OLEH
KELOMPOK 3
DIAN NOVITA
17-006
ADITHYA ALDI
17-013
INDAH AGUSTIANINGSIH
17-023
KELAS A
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang Densitometer.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Densitometer ini kita
semakin banyak mengetahui alat alatnya, cara kerja, pengaplikasiannya dalam industri, dan
perawatanya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila
melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk
titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas
tentang titrasi asam basa).
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan
di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
“titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya
berupa larutan.
Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam
basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa.
Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel
dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia.
Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan
warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan
persamaan reaksi.
Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam
atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang
kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika
asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna indikatornya. Titik
akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indicator.
1.2 Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
1. Mengetahui perlakuan asam dan basa Bronsted
2. Mengetahui cara menghitung kurva titrasi asam dan basa
3. Mengetahui perhitungan kesetimbangan yang sistematik dari titrasi asam kuat-basa
Kuat, asam lemah-basa kuat
4. Mengetahui penentuan indikator-indikator asam dan basa
5. Mengetahui kelayakan titrasi asam dan basa
6. Mengetahui apa itu larutan penyangga
7. Mengetahui penerapan titrasi asam dan basa
8. Mengetahui titrasi tidak berair
BAB II
PEMBAHASAN
HOAc H+ + OAc_
H2O + H+ H3O+
2. Efek Perataan
Jika HB merupakan asam yang lebih kuat dari HS+, HB akan
memindahkan proton nya ke pelarut, dengan kata lain, posisi kesetimbangan
dalam reaksi HB + S HS+ + B akan menuju ke kanan. Jika HB jauh lebih
kuat dari HS+, kesetimbangan itu akan semakin berada jauh lagi ke kanan dan
HB pada hakikatnya akan terurai 100%. Serangkaian asam yang berbeda,
yang semuana jauh lebih kuat dari proton tersolvasi, akan teurai sempurna;
larutan tersebut akan dibawa ketingkat keasaman yang diatur oleh kekuatan
asam HS+. Ini dikarenakn sebagai efek perataan (leveling effect). Jadi dalam
larutan berair perklorat, nitrat dan klorida sama sama kuat, sedangkan dalam
pelarut yang kurang basa, seperti asam asetat glasial, ketiga asam tersebut
tidak bertingkatan dan perklorat lebih kuat daripada dua lainnya.
Dalam pengertian Bronsted, penguraian basa di perlakukan dnegan
cara yang sama, kecuali bahwa disini proses itu di timbulkan oleh keasaman
pelarut. Dapat dirumuskan sebagai interaksi dua pasangan konjugat :
SH S- + H+
B + H+ BH+
B + SH BH+ + S-
3. Kurva Titrasi
Dalam menguji suatu reaksi untuk menentukan bisa atau tidaknya reaksi
tersebut digunakan untuk titrasi, kita perlu membuat suatu kurva titrasi. Untuk
reaksi asam-basa, suatu kurva titrasi terdiri dari suatu plot pH atau pOH vs
mlilitertitran. Kurva tersebut berguna dalam menentukan kelayakan suatu
titrasi dan dalam memilih indikator yang sesuai.
HB + H2O H3O++ B–
Asumsi: [H3O+] = [B–]
HB yang terurai -> [HB] tetap
Konstanta kesetimbangan
[H3O+][B-] = Ka
[HB]
(H3O+) 2 = 1,0 x 10-5
0,1
pH = 3,0
(H3O+) + (B-) = Ka
(HB)
(H3O+) = (HB) Ka
(B-)
1,0 x 10-1
Jadi pH larutan tersebut adalah 1,00 dan pOH nya 13,00.
Perhatikan bahwa perkiraan bahwa [H3O+] = [Cl-] tepat dalam larutan
HCl yang agak pekat. Namun demikian dalam HCl yang sangat encer,
misalnya 1,0 x 10-7 M,akan terjadi suatu kesalahan besar jika H3O+
yang dihasilkan oleh air diabaikan. Dalam kasus semacem itu perlu
𝐾𝑤
mensubstitusi [OH-] dalam persamaan ke 2. 𝐻3𝑂+ = [𝐻3𝑂+] +
[𝐶𝑙 −] =1,0 x 10-14+ 10-7[H3O+]
a. pH awal.
Dalam contoh 2 kita mulai dengan 50,0 mL HB 0,100 M. Dalam larutan ini
kita mempunyai empat persamaan :
[H30+][OH+] = 1,0 x 10-14
[H3O+][B-] = 1,0 x 10-5
[HB]
[H3O+] = [B-] + [OH-]
[HB] + [B-] = 0,10
Ada banyak asam dan basa organik lemah yang bentuk tak terurainya dan bentuk
ioniknya memiliki warna yang berbeda. Molekul tersebut bisa digunakan untuk menentukan
kapan penambahan titran telah mencukupi, dan dinamakan indikator visual.
