asam kuat - Basa kuat
Titrasi asam kuat-basa kuat contohnya titrasi HCl dengan NaOH.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl (aq) + H2O(l)

Ion H+ bereaksi dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil akhir titrasi
pada titik ekuvalen PH adalah netral.

Gambar 2.2.1. Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat

2. Asam kuat - Basa lemah


Titrasi ini ini Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari
asam lemah dan basa kuat. Contoh titrasi ini adalah asam asam klorida
sebagai asam kuat dan larutan amonia sebagai basa lemah.dalam reaksi ini
akan terbentuk garam yang bersifat asam.
NH4OH(aq)+ HCl (aq) NH4Cl (aq) + H2O

Gambar 2.2.2. Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah

3. Asam lemah - Basa kuat


Titrasi Asam lemah-basa kuat contohnya adalah titrasi CH 3COOH
sebagai asamlemah dengan NaOH sebagai basa kuat sehingga membentuk
garam yang bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O

Gambar 2.2.3. Kurva Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat


4. Asam Lemah Basa lemah
Titrasi Asam lemah-basa lemah contohnya adalah titrasi CH3COOH
sebagai asam lemah dengan NH4OH sebagai basa lemah sehingga
membentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah. Jika Ka
> Kb kelarutan bersifat asam, jika Kb > Ka kelarutan bersifat basa. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
CH3COOH + NH4OH CH3COONH4 + H2O

Gambar 2.2.4. Kurva Titrasi Asam Lemah – Basa Lemah

5. Basa kuat - Garam dari basa lemah


Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam
lemah dengan basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan
dari kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat. Sebagai contoh disini
adalah titrasiNaOH yang bersifat basa kuat dengan CH 3COONH4 yang
merupakan garam dari basa lemah, dimana reaksinya dapat ditulis sebagai:
NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH
Reaksi ion yang terjadi OH-+ NH4-→ NH4OH

6. Asam kuat - Garam dari asam lemah


Titrasi Asam kuat-garam dari asam lemah contohnya adalah titrasi HCl
sebagai asam kuat dengan NH4BO2yang bersifat sebagai garam dari asam
lemah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
HCl + NH4BO2→ HBO2+ NH4Cl
Reaksi ion yang terjadi adalah H++ BO2-→ HBO2

Preparasi
Unsur merupakan zat-zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang
lebih sederhana oleh reaksi kimia biasa. Unsur berfungsi sebagai zat
pembangun untuk semua zat-zat kompleks yang akan dijumpai. Senyawa
merupakan zat yang terdiri dari dua atau lebih unsur dan untuk masing-masing
senyawa individu selalu ada dalam proporsi massa yang sama. Unsur dan
senyawa yang dianggap sebagai zat murni karena komposisinya selalu tetap.
Sebaliknya, campuran komposisinya dapat berubah-ubah.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut.Pelarut yang
umumnya digunakan adalah air. Untuk menyatakan banyaknya zat pelarut dan
terlarut dikenal istilah konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan
dengan beberapa cara seperti persen berat (% w/w), persen volume (%v/v),
molaritas, molalitas, ppm, fraksi mol, dan lain-lain.
Persen berat, system ini menunjukan jumlah dari gram zat terlarut per
seratus gram larutan. Secara matematis hal ini dinyatakan sebagai berikut :
P = w+w0
w
×100% …… (2.4.1)
dimana P adalah persen berat zat terlarut, w adalah jumlah gram zat
terlarut, dan w0 adalah jumlah gram zat pelarut.

Persen volume, didefinisikan sebagai banyaknya ml zat terlarut dalam


seratus ml larutan. Dapat dirumuskan menjadi :
volume solut
% V = volume solven × 100 …(2.4.2)

Molaritas, sistem konsentrasi ini berdasarkan pada volume dan dapat


dipergunakan secara nyaman dalam prosedur laboratorium, dimana volume
dari larutan adalah kuantitas yang diukur. Hal ini didefinisikan secara
sisematis sebagai sebagai berikut:
𝑚𝑜𝑙
M = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ...(2.4.3)

Molalitas, didefinisikan sebagai jumlah mol solut per kg solven. Berarti


merupakan perbandingan antara jumlah mol solute dengan massa solven
dalam kg.
gr solut 1000
molalitas = × .…(2.4.4)
Mr gr solven

Terkadang analis menimbang sejumlah banyak sampel dari standar primer


atau sesuatu yang belum diketahui, melarutkannya dalam satu labu
volumetrik, dan mengambil sebagian larutan dengan menggunakan pipet.
Porsi yang diambil dengan pipet ini dinamakan alikoat. Alikoat adalah seporsi
dari keseluruhan yang diketahui, biasanya berupa beberapa fraksi yang
sederhana. Proses pengenceran menjadi volume yang diketahui dan
menghilangkan satu porsi titrasi dinamakan mengambil alikoat. Prosedur
laboraturium dalam kimia analitik sering kali mensyaratkan pengambilan
alikoat dari sebuah larutan standar dan mengencerkannya menjadi volume
yang lebih besar dalam gelas volumetrik. Teknik ini terutama berguna dalam
prosedur spektrofotometrik untuk menyesuakan konsentrasi zat terlarut
sehingga galat pengukuran absorbansi larutkan dapat diminimalkan.
Perhitungan yang melibatkan pengenceran bersifat langsung dan simpel.
Karena tidak ada reaksi kimia terjadi, jumlah mol larutan dalam larutan asli
harus sama dengan mol dalam larutan final.
1. Pembuatan larutan CH3COOH
Menimbang labu takar 100 ml kosong (a gram), mengisi labu
takar 100 ml dengan akuades sampai kira-kira ¾ nya. Kemudian
menimbang kembali (b gram) dan mengukur suhunya
(t1) Menimbang gelas ukur kosong (c gram), mengisi gelas ukur
tersebut dengan larutan CH3COOH pekat 4 ml, kemudian
menimbangnya kembali (d gram) dan mengukur suhunya
(t2) Menuangkan CH3COOH pekat dengan perlahan-lahan dan
hati-hati kedalam labu takar, dan menambahkan kembali sejumlah
akuades hingga tanda batas. Mengocok campuran tersebut agar
homogen. Menimbang kembali kembali campuran tersebut (c
gram) dan mengukur suhunya kembali (t3)
Menentukan sifat pelarutan asam asetat dan konsentrasinya dalam
satuan %(w/w), %(v/v), molaritas, molalitas, ppm, dan
fraksi mol.
2. Pembuatan Larutan NaOH
Menimbang Kristal NaOH 0,4 gram dan melarutkannya dalam
beker glass dengan sedikit air kemudian memindahkan larutan
tersebut kedalam labu takar 100 ml dan mengencerkan sampai
tanda batas dengan menambahkan sejumlah akuades, kemudian
mengocoknya supaya homogen. Menentukan konsentrasi NaOH
yang dibuat dalam molaritas dan %(w/v).
3. Pembuatan Larutan Asam Sulfat (H2 SO4)
Untuk membuat larutan asam sulfat encer dari larutan asam
sulfat pekat 98% maka langkah pertama adalah dengan menghitung
terlebih dahulu molaritas larutan asam sulfat pekat tersebut. Setelah
mengetahui berapa konsentrasinya maka kita tinggal menggunakan
rumus pengenceran untuk mendapatkan berapa banyak larutan
asam sulfat pekat yang diperlukan.
1. Mencari massa larutan asam sulfat H2SO4 pekat
= volume x densitas
= 100 x 1.84
= 184 g
2. Mencari massa asam sulfat H2SO4
= persen x massa larutan
= 98% x 184
= 180.32 g
3. mencari mol asam sulfat H2SO4
= g/Mr
= 180,32/98
= 1.84 mol
4. Menghitung konsentrasi dalam molar larutan asam sulfat
pekat
= mol / volume larutan
= 1.84 / 0.1
= 18.4 Molar
Karena konsentrasi asam sulfat pekat sudah diketahui maka
unutk mencari berapa banyak asam sulfat yang diperlukan untuk
membuat larutan asam sulfat 6 M sebanyak 1 liter adalah:
MV asam sulfat pekat = MV asam sulfat 6M
18.4 x V = 6 x 1
V = 0.326 L
Jadi untuk membuat larutan asam sulfat 6M dari asam sulfat
pekat 98% adalah dengnan memipet 326 mL asam sulfat pekat
kemudian diencerkan hingga volumenya 1 liter.
Bagaimana apabila kita mencarinya dalam bentuk Normalitas?
tinggal dikalikan 2 nilai molaritasnya sebab asam sulfat memiliki 2
ion hidrogen. Cara ini bisa juga diaplikasikan untuk mencari
konsentrasi asam-asam pekat yang lain seperti HCl, HNO3m dan
H3PO4 (Uni,2012).

Pembakuan Asam Basa


Larutan baku adalah larutan yang memiliki konsentrasi atau kandungan
yang pasti dan memenuhi persyatan sebagai acuan atau standar analisis atau
reaksi kimia. Larutan baku yang diperoleh langsung dari pembuataannya
disebut larutan baku primer. Sedangkan larutan yang yang berfungsi sebagai
larutan baku setelah dilakukan pembakuan disebut larutan baku sekunder
(mulyono, 2006:249).
Larutan standar biasanya ditambahkan dalam sebuah buret. Proses
penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi, dan
zat yang akan ditetapkan, dititrasi. Titik saat reaksi itu tepat lengkap, disebut
titik ekuivalen (setara) atau titik-akhir teoritis (atau titik-titik akhir
stoikiometri). Dengan demikian dalam praktik laboratorium untuk membuat
larutan dari asam dan basa dengan konsentrasi yang diinginkan dan kemudian
menstandarisasinya terhadap standar utama.
Terdapat dua macam larutan baku, yaitu:
1. Larutan baku primer
Larutan baku primer adalah suatu larutan yang telah diketahui secara
tepat konsentrasinya melalui metode gravimetric. Nilai konsentrasinya
melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat
pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu, contoh senyawa
yang dapat digunakan sebagai larutan baku primer adalah Arsen Trioksida
(As2O3), Kalium Hydrogen Phtalat (KHP), Natrium Klorida (NaCl),
Natrium Karbonat
Zat yang dapat digunakan sebagai zat baku primer harus memenuhi
persyaratan berikut:
a. memiliki kemurnian yang tinggi hampir 100%
b. bersifat stabil pada suhu ruang maupun pada suhu pemanasan, tidak
higroskopis
c. memiliki berat molekul yang tinggi, untuk menghindari kesalahan
dalam penimbangan
d. mudah larut sempurna dalam pelarutnya serta memiliki kelarutan
tinggi
2. Larutan baku sekunder
Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya
diperoleh dengan cara menitrasi dengan larutan baku primer, sifat larutan
baku sekunder adalah mudah berubah, sehingga larutan baku sekunder
harus dibakukan terlebih dahulu sebelum digunakan. Beberapa contoh
larutan baku sekunder yaitu: NaOH, AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)

Pembuatan/penyediaan pereaksi atau larutan baku berkaitan dengan


titrimetri. Titrimetri diterapkan untuk memperoleh pereaksi atau larutan yang
konsentrasinya tidak dapat dipastikan secara langsung dari zat padatnya atau
dengan kata lain konsentrasi dari pereaksi ini dapat diketahui dengan melalui
proses pembakuan terhadap larutan baku primer.
Contoh proses pembakuan larutan yaitu pembakuan larutan HCl dengan
larutan Natrium Tetraborat Dekahidrat (Na2B4O7.10H2O). Yang bertindak
sebagai larutan baku primer adalah Na2B4O7.10H2O. Sebanyak 1,007 gram
kemudian dilarutkan dengan aquades 100 mL. dipipet 10 mL larutan boraks
dipipet dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan beberapa tetes
indicator metil merah selanjutnya dititrasi dengan HCl 10,1 mL. Berapa
konsentrasi larutan asam klorida (HCl) ? Apabila diketahui Mr
Na2B4O7.10H2O=381 gr/mol.
1,007 gram
 mol Na2B4O7.10H2O= = 2,643x10-3 mol
381 gr/mol

