Di buat oleh :
Kelompok 2
1. Nanda Hervina Eka Septiani 2017041068
2. Taris Wulan Sari KA 2017041038
3. Yolla Lorenza 2017041073
4. Zhara Nabila 2017041007
Jurusan FISIKA
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR
Bismilahirahmanirahim.
Puji dan syukur kita panjatkan kekhadirat Allah Swt yang telah memberikan taufik dan
hidayahNya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, para sahabatnya,
tabiuttabiin, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selau umatnya. Amin.
Seiring dengan berakhirnya penyusunan makalah ini, sepantasnyalah penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah turut membantu penyusun dalam
penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu peyusun berharap adanya kritik dan saran yang membangun. Penyusun berharap
kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca dan mudah-mudahan
makalah ini dijadikan ibadah di sisi Allah Swt. Aamiin .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Senyawa asam dan basa sering ditemukan dan berperan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh bahan yang bersifat asam yaitu pada buahan-buahan misalnya lemon dan jeruk.
Sedangkan contoh bahan yang bersifat basa yaitu sabun dan deterjen. Untuk menjelaskan
mengenai senyawa asam dan basa, terdapat beberapa teori asam basa, diantaranya yaitu teori
Arrhenius, teori Bronsted-Lowry, teori asam basa Lewis, dan teori Lux-Flood.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membedakan antara senyawa asam dan
basa, misalnya dengan menggunakan indikator lakmus. Senyawa asam dapat mengubah lakmus
biru menjadi berwarna merah, sebaliknya senyawa basa dapat mengubah lakmus merah menjadi
berwarna biru. Selain itu, untuk membedakan apakah suatu senyawa bersifat asam atau basa
dapat juga menggunakan indikator phenolphthalein. Jika setelah penambahan phenolphthalein
warna larutan berubah menjadi merah muda atau pink, maka larutan tersebut bersifat basa.
Senyawa asam dan basa masing-masing memiliki sifat spesifik yang dapat membedakannya satu
sama lain, misalnya dengan rasanya. Senyawa asam cenderung memiliki rasa masam, sedangkan
senyawa basa memiliki rasa agak pahit. Perbedaan lain yang dapat membedakan kedua senyawa
ini yaitu kemampuannya melarutkan zat lain. Senyawa asam bersifat korosif sehingga dapat
melarutkan beberapa logam aktif, sedangkan senyawa basa dapat melarutkan lemak. Oleh karena
itu, abu gosok yang bersifat basa dapat digunakan untuk mencuci sisa lemak yang ada di piring.
Senyawa asam dan basa juga dapat digolongkan lebih lanjut berdasarkan sifat keras dan
lunaknya. Penggolongan ini didasarkan pada ligan dan ion logamnya. Ligan (anion) keras dan
lunak digolongkan berdasarkan polarisabilitas anion, yaitu kemampuan suatu anion untuk
mengalami polarisasi akibat medan listrik yang berasal dari ion logam (kation). Sedangkan ion
logam (kation) keras dan lunak digolongkan berdasarkan polarisabilitas kation, yaitu
kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi suatu anion dalam suatu ikatan. Penggolongan ini
penting dilakukan untuk memudahkan pemahaman mengenai pengertian dari suatu asam atau
basa yang keras dan lunak. Pemahaman sifat asam basa yang keras dan lunak juga dibutuhkan
untuk mengetahui interaksi yang terjadi diantara asam basa tersebut, apakah interaksi yang
bersifat ionik atau interaksi yang bersifat kovalen. Oleh karena itu maka dibuat makalah ini
sebagai tugas dalam mata kuliah Kimia Anorganik II agar mahasiswa lebih mampu memahami
segala aspek yang berkaitan dengan teori asam basa.
1.2 Tujuan
Mengetahui tentang teori asam-basa, kelayakan titrasi, disosiasi, kesetimbangan kimia, hukum
kegiatan massa, indikator asam-basa, aplikasi metode titrasi asam-basa untuk senyawa obat,
contoh obat yang bisadigunakan dengan titrasi asam-basa.