4. Indikator galat
B. KELAYAKAN TITRASI ASAM-BASA
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa supaya suatu reaksi kimia cocok di gunakan dalam titrasi,
reaksinya harus sempurna pada titik ekivalen. Derajat kesempurnaan reaksi menentukan ukuran dan
ketajaman bagian vetikal dari kurva titrasi. Semkain besar tetapan kesetimbangan, semakin sempurna
reaksinya, semakin besar perubahan pH dekat titik ekivalen, dan semakin mudah untuk menempatkan
titik ekivalen dengan presisi yang bagus. Secara teori kita dapat menempatkan titik ekivalen dari suatu
reaksi yang tidak berjalan sempurna, tetapi secara praktis ini sangat sulit.
pOH = 4,3
pH = 9,7
Jika ΔpH sama dengan 2,00 satuan, ph sebelum titik ekivalen harus 7,7. Pada titik ini,
jika reaksi sempurna, kita hanya memiliki 0,005 mmol HA yang tidak bereaksi.
Sehingga
[A−]
pH = pKa + log [HA]
[4,995]
7,7 = pKa + log
[0,005]
pKa = 4,7
Ka = 2 x 10-5
Ka
K = = 2x109
Kw
pKa = 5,70
Ka = 2 x 10-6
K = 2 x 108
2. Pengaruh Konsentrasi
Pengaruh konsentrasi pada perubahan pH untuk titrasi asam kuat-basa kuat ditunjukan pada
gambar dibawah iniUntuk asam lemah, pengaruh konsentrasi serta besarnya Ka pada ΔpH ditunjukan
pada tabel dibawah ini
Kesimpulan :
1. Semakin kecil nilai Ka, semakin tinggi nilai pH pada titik ekivalen dan semakin kecil nilai
ΔpH
2. Meningkatkan konsentrasi titran meningkatkan ΔpH. Ini menurunkan volume titran yang
dibutuhkan, sehingga membuat galat tertentu menjadi galat yang relatif lebih besar.
C. Larutan penyangga
Suatu larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion-ion hidrogen atau
hidkroksida ditambahkan atau ketika larutan itu di encerkan disebut larutan penyangga. Banyak
proses kimia dan biologi yang sangat peka terhadap perubahan pH dari larutan. Dan memang sangat
penting untuk menjaga pH sekonstan mungkin. Oleh karena itu, larutan pernyangga mendapatkan
perhatian yang lebih besar dalam ilmu pengetahuan dan biologi.
2. Keefektifan penyangga
Keefektifan suatu larutan penyangga dalam menahan perubahan pH persatuan asam atau basa
kuat yang ditambahkan, mencapai nilai maksimumnya ketika rasio asam penyangga terhadap garam
adalah satu. Dalam titrasi asam lemah, titik maksimum keefektifan ini dicapai bila asam tersebut
ternetralkan separuh, atau pH = pKa.
3. Kapasitas penyangga
Kapasitas suatu penyangga merupakan ukuran keefektifanya dalam menahan pH dalam
perubahan pH pada penambahan asam atau basa. Semakin besar konsentrasi asam-basa konjugatnya
maka semakin besar kapasitas penyangga. Dalam menyiapkan suatu penyangga dengaan pH yang
diinginkan, analis harus memilih suatu sistem asam-garam (atau basa-garam) dimana pKa asam
tersebut sedekat mungkin dengan pH yang diinginkan. Dengan pemilihan ini rasio asam per garam
mendekati satu., dan diperoleh kefektifan maksimal atas peningkatan atau penurunan pH. Konsentrasi
sebenarnya dari asam dan garam yang dipakai tergantung pada ketahanan yang diinginkan untuk
mengubah pH .
Pada konsentrasi serendah itu, penguraian molekul air dapat menjadi suatu faktor penting.
Namun, normalnya kita tidak menggunakan suatu penyangga berkonsentrasi serendah itu, karena
kapasitas penyangganya sangat rendah.
Sistem asam-basa yang umumnya dipakai untuk menyiapkan penyangga dalam laboratorium
antara lain 1) asam ftalat-kalium hidrogen ftalat, kalium dihidrogen fosfat-dikalium hidrogen fosfat
yang dikenal sebagai penyangga Clark and Lubs 2) asam sitrat dinatrium hidrogen fosfat, ph 2 – 8
yang dikenal sebagai penyangga mellvaine
6. Penyangga fisiologis
Menarik untuk membahas prinsip-prinsip kimia asam-basa yang di bahas di bab ini berperan
langsung dalam bidang-bidang seperti biokimia dan fisiologi. Ahli fisiologi Claude Bernard adalah
orang yang pertama menegaskan bahwa fluida tubuh telah menyediakan suatu “lingkungan-dalam”
dimana sel-sel tubuh hidup dan melakukan berbagai fungsi-fungsi dan terlindungi dari lingkungan-
luar yang berubah-ubah. Jaringan hidup sangat peka terhadap perubahan komposif fluida yang
melingkupinuya dan mekanisme pengaturan dalam tubuh yang menjaga konstanya lingkungan dalam
tersebut terdiri dari salah satu fase paling penting dalam studi ilmu-ilmu biologi.
