Anda di halaman 1dari 18

Alkalimetri

Pengertian Alkalimetri
Alkalimetri merupakan suatu teknik analisis untuk mengetahui kadar keasaman suatu
zat dengan menggunakan larutan standar basa. Basa yang digunakan biasanya adalah natrium
hidroksida (NaOH). Sebelum digunakan, larutan NaOH harus distandarisasi dahulu dengan
asam oksalat (H2C2O4). Hidroksida-hidroksida dari natrium, kalium dan barium umumnya
digunakan sebagai larutan standar alkalis (basa). Ketiganya merupakan basa kuat dan sangat
mudah larut dalam air. Pembuatan larutan standar alkalis dan amonium hidroksida tidak
dibenarkan, kecuali bersifat sebagai basa lemah, pada proses pelarutan dilepaskan gas amonia
(beracun).
Natrium hidroksida paling sering digunakan karena murah dan kemurniannya tinggi. Oleh
karena sifatnya yang sangat higroskopis, maka diperlukan ketelitian pada proses
penimbangan. Pada saat penimbangan gunakan botol timbang bertutup untuk mengurangi
kesalahan. Standarisasi larutan NaOH dapat dilakukan dengan larutan asam oksalat sesuai
dengan reaksinya sebagai berikut
NaOH (aq) + H2C2O4 (aq) → Na2C2O4 (aq) + 2 H2O (l)
Titrasi alkalimetri adalah suatu proses titrasi untuk penentuan konsentrasi suatu asam dengan
menggunakan larutan basa sebagai standar. Reaksi yang terjadi pada prinsipnya adalah reaksi
netralisasi, yaitu pembentukan garam dan H2O netral (pH = 7) hasil reaksi antara H+ dari
suatu asam dan OH- dari suatu basa.
Reaksi berlangsung stoikiometri apabila mgrek pentitrasi sama dengan mgrek titran, saat ini
disebut dengan titik ekivalen. Dalam praktek kondisi ini tidak bisa dilihat secara visual tetapi
dapat dilihat dengan bantuan indikator (asam-basa) yang mempunyai warna yang spesifik
pada ph tertentu. Seperti indicator phenolftalein (pp) akan berwarna pink pada ph 8,3-10. Saat
tercapainya perubahan warna pada titran disebut dengan titik titrasi.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa prinsip titrasi asam-basa adalah reaksi penetralan
antara asam dengan basa atau sebaliknya, maka untuk dapat melakukan titrasi ini, kita
terlebih dahulu harus memahami konsep teori asam-basa, macam-macam reaksi penetralan
dan indicator yang dapat dipakai pada titrasi ini, sebagai berikut:
Konsep teori asam-basa:
a. Menurut Archenius (akhir abad ke-19)
Asam adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan H+ sebagai satu-
satunya ion positif.
Contoh: HCl, HNO3, CH3COOH, dan lain-lain.
HCl merupakan asam kuat, dimana dalam air akan terdisosiasi sempurna:
HCl H+ + Cl-
H+ + H2O H3O+
Dari reaksi ini terlihat bahwa H+ tidak terdapat bebas dalam air melainkan terikat pada
molekul H2O (kelemahan teori Archenius).
Basa adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air, akan melepaskan ion OH-.

