I.
II.
Judul Praktikum
: TITRASI ASIDIMETRI
Prinsip Praktikum :
Boraks adalah garam yang bersifat basa lemah, sehingga dapat bereaksi dengan
HCl. Karena dalam reaksi ini dilepaskan asam borat, maka dipilih indikator yang
tidak dipengaruhinya yaitu Methyl red (MM).
III.
IV.
Reaksi :
Na 2 B4 O7 +2 HCl+5 H 2 O
V.
2 NaCl+ 4 H 3 BO 3
Landasan Teori
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara
ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan
sebagai reaksi antara donor proton (asam ) dengan penerima proton (basa).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawasenyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya,
alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan
menggunakan baku basa.
Ada 3 pengertian mengenai apa yang disebut asam dan apa yang disebut basa :
1. Menurut Arrhenius ,
Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi
ion hydrogen (H-) dan anion, sedangkan basa adalah senyawa yang jika dilarutkan
dalam air akan menghasilkan ion hidroksida (OH-) dan kation. Teori Arrhenius
hanya berlaku untuk senyawa anorganik dalam pelarut air.
2.
Untuk dapat berlaku dalam segala pelarut, maka Bronsted pada tahun 1923
H3 N B F3
Secara skematis ketiga teori di atas dapat digambarkan dalam skema berikut :
Teori
Arrhenius
Bronsted
Lewis
Asam
Donor proton
Donor proton
Akseptor pasangan electron
Basa
Donor hidroksida
Akseptor proton
Donor pasangan elektron
Asidimetri
Zat uji bersifat basa lemah + larutan baku asam garam + air
Contoh :
NH 4 OH + HCl
LARUTAN BAKU
NH 4 Cl + H 2 O
Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui
konsentrasinya. Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu:
1. Larutan baku primer
Adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui
metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana,
setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan
dalam volume tertentu.
Contoh: NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya
diperoleh dengan cara menimbang.
Syarat-syarat larutan baku primer:
1. mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan(jika mungkin pada suhu 110120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni.
2. Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di
udara.
3. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan
kepekaan tertentu.
4. Sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang
besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.
5. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
6. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat
stoikiometrik dan langsung. Kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau
dapat ditentukan secara tepat dan mudah.
2. Larutan baku sekunder
Adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan
pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode
titrimetri.
Contoh: NaOH
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh
dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer.
Syarat-syarat larutan baku sekunder:
1. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
2. Mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
3. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
Contoh pembuatan larutan baku
disebut alkalimetri. Disini jumlah basa yang tepat ekivalen secara kimia
ditentukan dengan jumlah asam yang ada.
Titik Ekivalen : Yaitu titik dimana jumlah titran dengan titrat adalah sama secara
stoikiometri
Titik Akhir : Yaitu titik dimana terjadi perubahan warna atau kekeruhan yang
menandai berakhirnya suatu titrasi. Secara teoritis titik ekivalen harus sama
dengan titik akhir.
Penggolongan Teknik Titrasi :
1. Titrasi Langsung (Direct Titration) : Larutan contoh langsung dititrasi
dengan larutan standar, misalnya titrasi antara NaOH dengan HCl.
2. Titrasi Tidak Langsung ( Back Titrasion) : Cara ini digunakan jika zat
yang berbeda di dalam contoh tidak bereaksi dengan larutan baku atau
bereaksinya sangat lamban. Dalam kasus ini harus ditambahkan ke dalam
larutan contoh sejumlah tertentu zat ketiga yang berlebihan, kemudian
kelebihan zat ketiga dititrasi dengan larutan baku.
3. Titrasi Penggantian (Displacement Titration)
Cara ini dilakukan bila ion yang ditetapkan :
a. Tidak bereaksi langsung dengan larutan baku
b. Tidak bereaksi secara stiokiometri dengan larutan baku
c. Tidak saling mempengaruhi (not interact) dengan larutan
penunjuk.
Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Persamaan Reaksi :
CH3COOH + NaOH NaCH3COO + H2O
Reaksi ionnya :
[H+]+ [OH- ] H2O
4. Titrasi Asam Kuat - Garam dari Asam Lemah
Contoh :
Persamaan Reaksi :
HCl + NH4BO2 HBO2 + NH4Cl
5.