Aspek yang sangat penting dari pengaturan ini adalah pemeliharaan yang medekati konstan
dalam darah dan fluida-fluida lain dalam tubuh. Zat-zat yang karakterknya bersifat asam atau alkali
terkandung dalam makanan dan terbentuk terus menerus oleh reaksi metabolisme, tetapi pH darah
tetap konstan dalam 0,1 ph. Dua jalan utama untuk penghilangan asam dari tubuh adalah paru-paru
dan ginjal. Penyangga-peyangga utama dalam darah adalah protein, bikarbonat, fosfat, hemoglobin
(HHb) dan oksihemoglobin (HHbO2). Karbondioksida dibentuk secara metabolis dalam jaringan dan
dibawa oleh darah sebagai ion bikarbonat.
Asam
Dalam memilih suatu asam untuk digunakan didalam larutan standar, hendaknya diperhatikan
faktor-faktor berikut :
1) Asam harus kuat
2) Asam tersebut tidak mudah menguap
3) Larutan asam harus stabil
4) Garam dari asam harus mudah larut
5) Asam tersebut bukan pengoksidasi yang kuat
2. Standar utama
Dalam praktik laboratorium adalah biasa untuk membuat larutan dari asam dan basa dengan
konsentrasi yang diinginkan dan kemudian menstandarisasi larutan terhadap standar utama. Membuat
larutan standar dari asam klorida bisa dilakukan dengan langsung menimbang sebagian HCl yang
diketahui densitasnya, diikuti dengan pengenceran dalam labu volumetri. Namun, lebih sering larutan
asam tersebut distandarisasi dengan cara yang biasa terhadap standar utama.
Nitrogen
Penentuan nitrogen oleh titrasi amonia dengan asam kuat merupakan penrapan yang penting
dari titrasi asam-basa. Prosedurnya tergantung pada keadaan oksidasi nitrogen dalam senyawa yang
dianalisis. Jika nitrogen mendapat penambahan basa kuat
NH4+ + OH- NH3(g) + H2O
Belerang
Unsur ini dapat ditentukan dalam zat organik dengan membakar sampel dalam aliran oksigen,
mengubah belerang menjadi SO2 dan SO3. Asam sulfat dengan basa standar
H2SO4 + 2OH- SO42- + 2H2O
Sejumlah gugus fungsi organik dapat ditentukan dengan titrasi asam – basa. Asam karboksilat
umumnya mempunyai nilai pKa sekitar 4 sampai 6 dan siap dititrasi. Asam sulfonat umumnya kuat
dan langsung larut dalam air. Alkohol dapat ditentukan dengan penambhan asetat anhidrid berlebih :
(CH3CO)2O + ROH CH3COOR + CH3COOH
Anhidrida berlebih tersebut di hidrolisis menjadi asam asetat,
(CH3CO)2O + H2O 2CH3COOH
III. Titran
Asam perklorat sejauh ini merupakan asam yang telah luas digunakan untuk titrasi basa
lemah, karena asam ini adalah asam yang sangat kuat yang sangat mudah di dapat. Berbagai basa kuat
yang lebih besar macamnya digunakan, antara lain tetraalkilamonium hidroksida dan natrium atau
kalium metoksida atau etoksida. Pelarut yang lazim untuk basa ini adalah alkohol yang lebih rendah
dan campuran benzena dengan metanol atau etanol.
Normalnya pengaruh temperatur pada volume titran terukur dapat diabaikan dengan larutan
berakhir pada variasi temperatur kamar biasa. Pelarut organik seperti asam asetat, benzena, metanol.
Sebaliknya, mempunyai koefisien ekspantermal yang agak besar, dan perubahan volumenya tidak bisa
diabaikan jika titran tersebut berada pada temperatur yang berbeda dari temperatur standarisainya.
V. Penerapan
Jumlah senyawa yang telah di titrasi dalam median non berair terlalu banyak untuk ditulisakn
disini. Asam yang sangat lemah, seperti fenol , telah di titrasi dalam etilen diamina. Karena asam
karboksilat cukup kuat, hanya pelarut basa sedang seperti metanol dan etanol saja yang perlu dipakai.
Titrasi non berair penting dalam industri farmasi.