Nama anggota:
1.YOHANA SEPTHIYA S (BALANTIDUM COLI)
2.ASYIFA FEBIAN S (CYCLOSPORA CAYETANENSIS)
3.NALTRY SILVIA NINGSIH (OSOSPORA BELLI)
4.IDA AYU TUNGGA DEWI(TRYPANOSOMA CRUZI)
5.BRIGITA DESTIARA TANJA(FASCIOLA GIGANTICA)
6.THEA DESIDERIA R. (CHILOMASTIX MESNIL
7.TESSA WULANDARI (PNEUMOCYSTIS CARINII)
8.IVAN EDSEL ADEN (GIARDIA LAMMBLIA)
9.JUREAN TRIABDI (CRIPTOSPORIDIUM PARVUM)
10.APRILOIS PERDANA (TRYPANOSOMA BRUCEY)
11.ANDREYAN PHILIATAMA ( TROCHOMONAS VAGINALIS )
Etiologi
Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV pada
epidermis. Sub tipe HPV yang telah diketahui menyebabkan
veruka vulgaris adalah sub tipe HPV 1, 2, 4, 7, 27, 29, 57 dan 63
EPIDEMIOLOGI
Sebagian besar orang pernah terinfeksi dengan HPV dalam
kehidupannya.13 Veruka vulgaris merupakan gambaran infeksi
HPV yang paling umum, terdapat paling banyak pada usia 5-20
tahun dan hanya 15% yang terdapat pada usia di atas 35
tahun.Veruka vulgaris dapat mengenai seluruh ras. Di Amerika
Serikat, frekuensi veruka vulgaris pada ras kulit putih
mendekati 2 kali lipat dibandingkan ras kulit hitam maupun
Asia, dan tidak ada perbedaan antara pria dan wanita.
Sering terpapar dengan air merupakan faktor resiko
untuk terjadinya veruka vulgaris. Tukang daging dan tukang
ikan memiliki insiden yang lebih Universitas Sumatera Utara
tinggi terjadinya veruka vulgaris pada tangan, prevalensinya
mencapai hingga 50% bagi yang sering kontak dengan daging
dan ikan.Terjadi juga peningkatan insiden veruka vulgaris pada
perenang yang sering menggunakan kolam renang umum.
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis veruka vulgaris berupa papul, nodul
berbentuk kubah sewarna dengan kulit dengan permukaan
kasar, berbatas tegas, dapat tunggal ataupun berkelompok.
Predileksi terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan jari-
jari. Biasanya asimtomatik, tetapi dapat mengganggu secara
kosmetik.
PATOGENESIS
Human papiloma virus ditularkan secara kontak langsung
antara orang dengan orang (kulit dengan kulit) atau secara
tidak langsung dari benda-benda yang dapat menjadi sumber
penularan. Virus dapat bertahan pada lingkungan hangat dan
lembab, misalnya lantai kamar ganti kolam renang, lantai
pinggir kolam renang, lantai tempat mandi pancuran dan
sebagainya. Autoinokulasi juga merupakan cara penularan yang
penting dimana Massing dan Epstain menemukan peningkatan
insiden dan resiko infeksi berulang pada orang yang telah
mendapat veruka vulgaris sebelumnya.
Transmisi virus biasanya terjadi pada tempat trauma atau
bagian kulit yang terdapat abrasi, maserasi atau fisura. Virus
akan mengadakan inokulasi pada epidermis melalui defek pada
epitelium.Agar dapat menyebabkan infeksi, virus tampaknya
harus memasuki sel punca atau merubah sel yang terinfeksi
menjadi menyerupai sel punca. Setelah masuk, sebuah salinan
atau beberapa salinan dari genom viral berperan sebagai
plasmid ekstrakromosom atau episom di dalam nukleus sel
basal epitel yang terinfeksi. Ketika sel ini membelah viral genom
juga bereplikasi dan mengambil tempat pada sel anakan, yang
akan mengantarkan infeksi virus ke lapisan-lapisan epitelium
berikutnya.
DIAGNOSIS
Diagnosis veruka vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis dan anamnesis. Lesi veruka vulgaris yang khas
jarang membutuhkan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan
ini hanya dilakukan pada kasus-kasus yang memerlukan
konfirmasi. Selain histopatologi, jika diagnosis veruka vulgaris
meragukan, dapat dilakukan pemotongan sedikit permukaan
lesi veruka vulgaris dengan mata pisau bedah nomor 15 dan
dilihat karakteristik berupa bintik hitam yang merupakan
gambaran dari trombosis kapiler.
TATA LAKSANA
Tujuan dari penatalaksanaan veruka vulgaris adalah untuk
mengobati ketidaknyamanan pasien baik fisik maupun
psikologis dan untuk mencegah Universitas Sumatera Utara
penyebaran infeksi.4 Hal ini dilakukan dengan menghilangkan
lesi pada kulit dengan kerusakan seminimal mungkin pada kulit
sehat.16 Veruka vulgaris dapat mengalami resolusi spontan
dalam 2-3 tahun.2 Satu penelitian pada tahun 1963 mengatakan
hanya sekitar 40% pasien dengan veruka vulgaris yang dapat
mengalami resolusi spontan setelah 2 tahun.17 Pemilihan
pengobatan dilakukan berdasarkan lokasi, ukuran dan jumlah
lesi veruka vulgaris; usia, kerjasama pasien dan keinginan
pasien; serta pengalaman dokter.
Nyeri, ketidaknyamanan, resiko terjadi parut dan untung-
rugi bagi pasien harus dipertimbangkan.5 Indikasi dilakukannya
pengobatan pada veruka berdasarkan The American Academy
of Dermatology Committe and Guidelines of Care adalah
keinginan pasien untuk diobati, terdapat gejala berupa nyeri,
berdarah, gatal atau rasa terbakar, lesi yang mengganggu
secara kosmetik maupun fungsi, lesi banyak atau besar, pasien
ingin mencegah penularan veruka kepada dirinya sendiri atau
orang lain dan keadaan pasien imunosupresif.17
Pengobatan yang ideal sebaiknya dapat
mengeliminasi lesi veruka tanpa rasa nyeri, terapi dapat
diselesaikan dalam 1-3 kali pengobatan, tidak menimbulkan
parut, dapat mencegah timbulnya kekambuhan dan dapat
diaplikasikan pada seluruh pasien.
Kebanyakan pengobatan veruka vulgaris secara dekstruksi
fisik sel yang terinfeksi. Ada beberapa modalitas pengobatan
veruka di kulit yang dapat dipilih, mulai dari terapi topikal,
terapi bedah, terapi sistemik, hipnoterapi dan terapi dengan
agen imunosupresif.
PENUTUP
Salah satu cara pencegahan infeksi HPV adalah vaksinasi HPV.
Belum semua tipe HPV tersedia vaksinnya. Vaksinasi HPV
hanya dapat melawan infeksi HPV tipe-tipe tertentu. Vaksinasi
HPV masih jarang dilakukan karena belum populer dan harga
vaksin yang relative tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko, RP. Penyakit virus dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed. Djuanda A;
Edisi Keempat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, p 110-18
2. Pohan SS, Sukaanto, Narakbah J, et al. Veruka vulgaris dalam Atlas Penyakit Kulit dan
Kelamin; Eedisi ketiga, Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR,
Surabaya, 2007, p20-21
MAKALAH
KELOMPOK 1
VERRUCA VULGARIS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA