Anda di halaman 1dari 5

6.

Normalisasi Hubungan RI dan RRC


Hubungan antara Indonesia dan RRC membeku sejak bulan Oktober1967,
Karena RRC yang di yakini berada di belakang kudeta yang dilakukan oleh
PKI pada tahun 1965. Anggota ASEAN seperti Malaysia, Thailand, dan
Filipina pada tahun 1974 dan 1975 telah membina hubungan diplomatic
dengan RRC.
Perpecahan ini semakin mencolok setelah Deng Xiaoping yang berkuasa
tahun 1977 mendorong poliik luar negeri RRC jauh lebih moderat, yaitu
menambahkan persahabatan dengan Negara-Negara dunia ketiga. Kelompok
pronormalisasi merasa bahwa menggairahan bisnis Indonesia-Cina akan
mendorong ekspor Indonesia ke RRC dan hal ini akan membantu
menggairahkan bisnis Indonesia.
Kokohnya sikap pemerintah Indonesia untuk tidak menormalisasi hubungan
dengan RRC mulai rapuh. Ini dipicu ketika harga minyak jatuh. Karena
minyak mencakup 60% dari pendapatan Negara. Selain Jepang dan Negara-
Negara Barat, pemerintah juga menginginkan produk-produk Indonesia bias
memasuki pasaran Cina. Keadaan ini membuat para pengusaha Indonesia
antusias.Terutama mereka yang ada di Kadin (Kamar Dagang dan Industri
Indonesia) yang dipimpin Sukamdani.
Pada November 1984, Mochtar Kusumaatmadja mengumumkan keinginan
Indonesia untuk membuka kembali perdagangan langsung dengan RRC, Mochtar juga
mengenaskan bahwa hal ini tidak berhubungan dengan pemulihan diplomatic.
Beberapa orang berpendapat bahwa perdangangan Indonesia-Cina mungkin lebih baik
dilakukan melalui pihak ketiga, yaitu Hongkong dan Singapura. Meskipun perdagangan
tidak lancar tapi volume meningkat.
Selama perdagangan Indonesia-Cina dalam rangka menghadiri 30 tahun KAA di
Bandung. Menteri Luar Negeri RRC , Wu Xueqian, di hadapan pers mengatakan bahwa
Cina telah berhenti mendukung PKI. Ia juga mengatakan kebanyakan pimpinan PKI yang
mengunsi ke Cina setelah kudeta tahun 1965 telah meninggalkan Cina untuk pergi ke
Eropa. Pada awal tahun 1989 Presiden Soeharto menghadiri pemakan Kaisar Jepang <
selama kunjungan tersebut secara tiba-tiba Indonesia mengumumkan bahwa ada
kemungkinan bagi Jakarta dan Beijing untuk membuka kembali hubungan diplomatic.
Dilaporkan bahwa mengatakan keinginan mereka untuk bertemu dengan Presiden
Soeharto di Tokyo.
Keputusan normalisasi hubungan Indonesia-Cins tampaknya memiliki kaitan erat dengan
hasrat Presiden Soeharto,hasrat yang dimaksud ingin memainkan peran domuna dalam
politik dunia secara umum dn]an wilayah Asia Pasific secara khusus.
Mochtar Kusumaatmadja Den Xiaoping

Wu Xueqian
• Deng Xiaoping adalah pemimpin paling menonjol di antara semua pemimpin-
pemimpin di Asia dalam abad terakhir ini. Baru-baru ini, profilnya telah menjadi
subyek biografi yang diterbitkan oleh pengamat veteran Asia dan akademisi Ezra
Vogel, bertajuk Deng Xiaoping and Transformation of China.
• Pencapaian keberhasilan Deng yang membedakannya dengan pemimpin-
pemimpin lain di Asia selama abad terakhir ini besar kemungkinan berasal dari
usaha kerasnya untuk meringankan kemiskinan global.
• Berdasarkan data Bloomberg, lebih dari 250 juta rakyat China mampu keluar dari
kemiskinan pada masa kepemimpinannya. Seperti yang pernah Mao Zedong
gambarkan "jarum di dalam bola kapas", anak kelahiran Provinsi Szechuan ini
menanjak naik menjadi ketua Politburo dalam Partai Komunis China (Chinese
Communist Party/CCP) setelah menempuh perjalanan yang sangat sukar dan
lama - termasuk juga selama dua periode ketika Deng dikesampingkan, dibuang,
dan difitnah secara terbuka.

Anda mungkin juga menyukai