2,643x10−3mol
M Na2B4O7.10H2O = = 2,643x10-2 M
0,1 𝐿

 Volume larutan boraks = 10 ml


Reaksi yang terjadi :
Na2B4O7.10H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO4 + 5H2O
mmol Boraks = V lar.boraks x M boraks
= 10 mL x 2,643x10-2 M = 2,643x10-1 mmol
Karena 1 mol Na2B4O7.10H2O ~ 2mol HCl maka:

mmol boraks = 1 × mmol HCl


2

mmol HCl = 2 x mmol Na2B4O7.10H2O


= 2 x 2,643x10-1 mmol = 5,286 x 10-1 mmol
5,286 x 10−1 mmol
M HCl = 10,1 𝑚𝐿
= 0,0523 M

Contoh Analisis Metode Titrasi Asam Basa


1. Titrasi asam basa dapat digunakan untuk mengetahui kadar suatu zat di
dalam sampel. Pada contoh berikut kami akan memberikan sebuah contoh
aplikasi analisis titrasi asam basa yaitu untuk menentukan kadar H2SO4
didalam sampel Air aki. Kristal KHP seberat 2,331 gram dengan Mr=204
gram/mol dilarutkan hingga 250 mL, kemudian dipipet 25 mL dan dititrasi
dengan menggunakan larutan NaOH sebanyak v = 13,9 mL. larutan NaOH
digunakan untuk menentukan kadar H2SO4 didalam Air Aki. 10 mL air aki
di encerkan dengan 100 mL aquades di dalam labu ukur kemudian dipipet
25 mL dan dititrasi dengan NaOH volume = 19,3 mL. Berapakah kadar
H2SO4 didalam air aki tersebut?
Langkah 1
Diketahui: w KHP = 2,331 gram
Mr = 204 gram/mol
V larutan= 250 mL = 0,25 L
V titrasi = 13,9 mL
V pipet = 25 mL
Ditanya: M NaOH?
Dijawab:
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 2,331 gr = 0,011 mol
Mol KHP= 𝑀𝑟 = 204 gram/mol
𝑚𝑜𝑙
MKHP = 0,011 mol
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 0,25 𝐿 = 0,044 𝑀
KH(C8H4O4) + NaOH KNa + H2O
Mol KHP ~ mol NaOH
Mmol NaOH = MKHP x Vpipet
= 0,044 𝑀 x 25 mL
= 1,15 mmol
𝑚𝑚𝑜𝑙
M NaOH =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 1,15 mmol
= 13,9 𝑚𝐿 = 0.082 𝑀
2. Titrasi asam basa bisa kita gunakan dalam menentukan bilangan
saponikasi. Bilangan saponifikasi didefinisikan sebagai milligram KOH
yang diperlukan untuk menitrasi 1 gram lemak dengan reaksi:0,10 gram
mentega dititrasi dengan menggunakan 25 mL KOH 0,250 N. Setelah
proses saponifikasi berlangsung sempurna maka KOH yang tidak bereaksi
dengan mentega dititrasi dengan 0,250 N HCl dan membutuhkan 9,26 mL.
Berapakah bilangan saponifikasi/bilanga penyabunan dari mentega
tersebut? Dan hitung pula berapa berat formula lemak dalam mentega
tersebut (asumsikan semua mentega adalah lemak).
Penyelesaian:
Metode titrasi diatas sering dilakukan pada industri minyak goreng dan
sabun. Hal ini penting untuk mengetahui jumlah total lemak dan asam
lemak dalam minyak. Titrasi yang dipakai adalah titrasi kembali, jadi
KOH awal adalah berlebih dan kelebihan KOH yang tidak bereaksi
dengan lemak dititrasi dengan HCl menggunakan indicator pp. Jumlah mol
KOH awal dikurangi mol KOH yang bereaksi dengan KOH adalah jumlah
mol KOH yang bereaksi dengan lemak. Keseluruhan reaksi dapat ditulis:
HCl + KOH KCl + H2O

Mol-eq KOH awal


= V.N
= 25 mL x 0,25 N
= 6,25 mmol-eq
= 6,25 mmol

Mol KOH yang bereaksi dengan HCl diperoleh:


= V.N HCl
= 0,25 mL x 9,25 mL
= 2,3125 mmol-eq
= 2,3125 mmol

Jadi mol KOH yang bereaksi dengan lema adalah


= 6,25 mmol – 2,3125 mmol
= 3,9375 mmol
Massa KOH
= mole x Mr
= 3,9375 x 56
= 220,5 mg

