Kelompok 4 :
Brigita Destiara XII A2/4
Deanata XII A2/8
V. Dasar Teori
Titrasi
adalah salah satu metode kimia analisis kuantitatif yangdapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu dengan cara mereaksikan sejumlah
volume larutan tersebut terhadap jumlah volume larutan lain yang konsentrasinya
sudah diketahui secara tepat. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi, misalnya titrasi asam basa artinya melibatkan
reaksi larutan asam dan basa. Titrasi asam basa terbagi dua:
✔ Asidimetri:
Penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam
✔ Alkalimetri :
Penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakanlarutan baku basa.
Dibutuhkan 2 macam larutan pada percobaan titrasi yaitu titran dan analit.
Titran (larutan penitrasi)
merupakan larutan baku yang sudah diketahui secara pasti konsentrasinya, biasanya
diletakkan didalam buret (tabung panjang yang memiliki skala volume dan kran
penetes).
Analit (larutan yang dititrasi)
adalah larutan yang akan dicari konsentrasinya namun volumenya harus sudah
diketahui terlebih dahulu dan biasanya diletakkan di dalam erlenmeyer.
Bila reaksi antara titran dengan analit telah berjalan dengan sempurna (artinya titran
dan analit sama-sama habis bereaksi) maka harus ada sesuatu yang dapat dipergunakan
untuk penanda keadaan ini.Perubahan ini bisa berupa berubahnya warna larutan,
perubahan arus listrik, ataupun perubahan sifat fisik larutan yang lain. Perubahan ini
dalam titrasi asam basa bisa dipergunakan indicator tapi yang perlu diingat jarak antara
titik akhir titrasi dengan titik equivalent harus berdekatan.
Asam
Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama
dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda), atau
Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Dalam
kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang
umum diterima dalam kimia, yaitu definisi Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis.
• Arrhenius: Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan
konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali
dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang
dapat larut dalam air.
• Brønsted-Lowry: Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada basa.
Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Brønsteddan Lowry secara terpisah mengemukakan definisi ini, yang mencakup zat-zat
yang tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi Arrhenius).
• Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa.
Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak
mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III) klorida.
Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu
asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah
(LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi (HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa
dan LUMO dari asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan.
Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi Brønsted-Lowry
merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini, keasaman suatu
senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika
senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada.
Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa
bersangkutan yang lebih tinggi.
Sistem asam/basa berbeda dengan reaksi redoks; tak ada perubahan bilangan oksidasi
dalam reaksi asam-basa.
Basa
Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air.Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk
unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang
digunakan untuk basa kuat.
Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah. Kekuatan basa sangat tergantung
pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi
larutan basa tersebut.
Normalitas diperoleh dari hasil kali molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada
asamatau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:Setelah titrasi
selesai, kita memperoleh data tambahan berupa volume larutan penitrasi. Sebelumnya
kita telah mengetahui konsentrasi penitrasi dan volume larutan yang dititrasi. Dengan
demikian, kita dapat menghitung konsentrasi larutan yang dititrasi.
Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah dalam air
akan terurau dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion hidroksida selama
titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik
equivalen dari titrasi asam air, yaitu sama dengan 7.
Besarnya pH pada titik ekuivalen titrasi asam dan basa kuat adalah 7 (netral). Karena
reaksinya sama sama habis.
Menggunakan BTB dan PP karena BTB dan PP memiliki trayek pH 4-10 yang cocok
digunakan untuk titrasi ini. Titik ekuivalen titrasi asam kuat oleh basa kuat dengan indikator
fenolftalein (PP) ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah muda pertama dan
tidak hilang setelah dikocok. Titik ekuivalen titrasi asam kuat oleh basa kuat dengan indikator
Bromofenolbiru (BTB) ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah muda pertama
dan tidak hilang setelah di kocok.
2) Asam Kuat – Basa Lemah
contoh : - Asam kuat : HCl
- Basa lemah : NH4OH
Persamaan Reaksi :HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O
Reaksi ionnya :H+ + NH4OH → H2O + NH4+
Asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan
titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara
stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan
berubahnya warna indicator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu
titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana
jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan.
[H+] = [OH-]
Keadaan dimana reaksi telah berjalan sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan
visual melalui perubahan warna indicator disebut dengan “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi
ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karna
itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer yang
diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant,
volume dan konsentrasi titer maka bisa di hitung konsentrasi titrant tersebut.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan mol-ekuivalen basa,
maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut (Esdi, 2011)
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan volume, maka rumus
diatas dapat ditulis sebagai berikut:
N asam x V asam = N asam x V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam
atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
(n x M asam) x V asam = (n x M basa) x V basa
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa).
X. Daftar Pustaka
http://www.scribd.com/doc/29391451/27148002-LAPORAN-PRAKTIKUM-TITRASI
http://alexschemistry.blogspot.com/2013/11/laporan-titrasi-asam-basa-
sederhana.html
http://kamibarampek.blogspot.com/2014/06/laporan-praktikum-kimia-titrasi-
asam.html
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/07/titrasi-asam-basa-kuat-dan-lemah-
sifat-kurva-percobaan.html