b. Menurut Bronsted dan Lowry


Asam adalah suatu senyawa yang dapat memberikan proton, disebut sebagai donor proton.
Basa adalah suatu senyawa yang dapat menerima proton, disebut sebagai akseptor proton.
Asam proton + Basa konjugasi
A H+ + B
Jadi suatu asam dapat berbentuk:
Molekul, misalnya: H2SO4, HCl, CH3COOH
Anion, misalnya: HSO4-, H2PO4-, CH3COO-,COO-
Kation, misalnya: NH4+, C6H5NH3+, Fe (H2O)3+
Suatu basa juga dapat berbentuk:
Molekul, misalnya: NH3, C2H5NH2, H2O
Anion, misalnya: CH3COO-, OH-, HPO4-2, C2H5O-
Kation, misalnya: Fe (H2O)5 (OH)2+
Reaksi ini hanya terjadi bila ada suatu basa yang dapat menerima proton dari asam:
A1 B1 + H+
B2 + H+ A2
A1 + B2 A2 + B1
A1- B1 dan A2- B2 adalah pasangan-pasangan konjugasi asam-basa. Perpindahan proton
terjadi dari A1 ke B2 atau dari A2 ke B1. Asam kuat melepaskan proton dengan segera
sedangkan basa kuat dapat menerima proton dengan segera pula.
c. Menurut G.N. Lewis
Asam adalah suatu senyawa yang dapat menerima sepasang electron bebas, disebut sebagai
akseptor pasangan electron bebas.
d. Menurut Boyle
Asam adalah suatu zat yang mempunyai daya kemampuan melarutkan tinggi.
e. Menurut Roult
Basa adalah setiap zat yang bereaksi dengan asam membentuk garam
Reaksi = Basa + Asam Garam + H2O
f. Menurut Liebeg
Asam adalah senyawa yang mengandung H, yang dapat digantikan oleh logam yang akan
menghasilkan garam.
Contoh: 2HCl + Na NaCl + H2
Larutan standar
Dalam alkalimetri kita menggunakan larutan standar untuk menentukan konsentrasinya.
Larutan standar adalah larutan yang dengan tepat dapat diketahui konsentrasinya dan dipakai
sebagai pereaksi.
Larutan standar dapat digolongkan menjadi:
a. Larutan standar primer
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti untuk menstandarkan suatu larutan.
Syarat-syarat larutan standar primer:
Memiliki kemurnian yang tinggi
Mudah diperoleh dan dikeringkan
Mudah diperiksa kemurniannya
Tidak bersifat higroskopis, tidak mudah teroksidasi oleh udara
Contoh larutan standar primer
Asam: H2SO4, H2C2O4, C6H5COOH, (COOH) (COOK) C6H4.
Basa: Na2CO3, MgO, Na2B4O7.
b. Larutan standar sekunder
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar
primer sebagai pembanding.
Contoh: NaOH, KOH, KMnO4.
c. Larutan standar tersier
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar
sekunder sebagai pembanding.
Titrasi dan Indikator
Titrasi yaitu suatu proses penambahan suatu larutan dari dalam buret secara sedikit demi
sedikit sampai jumlah zat-zat yang dititrasi dengan yang mentitrasi tepat menjadi ekivalen
satu sama lain. Dalam hal ini, larutan ynag berada di dalam buret atau larutan pentitrasi
disebut titran, sedangkan larutan yang akan ditetapkan kadarnya disebut analit. Hasil titrasi
disebut titrat/ titer.
Alkalimetri adalah analisis (volumetri) yang menggunakan alkali (basa) sebagai larutan
standar. Analisis anorganik secara kualitatif yaitu proses atau operasi analisis yang digunakan
untuk mengetahui atau mengidentifikasi penyusun-penyusun dari suatu zat dan pengembang-
pengembang metode-metode pemisahan masing-masing penyusun yang terdpat dalam suatu
campuran.
Dalam titrasi asam-basa, jumlah relatif asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik
ekivalen ditentukan oleh perbandingan mol asam (H+) dan basa (OH-) yang bereaksi. Asam
didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang bereaksi dengan basa. Basa
adalah senyawa yang mengandung ion OH- atau menghasilkan OH- ketika bereaksi dengan
air. Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan garam dan air. (Golberg, 2002)
Dalam titrasi asam-basa perubahan pH sangat kecil hingga hampir tercapai titik ekivalen.
Pada saat tercapai titik ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan
perubahan pH yang besai ini seringkali dideteksi dengan zat yang dikenal sebagai indikator.
Titik atau kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan warna indikator
dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi sering disamakan
dengan titik ekivalen, walaupun diantara keduanya masih ada selisih yang relatif kecil.
Semua masalah yang berkaitan dengan titrasi asam basa dapat dipecahkan dengan konsep
stoikiometri
Alkalimetri (Alkali = basa, metri = pengukuran) diartikan sebagai titrasi untuk
penetapan asam dengan standart basa sebagai alat ukurnya.
Faktor utama dalam menentukan pengukuran adalah [H+] dan [OH-] dalam larutan,
baik sebagai titrat maupun sebagai titran. Karena itulah maka dalam mempersiapkan larutan
pemeriksaan harus menggunakan air suling sebagai bahan pelarut, sebab air suling adalah
netral.
Dalam titrasi alakalimetri, didalam titrat asam sudah mempunyai harga pH tertentu.
Perjalanan titrasi dengan penambahan titran yang akan menyebabkan perubahan pH, yang
pada suatu saat nanti dimana meq titrat = meq titran akan mempunyai pH tertentu
Syarat-syarat reaksi pada volumetri :
1. Reaksi berlangsung sederhana dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi.
2. Reaksi berlangsung terus menerus dengan cepat.
3. Ada perubahan fisika maupun kimia yang dapat dideteksi pada titik ekivalen, atau dapat
mengubah indikator sehingga diketahui titik akhit titrasinya.
Syarat baku primer :
1. Harus murni
2. Tidak higroskopis, tidak teroksidasi, tidak menyerap udara selam penyimpanan tidak
boleh berubah.
3. Mengandung kotoran (zat lain) tidak melebihi
4. Harus mempunyai berat ekivalen yang tinggi
5. Mudah larut dalam pelarut yang sesuai
6. Reaksinya stoichiometri dan berlangsung terus menerus
B. Standart Primer Alkalimetri
Asam Oksalat ( H2C2O4 ) = BM : 126,07 Valensi : 2
Pembuatan larutan standart primer asam oksalat :
Timbang 6,3 gram asam oksalat dalam air hingga 100 ml.
Asidi-alkalimetri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa
atau sering disebut titrasi asam-basa.[1] Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan
ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang direksikan tepat