BAB Il
TINJAUAN PUSTAKA
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga
golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa memiliki sifat-
sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan
suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan indikator
warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi.
Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna
biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan
mengukur pH-nya. pHmerupakan suatu parameter yangdigunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurangdari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari
7, sedangkan larutan netral memiliki pH=7. pHsuatu larutan dapat ditentukan dengan indikator
( Ralph H Petrucci.1987).
Sejak berabad-abad yang lalu, pakar kimia mendefinisikan asam dan basa berdasar sifat
larutannya. Larutan asam memiliki rasa masam dan bersifat korosif (merusak logam,marmer, dan
berbagai bahan lain). sedangkan basa berasa agak pahit dan bersifat kaustik (licin). Namun ada
beberapa pendapat yang menjelaskan penyebab sifat asam dan basa. Padatahun 1777, Antoine
Laurent Lavoisier (1743-1794) mengemukakan bahwa asam mengandung unsur oksigen. Davy
kemudian menyimpulkan bahwa unsur hidrogen lah yang merupakan unsur dasar asam.
Kemudian tahun 1814 Joseph Louis Gay-Lussac (1778-1850) menyimpulkan bahwa asam adalah
suatu zat yang dapat menetralkan alkali dan kedua golongan senyawa itu hanya dapat
didefinisikan dalam kaitan satu dengan yang lain. Namun konsep/pendapat yang cukup
memuaskan, dan dapat diterima hingga saat ini dikemukakan oleh Svante August Arrhenius
(1859-1927), yaitu : asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+. dengan kata lain,
pembawa sifat asam adalah ion H+. dan dirumuskandengan HxZ(aq)---------»xH+(aq) + Zx-(aq)
Basa adalah zat yang dalam air menghasilkan ion hidroksida (OH-). dengan kata lain, pembawa
sifat basa adalah (OH-). dan dirumuskan dengan M(OH)x(aq)---------»Mx+(aq) + xOH-(aq)
( Hiskia,Ahmad.1998:15).
Stoikiometri berasal dari kata-kats Yunani, stoicheion (unsur) dan metrein (mengukur),
berarti “ mengukur unsur-unsur”. Pengertian “ unsur-unsur” dalam hal ini adalah partikel-
partikel atom, ion, molekul atau electron yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat
dalam reaksi kimia. Stoikiometri menyangkut cara ( perhitungan kimia ) untuk menimbang dan
menghitung spesi-spesi atau dengan kata lain, stoikiometri adalah kajian tentang hubungan-
hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia ( Ahcmad, 2001 ). Perhitungan stoikiometri paling baik
dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan tidak diketahui dalam mold an
kemudian perlu dikonversi menjadi satuan lain. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari
kuantitas dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia ( Chang, 2005 ).
Dalam bahasa kimia, tiap zat murni yang diketahui baik unsur maupun senyawa,
mempunyai nama dan rumusnya sendiri. Cara tersingkat untuk mmemberikan suatu reaksi kimia
ialah menulis rumus untuk tiap zat yang terlibat dalam bentuk suatu persamaan kimia. Suatu
persamaan kimia meringkaskan sejumlah besar informasi mengenai zat – zat yang terlibat dalam
reaksi. Persamaan ini tidaklah sekedar pernyataan kualitatif yang menguraikan zat – zat yang
terlibat, tetapi juga pernyataan kuantitatif yang menjelaskan berapa banyak pereaksi dan hasil
reaksi yang terlibat. Proses membuat perhitungan yang didasarkan pada rumus – rumus dan
persamaan – persamaan berimbang dirujuk sebagai stoikiometri ( Respati, 1992).
BAB III
PEMBAHASAN
Contoh:
2. Asam Oksi
Contoh:
3. Asam organik
Contoh:
4. Oksida asam
Contoh:
Dari persamaan reaksi di atas menunjukan bahwa satu molekul asam dapat melepaskan satu, dua,
atau tiga ion H+. Asam yang hanya menghasilkan sebuah ion H+ disebut sebagai asam
monoprotik, atau asam berbasa satu, asam yang menghasilkan dua ion H+ setiap molekulnya
disebut asam diprotik atau asam berbasa dua.
Menurut teori asam basa Arrhenius, asam kuat merupakan asam yang derajat ionisasinya besar
atau mudah terurai dan banyak menghasilkan ion H+ dalam larutannya. Asam kuat diantaranya
HCl, HBr, HI, H2SO4, HNO3, dan HClO4.
Jenis senyawa Basa
Menurut teori asam basa Arrhenius, basa adalah senyawa yang di dalam air (larutan) dapat
menghasilkan ion OH–. Umumnya basa terbentuk dari senyawa ion yang mengandung gugus
hidroksida (-OH) di dalamnya. Akan tetapi, amonia (NH3) meskipun merupakan senyawa
kovalen, tetapi di dalam air termasuk senyawa basa, karena setelah dilarutkan ke dalam air dapat
menghasilkan ion OH–.
Contoh:
2. Oksida basa
Contoh:
Contoh:
Tidak semua senyawa yang mengandung gugus –OH merupakan suatu basa. Contohnya
CH3COOH dan C6H5COOH justru merupakan asam. Sementara itu, CH3OH tidak menunjukan
sifat asam atau basa di dalam air (ini termasuk oksida indiferen).
Menurut teori asam basa Arrhenius, terdapat basa kuat dan basa lemah. Basa kuat merupakan
basa yang mudah terionisasi dalam larutannya dan banyak mengahsilkan ion OH–. Contohnya
KOH, NaOH, Ba(OH)2, dan Ca(OH)2.
HCl bersifat asam dan Cl– bersifat basa. HCl dan Cl– merupakan pasangan asam-basa
dikenal dengan istilah asam-basa konjugasi.
Cl merupakan basa konjugasi HCl, sebaliknya merupakan asam konjugasi Cl–
H2O bersifat asam. H2O dan H3O+ merupakan pasangan asam-basa yang dikenal dengan
asam-basa konjugasi.
H3O+ merupakan asam konjugasi H2O yang merupakan basa konjugasi.
Air terurai membentuk ion-ion dengan memindahkan satu ion H+ dari satu molekul yang
berlaku sebagai asam pada molekul lain yang berlaku sebagai basa:
Asam bereaksi dengan air melalui pemberian satu ion H+ pada molekul air membentuk
ion H3O+:
Molekul air dapat berlaku sebagai zat antara dalam reaksi asam basa melalui
penangkapan ion H+ dari asam dan kemudian pelepasan ion H+ pada basa:
Konjugat berasal dari bahasa latin yang berarti “pasangan”. Setiap kali asam berlaku sebagai
pendonor satu ion H+ sekaligus membentuk basa konjugat, yaitu basa pasangan yang berasal
dari asam Bronsted. Sebagai contoh, jika suatu asam HA mendonorkan satu ion H+ pada air,
salah satu produk reaksi nya adalah ion A–. jadi, A- adalah basa konjugat dari HA:
Sebaliknya, setiap kali basa menerima satu ion H+ sekaligus membentuk asam konjugat HA,
yaitu asam[pasangan yang berasal dari basa Bronsted:
Kelemahan utama teori Bronsted Lowry adalah bahwa untuk pelarut yang tidak mengandung
proton tidak dapat digunakan selain itu, sifat suatu zat tidak pasti, sangat bergantung pada
pasangan reaksinya.
