Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan,
hewan,mineral, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan. Obat tradisional juga dikatakan campuran kompleks dari ekstrak tanaman dan insekta berbentuk amorf atau padat yang dibentuk dalam ruang-ruang zkizogen dan zlikozigen (Team teaching, 2014) Obat tradisional dalam masyarakat selain memiliki keuntungan juga memiliki kerugian. Adapun keuntungan dari obat tradisional yaitu diperoleh atau didapatkan, harganya terjangkau, efek samping yang ditimbulkan tidak terlalu berbahaya bahkan tidak menimbulkan efek samping sama sekali (Team teaching, 2014) Kerugian obat tradisional yaitu tidak praktis dalam penggunaannya, penggunaan obat tradisional dalam tubuh menimbulkan reaksi yang lambat. Survey mengenai inventarisasi tanaman obat bertujuan agar kita mendapatkan informasi keanekaragaman obat yang ada pada suatu wilayah, mendapatkan informasi teknik dan cara penggunaan tanaman obat untuk pengobatan tradisional dan masyarakat terhadap obat tradisional. Survey ini diadakan guna mengetahui bagaimana cara membudidayakan tanaman obat tradisional dan mengetahui penggolongan–penggolongan dari tanaman obat tersebut beserta khasiat yang terkandung di dalam tanaman obat tradisional. Adapun hasil dari praktik kerja lapangan fitokimia tentang obat tradisional di desa lombongo, didapatkan berbagai jenis tanaman obat yang dipercaya khasiatnya oleh masyrakat sekitar. Tujuan utama praktik kerja lapangan ini yaitu untuk mendapatkan tanaman obat untuk dijadikan simplisia, dimana simplisia tersebut akan diuji dalam praktikum fitokimia nantinya. Adapun jenis-jenis tanaman obat yang diperoleh adalah batang sirih hutan, kulit batang merkubung, bunga kertas, dan daun Cara pembuatan simplisia dari tanaman tersebut memiliki kemiripan secara umum yakni, hal pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan atau memanen bagian tanaman obat. Pemanenan pada beberapa bagian tanaman, pada bagian daun dilakukan pada pagi hari dari pukul 09.00-12.00, bertujuan untuk menjaga kesegarannya karena pada waktu itulah terjadi proses fotosintetis terjadi dengan sempurna. Untuk bagian bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar, buah dipanen dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik sebelum masak, biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna, dan bagian akar, rimpang, umbi, umbi lapis dikumpul sewaktu proses pertumbuhannya berhenti (Team teaching, 2014). Cara pengambilan tanaman berbeda pada setiap bagian, bagian kulit batang atau kika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, untuk bagian batang diambil dari cabang utama sampai leher akar, dipotong-potong dengan panjang dan diameter berbeda. Bagian Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kulitnya dan potong-potong kecil.Bagian daun diambil daun tua (bukan daun kuning) daun kelima dari pucuk.Daun muda dipetik satu persatu secara manual.Bagian bunga dapat berupa kuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan.Bagian akar diambil bagaian yang berada dibawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan ukuran tertentu.Bagian rimpang dicabut dan dibersihkan dari akar, dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.Buah dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda, dipetik dengan tangan.Biji diambil dari buah yang masak sempurna, dikupas kulitnya menggunakan tangan atau alat, biji dikumpulkan dan dicuci (Team teaching, 2014). Tahap berikutnya yaitu pencucian atau sortasi basah.Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk membersihkan tanaman atau simplisia dari bendabenda asing dari luar.Dan memisahkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki. Tahap berikutnya yaitu perajangan. Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan dan pewadahan. Setelah di cuci dan dibersihkan dari kotoran dan benda asing. Sampel di jemur dulu kurang lebih 1 hari kemudian di potong-potong kecil dengan ukuran antara 0,25-0,06 cm yang setara dengan ayakan 4/18 (tergantung jenis simplisia). Semakin tipis perajangan maka semakin cepat proses pengeringan kecuali tanaman yang mengandung minyak menguap. Perajangan tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat aktif.Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal pengeringannya lama dan mudah berjamur (Team teaching, 2014). Setelah dirajang, kemudian simplisia dikeringkan, tujuan pengeringan ini yaitu untuk mendapatkan simplisia yang awet dan tahan lama, mengurangi kadar air, sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme, mudah disimpan dan dihaluskan. Ada 2 cara pengeringan yaitu alami dan buatan. Cara alami berupa pengeringan dengan sinar matahari langsung terutama bagian yang keras (kayu, kulit biji, biji) dan zat aktif relatif panas.Cara alami yang kedua yaitu dianginanginkan tanpa terkena matahari langsung.Pengeringan buatan menggunakan alat yang diatur suhu dan kelembapan (Team teaching, 2014). Untuk pengawetan simplisia dilakukan untuk memperpanjang masa simplisia sehingga tidak ada mikroorganisme tumbuh, dengan merendam simplisia ke dalam alkohol 70% atau dialiri uap panas sebelum kering (Dirjen POM, 1979). Setelah semua perlakuan selesai, tahap terakhir yaitu pewadahan atau penyimpanan simplisia, diberi wadah yang baik dan disimpan ci tempat menjamin terpeliharanya mutu dari simplisia.Wadah terbuat dari plastik tebal atau gelas yang berwarna gelap dan tertutup kedap.Harus memperhatikan suhu, kelembapan udara dan sirkulasi udara. Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan,kecuali dinyatakan lain,suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60 C (Ditjen POM, 2008). Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu: a. Simplisia nabati Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat nabati lainyang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya (Ditjen POM, 1995). b. Simplisia hewani Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan.contohnya adalah minyak ikan dan madu (Gunawan,2010). c. Simplisia pilikan atau mineral simplisia pilikan atau mineral adalah simplisia brupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau yang telah diolah dengan cara sederhana. contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga (Gunawan 2010).