Bilangan saponifikasi/penyabunan didefinisikan sebagai mg KOH


yang bereaksi dengan 1 gram lmak. Dari perhitungan diatas 220,5 mg
KOH bereaksi dengan 1,10 g lemak jadi bilangan saponifikasinya:
= 1 g/ 110 g x 220,5 mg
= 200,5 mg

Jadi cara membaca bilangan diatas adalah: setiap gram lemak akan
bereaksi dengan 200,5 mg KOH.Untuk mencari berat formula lemak
maka tinggal membagi massa lemak dengan molnya sehingga
diperoleh:
Mol lemak (diperoleh dari reaksi diatas)
= 1/3 x mol KOH
= 1/3 x 3,9375 mmol
= 1,3125 mmol
Dan berat formula lemak
= 1,10/ 1,3125.10-3
= 838,1 gram/mol
Jadi dari prhitungan diatas bilangan saponifikasi mentega diatas
adalah 200,5 dan berat formula lemaknya adalah 838,1 gram/mol.
3. Sebanyak 20 ml sampel mengandung NaOH dititrasi dengan HCl 0,1
M. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen
yaitu sebanyak 18 ml. Berapakah konsentrasi NaOH dalam sampel
tersebut?
Penyelesaian
Diketahui:
VNaOH = 20 ml
VHCl = 18 ml
MHCl = 0,1 M
Ditanya: MNaOH
Jawab:
MHCl x VHCl = MNaOH x VNaOH
0,1 M x 18 ml = MNaOH x 20 ml
MNaOH = 0,1 M x 18 ml / 20 ml
= 0,09 M

4. Pada suatu pabrik pupuk dilakukan pengujian sampel. Kadar asam


fosfat (H3PO4) dalam pupuk dikontrol tidak lebih dari 85%. Diketahui
0,5 gram sampel yang dilarutkan dalam 10 ml akuades kemudian
dititrasi dengan NaOH 0,5 M tepat membutuhkan 25 ml. Apakah
sampel tersebut masuk ke dalam standar yang telah ditentukan? (Mr
H3PO4 = 98)
Penyelesaian
Diketahui:
msampel = 0,5 gram
VH3PO4 = 10 ml
VNaOH = 25 ml
MNaOH = 0,5 M
Dintanya: kadar H3PO4
Jawab :
H3PO4 (aq) + 3 NaOH (aq) à Na3PO4 + 3 H2O
3 mol H3PO4 = 1 mol NaOH
3 x MH3PO4 x VH3PO4 = MNaOH x VNaOH
3 x MH3PO4 x 10 ml = 0,5 M x 25 ml
MH3PO4 = 0,5 M x 25 ml / (3 x 10 ml)
MH3PO4 = 0,4167 M
Jadi, sampel tersebut tidak masuk ke dalam standar yang telah
ditentukan karena kurang dari 85%.
5. Sebanyak 250 mg serbuk yang mengandung asam salisilat (BM =
138,12) ditimbang saksama dilarutkan dalam 15 ml etanol 95% yang
telah dinetralkan terhadap merah fenol LP (6,8-8,4) selanjutnya
ditambahkan 20 ml air dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan
indikator merah fenol. Sampai terjadinya titik akhir titrasi dibutuhkan
NaOH 0,1N sebanyak 12,56 ml. Berapakah kadar asam salisilat dalam
serbuk diatas?
Penyelesaian:
Dik : reaksi yang terjadi adalah:
COOH

COONa +NaOH +H2O


OH OH

valensi = 1
V titran (NaOH) = 12,56 ml = 0,01256 L
N titran (NaOH) = 0,1 N
Berat sampel (asam salisilat) = 250 mg = 0,25 g
BM sampel = 138,12 g/mol
Dit: Kadar sampel % (b/b)................?