Meskipun definisi asam basa Bronsted Lowry lebih luas dari Arrhenius, fakta menunjukkan
bahwa ada bebereapa senyawa yang tidak mempunya atom H seperti BF3; FeCl3;
AlCl3 menunjukkan sifat asam dalam reaksinya. Hal tersebut tidak dapat dijelaskan dengan teori
Bronsted Lowry, sehingga diperlukan definisi asam basa yang lebih luas lagi.
Lewis menyampaikan teori baru mengenai asam basa sehingga partikel ion atau molekul yang
tidak memiliki atom hidrogen atau proton bisa diklasifikasikan ke dalam asam dan basa.
Berdasarkan persamaan reaksi asam basa yang disampaikannya, Lewis mengatakan bahwa asam
adalah suatu molekul atau ion yang bisa menerima pasangan elektron. Sementara basa adalah
molekul atau ion yang bisa memberikan pasangan elektronnya.
Menurut Lewis senyawa asam adalah senyawa yang bisa menerima pasangan elektron atau
akseptor pasangan elektron. Sementara senyawa basa merupakan suatu senyawa yang dapat
memberikan pasangan elektron kepada senyawa lain atau donor pasangan elektron.
Ion H+ merupakan asam lewis, sebab ion H+ menerima pasangan elektron. Sementara -OH dan
NH3 merupakan basa Lewis. Sebab keduanya merupakan penyumbang pasangan elektron.
Supaya lebih jelas berikutnya kita bahas contoh asam basa berdasarkan teori
Lewis. Teori asam basa Lewis bisa digambarkan pada beberapa reaksi di bawah ini.
NH3 menyerahkan pasangan elektron bebasnya kepada molekul BF3. Berdasarkan teori ini NH3
bertindak sebagai asam, lalu BF3 bertindak sebagai basa. Pada pembentukan senyawanya terjadi
ikatan kovalen koordinasi.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh teori asam basa Lewis. Berikut adalah beberapa
keunggulan tersebut:
1. Teori asam basa Lewis bisa menjelaskan sifat asam dan basa dalam pelarut lain ataupun
tidak memiliki pelarut.
2. Teori asam dan basa Lewis bisa menjelaskan sifat asam basa molekul atau ion yang
memiliki pasangan elektron bebas, atau yang dapat menerima pasangan elektron bebas.
Contohnya adalah pembentukan senyawa komplek.
3. Teori ini dapat menjelaskan sifat basa untuk zat-zat organik. Misalnya DNA dan RNA
yang mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas.
4. Dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam basa lain dalam fase padat, gas dan medium
pelarut selain air yang tidak melibatkan transfer proton. Misalnya reaksi-reaksi antara oksida
asam (misalnya CO2 dan SO2) dengan oksida basa (misalnya MgO dan CaO), reaksi-reaksi
pembentukan ion kompleks seperti [Fe(CN)6]3−, [Al(H2O)6]3+, dan [Cu(NH3)4]2+, dan
sebagian reaksi dalam kimia organik.
Kekurangan Teori Asam Basa Lewis
Walaupun memiliki beberapa kelebihan, teori asam basa Lewis juga mempunyai kekurangan
yang perlu diketahui. Teori asam dan basa Lewis ini cukup sulit untuk menggambarkan reaksi
asam-basa, seperti reaksi antara ion Fe3+ dan ion CN–. Sebab keduanya tidak melibatkan ion H+
atau ion OH-. Di samping itu teori ini juga sulit untuk menentukan kekuatan asam atau basa dari
reaksi yang terjadi.
Selain teori asam basa Lewis, juga ada teori asam basa Arrhenius dan teori asam basa Brønsted–
Lowry. Teori asam basa Arrhenius sendiri pertama kali disampaikan pada tahun 1884 oleh
Svante August Arrhenius. Menurutnya asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air
melepaskan ion H+. Sedangkan basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan
ion OH-.
Di tahun 1923, Johannes N. Brønsted dan Thomas M. Lowry secara terpisah mengajukan definisi
asam dan basa yang lebih luas. Konsep yang diajukan tersebut berdasarkan pada fakta bahwa
reaksi asam dan basa melibatkan transfer proton (ion H+) dari suatu zat ke zat lainnya.