menjadi ekivalen (telah tepat banyaknya untuk menghabiskan zat yang direaksikan) satu
sama lain.[1] Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titrant, sedangkan larutan yang
ditambah titrant disebut titrat (dalam hal ini titrant dan titrat berupa asam dan basa atau
sebaliknya).[1] Pada saat ekivalen, penambahan titrant harus dihentikan, saat ini dinamakan
titik akhir titrasi.[1] Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini,
diperlukan suatu zat yang dinamakan indikator asam-basa.[1] Indikator asam-basa adalah zat
yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah.[1] Asidi-alkalimetri
menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat,
asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah.[1]
Atkins, Peter and Jones Lorette. 1997. Chemistry Molecules and Canges, 3rd Ed. New
York: W. H. Freeman and Company.
Brady, James E. 1999. Kimia Universutas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara
Keenan, C. W, dkk. 1998. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Alkalimetri merupakan metode titrasi asam-basa dengan menggunakan larutan baku
sekunder basa dan larutan baku primer asam
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah
sebagai berikut :
Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik.
Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia
maupun secara fisika.
Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator
potensiometrik dapat pula digunakan.
Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :
Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu ukur, dan pipet volume yang telah di
kalibrasi.
Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan
sekunder dengan kemurnian tinggi.
Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan
konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara
mentitrasi dengan larutan standar primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh:
AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2. Zat yang dapat digunakan untuk larutan baku sekunder,
biasanya memiliki karakteristik seperti di bawah ini:
Tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya.
Zatnya tidak mudah dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air, menyerap CO2 pada waktu
penimbangan
Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
Larutan baku dapat dibuat dengan cara penimbangan zatnya lalu dilarutkan dalam sejumlah
pelarut(air). Larutan baku ini sangat bergantung pada jenis zat yang ditimbangnya/dibuat.
Syarat-syarat larutan baku primer :
Larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat tertentu .Syarat agar suatu zat
menjadi larutan baku primer adalah:
Mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-1200C) dan
disimpan dalam keadaan murni.
Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.
Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
Sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga
kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.
Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih
Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.
Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan yang dilakukanpun harus
teliti, dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan larutan baku primer ini biasanya
dilakukan dalam labu ukur yang volumenya tertentu. Zat yang dapat dibuat sebagai larutan
baku primer adalah asam oksalat, Boraks, asam benzoat (C6H5COOH), K2Cr2O7, AS2O3,
NaCl.
Konsentrasi larutan baku yang digunakan dapat berupa molaritas(jumlah mol zat terlarut
dalam satu liter larutan) dan normalitas(jumlah ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan).
Satuan molaritas merupakan satuan dasar yang digunakan secara internasional, sedangkan
satuan normalitas biasa juga dilakukan dalam analisis karena dapat memudahkan
perhitungan.
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada
berbagai perubahan pH.
Kadang-kadang kita perlu mengetahui tidak hanya atau sekedar pH, akan tetapi perlu kita
ketahui juga berapa banyak asam atau basayang terdapat didalam sampel. Sebagai contoh,
seorang ahli kimia lingkungan mempelajari suatu danau dimana ikan-ikannya mati. Dia harus
mengetahui secara pasti seberapa banyak asam yang terkandung dalam suatu sampel air
danau tersebut. Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang disebut tirant
dari buret ke suatu flask yang berisi sampel dan disebut analit. Berhasilnya titrasi asam-basa
tergantung pada seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik stoikiometri. Pada titik tersebut,
jumlah mol dari H3O+ dan OH- yang ditambahkan sebagai titrant adlah sama dengan jumlah
mol dari OH- atau H3O+ yang terdapat dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan terdiri
dari garam dan air. Larutan tersebut adalah asam apabila ion asam yang terkandung
didalamnya, dan basa apabila ion basa yang terkandung didalamnya (Atkins, 1997 : 550).
Misalkan kita ingin menentukan molaritas dari suatu larutan HCl yang tidak diketahui
konsentrasinya. Kita bisa menentukan konsentrasi HCl tersebut melalui suatu prosedur yang
disebut titrasi, dimana kita menetralisasi suatu asam dengan suatu basa yang telah diketahui
konsentrasinya. Pada titrasi, pertama-tama kita menempatkan suatu asam yang volumenya
telah ditentukan ke dalam suatu flask. Dan tambahkan beberapa tetes indikator seperti
penolftalein, kedalam larutan asam. Dalam larutan asam, penolftalein tidak berwarna.
Kemudian, buret kita isi dengan larutan NaOH yang konsentrasinya telah diketahui. dan
dengan hati-hati NaOH ditambahkan ke asam pada flask. Kita bisa mengetahui bahwa
netralisasi telah berlangsung ketika penolftalein dalam larutan berubah warna menjadi merah
muda. Ini disebut titik akhir netralisasi. Dari volume yang ditambahkan dan molar NaOH,
kita dapat menentukan konsentrasi asam (Timberlake, 2004 : 354-355)
ASAM SALISILAT