Jawab: b Vtitran x Ntitran x BE x


Kadar sampel % ( ) =
b 100% Berat Sampel
(g)
Vtitran x Ntitran x BM x
= 100% Berat Sampel (g) x
Valensi

0,01256 x 0,1 x 138,12 x 100%


= 0,25 x 1

= 69,39148
= 69,39% (b/b)
6. Sebanyak 25,0 ml minuman ringan yang mengandung vitamin C (BM
= 176,12) dilarutkan dalam campuran yang terdiri atas 100 ml air
bebas CO2 dan 25 ml asam sulfat encer. Selanjutnya dititrasi segera
dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji sampai terbentuk
warna biru tetap. Sampai titik akhir titrasi dibutuhkan volume titran
sebanyak 5,25 ml. Berapakah kandungan vitamin C dalam minuman
ringan tersebut?
Penyelesaian:
Dik : Valensi = 2
ml sampel = 25,0 ml = 0,025 L
BM sampel = 176,12
N titran (I2) = 0,1 N
V titran = 5,25 ml = 0,00525 L
Dit: Kadar sampel % (b/v)............?
b
Jawab: Kadar sampel % ( ) = V titran x N titran x BE x 100 %
v Liter Sampel x 1000

V titran x N titran x BM x 100 %


= Liter Sampel x 1000 x Valensi

0,00525 x 0,1 x 176,12 x 100%


= 0,025 x 1000 x 2

= 0,18493
= 0,185 % (b/v)

7. Larutan Natrium Tetraborat Dekahidrat (Na2B4O7.10H2O). Yang


bertindak sebagai larutan baku primer adalah Na2B4O7.10H2O.
Sebanyak 1,007 gram kemudian dilarutkan dengan aquades 100 mL.
dipipet 10 mL larutan boraks dipipet dan dimasukkan kedalam
Erlenmeyer dan ditambahkan beberapa tetes indicator metil merah
selanjutnya dititrasi dengan HCl 10,1 mL. Berapa konsentrasi larutan
asam klorida (HCl)? Apabila diketahui Mr Na2B4O7 x 10H2O = 381
gr/mol.
Penyelesaian :
1,007 gram
mol Na2B4O7.10H2O= = 2,643x10-3 mol
381 gr/mol
2,643x10−3mol
M Na2B4O7.10H2O = = 2,643x10-2 M
0,1 𝐿

Volume larutan boraks = 10 ml


Reaksi yang terjadi :
Na2B4O7 x 10H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO4 + 5H2O
mmol Boraks = V lar.boraks x M boraks
= 10 mL x 2,643x10-2 M = 2,643x10-1 mmol
Karena 1 mol Na2B4O7 x 10H2O ~ 2 mol HCl maka:

mmol boraks = 1 × mmol HCl


2
mmol HCl = 2 x mmol Na2B4O7 x 10H2O

= 2 x 2,643x10-1 mmol = 5,286 x 10-1 mmol


M HCl = (5,286 x 10-1 mmol)/(10,1 mL) = 0,0523 M
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Titrasi merupakan metode analisis kuantitatif untuk menentukan


konsentrasi suatu analit dalam sampel. Titrasi asam basa digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu asam dengan menitrasinya dengan basa yang
telah diketahui konsentrasinya, dan sebaliknya. Banyak sekali bahan-bahan
yang sehari-hari kita temui melalui analisis titrasi.
KIMIA ANALISIS 2020

DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga

Gandjar, Ibnu Ghalib, Abdul Rohman.2007. Kimia Farmasi Analisis. Yoyakarta:


Pustaka Pelajar

Ibnu, Sodiq. 2005. Kimia Analitik I. Malang: UM Press

Keenan, dkk. 1989. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Khopkar, S.M. 1990. KonsepDasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta

Mulyono. 2006. Teknik Reagen di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara

Purba, Michael. 1997. BukuPelajaranIlmu Kimia Untuk SMU kelas 2.Erlangga:


Jakarta

Rivai, H. 1990. AsasPemeriksaan Kimia. UI Press: Jakarta

Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Shofyan. 2010. Larutan Baku. (http://forum.um.ac.id) diakses pada tanggal 17


Desember 2012 pukul 14.00 wib

Siti Marwati.2011. Kestabilan warna Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea)


sebagai Indikator Alami Titrasi Asam Basa, Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA FMIPA UNY, 11 Mei 2011.

Susanti, S. 1995. Analisis Kimia FarmasiKualitatif. LEPHAS: Makassar

Anda mungkin juga menyukai