Reaksi ionnya :
[H+ ]+ [BO2-] HBO2
Titrasi Basa Kuat - Garam dari Basa Lemah
Contoh :
Basa kuat : NaOH
Garam dari basa lemah : CH3COONH4
Persamaan Reaksi :
NaOH + CH3COONH4 CH3COONa + NH4OH
Reaksi ionnya :
[OH-] + NH4- NH4OH
Rentang
pH
1,2-2,8
1,2-2,3
Tropeolin OO
2,4-Dinitrofenol
1,3-3,2
2,4-4,0
Metil kuning
2,9-4,0
Metil oranye
Bromfenol biru
Tetrabromfenol biru
Alizarin
natrium
sulfonat
-Naftil merah
3,1-4,4
3,0-4,6
3,0-4,6
3,7-5,2
p-Etoksikrisoidin
Bromkresol hijau
Metil merah
Bromkresol ungu
Klorfenol merah
Bromfenol biru
p-Nitrofenol
3,5-5,5
4,0-5,6
4,4-6,2
5,2-6,8
5,4-6,8
6,2-7,6
5,0-7,0
3,7-5,0
Asam
Basa
merah
merahungu
merah
tak
berwarna
merah
kuning
tak
berwarna
kuning
kuning
merah
kuning
kuning
kuning
oranye
biru-ungu
biru
ungu
merah
kuning
merah
kuning
merah
kuning
kuning
kuning
tak
kuning
biru
kuning
ungu
merah
biru
kuning
kuning
Azolitmin
Fenol merah
Neutral merah
5,0-8,0
6,4-8,0
6,8-8,0
Rosolik acid
6,8-8,0
Kresol merah
-Naftolftalein
7,2-8,8
7,3-8,7
Tropeolin OOO
7,6-8,9
Timol biru
Fenolftalein (pp)
8,0-9,6
8,0-10,0
-Naftolbenzein
9,0-11,0
Timolftalein
9,4-10,6
Nile biru
Alizarin kuning
Salisil kuning
10,1-11,1
10,0-12,0
10,0-12,0
Diazo ungu
Tropeolin O
10,1-12,0
11,0-13,0
Nitramin
11,0-13,0
Poirriers biru
11,0-13,0
Asam trinitrobenzoat 12,0-13,4
berwarna
5 tetes 0,5% larutan
merah
1 tetes 0,1% larutan
kuning
1 tetes 0,1% larutan dlm 70% merah
alkohol
1 tetes 0,1% larutan dlm 90% kuning
alkohol
1 tetes 0,1% larutan
kuning
1-5 tetes 0,1% larutan dlm merah
70% alkohol
mawar
1 tetes 0,1% larutan
kuning
1-5 tetes 0,1% larutan
1-5 tetes 0,1% larutan dlm
70% alkohol
1-5 tetes 0,1% larutan dlm
90% alkohol
1 tetes 0,1% larutan dlm 90%
alkohol
1 tetes 0,1% larutan
1 tetes 0,1% larutan
1-5 tetes 0,1% larutan dlm
90% alkohol
1 tetes 0,1% larutan
1 tetes 0,1% larutan
kuning
tak
berwarna
kuning
tak
berwarna
biru
kuning
kuning
kuning
kuning
biru
merah
kuning
merah
merah
hijau
merah
mawar
biru
merah
biru
biru
merah
lilac
oranyecoklat
ungu
oranyecoklat
oranyecoklat
ungu-pink
oranyemerah
VI.
B. Bahan
VII.
N1
Pengerjaan
Simplo
Duplo
Rata-rata
) = 0.1 N
Vol. HCl (ml)
10.3 ml
10.3 ml
10.25 ml
N. HCl
0.0971 N
0.0980 N
0.0976 N
N. Boraks
gr 1000
x
BE
V
gr 1000
x
=0.1000 N
191 100
N2
10 ml x 0.1 N
10.3 ml
N 2=0.0971 N
V 1 N 1 =V 2 N 2
(10 ml) (0.1 N) = (10.2 ml)
N 2=
N2
10 ml x 0.1 N
10.2 ml
N 2=0.0980 N
V 1 N 1 =V 2 N 2
(10 ml) (0.1 N) = (10.25 ml)
N 2=
10 ml x 0.1 N
10.25 ml
N 2=0.0976 N
VIII.
Pembahasan
N2
( Na2 B4 O 7 . H 2 O)
0.1 N
sebagai larutan baku primer, asam klorida (HCl) sebagai larutan sekunder, dan
indikator methyl red sebagai indikator visual.
Pada langkah awal disiapkan larutan baku primer
( Na2 B4 O7 . H 2 O) 0.1
( Na2 B4 O7 . H 2 O)
dalam rumus :
V 1 N 1 =V 2 N 2
IX.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan asidimetri yang telah dilakukan dapat disimpulkan
normalitas HCl dalam titrasi yaitu 0.0976 N dengan volume rata-rata 10.25 ml.