Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil

Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan,


hewan,mineral, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum mempunyai
data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan. Obat tradisional juga
dikatakan campuran kompleks dari ekstrak tanaman dan insekta berbentuk amorf
atau padat yang dibentuk dalam ruang-ruang zkizogen dan zlikozigen (Team
teaching, 2014)
Obat tradisional dalam masyarakat selain memiliki keuntungan juga memiliki
kerugian. Adapun keuntungan dari obat tradisional yaitu diperoleh atau didapatkan,
harganya terjangkau, efek samping yang ditimbulkan tidak terlalu berbahaya bahkan
tidak menimbulkan efek samping sama sekali (Team teaching,
2014)
Kerugian obat tradisional yaitu tidak praktis dalam penggunaannya,
penggunaan obat tradisional dalam tubuh menimbulkan reaksi yang lambat.
Survey mengenai inventarisasi tanaman obat bertujuan agar kita mendapatkan
informasi keanekaragaman obat yang ada pada suatu wilayah, mendapatkan informasi
teknik dan cara penggunaan tanaman obat untuk pengobatan tradisional dan
masyarakat terhadap obat tradisional.
Survey ini diadakan guna mengetahui bagaimana cara membudidayakan
tanaman obat tradisional dan mengetahui penggolongan–penggolongan dari tanaman
obat tersebut beserta khasiat yang terkandung di dalam tanaman obat tradisional.
Adapun hasil dari praktik kerja lapangan fitokimia tentang obat tradisional di
desa lombongo, didapatkan berbagai jenis tanaman obat yang dipercaya khasiatnya
oleh masyrakat sekitar. Tujuan utama praktik kerja lapangan ini yaitu untuk
mendapatkan tanaman obat untuk dijadikan simplisia, dimana simplisia tersebut akan
diuji dalam praktikum fitokimia nantinya. Adapun jenis-jenis tanaman obat yang
diperoleh adalah batang sirih hutan, kulit batang merkubung, bunga kertas, dan daun
Cara pembuatan simplisia dari tanaman tersebut memiliki kemiripan secara
umum yakni, hal pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan atau memanen
bagian tanaman obat. Pemanenan pada beberapa bagian tanaman, pada bagian daun
dilakukan pada pagi hari dari pukul 09.00-12.00, bertujuan untuk menjaga
kesegarannya karena pada waktu itulah terjadi proses fotosintetis terjadi dengan
sempurna. Untuk bagian bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar,
buah dipanen dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik sebelum masak, biji
dikumpulkan dari buah yang masak sempurna, dan bagian akar, rimpang, umbi, umbi
lapis dikumpul sewaktu proses pertumbuhannya berhenti (Team teaching, 2014).
Cara pengambilan tanaman berbeda pada setiap bagian, bagian kulit batang
atau kika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang
dan lebar tertentu, untuk bagian batang diambil dari cabang utama sampai leher akar,
dipotong-potong dengan panjang dan diameter berbeda. Bagian Kayu diambil dari
batang atau cabang, kelupas kulitnya dan potong-potong kecil.Bagian daun diambil
daun tua (bukan daun kuning) daun kelima dari pucuk.Daun muda dipetik satu
persatu secara manual.Bagian bunga dapat berupa kuncup atau bunga mekar atau
mahkota bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan.Bagian akar diambil bagaian
yang berada dibawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan ukuran
tertentu.Bagian rimpang dicabut dan dibersihkan dari akar, dipotong melintang
dengan ketebalan tertentu.Buah dapat berupa buah yang masak, matang atau buah
muda, dipetik dengan tangan.Biji diambil dari buah yang masak sempurna, dikupas
kulitnya menggunakan tangan atau alat, biji dikumpulkan dan dicuci (Team teaching,
2014).
Tahap berikutnya yaitu pencucian atau sortasi basah.Pencucian dan sortasi
basah dimaksudkan untuk membersihkan tanaman atau simplisia dari bendabenda
asing dari luar.Dan memisahkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki.
Tahap berikutnya yaitu perajangan. Perajangan dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan dan pewadahan. Setelah di cuci dan dibersihkan
dari kotoran dan benda asing. Sampel di jemur dulu kurang lebih 1 hari kemudian di
potong-potong kecil dengan ukuran antara 0,25-0,06 cm yang setara dengan ayakan
4/18 (tergantung jenis simplisia). Semakin tipis perajangan maka semakin cepat
proses pengeringan kecuali tanaman yang mengandung minyak menguap. Perajangan
tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat
aktif.Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal pengeringannya lama dan mudah
berjamur (Team teaching, 2014).
Setelah dirajang, kemudian simplisia dikeringkan, tujuan pengeringan ini
yaitu untuk mendapatkan simplisia yang awet dan tahan lama, mengurangi kadar air,
sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme, mudah disimpan dan dihaluskan.
Ada 2 cara pengeringan yaitu alami dan buatan. Cara alami berupa pengeringan
dengan sinar matahari langsung terutama bagian yang keras (kayu, kulit biji, biji) dan
zat aktif relatif panas.Cara alami yang kedua yaitu dianginanginkan tanpa terkena
matahari langsung.Pengeringan buatan menggunakan alat yang diatur suhu dan
kelembapan (Team teaching, 2014).
Untuk pengawetan simplisia dilakukan untuk memperpanjang masa simplisia
sehingga tidak ada mikroorganisme tumbuh, dengan merendam simplisia ke dalam
alkohol 70% atau dialiri uap panas sebelum kering (Dirjen POM, 1979).
Setelah semua perlakuan selesai, tahap terakhir yaitu pewadahan atau
penyimpanan simplisia, diberi wadah yang baik dan disimpan ci tempat menjamin
terpeliharanya mutu dari simplisia.Wadah terbuat dari plastik tebal atau gelas yang
berwarna gelap dan tertutup kedap.Harus memperhatikan suhu, kelembapan udara
dan sirkulasi udara.
Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan,kecuali dinyatakan
lain,suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60 C (Ditjen POM, 2008).
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
a. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,bagian
tumbuhan atau eksudat tumbuhan. eksudat tumbuhan adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dikeluarkan
dari selnya atau zat nabati lainyang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya (Ditjen POM, 1995).
b. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan.contohnya adalah minyak ikan dan madu
(Gunawan,2010).
c. Simplisia pilikan atau mineral
simplisia pilikan atau mineral adalah simplisia brupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah atau yang telah diolah dengan cara sederhana.
contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga (Gunawan 2010).

Anda mungkin juga menyukai