Anda di halaman 1dari 11

“PRINSIP-PRINSIP PENGUKURAN PARAMETER AIR”

OLEH:
Siti Rahmadani (170405017)
Indah Agustianingsih (170405023)

DOSEN PEMBIMBING:
Amir Husin, ST., MT.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Air dan Klasifikasi Air

2.2 Parameter Air Secara Kimia, Fisika dan Biologi

2.2.1 Parameter air secara kimia

2.2.2 Parameter air secara fisika

2.2.3 Parameter air secara biologi

2.3 Cara Mengolah Air Sungai Menjadi Air Minum Menggunakan Parameter Air

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
saya ucapkan kepada guru pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini

Dalam makalah ini, akan membahas tentang prinsip-prinsip pengukuran parameter


air. Dengan membaca makalah ini semoga teman-teman dapat lebih memahami bagaimana
prinsip-prinsip pengukuran parameter air.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.Pada
kesempatan ini pula, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya teman-
teman memberikan saran-sarannya yang sangat berharga. Akhir kata, semoga segala upaya
yang kita lakukan dapat memajukan pendidikan di negara kita.

Medan, September 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu komponen yang
paling dekat dengan manusia yang menjadi kebutuhan dasar bagi kualitas dan
keberlanjutan kehidupan manusia, oleh karena hal tersebut air harus tersedia
dalam kuantitas dan kualitas yang memadai.
Di kota-kota besar, tidak mudah mendapatkan sumber air bersih yang dipakai sebagai
bahan baku air bersih yang bebas dari pencemaran, karena air banyak tersedot oleh
kegiatan industri yang memerlukan sejumlah air dalam menunjang produksinya. ikatan
hidrogen antara dua molekul air yang berdekatan dan sifat terpolarisasi molekul air inilah
yang berperan terhadap sifat-sifat kimia dan fisik air yang unik itu terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pengertian air dan klasifiasi air
1.2.2 Parameter Air Secara Fisika, Kimia dan Biologi
1.2.3 Cara Mengolah Air Sungai Menjadi Air Minum Menggunakan Parameter Air
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Untuk mengetahui penegrtian air dan klasiikasi air
1.3.2 Untuk mengetahui parameter yang digunakan secara fisika, kimia dan biologi
1.3.3 Untuk mengetahui cara pengolahan air sunngai menjadi air minnum menggunakan
parameter air
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AIR DAN KUALIFIKASI AIR

Air adalah suatu senyawa kimia berbentuk cairan yang tidak berwarna, tidak berbau
dan tak ada rasanya. Air mempunyai titik beku 0°C pada tekanan 1 atm, titik didih 100°C
dan kerapatan 1,0 g/cm3 pada suhu 4°C (SCHROEDER, 1977). Ukuran satu molekul air
sangat kecil, umumnya bergaris tengah sekitar 3 A (0,3 nm atau 3x10-8 cm). Wujud air
dapat berupa cairan, gas (uap air) dan padatan (es). Air yang berwujud cairan merupakan
elektrolit lemah, karena di dalamnya terkandung ion-ion dengan reaksi kesetimbangan
sebagai berikut:

2 𝐻2 𝑂 ↔ 𝐻3 𝑂+ + 𝑂𝐻 −

2.2 PARAMETER AIR SECARA KIMIA, FISIKA DAN BIOLOGI

2.2.1 Parameter Air Secara Kimia

Saat hujan turun dari langit dan mengalir dari atas permukaan bumi yang berupa
lahan pertanian, pemukiman, hutan dan sebagainya dan mengalir di bawah tanah, air
melarutkan dan membawa serta bahan-bahan yang mudah larut dari tempat-tempat yang
dilaluinya.

a) pH (Power Hyrogen)
pH adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan
asam atau basa suatu larutan. Dalam penyediaan air, pH merupakan satu faktor
yang mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan. pH air murni
adalah 7. Air dengan pH di atas 7 bersifat asam, dan pH dibawah 7 bersifat
basa. Nilai pH air dapat diukur dengan Potensiometer, yang mengukur potensi
listrik yang dibangkitkan oleh ion-ion OH+, atau dengan bahan celup
penunjuk warna, misalnya memakai kertas lakmus.
- Metode analisa dari potensiometer, yaitu Langsung yaitu untuk penentuan
konsentrasi ion tertentu seperti pH, Ag+, NO2 dan Tidak langsung (titrasi
potensiometer)
- Cara menggunakan potensiometer, yaitu alat untuk mengukur pH air
Dicelupkan ke dalam larutan, dimana salah satu elektroda merupakan
elektroda penunjuk (indicator electrode) dan elektroda yang satu lagi
merupakan elektroda pembanding (reference elektroda). Elektroda dicelupkan
ke dalam aquades dan hidupkan alat. Biarkan stabil beberapa menit, bila telah
stabil angkat elektroda dan celupkan ke dalam larutan contoh yang akan diukur
pH atau mV nya. Aduk dan biarkan beberapa menit. Larutan conth akan
mengadakan kontak dengan cairan yang ada dalam elektroda menghasilkan
sinyal listrik berupa tegangan listrik dalam mV untuk larutan. Beda potensial
yang dihasilkan dikonversikan oleh microprocessor menjadi besaran pH.