3.1 ALAT DAN BAHAN


3.1.1 Alat yang digunakan
a. Buret Makro 50 ml
b. Erlenmeyer 250 ml
c. Labu ukur 250 ml
d. Timbangan Analitik
e. Kertas Perkamen
f. Spatula logam
g. Gelas ukur
h. Beaker glass
i. Pipet tetes
j. Corong
k. Pipet filler

3.1.2 Bahan yang digunakan


a. KOH 0,1 N 250 ml
b. Asam Oksalat 0,1 N 100 ml BE : 1/2, Bm : 126
c. Tablet Asetosal 13,176 g, 22 tablet
d. Indikator Fenoftalein 3 tetes
e. Aqua Dest

3.2 PROSEDUR KERJA


A. Cara Kerja Pembuatan LBS :
1. Tuang 12,50 ml KOH 2 N ke dalam gelas ukur sebanyak 12,50 ml
2. Kemudian masukkan larutan KOH 0,1 N ke dalam labu ukur 250 ml tambahkan
aqua bebas CO2 sedikit demi sedikit ad tanda batas
VxN=VxN
250 x 0,1 = V x 2
25 = 2V
V = 12,50 ml
Maka Volume KOH yang diambil dari sediaan 2 N sebanyak 12,50 ml

B. Cara Kerja Pembuatan LBP (COOH)2 2H2O 0,1 N


1. Timbang seksama 157,5 mg serbuk (COOH)2 2H2O sebanyak 3x penimbangan
2. Masukkan masing-masing sampel ke dalam erlenmeyer,kemudian tambahkan
aquadest sedikit demi sedikit (sambil dikocok) ad larut dan homogen
3. Lakukan pengerjaan secara triplo
Mg = V x N x BE x BM
= 25 x 0,1 x ½ x 126
= 157,5 mg

C. Pembakuan
1. Sampel yang sudah dilarutkan kemudian tambahkan Indikator MM 3 tetes
2. Titrasi dengan LBS asam sulfat 0,1 N ad warna merah muda
3. Lakukan titrasi 3x

Berat Volume titran KOH


No penimbangan volume
Awal akhir
(COOH)2
1. 157,4 mg 0,00 ml 26,50 ml 26,50 ml
2. 157,4 mg 0,00 ml 26,50 ml 26,50 ml
3. 157,4 mg 0,00 ml 26,50 ml 26,50 ml

Perhitungan Normalitas sebenarnya dari larutan KOH 0,1 N


1. N KOH = mg
V x BE x BM
= 157,4 mg
26,50 x ½ x126
= 157,4 mg
1669,5
= 0,0942 N

2. N KOH = mg
V x BE x BM
= 157,4 mg
26,50 x ½ x126
= 157,4 mg
1669,5
= 0,0942 N

3. N KOH = mg
V x BE x BM
= 157,4 mg
26,50 x ½ x126
= 157,4 mg
1669,5
= 0,0942 N

N RATA-RATA = 0,0942 + 0,0942 +0,0942


3
= 0,0942 N
Data Reaksi Pembakuan
2 KOH + (COOH)2 (COOK)2 + H2O
2 OH ∞ 1 Mgek (COOH)2
1 OH = ½ mol
D. Pembuatan sampel tablet asam asetil salisilat/asetosal
1. Timbang 598,9 mg asetosal sebanyak 3x penimbangan
2. Masukkan masing-masing ke dalam erlenmeyer 100 ml, kemudian tambahkan 3-5
ml ethanol 96% dan 20 ml aqua dest sedikit demi sedikit (sambil dikocok) larutan
dikocok hingga homogen
3. Titrasi dengan LBS KOH yang sebenarnya ad warna merah muda
4. Lakukan titrasi 3x

Perhitungan Sampel Asam Asetil Salisilat


22 tab  13,176 g
Rata-rata = 13,176 g
22
= 0,5989 g ~ 500 mg

Berat penimbangan Volume titran KOH


No Volume
Asetosal Awal Akhir
1. 599,3 mg 0,00 ml 29,50 ml 29,50 ml
2. 599,4 mg 0,00 ml 29,80 ml 29,80 ml

1. 599,3 mg x 500 = 500,33 mg


598,9 mg
2. 599,4 mg x 500 = 500,41 mg
598,9 mg

Data Reaksi Penetapan Kadar


C9H8O4 + KOH  C9H7O4K + H2O
1 mol asetosal ∞ 1 mol KOH ∞ 1 mol OH
Be asetosal = 1

Perhitungan Kadar Sampel Tablet Asetosal


1. Mgek sampel = mgek titran
= 29,50 ml x 0,0942 x 1
Mg = 2,7789 x 180,16 (BM)
= 500,6466 mg
% = 500,6466 mg x 100 %
500,33 mg
= 100,0632 %
2. Mgek sampel = mgek titran
= 29,80 x 0,0942 x 1
Mg = 2,80716 x 180,16 (BM)
= 505,7379 mg
% = 505,7379 mg x 100 %
500,41 mg
= 101,0647%
% Rata-rata = 100,0632 % + 101,0647 %
2
= 99,0090 %
ASAM ASETAT

ALAT DAN BAHAN

1. Alat

 Labu ukur 250 mL


 Erlenmayer
 Buret
 Kertas putih
 Pipet Volume
 Pipet gondok
 Corong
 Neraca Analitik

2. Bahan

 0,1575 g Asam oksalat ( H2C2O4.2H2O)


 Larutan Baku Sekunder Natrium Hidroksida (NaOH) 0,01 N
 Larutan Sampel CH3COOH (BM=60,05)
 Indikator Phenolptalein
 Aquadest

VI. PROSEDUR

1. Pembuatan larutan baku primer

 Asam oksalat ditimbang seberat 0,1575 g di atas neraca analitik


 Dimasukkan kedalam labu ukur 250 mL
 Ditambahkan aquadest sampai tanda kalibrasi
 Labu ditutup dan dikocok

Pembakuan NaOH dengan H2C2O4.2H2O

 25 mL larutan Asam olksalat di pipet


 Dimasukkan kedalam erlenmayer
 Ditambahkan 3 tetes indikator phenoptalein
 Dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,01 N sampai larutan berwarna merah
jambu
 Volume pemakaian NaOH dicatat
 Titrasi diulangi sekali lagi
 Dihitung Normalitasnya

Penentuan kadar CH3COOH

 Dipipet 25 mL larutan CH3COOH


 Dimasukkan kedalam erlenmayer
 Ditambahkan 3 tetes indikator phenoptalein
 Dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,01 N sampai larutan berwarna merah
jambu
 Volume pemakaian NaOH dicatat
 Kadar CH3COOH ditentukan dalam % (b/v)

VII. DATA PENGAMATAN

 Pembakuan NaOH dengan H2C2O4.2H2O

No Volume H2C2O4.2H2O Volume NaOH

1 25 mL 32,00 mL

2 25 mL 31,21 mL

Rata-rata 25 mL 31,6 mL

 Penentuan kadar CH3COOH


No Volume H2C2O4.2H2O Volume NaOH

1 25 mL 36,5 mL

2 25 mL 36.5 mL

Rata-rata 25 mL 36,5 mL

VIII. PERHITUNGAN

 Pembakuan NaOH dengan H2C2O4.2H2O

BE = bobot molekul : valensi

N= (g:v) x (1000:250 ml) = 0,01 N

VNaOH N NaOH = Vasam oksalat . Nasam oksalat

31,6 mL . NNaoH = 25 mL. 0,01 N

NNaoH = 0,007911 N

 Penentuan kadar CH3COOH

V1 N1 = V2 N2

25 mL . NAsam Asetat = 36,5 mL. 0,007911 N

N Asam Asetat = 0,01155 N

M= 0,01155 N

% kadar CH3COOH (b/v) = N x BM x (100:1000)


= 0,01155 x 60,05 x (100:1000)

= 0,0693 %

Maka, Kadar CH3COOH adalah 0,0693 % (b/v)

IX. PEMBAHASAN

Pada prakttikum alkalimetri ini, sampel yang akan ditentukan konsentrasi atau kadarnya
adalah senyawa asam lemah yaitu asam asetat. Sebelum menentukan konsentrasinya, ada
beberapa hal yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu pembuatan larutan baku primer dan
pembakuan larutan baku sekunder oleh larutan baku primer. Pada praktikum kali ini pula,
larutan baku primer yang digunakan adalah asam oksalat 0,1575 g yang kemudian dilarutkan
didalam labu ukur sampai batas kalibrasi ( 250 mL), pembuatannya pun harus dilakukan
secara teliti, mulai dari menimbang sampai melarutkan. Berbeda dengan pembuatan larutan
baku sekunder yang pada umumnya dilakukan di dalam beaker glass, karena ketidakakuratan
pembuatan dapat di abaikan.

Larutan NaOH yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang
berskala) melalui corong terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar pertumpahan larutan baku
dapat lebih diminimalisir dan jumlah titran yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum
dan sesudah titrasi. Larutan asam oksalat yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia
(erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet gondok.
Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen.
Dala titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi
netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam oksalat dan natrium hidroksida keduanya
setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang
akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes
indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat didalam buret,
ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan
hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator
pjenolptalein . Titik pada titrasi dimana phenolptalein warnanya berubah menjadi warna
merah jambu, karena indikator ini dapat berubah warna dalam keadaan basa, yaitu diantara
PH 8-10 , fenomena ini disebut dengan disebut titik akhir titrasi. Volume NaOH yang
terpakai dicatat dan percobaan ini dilakukan sekali lagi, data yang telah terkumpul digunakan
untuk menentukan kadar NaOH dalam satuan Normalitas.

Pembakuan pun telah selesai dilakukan, langkah terakhir adalah menentukan kadar Asam
asetat yang menjadi sampelnya, cara yang digunakan sama dengan cara pembakuan NaoH
dengan asam oksalat. Untuk perhitungan kadar dari asam oksalat digunakan rumus :

% (b/v) sampel = N x BM x (100:1000)

Sehingga dari hasil perhitungan tersebut, kadar asam asetat adalah 0,0693 % (b/v).

Anda mungkin juga menyukai