BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu cara untuk menentukan konsentrasi suatu larutan zat
adalah dengan menggunakan metode titrasi. Pada titrasi, untuk
mengethaui konsesntrasi suatu zat yaitu direaksikan dengan zat
lainyang sudah diketahui konsentrasinya.
Dalam melakukan titrasi, harus bisa mencampurkan 2 zat bahkan
lebih (zat yang berbeda beda) yang telah diketahui konsentrasinya
agar
tepat
bereaksi
dengan
larutan
yang
ingin
diketahui
maka
dapat
digunakan
metode
titrasi
asam
HCl
Asam klorida
H+ + NO3-
HNO3
Asam nitrat
CH3COOH
H+ + CH3COO-
Asam asetat
Derajat disosia berbeda beda antara satu asam dengan asam
lainnya. Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna pada pengenceran
yang sedang, kerena itu ia merupakan elektrolit yang kuat. Asam
asam kuat adalah : asam klorida, asam nitrat, asam perklorat, dan
sebagainya. Asam sulfat adalah asam kuat sejauh yang menyangkut
tigkat disosiasi ya g pertama.Tetapi derajat disosiasi dalam tingkat
edua, lebih kecil. (Svehla: 1990)
Asam lemah berdisosiasi hanya sedikit pada konsentrasi sedang
atau bahkan pada konsentrasi rendah (pada mana, misalnya, ia
dipakai sebagai pereaksi analisis). Karena itu asam lemah adalah
elektrolit lemah.Asam asetat merupakan asam lemah yang khas;
asam asam lemah lainna adalah asam borat (H 3BO3), bahkan jika
mengenai tingkat disosiasi yang pertama, asam karbonat (H 2CO3) dan
sebagainya juga asam lemah. (Svehla: 1990)
Basa, secara paling sederhana dapat didefenisikan sebagai zat,
yang
bila
dilarutkan
dalam
air, mengalami
disosiasi
dengan
Na+ + OH-
KOH
K+ + OH-
Karena itu basa basa inni adalah basa kuat. Di lain pihak larutan
air ammonia, merupakann salah satu basa lemah. Bila dilarutkan
dalam air, ammonia membentuk ammonium hidroksida, yang
berdisosiasi
menjadi
ion
ammonium
dan
ion
hidroksida
(Svehla:1990)
NH2 +H2O
NH4+ + OH-
NH4OH
NH4+ + OH-
Walaupun zat zat dengan sifat asam dan basa telah dikenal
selama ratusan tahun, perlakuan kesetimbangan asa,-basa kuantitatif
baru
dapat
dilakukan
setelah
1887,
sejak
Arhennius
H + + X-
Basa: BOH
OH- + B+
yang dapat
H+ + B
Basa
sampai
mencapai
keadaan
ekuivalen
artinya
secara
tentang
kapan
titrasi
harus
dihentikan.
Untuk
pada titrasi
kertas timbang.
KELOMPOK
1
2
3
4
4.1.2 Reaksi
1. Asidimetri
Na2CO3
+
HCl
NaCl + CO2 + H2O
2. Alkalimetri
C7H6O3
+
7NaOH
7NaHCO3 + 3H2O
4.1.3 Perhitungan
A. Kelompok 1
1. Asidimetri
Volume titran (Vt)
= 21 mL
Normalitas HCl (N) = 0,134 N
BM sampel Na2CO3 = 124
Valensi Na2CO3
=2
Berat Sampel (BS) = 250 mg = 0,25 g
BM
124
BE = Valensi =
2 = 62
Kadar Sampel setelah dititrasi
mg
= Vt x N x BE
= 21 x 0,134 x 62
= 174,468 mg
= 0,174468 g
gr
% kadar
= BS x 100%
=
0,174468
0,25
x 100 %
= 69,79 %
2. Alkalimetri
Volume titran (Vt)
= 16,5 mL
= 0,108 N
= 200,4 mg
= 13,81 mg
= 0,1 N
Vt X N X Bst
BS X FK
2460,9
20,04 x100 %
x 100%
x 100 %
= 122,79%
B. Kelompok 2
1. Asidimetri
Volume titran (Vt)
= 22,6 mL
Normalitas HCl (N) = 0,134 N
BM sampel Na2CO3 = 124
Valensi Na2CO3
=2
Berat Sampel (BS) = 250,3 mg
BM
124
BE = Valensi =
2 = 62
Kadar sampel setelah dititrasi
mg
= Vt X N X BE
= 22, 6 mL X 0,134 N X 62 g/mol
= 187,7608mg
= 0, 1877608 g
gr
% kadar
= BS x 100%
=
0,1877608 g
X 100%
0,2503 g
= 75,0143%
2. Alkalimetri
Volume titran (Vt)
Normalitas NaOH (N)
Berat Sampel (BS)
Berat Setara (Bst)
Faktor Koreksi (FK)
Vt X N X Bst
% Kadar
=
BS X FK
= 18 mL
= 0,108 N
= 200,3 mg
= 13,81 mg
= 0,1 N
x 100%
18 x 0,108 x 13,81
x 100%
200,3 x 0,1
2684,6
20,03 x 100%
= 22,2 mL
= 0,134 N
BM sampel Na2CO3
= 124
Valensi Na2CO3
=2
= 250 mg
BE =
BM
Valensi =
124
2 = 62
0,1844376 g
X 100%
0,25 g
= 73,77504%
2. Alkalimetri
Volume titran (Vt)
= 15,5 mL
Normalitas NaOH (N)
= 0,108 N
Berat Sampel (BS)
= 200,6 mg
Berat Setara (Bst)
= 13,81 mg
Faktor Koreksi (FK)
= 0,1 N
%K
Vt x N x Bst
x 100
Bs x FK
2311,794
20,06
= 115.244%
D. Kelompok 4
1. Asidimetri
Volume titran (Vt)
= 21,5 mL
x 100
= 0,134 N
BM sampel Na2CO3
= 124
Valensi Na2CO3
=2
= 250 mg
BE =
BM
Valensi =
124
2 = 62
= Vt X N X BE
= 21,5mL X 0,134 N X 62 g/mol
= 178,622 mg
= 0,178622 g
% kadar
gr
BS x 100%
0,178622 g
X 100%
0,25 g
= 71,4488%
2. Alkalimetri
Volume titran (Vt)
= 17 mL
= 0,108 N
= 200,7 mg
= 13,81 mg
= 0,1 N
%K
vt x N x BSt
Bs x FK
17 x 0,108 x 13,81
200,7 x 0,1
253
20,07 x100 %
x 100%
x 100%
= 126,05%
4.2 Pembahasan
Titrasi asam basa dikenal menggunakan dua metode.Yaitu metode
asidimetri dan metode alkalimetri. Asidimetri yaitu apabila yang
dititrasi
adalah
Natrium
Karbonat
(Na 2CO3)
dengan
apabila titran yang digunakan tidak sesuai dengan teori yaitu apabila
larutan asam yang ingin dititrasi maka sebagai titran adalah larutan
baku basa dan begitupula sebaliknya, selain itu apabila adanya
partikel artikel lain yang menempel pada alat alat praktikum,
kecepatan pada saat mengocok larutan ketika dititrasi juga menjadi
faktor berhasilnya titrasi atau tidak.