(a) (b)

Gambar 1. Paramater air (a) potensiometer dan (b) kertas lakmus

b) Kecerahan Perairan
Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati
secara visual menggunakan secchi disk. Dengan mengetahui kecerahan suatu
perairan kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi
proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana yang tidak keruh, dan yang
paling keruh. Perairan yang memiliki nilai kecerahan rendah pada waktu cuaca
yang normal dapat memberikan suatu petunjuk atau indikasi banyaknya
partikel-partikel tersuspensi dalam perairan tersebut.
- Metode analisa dari secchi disk, yaitu untuk menetapkan kecerahan secara
semi-kuantitatif pada kedalaman air laut, air kolam, air danau, air sungai yang
berarus lamban
- Cara menggunakan secchi disk, yaitu sechi disk di masukkan kedalam perairan
hingga warna hitam dan putih tidak terlihat, ukur pajang sechi disk dari
permukaan sampai keping yang tidak terlihat (a). Kemudian sechi disk di
angkat hingga keping terlihat dan ukur panjang dari permukaan sampai keping
yang terlihat (b). Selanjutnya dihitung kecerahan dengan rumus 0,5x(a+b)
dalam cm dan hasil catat pada lembar kerja.

Gambar 2. Parameter Kecerahan Perairan yaitu Secchi disk

c) Biochemical Oxygen Demand


BOD adalah angka indeks untuk tolak ukur pencemar dari limbah yang
berada dalam suatu perairan. Makin besar kosentrasi BOD suatu perairan,
menunjukan konsentrasi bahan organik di dalam air juga tinggi. Parameter
BOD merupakan parameter umum yang dapat digunakan untuk menentukan
tingkat pencemaran air dari suatu sumber pencemaran.
- Metode analisa BOD, yaitu winkler-alkali iodida azida
- Cara menggunakan BOD, yaitu : Pengujian BOD menggunakan metode
winkler-alkali iodida azida, adalah penetapan BOD yang dilakukan dengan
cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sampel yang
disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur
kamar, larutan yang digunakan pada metode Winkler MgSO4, FeCl3, CaCl2
dan buffer fosfat, kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida
yaitu dengan cara titrasi, dalam penetapan kadar oksigen terlarut digunakan
pereaksi MnSO4, H2SO4, dan alkali iodida azida. Sampel dititrasi dengan
natrium thiosulfat memakai indikator amilum
d) Salinitas https://www.semuaikan.com/pengertian-salinitas/
Salinitas didefinisikan sebagai berat dalam gram dari semua zat padat
yang terlarut dalam 1 kilo gram air laut jikalau semua brom dan yodium
digantikan dengan khlor dalam jumlah yang setara; semua karbonat diubah
menjadi oksidanya dan semua zat organik dioksidasikan. penentuan salinitas
air laut dapat dilakukan melalui pengukuran kadar khlor dalam air laut yang
disebut khlorinitas air laut. Parameter dari salinitas yaitu salinometer.
Salinometer adalah alat untuk mengukur kepadatan dari air yang akan dihitung
salinitasnya. Prinsip kerja alat berdasarkan daya hantar listrik, Semakin besar
salinitas maka semakin besar pula daya hantar listriknya begitu juga
sebaliknya jika salinitasnya kecil maka semakin kecil pula daya hantar
listriknya.
- Metode analisa dari salinitas, yaitu Metode titrasi khlor, Metode berat jenis,
Metode pembiasan cahaya, Metode daya hantar listrik
- Cara menggunakan salinometer, yaitu Ambil gelas ukur yang panjang, lalu isi
dengan air sampel yang akan diukur salinitasnya lalu Salinitas akan terbaca
pada nilai skalanya

Gambar 3. Parameter salinitas yatu Salinometer


2.3 JENIS-JENIS PROSES (POLIMERISASI)

A. Berdasarkan sumbernya
1. Polimer alam, yaitu polimer yang tersedia di alam. Contohnya karet alam, pati,
selulosa, dan lain sebagainya.
2. Polimer sintetik, yaitu polimer buatan hasil sintetis industri atau pabrikan.
Contohnya nilon, PVC, polyetilena, polyester dan lain sebagainya.
Jenis-jenis kopolimer yaitu:
a. Kopolimer acak. - A - B - B - A - B - A - A - A - B - A
b. Kopolimer silang teratur. - A - B - A - B - A - B - A - B - A – B – A
c. Kopolimer blok.. - A - A - A - B - B - B - A - A - A – B
d. Kopolimer cabang/Graft Copolimer. B – B - B - B - A – A – A – A – A – A –
A–A
–A