Proses transfer proton itu selalu melibatkan asam sebagai pemberi atau donor proton dan basa
sebagai penerima proton. Sehingga asam bisa diartikan sebagai donor proton, sedangkan basa
merupakan akseptor proton.
Hukum perbandingan berganda: Ini adalah salah satu hukum dasar stoikiometri,
disamping hukum perbandingan tetap. Kadang-kadang disebut sebagai hukum Dalton.
Dikatakan bahwa, jika 2 unsur membentuk lebih dari 1 senyawa antara mereka, maka
rasio massa dari unsur kedua yang bergabung dengan massa tetap dari unsur pertama
keduanya akan memiliki rasio sejumlah kecil dari keseluruhan.
Berdasarkanhukum-hukum di atas, reaksi kimia dapat menggabungkan dalam rasio bahan kimia
yang pasti. Jumlah setiap unsur harus sama di seluruh reaksi. Dalam reaksi kimia yang seimbang,
hubungan antara jumlah reaktan dan produk biasanya membentuk rasio bilangan bulat. Misalnya,
dalam reaksi yang membentuk amonia (NH3), tepatnya 1 molekul nitrogen (N2) bereaksi dengan
3 molekul hidrogen (H2) untuk menghasilkan 2 molekul NH3. Hal ini dapat digambarkan sebagai
berikut
N2 + 3H2 ——> 2NH3
Jadi, Stoikiometri dapat digunakan untuk menghitung jumlah seperti jumlah produk yang dapat
diproduksi jika diberikan reaktan dan persentase reaktan yang dibuat menjadi produk diketahui.
jenis Stoikiometri
Stoikiometri Gas: Jenis stoikiometri berkaitan dengan reaksi yang melibatkan gas, di
mana gas berada pada suhu, tekanan dan volume yang dikenal dan dapat dianggap gas
ideal. Untuk gas, perbandingan volume idealnya sama dengan hukum gas ideal, tetapi
rasio massa reaksi tunggal harus dihitung dari massa molekul reaktan dan produk, di
mana massa molekul adalah massa 1 molekul zat. Gas ideal adalah gas teoretis yang
terdiri dari satu set partikel yang bergerak acak, tanpa-berinteraksi yang mematuhi hukum
gas ideal. Hukum gas ideal adalah persamaan keadaan gas ideal. Persamaan hukum gas
ideal adalah PV = nRT, di mana P adalah tekanan, V adalah volume dan T adalah
temperatur absolut, n adalah mol gas dan R adalah konstanta gas universal.
Sejumlah stoikiometri atau rasio reagen (zat yang ditambahkan ke sistem dalam rangka
menciptakan reaksi kimia) adalah jumlah atau rasio di mana, dengan asumsi bahwa hasil reaksi
selesai dengan dasar sebagai berikut:
Semua reagen yang dikonsumsi
Tidak ada defisit reagen
Tidak ada sisa-sisa residu
Reaksi hanya akan terjadi pada rasio stoikiometri
Kesimpulan
Dari teori tiga asam dan basa yang dijelaskan diatas adalah teori Arrhenius dan teori Lewis yang
lebih terbatas, yang mencakup asam paling luas. Tetapi setiap kali apa yang telah dibahas tentang
reaksi dilarutkan dalam air, teari asam basa Bronsted Lowry adalah yang paling mudah
digunakan, kecuali bahwa teori Lewis akan sesuai jika reaksi asam basa melibatkan senyawa non
proton. Stoikiometri adalah ilmu kimia yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif
dari reaktan dan persamaan kimia tentang kuantitas suatu zat, meliputi massa, jumlah mol,
volume dan jumlah partikel.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia dan Tupamahu. 2001. Stoikiometri Energi Kimia. Citra Adityia Bakti.
Bandung.