B. Berdasarkan jenis monomernya


1. Homopolimer, yaitu polimer yang terbentuk dari penggabungan monomer sejenis
dengan unit berulang yang sama. Contohnya polysterina, polypropilena, selulosa,
PVC, teflon dan lain sebagainya.
2. Kopolimer, yaitu polimer yang terbentuk dari beberapa jenis monomer yang
berbeda. Contohnya protein, dakron, bakelit, melamin (urea dan formaldehid) dan
lain sebagainya.
C. Berdasarkan bentuk susunan rantainya
1. Polimer rantai lurus yaitu polimer yang tersusun dengan unit yang berikatan satu
sama lainnya membentuk rantai polimer yang panjang.
2. Polimer rantai bercabang yaitu polimer yang terbentuk jika beberapa uit ulang
membentuk cabang pada rantai utama.
3. Polimer berikatan silang yaitu polimer yang terbentuk karena beberapa rantai
polimer saling berikatan satu sama lain pada rantai utamanya.
D. Berdasarkan sifat terhadap panas
1. Polimer termoplas, atau termoplastis yaitu polimer yang melunak jika dipanaskan
dan dapat kembali kebentuk semula.
2. Polimer termoset, atau termosetting yaitu polimer yang tidak melunak ketika
dipanaskan dan tidak dapat kembali kebentuk semula.
E. Pengertian Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses bereaksi molekul monomer bersama dalam reaksi kimia
untuk membentuk tiga dimensi jaringan atau rantai polimer.
Jenis-jenis polimerisasi yaitu:
1. Polimer adisi yaitu polimer yang terbentuk melalui reaksi adisi dari berbagai
monomer. Contohnya adalah polistirena (karet ban), polietena (plastik),
poliisoprena (karet alam), politetraflouroetena (teflon), PVC, dan poliprepilena
(plastik).
2. Polimerisasi kondensasi yaitu polimer yang terbentuk karena monomer-monomer
saling berikatan dengan melepaskan molekul kecil. Contohnya adalah bakelit,
poliuretan, poliamida, (melamin), poliester (nilon), teteron, dan protein.

2. 4 APLIKASI PRODUK UREA FORMALDEHID

“Pembuatan dan Aplikasi Melamin Asetat sebagai Aditif Resin Urea–


Formaldehida untuk Pembuatan Kayu Lapis”
Sebagai bahan bangunan, kayu merupakan bahan alami yang memiliki sifat
yang sangat bervariasi dalam densitas, kekuatan mekanik, dan daya tahannya.
Keuntungan dari penggunaan papan komposit buatan seperti kayu lapis adalah
sifatnya yang dapat direkayasa sehingga lebih konsisten daripada kayu asalnya,
permukaannya yang bisa dibuat lebih lebar daripada kayu alam, dan permukaannya
yang dapat diperbaiki untuk meningkatkan sifat dekoratifnya.
Resin urea–formaldehida (UF) merupakan bahan yang paling umum
digunakan sebagai perekat kayu lapis untuk aplikasi interior karena memberikan sifat
mekanik yang baik dengan harga yang relatif murah. Volume konsumsi dunia yang
sangat besar, mencapai 11 juta ton solid resin pertahun, mengakibatkan UF tidak
mudah digantikan bahan lain dalam waktu yang singkat.
Harga melamin yang relatif mahal mengharuskan penggunaan melamin
seefektif mungkin. Kadar melamin yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan
menurunnya shelf life resin dan gel time yang semakin panjang. Proses pembuatan
resin UMF/MUF lebih sulit daripada proses pembuatan resin UF. Persoalan teknis
terpenting adalah (1) rendahnya kelarutan melamin (2) perbedaan reaktivitas antara
melamin dengan urea, sehingga reaksi antara formaldehida dengan urea dan melamin
cenderung menghasilkan kopolimer blok, padahal efektivitas melamin mencapai
maksimum apabila reaksi membentuk kopolimer acak. Akibat fenomena ini,
diperkirakan bahwa 2/3 bagian dari melamin yang digunakan dalam resin UMF/MUF
tidak memberikan peran sebagaimana diharapkan.
Publikasi mutakhir mengenai proses pembuatan resin bermelamin terus
didominasi oleh pembahasan mengenai pengaruh variabel-variabel proses serta
upaya-upaya rekayasa pada proses pembuatan resin UMF/MUF. Paiva et al. (2012)
menekankan pentingnya pengumpanan urea secara bertahap, baik pada tahap
metilolasi (pH=7,5–9) maupun pada awal tahap kondensasi (pH=4,8–5,3). Bila pada
tahap kondensasi porsi urea yang diumpankan lebih banyak, akan diperoleh resin
UMF dengan bonding strength lebih tinggi dan emisi formaldehida yang paling
rendah. Zhang et al. (2013) menyarankan agar melamin diumpankan pada awal proses
(metilolasi pada suasana basa) agar diperoleh resin yang memberikan gel time lebih
singkat, bonding strength lebih tinggi dan emisi formaldehida lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai